SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
MENULAR
“LEPTOSPIROSIS”
S1 Kesehatan Masyarakat
Oleh:
Ainur Pujianti
Pengertian Leptospirosis
• Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral
dari genus Leptospira yang pathogen, menyerang
hewan dan manusia, sedangkan zoonosis adalah
penyakit yang secara alami dapat di pindahkan dari
hewan vertebrata ke manusia ata sebaliknya. (Depkes
RI, 2013)
• Nama lain : flood fever atau demam banjir, swineherd’s,
demam pesawah (rice-field fever), demam lumpur,
jaundis berdarah, penyakit stuttgant, atau demam
canicola, demam Icterohemorrhage sehingga biasa juga
disebut penyakit kuning non-virus, demam
icterohemorrhagic, demam lumpur, penyakit swinherd,
demam rawa, penyakit weil, demam canicola
Sumber Penularan Leptospirosis
Hewan yang menjadi sumber penularan
utama adalah tikus, sedagkan sumber yang
lain pada babi, sapi, kambing, domba,
kuda, anjing, kucing, serangga, burung,
insetivora (landak, kelelawar,tupai), rubah,
dapat sebagai pembawa leptospira juga.
Cara Penularan Leptospirosis
• ditularkan melalui air (water borne disease). Urin
(air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini
merupakan sumber utama penularan, baik pada
manusia maupun pada hewan .
• Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan
selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak
luka di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan
cairan abortus (gugur kandungan) Penularan dari
manusia ke manusia jarang terjadi.
• Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak
hewan atau manusia dengan barang-barang yang
telah tercemar urin penderita.
Cara Penularan Leptospirosis
Menurut ditjen PP&PL Kemenkes cara penularan
leptospirosis yaitu sebagai berikut:
1. Manusia terinfkesi leptospira melalui kontak langsung
dengan air, tanah (lumpur), tanaman, makanan yang
tercemar air seni hewan yang terinfeksi leptospira.
2. Masuknya bakteri leptospira ke dalam tubuh manusia
melalui selaput lensir (mukosa) mata, hidung atau
melalui kulit yang lecet dan kadangkadang melalui
pencernaan dari makanan yang tercemar oleh air seni
tikus yang terinfeksi leptospira
3. Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi
4. Musim penularan pada musim penghujan, biasanya
pasca banjir.
Masa Penularan Leptospirosis
• Masa penularan 4-19 hari, rata-rata 10
hari.
• Leptospira berada dalam air seni penderita
1 bulan, tetapi menurut pengamatan pada
hewan dan manusia yang terinfeksi
leptospira, air seninya msih mengandung
leptospira sampai 11 bulan dari sakit
(Dep.Kes, 2013)
Tanda dan Gejala Leptospirosis
• Fase Septisemik : fase awal / fase leptospiremik. mengalami gejala mirip flu
selama 4-7 hari, ditandai dengan demam, kedinginan, dan kelemahan otot.
• Fase Imun: fase kedua / leptospirurik karena sirkulasi antibodi dapat
dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak dapat
didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-
30 hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung
organ tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal.
• Sakit mendadak, demam, dan sakit kepala berat, skin
rash, conjunctival, suffusion (mata merah), nyeri otot
yang hebat (juga nyeri tekan) terutama di otot belakan,
paha, betis, sehingga kadang-kadang penderita
mengeluh sukar berjalan dan sakit kepala (Ditjen PP & PL
Kemenkes, 2013).
• Jaundis: kulit dan mukosa menjadi kuning
• Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26
hari.
• Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu
fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan
fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik.
Tanda dan Gejala Leptospirosis
• Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan,
dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan jaundis,
pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda koagulopati.
• Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan sulit bernapas. Gangguan
hematologi berupa peradarahan dan pembesaran limpa (splenomegali).
Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis. Meningitis aseptik
merupakan manifestasi klinis paling penting pada fase imun.
• Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah timbul
jaundis.
• Sindrom Weil : bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis, disfungsi ginjal,
nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis perdarahan. Kondisi ini terjadi
pada akhir fase awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk
setiap waktu.
