Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan era loyalitas pelanggan dari waktu ke waktu, dimulai dari era kepuasan pelanggan, era retensi pelanggan, era migrasi pelanggan, era antusiasme pelanggan, hingga era spiritualisme pelanggan. Dokumen tersebut juga membedah perbedaan antara service dan care serta menjelaskan pentingnya loyalitas emosional pelanggan dibandingkan loyalitas transaksional.
3. Pengertian Service
1. Service adalah solusi
2. Service sebagai value enhancer perusahaan,
Yaitu sebuah nilai yang harus diberikan secara terus
menerus kepada pelanggan
3. Service diidefinisikan sebagai memorable experience
4. Service adalah value added
Maksudnya suatu service yang mampu memberikan
nilai tambah secara berkesinambungan sehingga
dapat memberikan kepuasan kepada para konsumen
4. APA SIH YANG KITA JUAL?
PRODUK
APA ISINYA?
FITUR BENEFIT SOLUTION
Durian jenis Medan
Rp 100 ribu/kg
Matang pohon
Garansi manis
Obat ‘pengen’
Bisa menjadi oleh-oleh untuk
keluarga/relasi
Bikin Bahagia
5. APA SIH YANG KITA JUAL?
JASA
APA ISINYA?
FITUR BENEFIT SOLUTION
Aqiqah harga terjangkau
Cukup Rp 850 ribu
Gratis antar
Bisa dimasak sate, gule
Bisa menjadi sarana
membantu masyarakat
kurang mampu
Jalani sunnah
dengan biaya
murah
8. 1) Era Kepuasan Pelanggan
• Tesisnya :
– Jika perusahaan bisa memberikan servis melebihi
ekspektasi pelanggan maka pelanggan pasti akan
PUAS
– Pelanggan yang puas pasti akan mempunyai
tingkat LOYALITAS yang tinggi terhadap produk
dibandingkan pelanggan yang tidak puas
– Ukuran kepuasan pelanggan : Reliability,
Assurance, Tangible, Empathy, Responsiveness
(RATER)
9. 1) Era Kepuasan Pelanggan
• Realitanya :
– Harapan pelanggan cenderung terus meningkat,
dipengaruhi oleh : word of mouth dari orang lain,
bertambahnya pengalaman mengonsumsi produk
lain yang lebih bagus, janji manis dalam pesan
iklan yang sering berlebihan
– Kepuasan menjadi sesuatu yang relatif. Banyak
terjadi pergeseran dan perubahan keinginan
pelanggan
– Kesenjangan antara harapan dan kenyataan
semakin lebar
11. 2) Era Retensi Pelanggan
• Tesisnya :
– Kepuasan Pelanggan tidak berarti ditinggalkan. Ia
sudah seperti ISO 9001/9002 yang harus
dipenuhi. Customer Satisfaction is only BASIC
– Di era ini, perusahaan lebih fokus pada upaya
mempertahankan jumlah pelanggan yang telah
ada dengan meminimalkan jumlah pelanggan
yang hilang
– Pelanggan hilang harus ‘diamankan’ karena
cenderung menjadi ‘teroris’ yang menyebarkan
kabar buruk tentang perusahaan/lembaga kita
12. 2) Era Retensi Pelanggan
• Tesisnya :
– Repeat purchase (pembelian berulang) bukan
ukuran yang shahih untuk menilai kepuasan
seseorang. Bisa saja orang membeli produk
kita berulang-ulang, semata-mata karena
tidak ada pilihan produk lain.
– Sebaliknya, bisa jadi tidak berulang, karena
kebutuhannya sudah berubah. Misal : Seorang
bapak berumur 45 tahun tidak lagi pesan
aqiqah, bukan karena tidak mau tapi karena
istrinya sudah minta berhenti melahirkan.
13. 2) Era Retensi Pelanggan
• Tesisnya :
– Definisi pelanggan loyal disini adalah
pelanggan paling lama “bersama’ perusahaan
dan membeli produk kita lebih banyak
– Inilah yang disebut CUSTOMER SHARE.
– Kunci untuk meraih CUSTOMER SHARE tinggi
adalah dengan CROSS SELLING
– Misal : seorang manajer muda senang sekali
menggunakan AVANZA. Kini setelah gajinya
naik ia memilih menggunakan INNOVA. Tapi
ia tetap loyal dengan merk TOYOTA.
14. 2) Era Retensi Pelanggan
• Tesisnya :
– Loyalitas marketing di era ini berbeda dengan
Loyalty Program yang biasanya diletakkan pada
bagian AFTER SALES SERVICE.
– Seharusnya, loyalitas pelanggan bukanlah
pekerjaan sesaat (di ujung), tapi harus dipupuk
sejak awal mulai prospecting, mencoba pertama
kali (first-time customer), mengulangi (repeat
customer) hingga menjadi pelanggan loyal
(advocate).