Epidemiologi Leptospirosis
1. Distribusi dan frekuensi leptospirosis
a. Orang
b. Tempat
c. Waktu
2. Determinan Leptospirosis
a. Host
b. Agent
c. Environment
1. Menurut orang:
1) Leptospirosis tidak terjadi pada spesifik umur tertentu.
Leptospirosis diketahui terjadi pada semua umur berkisar
antara balita sampai lansia yaitu 1 tahun sampai lebih dari 65
tahun.
laki-laki memiliki resiko yang lebih besar untuk terinfeksi
leptospirosis. Hal ini mungkin diakibatkan karena laki-laki
memiliki pekerjaan yang lebih terpapar oleh hewan yang
terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi.
WHO melaporkan bahwa dari suatu studi domestic yang
dilakukan terhadap 107 pasien yang didiagnosa menderita
leptospirosis sekitar 90% adalah laki-lak, yang umumnya
memiliki resiko lebih besar karena keterpaparan mereka pada
air yang terkontaminasi dalam dunia kerja (WHO, 1989)
2. Menurut tempat:
• Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di daerah
tropis maupun subtropis.
• Di daerah endemis, puncak kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan
dan banjir.
• Kasus Leptospirosis 1000 kali lebih banyak ditemukan di negara beriklim tropis dibandingkan
dengan negara subtropis dengan risiko penyakit yang lebih berat. Angka kejadian Leptospirosis
di negara tropis basah 5-20/100.000 penduduk per tahun .
• WHO mencatat, kasus Leptospirosis di daerah beriklim subtropis diperkirakan berjumlah 0.1-1
per 100.000 orang setiap tahun, sedangkan di daerah beriklim tropis kasus ini meningkat
menjadi lebih dari 10 per 100.000 orang setiap tahun. Pada saat wabah, sebanyak lebih dari
100 orang dari kelompok berisiko tinggi di antara 100.000 orang dapat terinfeksi.
• Di Indonesia, Leptospirosis tersebar antara lain di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat,
angka kematian Leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, mencapai 2,5-16,45 persen . Pada
usia lebih dari 50 tahun kematian mencapai 56 persen . Di beberapa publikasi angka kematian
dilaporkan antara 3 persen - 54 persen tergantung sistem organ yang terinfeksi .
• Bakteri leptospira mampu bertahan hidup lama pada air tergenang seperti di kolam renang, di
lubuk sungai dan di tanah lembab, tanah rawa dan lumpur di pertambangan dan
pertanian/perkebunan.
3. Menurut Waktu
• Pada musim penghujan, peluang terjadinya banjir akan
lebih besar sehingga frekuensi penyakit leptospirosis
tidak sulit untuk ditemukan.
• Jumlah penderita leptospirosis meningkat setelah banjir
terlebih lama surutnya air sampai 3 hari atau lebih.
Host (pejamu):
1. Umur: lapisan usia rentan terhadap infeksi leptospirosis.
2. Jenis kelamin: laki-laki memiliki resiko yang lebih besar untuk
terinfeksi leptospirosis. Terpapar kotoran rodent lebih besar.
3. Pekerjaan : Kelompok pekerja yang kontak langsung dengan
hewan merupakan kelompok yang berisiko terhadap kejadian
leptospirosis.
4. Riwayat luka: kulit yang lecet atau luka infeksi dengan
leptospira umumnya berlangsung melalui luka atau erosi
pada kulit maupun selaput lender.
5. Status pengungsian: Orang yang mengungsi ditempat yang
telah ditentukan akan lebih mudah dipantau masalah
kesehatannya.
6. Personal hygiene : salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya leptospirosis yang dapat dilakukan individu
adalahdengan menjaga kebersihan.
2. Agent
• penyebab penyakit leptospirosis adalah
leptospira, anggota dari ordo spirochaertales.
3. Lingkungan
1. Ketinggian genangan air pada saat banjir: Genangan air yang tinggi pada saat banjir akan
membuat banjir semakin lama surut sehingga bakteri leptospirosis akan lebih lama berada
bersama air genangan banjir tersebut.
2. Keberadaaan sampah : Adanya kumpulan sampah di sekitar rumah akan menjadi tempat
yang disenangi tikus.
3. Tatanan Rumah: tumpukan barang-barang bisa mengakibatkan perkembangan habitat
tikus.
4. Curah hujan: Hujan deras akan menyebabkan banjir sehingga meningkatkan risiko
leptospirosis dengan membawa bakteri dan binatang lebih dekat dengan manusia. Hasil
penelitian rejeki, 2005 menunjukkan bahwa tingginya curah hujan berisiko terkena
leptospirosis sebesar 37 kali dibandingkan dengan curah hujan rendah.
5. Ketersediaan air bersih : menjaga sumber air bersih yang digunakan dari binatang
pengerat (tikus).
6. PH tanah dan PH air: bakteri Leptospira dapat hidup berbulan bulan dalam lingkungan
yang hangat (28-30oC) dan PH relative netral (pH 7,2-8). Bila di air dan lumpur yang paling
cocok untuk bakteri leptospira adalah dengan PH antara 7,0-7,4 dan temperature antara
28oC-30oC.
7. Selokan / sarana pembuangan air limbah: Peran selokan sebagai media penularan
penyakit leptospirosis terjadi ketika air pada selokan terkontaminasi oleh urin tikus atau
hewan peliharaan yang terinfeksi bakteri Leptospira.
8. Keberadaan tikus di dalam maupun di luar rumah: hewan-hewan yang menjadi sumber
penularan leptospirosis salah satunya adalah rodent (tikus).
Pencegahan Leptospirosis
1) Jalur sumber infeksi
2) Jalur penularan
3) Jalur pejamu manusia
1) Jalur sumber infeksi
• Melakukan tindakan isolasi atau membunuh hewan yang terinfeksi.
• Memberikan antibiotik pada hewan yang terinfeksi.
• Mengurangi populasi tikus dengan beberapa cara seperti penggunaan
racun tikus, pemasangan jebakan, penggunaan rondentisida dan predator
ronden.
• Meniadakan akses tikus ke lingkungan pemukiman, makanan dan air minum
dengan membangun gudang penyimpanan makanan atau hasil pertanian,
sumber penampungan air, dan perkarangan yang kedap tikus, dan dengan
membuang sisa makanan serta sampah jauh dari jangkauan tikus.
• Mencengah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan
memelihara lingkungan bersih, membuang sampah, memangkas rumput
dan semak berlukar, menjaga sanitasi, khususnya dengan membangun
sarana pembuangan limbah dan kamar mandi yang baik, dan menyediakan
air minum yang bersih.
• Melakukan vaksinasi hewan ternak dan hewan peliharaan.
• Membuang kotoran hewan peliharaan. Sadakimian rupa sehinnga tidak
menimbulkan kontaminasi, misalnya dengan pemberian desinfektan.
2) Jalur penularan
• Memakai pelindung kerja (sepatu, sarung tangan, pelindung mata, apron, masker).
• Mencuci luka dengan cairan antiseptik, dan ditutup dengan plester kedap air.
• Mencuci atau mandi dengan sabun antiseptik setelah terpajan percikan urin, tanah, dan air
yang terkontaminasi.
• Menumbuhkan kesadaran terhadap potensi resiko dan metode untuk mencegah atau
mengurangi pajanan misalnya dengan mewaspadai percikan atau aerosol, tidak menyentuh
bangkai hewan, janin, plasenta, organ (ginjal, kandung kemih) dengan tangan telanjang, dan
jangn menolong persalinan hewan tanpa sarung tangan.
• Mengenakan sarung tangan saat melakukan tindakan higienik saat kontak dengan urin
hewan, cuci tangan setelah selesai dan waspada terhadap kemungkinan terinfeksi saat
merawat hewan yang sakit.
• Melakukan desinfektan daerah yang terkontaminasi, dengan membersihkan lantai kandang,
rumah potong hewan dan lain-lain.
• Melindungi sanitasi air minum penduduk dengan pengolalaan air minum yang baik, filtrasi
dan korinasi untuk mencengah infeksi kuman leptospira.
• Menurunkan PH air sawah menjadi asam dengan pemakaian pupuk aau bahan-bahan kimia
sehingga jumlah dan virulensi kuman leptospira berkurang.
• Memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai air kolam, genagan air dan sungai
yang telah atau diduga terkontaminasi kuman leptospira..
• Manajemen ternak yang baik.
3) Jalur pejamu manusia
• Menumbuhkan sikap waspada
• Diperlukan pendekatan penting pada masyarakat umum dan
kelompok resiko tinggi terinfeksi kuman leptospira. Masyarakat
perlu mengetahui aspek penyakit leptospira, cara-cara menghindari
pajanan dan segera ke sarana kesehatan bila di duga terinfeksi
kuman leptospira.
• Melakukan upaya edukasi
• Dalam upaya promotif, untuk menghindari leptospirosis dilakukan
dengan cara-cara edukasi yang meliputi :
 Memberikan selembaran kepada klinik kesehatan, departemen
pertanian, institusi militer, dan lain-lain. Di dalamnya diuraikan
mengenai penyakit leptospirosis, kriteria menengakkan
diagnosis, terapi dan cara mencengah pajanan. Dicatumkan pula
nomor televon yang dapat dihubungi untuk informasi lebih
lanjut.
 Melakukan penyebaran informasi.
Pengobatan leptospirosis
• Pengobatan terhadap penderita leptospirosis dapat dilakukan dengan
pemberian antibiotik seperti penisilin, streptomisin, tetrasiklin atau
erithromisin. Bermacam-macam antibiotik yang tersebut di atas, menurut
Turner, pemberian penisilin atau tetrasiklin dosis tinggi dapat memberikan
hasil yang sangat baik. (Depkes RI, 2013)
• Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dapat juga melindungi terjadinya
leptospirosis.
• Pengobatan suportif dapat dilakukan dengan observasi ketat untuk
mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan, dan
gagal ginjal seperti menjaga keseimbangan cairan tubuh. Beberapa pasien
membutuhkan dialisis (akibat gagal ginjal) dan EKG (akibat aritmia)
TERIMAKASIH


Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Program TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmasProgram TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmas
Joni Iswanto
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitus
Yunita Manurung
 
glomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakglomerulonefritis anak
glomerulonefritis anak
Suzika Dewi
 
MALARIA - epidemiologi penyakit menular
MALARIA - epidemiologi penyakit menularMALARIA - epidemiologi penyakit menular
MALARIA - epidemiologi penyakit menular
Bernike Zega
 

Was ist angesagt? (20)

Komunikasi risiko
Komunikasi risikoKomunikasi risiko
Komunikasi risiko
 
4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Penyakit Hepatitis dan Jenisnya
Penyakit Hepatitis dan JenisnyaPenyakit Hepatitis dan Jenisnya
Penyakit Hepatitis dan Jenisnya
 
Ppt malaria
Ppt malariaPpt malaria
Ppt malaria
 
Program TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmasProgram TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmas
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
 
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
 
Ppt DBD
Ppt DBDPpt DBD
Ppt DBD
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitus
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Ppt campak
 
Power Point Hepatitis
Power Point HepatitisPower Point Hepatitis
Power Point Hepatitis
 
Power Point Demam Berdarah Dengue (DBD)
Power Point Demam Berdarah Dengue (DBD)Power Point Demam Berdarah Dengue (DBD)
Power Point Demam Berdarah Dengue (DBD)
 
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
 
glomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakglomerulonefritis anak
glomerulonefritis anak
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
MALARIA - epidemiologi penyakit menular
MALARIA - epidemiologi penyakit menularMALARIA - epidemiologi penyakit menular
MALARIA - epidemiologi penyakit menular
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatDiagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
 

Andere mochten auch

Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
andreei
 
Program filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmasProgram filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmas
Joni Iswanto
 
leptospirosis
leptospirosisleptospirosis
leptospirosis
Irene Ngu
 
Presentation filariasis
Presentation filariasisPresentation filariasis
Presentation filariasis
22_04
 

Andere mochten auch (20)

Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi KesihatanLeptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Faktor - faktor yang mempengaruhi pencegahan leptospirosis
Faktor - faktor yang mempengaruhi pencegahan leptospirosisFaktor - faktor yang mempengaruhi pencegahan leptospirosis
Faktor - faktor yang mempengaruhi pencegahan leptospirosis
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Leptospirosis
Leptospirosis Leptospirosis
Leptospirosis
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
 
Program filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmasProgram filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmas
 
Leptospirosis powerpoint
Leptospirosis powerpointLeptospirosis powerpoint
Leptospirosis powerpoint
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Ppt filariasis
Ppt filariasisPpt filariasis
Ppt filariasis
 
leptospirosis
leptospirosisleptospirosis
leptospirosis
 
Presentation filariasis
Presentation filariasisPresentation filariasis
Presentation filariasis
 
Diapositivas leptospirosis
Diapositivas leptospirosisDiapositivas leptospirosis
Diapositivas leptospirosis
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Leptospirosis 1
Leptospirosis 1Leptospirosis 1
Leptospirosis 1
 
Materi penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasisMateri penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasis
 
Management of pulmonary embolism in emergency department
Management of pulmonary embolism in emergency departmentManagement of pulmonary embolism in emergency department
Management of pulmonary embolism in emergency department
 
Leptospirosis : update on management
Leptospirosis : update on managementLeptospirosis : update on management
Leptospirosis : update on management
 

Ähnlich wie Leptospirosis

PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxPPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
kristyagaki
 
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptxpenularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
lulukesling
 
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptxPPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
kristyagaki
 
Zoonosis Pada Hewan Peliharaan dan Cara Pencegahannya - World Zoonosis Day, D...
Zoonosis Pada Hewan Peliharaan dan Cara Pencegahannya - World Zoonosis Day, D...Zoonosis Pada Hewan Peliharaan dan Cara Pencegahannya - World Zoonosis Day, D...
Zoonosis Pada Hewan Peliharaan dan Cara Pencegahannya - World Zoonosis Day, D...
Tata Naipospos
 