– Loyalty Marketing harus masuk menjadi
Marketing Strategy, bukan sekedar Service
Strategy
15. 2) Era Retensi Pelanggan
• Realitanya :
– Serbuan alternatif produk/jasa membuat
pelanggan ingin mencoba sesuatu yang baru
– Awalnya sekedar mencoba, lama-lama jadi tak
setia dengan brand yang lama
– Perusahaan tidak selalu siap dengan riset dan
pengembangan untuk memberi menu-menu
baru yang menahan pelanggan tidak pindah
ke lain hati
17. 3) Era Migrasi Pelanggan
• Thesisnya :
– Biaya menarik kembali pelanggan yang hilang
masih lebih rendah daripada biaya mencari
pelanggan baru
– Sangat penting bagi perusahaan untuk
mengetahui indikasi kepindahan seorang
pelanggan sehingga perusahaan bisa
menyiapkan perlakuan khusus untuk
mencegah migrasi
– Pilihan strateginya : CUSTOMER WIN BACK
STRATEGY
18. 3) Era Migrasi Pelanggan
• Thesisnya :
– Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat
kesuksesan menarik kembali pelanggan yang
pindah antara 20%-40%
– Indikasi pelanggan akan pindah :
• Mengundang suplier lain
• Mulai kenal salesperson pesaing
• Mulai sensitif dengan harga kita
• Mulai mengurangi jumlah pembelian
• Mulai sering komplain
• Makin sulit ditemui
19. 3) Era Migrasi Pelanggan
• Thesisnya :
– Saran McKinsey untuk mengelola Customer
Migration :
• Fokuslah pada Customer Migration, bukan hanya
Customer Defection (pembelotan pelanggan)
• Milikilah Customer Relationship Management (CRM)
untuk memonitor hubungan dengan pelanggan
• Gunakanlah alat atau teknologi yang bisa menangkap
peluang dengan kustomisasi
• Realitanya :
– Apakah setiap pelanggan pindah berarti tidak
loyal? Inilah perlunya Era ke-4
21. 4) Era Antusiasme Pelanggan
• Thesisnya :
– Pada satu titik, perpindahan pelanggan memang
harus terjadi karena suatu hal, meskipun
pelanggan mengaku puas dan loyal terhadap
produk
– Misal ; seorang ibu yang tidak lagi memiliki anak
balita sudah tak lagi membeli popok bayi merk P.
Tapi jika ada saudara atau teman yang bertanya
merk popok bayi sekali pakai yang bagus ia selalu
merekomendasikan merk P
– Dalam era ini, loyalitas tidak tergantung pada
jumlah transaksi tapi pada KONEKSI HATI
22. 4) Era Antusiasme Pelanggan
• Thesisnya :
– Loyalitas pelanggan mulai bergeser dari
Transaksional ke Emosional
– Indikator loyalitas, pelanggan masih mau
melakukan :
• Referensi
• Rekomendasi
24. 5) Era Spiritualitas Pelanggan
• Thesisnya :
– Loyalitas tidak hanya berada pada pikiran
(mind) dengan mengingat dan
menggunakan produk, tidak cukup dengan
hati (heart) dengan mereferensikan dan
merekomendasikan pemakaian pada orang
lain, namun juga telah menjadi bagian dari
diri pelanggan seutuhnya (spirit).
– Rasanya tanpa memakai produk yang
dicintainya, pelanggan tidak bisa hidup
25. 5) Era Spiritualitas Pelanggan
• Thesisnya :
– Produk sebuah brand telah menjadi jati diri
pelanggan (what i am) CINTA
– Pelangganlah yang akan menjaga produk,
mempertahankan eksistensinya mati-matian
karena jika produk mati, dia juga akan
“menderita”
– Hubungan pelanggan tak lagi sebatas
relationship dan partnership, tapi telah
mencapai tahap tertinggi yaitu ownership.
26. Era Kepuasan Pelanggan
Era Retensi Pelanggan
Era Migrasi Pelanggan
Era Antusiasme Pelanggan
Era Spiritualisme Pelanggan
Loyalty Program Level
27. Kotler, Philip., Kartajaya, Hermawan., Setiawan, Iwan., “Marketing 3.0: From Product to Customers to the Human Spirit, John Wiley, 2010
(kasih sayang)
28. Perbedaan Service & Care
Service Care
Fokus pada WANT
(Permintaan Pelanggan)
Fokus pada NEED
(Kebutuhan Pelanggan)
Dalam pelaksanaannya, service
diharapkan melebihi ekspektasi
pelanggan
Dalam pelaksanaannya, care
difokuskan untuk memberikan
layanan yang paling relevan
dengan kebutuhan dan hasrat
konsumen
Tingkat keberhasilan diukur dari
tingkat re-purchase
Tingkat keberhasilan diukur dari
referensi & rekomendasi
Vertikal :
Pelanggan adalah RAJA
Horizontal :
Pelanggan adalah TEMAN
Kartajaya, Hermawan, “Connect! Surfing New Wave Marketing”, Gramedia, 2010
29. Perilaku Konsumen
Kartajaya, Hermawan, “Wow Service is Care (Indonesian Edition)”, Gramedia Pustaka Utama, 2014
Kenal Tertarik Cari Tahu Beli Rekomendasi
30. Suatu brand bisa dikatakan ‘WOW’, jika jumlah orang yang mengetahui brand sama dengan jumlah orang
yang merekomendasikannya—terlepas dari jumlah orang yang benar-benar menggunakan produk tersebut.
Kenal Tertarik Cari Tahu Beli Rekomendasi
31. BAR (Brand Advocacy Ratio)
Yaitu rasio antara nilai advocacy spontan terhadap nilai
awareness spontan.
Adapun nilai yang paling ideal adalah 1, yang berarti
jumlah orang yang mengetahui brand sama dengan
jumlah orang yang merekomendasikan brand tersebut.
www.markplusinsight.com
Mengukur WOW Brand