Leptospirosis dan Bovine Tuberculosis.pptx
Leptospirosis dan Bovine Tuberculosis.pptxLeptospirosis dan Bovine Tuberculosis.pptx
Leptospirosis dan Bovine Tuberculosis.pptx
MuhammadIkbal771510
 
Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx
Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptxPpt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx
Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx
ElsaDay2
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
FELIXDEO
 
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paru
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paruPpt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paru
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paru
arbianisa
 
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB ParuFaktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
arbianisa
 
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
AlbarFirdaus
 

Ähnlich wie Leptospirosis (20)

PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxPPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
 
Leptospirosis
Leptospirosis Leptospirosis
Leptospirosis
 
Leptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjingLeptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjing
 
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptxpenularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
 
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptxPPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
 
Maklah tbc1
Maklah tbc1Maklah tbc1
Maklah tbc1
 
Spirochete
SpirocheteSpirochete
Spirochete
 
Zoonosis Pada Hewan Peliharaan dan Cara Pencegahannya - World Zoonosis Day, D...
Zoonosis Pada Hewan Peliharaan dan Cara Pencegahannya - World Zoonosis Day, D...Zoonosis Pada Hewan Peliharaan dan Cara Pencegahannya - World Zoonosis Day, D...
Zoonosis Pada Hewan Peliharaan dan Cara Pencegahannya - World Zoonosis Day, D...
 
Leptospirosis dan Bovine Tuberculosis.pptx
Leptospirosis dan Bovine Tuberculosis.pptxLeptospirosis dan Bovine Tuberculosis.pptx
Leptospirosis dan Bovine Tuberculosis.pptx
 
Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx
Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptxPpt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx
Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx
 
environment pollution topic 1-public health
environment pollution topic 1-public healthenvironment pollution topic 1-public health
environment pollution topic 1-public health
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
 
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) PenyakitSemoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
 
Isi blok 12
Isi blok 12Isi blok 12
Isi blok 12
 
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paru
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paruPpt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paru
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paru
 
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB ParuFaktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paru
 
1 o penyakit yang menyebabkan wabah
1 o penyakit yang menyebabkan wabah1 o penyakit yang menyebabkan wabah
1 o penyakit yang menyebabkan wabah
 
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
 
12. tb.paru
12. tb.paru12. tb.paru
12. tb.paru
 
Tifoid
TifoidTifoid
Tifoid
 

Mehr von Ainur

Vitamin
Vitamin Vitamin
Vitamin
Ainur
 
Karbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiKarbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur Pujianti
Ainur
 
Sistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makananSistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makanan
Ainur
 
SMK3 & P2K3
SMK3 & P2K3SMK3 & P2K3
SMK3 & P2K3
Ainur
 
Ainur antibiotik dalam kehamilan
Ainur   antibiotik dalam kehamilanAinur   antibiotik dalam kehamilan
Ainur antibiotik dalam kehamilan
Ainur
 
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur
 
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapiAinur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur
 
Hiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxHiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptx
Ainur
 
Bising- Ainur & Vibri & Vanda
Bising- Ainur & Vibri & Vanda Bising- Ainur & Vibri & Vanda
Bising- Ainur & Vibri & Vanda
Ainur
 
Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)
Ainur
 
Jaringan hewan (ainur - vanda)
Jaringan hewan (ainur - vanda)Jaringan hewan (ainur - vanda)
Jaringan hewan (ainur - vanda)
Ainur
 

Mehr von Ainur (20)

Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2
Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2
Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2
 
Jenis evaluasi dan ruang lingkup
Jenis evaluasi dan ruang lingkupJenis evaluasi dan ruang lingkup
Jenis evaluasi dan ruang lingkup
 
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat KerjaPenyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel
 
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatPeran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
 
chi square 2 sample & k sample
chi square 2 sample & k sample chi square 2 sample & k sample
chi square 2 sample & k sample
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel
 
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatPeran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
 
Metode penelitian eksperimental
Metode penelitian eksperimentalMetode penelitian eksperimental
Metode penelitian eksperimental
 
Vitamin
Vitamin Vitamin
Vitamin
 
Karbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiKarbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur Pujianti
 
Sistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makananSistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makanan
 
SMK3 & P2K3
SMK3 & P2K3SMK3 & P2K3
SMK3 & P2K3
 
Ainur antibiotik dalam kehamilan
Ainur   antibiotik dalam kehamilanAinur   antibiotik dalam kehamilan
Ainur antibiotik dalam kehamilan
 
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
 
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapiAinur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
 
Hiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxHiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptx
 
Bising- Ainur & Vibri & Vanda
Bising- Ainur & Vibri & Vanda Bising- Ainur & Vibri & Vanda
Bising- Ainur & Vibri & Vanda
 
Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)
 
Jaringan hewan (ainur - vanda)
Jaringan hewan (ainur - vanda)Jaringan hewan (ainur - vanda)
Jaringan hewan (ainur - vanda)
 

Kürzlich hochgeladen

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 

Leptospirosis

  • 2. Pengertian Leptospirosis • Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus Leptospira yang pathogen, menyerang hewan dan manusia, sedangkan zoonosis adalah penyakit yang secara alami dapat di pindahkan dari hewan vertebrata ke manusia ata sebaliknya. (Depkes RI, 2013) • Nama lain : flood fever atau demam banjir, swineherd’s, demam pesawah (rice-field fever), demam lumpur, jaundis berdarah, penyakit stuttgant, atau demam canicola, demam Icterohemorrhage sehingga biasa juga disebut penyakit kuning non-virus, demam icterohemorrhagic, demam lumpur, penyakit swinherd, demam rawa, penyakit weil, demam canicola
  • 3. Sumber Penularan Leptospirosis Hewan yang menjadi sumber penularan utama adalah tikus, sedagkan sumber yang lain pada babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, insetivora (landak, kelelawar,tupai), rubah, dapat sebagai pembawa leptospira juga.
  • 4. Cara Penularan Leptospirosis • ditularkan melalui air (water borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan . • Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus (gugur kandungan) Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi. • Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan barang-barang yang telah tercemar urin penderita.
  • 5. Cara Penularan Leptospirosis Menurut ditjen PP&PL Kemenkes cara penularan leptospirosis yaitu sebagai berikut: 1. Manusia terinfkesi leptospira melalui kontak langsung dengan air, tanah (lumpur), tanaman, makanan yang tercemar air seni hewan yang terinfeksi leptospira. 2. Masuknya bakteri leptospira ke dalam tubuh manusia melalui selaput lensir (mukosa) mata, hidung atau melalui kulit yang lecet dan kadangkadang melalui pencernaan dari makanan yang tercemar oleh air seni tikus yang terinfeksi leptospira 3. Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi 4. Musim penularan pada musim penghujan, biasanya pasca banjir.
  • 6. Masa Penularan Leptospirosis • Masa penularan 4-19 hari, rata-rata 10 hari. • Leptospira berada dalam air seni penderita 1 bulan, tetapi menurut pengamatan pada hewan dan manusia yang terinfeksi leptospira, air seninya msih mengandung leptospira sampai 11 bulan dari sakit (Dep.Kes, 2013)
  • 7. Tanda dan Gejala Leptospirosis • Fase Septisemik : fase awal / fase leptospiremik. mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan demam, kedinginan, dan kelemahan otot. • Fase Imun: fase kedua / leptospirurik karena sirkulasi antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak dapat didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0- 30 hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal. • Sakit mendadak, demam, dan sakit kepala berat, skin rash, conjunctival, suffusion (mata merah), nyeri otot yang hebat (juga nyeri tekan) terutama di otot belakan, paha, betis, sehingga kadang-kadang penderita mengeluh sukar berjalan dan sakit kepala (Ditjen PP & PL Kemenkes, 2013). • Jaundis: kulit dan mukosa menjadi kuning • Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26 hari. • Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik.
  • 8. Tanda dan Gejala Leptospirosis • Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan jaundis, pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda koagulopati. • Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan sulit bernapas. Gangguan hematologi berupa peradarahan dan pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis. Meningitis aseptik merupakan manifestasi klinis paling penting pada fase imun. • Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah timbul jaundis. • Sindrom Weil : bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis, disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis perdarahan. Kondisi ini terjadi pada akhir fase awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap waktu.
  • 9. Epidemiologi Leptospirosis 1. Distribusi dan frekuensi leptospirosis a. Orang b. Tempat c. Waktu 2. Determinan Leptospirosis a. Host b. Agent c. Environment
  • 10. 1. Menurut orang: 1) Leptospirosis tidak terjadi pada spesifik umur tertentu. Leptospirosis diketahui terjadi pada semua umur berkisar antara balita sampai lansia yaitu 1 tahun sampai lebih dari 65 tahun. laki-laki memiliki resiko yang lebih besar untuk terinfeksi leptospirosis. Hal ini mungkin diakibatkan karena laki-laki memiliki pekerjaan yang lebih terpapar oleh hewan yang terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi. WHO melaporkan bahwa dari suatu studi domestic yang dilakukan terhadap 107 pasien yang didiagnosa menderita leptospirosis sekitar 90% adalah laki-lak, yang umumnya memiliki resiko lebih besar karena keterpaparan mereka pada air yang terkontaminasi dalam dunia kerja (WHO, 1989)
  • 11. 2. Menurut tempat: • Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis. • Di daerah endemis, puncak kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir. • Kasus Leptospirosis 1000 kali lebih banyak ditemukan di negara beriklim tropis dibandingkan dengan negara subtropis dengan risiko penyakit yang lebih berat. Angka kejadian Leptospirosis di negara tropis basah 5-20/100.000 penduduk per tahun . • WHO mencatat, kasus Leptospirosis di daerah beriklim subtropis diperkirakan berjumlah 0.1-1 per 100.000 orang setiap tahun, sedangkan di daerah beriklim tropis kasus ini meningkat menjadi lebih dari 10 per 100.000 orang setiap tahun. Pada saat wabah, sebanyak lebih dari 100 orang dari kelompok berisiko tinggi di antara 100.000 orang dapat terinfeksi. • Di Indonesia, Leptospirosis tersebar antara lain di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, angka kematian Leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, mencapai 2,5-16,45 persen . Pada usia lebih dari 50 tahun kematian mencapai 56 persen . Di beberapa publikasi angka kematian dilaporkan antara 3 persen - 54 persen tergantung sistem organ yang terinfeksi . • Bakteri leptospira mampu bertahan hidup lama pada air tergenang seperti di kolam renang, di lubuk sungai dan di tanah lembab, tanah rawa dan lumpur di pertambangan dan pertanian/perkebunan.
  • 12. 3. Menurut Waktu • Pada musim penghujan, peluang terjadinya banjir akan lebih besar sehingga frekuensi penyakit leptospirosis tidak sulit untuk ditemukan. • Jumlah penderita leptospirosis meningkat setelah banjir terlebih lama surutnya air sampai 3 hari atau lebih.
  • 13. Host (pejamu): 1. Umur: lapisan usia rentan terhadap infeksi leptospirosis. 2. Jenis kelamin: laki-laki memiliki resiko yang lebih besar untuk terinfeksi leptospirosis. Terpapar kotoran rodent lebih besar. 3. Pekerjaan : Kelompok pekerja yang kontak langsung dengan hewan merupakan kelompok yang berisiko terhadap kejadian leptospirosis. 4. Riwayat luka: kulit yang lecet atau luka infeksi dengan leptospira umumnya berlangsung melalui luka atau erosi pada kulit maupun selaput lender. 5. Status pengungsian: Orang yang mengungsi ditempat yang telah ditentukan akan lebih mudah dipantau masalah kesehatannya. 6. Personal hygiene : salah satu upaya untuk mencegah terjadinya leptospirosis yang dapat dilakukan individu adalahdengan menjaga kebersihan.
  • 14. 2. Agent • penyebab penyakit leptospirosis adalah leptospira, anggota dari ordo spirochaertales.
  • 15. 3. Lingkungan 1. Ketinggian genangan air pada saat banjir: Genangan air yang tinggi pada saat banjir akan membuat banjir semakin lama surut sehingga bakteri leptospirosis akan lebih lama berada bersama air genangan banjir tersebut. 2. Keberadaaan sampah : Adanya kumpulan sampah di sekitar rumah akan menjadi tempat yang disenangi tikus. 3. Tatanan Rumah: tumpukan barang-barang bisa mengakibatkan perkembangan habitat tikus. 4. Curah hujan: Hujan deras akan menyebabkan banjir sehingga meningkatkan risiko leptospirosis dengan membawa bakteri dan binatang lebih dekat dengan manusia. Hasil penelitian rejeki, 2005 menunjukkan bahwa tingginya curah hujan berisiko terkena leptospirosis sebesar 37 kali dibandingkan dengan curah hujan rendah. 5. Ketersediaan air bersih : menjaga sumber air bersih yang digunakan dari binatang pengerat (tikus). 6. PH tanah dan PH air: bakteri Leptospira dapat hidup berbulan bulan dalam lingkungan yang hangat (28-30oC) dan PH relative netral (pH 7,2-8). Bila di air dan lumpur yang paling cocok untuk bakteri leptospira adalah dengan PH antara 7,0-7,4 dan temperature antara 28oC-30oC. 7. Selokan / sarana pembuangan air limbah: Peran selokan sebagai media penularan penyakit leptospirosis terjadi ketika air pada selokan terkontaminasi oleh urin tikus atau hewan peliharaan yang terinfeksi bakteri Leptospira. 8. Keberadaan tikus di dalam maupun di luar rumah: hewan-hewan yang menjadi sumber penularan leptospirosis salah satunya adalah rodent (tikus).
  • 16. Pencegahan Leptospirosis 1) Jalur sumber infeksi 2) Jalur penularan 3) Jalur pejamu manusia
  • 17. 1) Jalur sumber infeksi • Melakukan tindakan isolasi atau membunuh hewan yang terinfeksi. • Memberikan antibiotik pada hewan yang terinfeksi. • Mengurangi populasi tikus dengan beberapa cara seperti penggunaan racun tikus, pemasangan jebakan, penggunaan rondentisida dan predator ronden. • Meniadakan akses tikus ke lingkungan pemukiman, makanan dan air minum dengan membangun gudang penyimpanan makanan atau hasil pertanian, sumber penampungan air, dan perkarangan yang kedap tikus, dan dengan membuang sisa makanan serta sampah jauh dari jangkauan tikus. • Mencengah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan memelihara lingkungan bersih, membuang sampah, memangkas rumput dan semak berlukar, menjaga sanitasi, khususnya dengan membangun sarana pembuangan limbah dan kamar mandi yang baik, dan menyediakan air minum yang bersih. • Melakukan vaksinasi hewan ternak dan hewan peliharaan. • Membuang kotoran hewan peliharaan. Sadakimian rupa sehinnga tidak menimbulkan kontaminasi, misalnya dengan pemberian desinfektan.
  • 18. 2) Jalur penularan • Memakai pelindung kerja (sepatu, sarung tangan, pelindung mata, apron, masker). • Mencuci luka dengan cairan antiseptik, dan ditutup dengan plester kedap air. • Mencuci atau mandi dengan sabun antiseptik setelah terpajan percikan urin, tanah, dan air yang terkontaminasi. • Menumbuhkan kesadaran terhadap potensi resiko dan metode untuk mencegah atau mengurangi pajanan misalnya dengan mewaspadai percikan atau aerosol, tidak menyentuh bangkai hewan, janin, plasenta, organ (ginjal, kandung kemih) dengan tangan telanjang, dan jangn menolong persalinan hewan tanpa sarung tangan. • Mengenakan sarung tangan saat melakukan tindakan higienik saat kontak dengan urin hewan, cuci tangan setelah selesai dan waspada terhadap kemungkinan terinfeksi saat merawat hewan yang sakit. • Melakukan desinfektan daerah yang terkontaminasi, dengan membersihkan lantai kandang, rumah potong hewan dan lain-lain. • Melindungi sanitasi air minum penduduk dengan pengolalaan air minum yang baik, filtrasi dan korinasi untuk mencengah infeksi kuman leptospira. • Menurunkan PH air sawah menjadi asam dengan pemakaian pupuk aau bahan-bahan kimia sehingga jumlah dan virulensi kuman leptospira berkurang. • Memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai air kolam, genagan air dan sungai yang telah atau diduga terkontaminasi kuman leptospira.. • Manajemen ternak yang baik.
  • 19. 3) Jalur pejamu manusia • Menumbuhkan sikap waspada • Diperlukan pendekatan penting pada masyarakat umum dan kelompok resiko tinggi terinfeksi kuman leptospira. Masyarakat perlu mengetahui aspek penyakit leptospira, cara-cara menghindari pajanan dan segera ke sarana kesehatan bila di duga terinfeksi kuman leptospira. • Melakukan upaya edukasi • Dalam upaya promotif, untuk menghindari leptospirosis dilakukan dengan cara-cara edukasi yang meliputi :  Memberikan selembaran kepada klinik kesehatan, departemen pertanian, institusi militer, dan lain-lain. Di dalamnya diuraikan mengenai penyakit leptospirosis, kriteria menengakkan diagnosis, terapi dan cara mencengah pajanan. Dicatumkan pula nomor televon yang dapat dihubungi untuk informasi lebih lanjut.  Melakukan penyebaran informasi.
  • 20. Pengobatan leptospirosis • Pengobatan terhadap penderita leptospirosis dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik seperti penisilin, streptomisin, tetrasiklin atau erithromisin. Bermacam-macam antibiotik yang tersebut di atas, menurut Turner, pemberian penisilin atau tetrasiklin dosis tinggi dapat memberikan hasil yang sangat baik. (Depkes RI, 2013) • Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dapat juga melindungi terjadinya leptospirosis. • Pengobatan suportif dapat dilakukan dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan, dan gagal ginjal seperti menjaga keseimbangan cairan tubuh. Beberapa pasien membutuhkan dialisis (akibat gagal ginjal) dan EKG (akibat aritmia)