Makalah ini membahas tentang persepsi, yang didefinisikan sebagai proses individu menyadari dan memahami stimulus lingkungan melalui indra. Proses persepsi meliputi penerimaan, pengorganisasian, dan interpretasi stimulus. Persepsi dipengaruhi oleh faktor luar seperti intensitas stimulus, dan faktor dalam seperti pengalaman dan harapan individu.
1. 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Dan juga kami berterima
kasih pada Ibu selaku Dosen mata kuliah Pengantar Psikologi dan Penggerak Mula
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ilmu psikologi khususnya persepsi.
Persepsi berarti memeberiken pandangan atau pengertian, yaitu bagaiman seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi menentukan kita memilih suatu pesan
dan mengabaikan pesan yang lain. Persepsi disebut inti ilmu komunikasi, karena jika
persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Somba Opu, 2 Oktober 2013
Penyusun
2. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Persepsi
B. Proses Persepsi
C. Perkembangan Perseptual
D. Fungsi dan Sifat-Sifat Dunia Persepsi
E. Persepsi dan Sensasi
F. Persepsi dan Kognisi
G. Dunia Persepsi sebagai Dunia Bentuk
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbedaan pandangan bukanlah merupakan hal yang baru dalam
lapangan ilmu lebih-lebih dalam lapangan ilmu sosial. Masing-masing ahli
mempunyai sudut pandangan sendiri-sendiri mana yang dianggap penting,
sehingga akan berbeda dalam meletakkan titik beratnya. Perbedaan
pandangan ini mungkin karena perbedaan bidang studi ataupun metode
yang digunakan dalam pendekatan masalah. lni akan jelas apabila dilihat
tentang batasan yang dirnaksud dengan psikologi itu.
Karena psikologi itu merupakan ilmu mengenai jiwa, maka persoalan
yang pertama-tama timbul ialah apakah yang diimaksud dengan jiwa itu.
Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ini bukanlah merupakan hal
yang mudah seperti diperkirakan orang banyak. Proses psikologi yang
didahului oleh penginderaan berupa pengamatan, pengingat dan
pengidentifikasian suatu objek disebut dengan persepsi. Agar individu
dapat menyadari dan mengadakan persepsi, maka ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, salah satunya dengan adanya obyek atau stimulus
yang dipersepsikan.
Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentunya ada faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Faktor- faktor itulah yang menyebabkan
mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi
yang berbeda tentang yang dilihatnya itu. Dengan demikian, studi
mengenai persepsi juga harus menyelidiki faktor-faktor yang
memengaruhi persepsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persepsi?
2. Bagaimana proses persepsi?
3. Bagaimana perkembangan perseptual?
4. Bagaimana fungsi dan sifat-sifat dunia persepsi?
5. Bagaimana hubungan persepsi dan sensasi?
6. Bagaiman hubungan persepsi dan kognisi?
7. Bagaimana dunia persepsi sebagai dunia bentuk?
C. Tujuan
4. 4
1. Untuk mengetahui pengertian persepsi.
2. Untuk mengetahui proses persepsi.
3. Untuk mengetahui perkembangan perseptual.
4. Untuk mengetahui fungsi dan sifat-sifat dunia persepsi.
5. Untuk mengetahui hubungan persepsi dan sensasi.
6. Untuk mengetahui hubungan persepsi dan kognisi.
7. Untuk mengetahui dunia persepsi sebagai dunia bentuk.
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persepsi
Secara etimilogis, persepsi atau dalam bahasa inggris perseption berasal dari
bahasa latin perseptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.
Kata “persepsi” biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi; persepsi diri,
persepsi sosiol (Calhoun & Acocella, 1990; Sarwono, 1997; Gerungan, 1987),
dan persepsi interpersonal (Rakhmat, 1994). Menurut De Vito (1997:75),
persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
mempengaruhi indera kita. Gulo (1982:207) mendefinisikan persepsi sebagai
proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya
melalui indera-indera yang dimilikinya. Menurut Atkinson, persepsi adalah
proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam
lingkungan. Teguiri (dalam Muhadjir, 1992) menawarkan istilah “la connaisance
d’atrui” atau menagenal orang lain. Dalam kepustakaan berbahasa inggris, istilah
yang banyak digunakan adalah “social perception”. Objek fisik umumnya
memberi stimulus fisik yang sama, sehinga orang mudah membuat persepsi
sama. Pada dasarnya, objek berupa pribadi memberi stimulus yang sama pula,
namun kenyataannya tidaklah demikian. Sarlito Wiraman Sarwono, persepsi
merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan,
memfokuskan dan sebagainya. Irwanto dkk mengemukakan bahwa persepsi ialah
proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun
peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Jalaluddin Rakhmat
mengatakan persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Clifford T. Morgan mengatakan bahwa “Perception is the
process of discriminating among stimuli and interpreting their meaning”.
Persepsi adalah proses bagai mana membedakan rangsangan (stimulus) dan
menginterpretasikan stimulus- stimulus yang diterima.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian,
yaitu bagaiman seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978).
“Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan mengartikanraksi kepada
6. 6
rangsangan pancaindra atau data.” Persepsi disebut inti ilmu komunikasi, karena
jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif.
Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan
yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antarindividu, semakin
mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya,
semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas
(Mulyana, 2000: 167-168).
B. Proses Persepsi
Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau
proses tertentu yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi. Menurut
Sunaryo (2004) persepsi melewati tiga proses, yaitu:
1. Proses fisik (kealaman) — objek stimulus reseptor atau alat indera
2. Proses fisiologis — stimulus saraf sensoris otak
3. Proses psikologis — proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus
yang diterima
Sejalan dengan hal itu Bimo Walgito (2002) mengemukakan proses-proses
terjadinya persepsi :
1. Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus
tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan
berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman.
2. Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke
otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut
proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal.
3. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang
diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam
hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu
mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai
alat inderanya.
Kemudian secara lebih detail Gibson (1990) berpendapat mengenai proses
terjadinya persepsi yaitu mencakup penerimaan stimulus (inputs),
pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah
diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk
sikap.
7. 7
Dari beberapa pendapat di atas, maka proses terjadinya persepsi dapat kita
visualisasikan dalam bagan sebagai berikut:
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi
dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku
seseorang, harus mulai dari mengubah persepsinya. Dalam proses persepsi,
terdapat tiga komponen utama berikut.
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai reaksi (Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman, 1987).
Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan
terhadap informasi yang sampai.
Meskipun banyak stimulus berbeda-beda yang sampai kepada kita tentang
masalah yang sama, apa yang bisa kita hayati adalah terbatas pada saat-saat
tertentu. Apa yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga
pada proses kognitif yang merefleksikan munat, tujuan, dan harapan seseorang
pada saat itu. Pemusatan persepsi ini disebut “perhatian”.
Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan ransangan-ransangan
yang sampai kepada kita, sehingga tidak kita terima secara kacau. Perhatian
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar
8. 8
adalah faktor-faktor yang erdapat pada objek yang diamatiitu sendiri, yakni
intensitas, atau ukuran, kontras, pengulangan, dan gerakan; sedangkan faktor
dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu si pengamat, yaitu
motif, kesediaan, dan harapan (Dirgagunarsa, 1996:107).
Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawam satu antara pesan
yang terjadi di luar “luar sana” – dalam getaran udara dan dalam tanda-tanda
hitam di atas sebelah kertas – dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita.
Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga
langkah yang terlibat dalam proses ini. Tahap-tahap ini tidaklah saling terpisah
benar. Dalam kenyataan, ketiganya bersifat kontinu, bercampur baur, dan
bertumpah tindih satu sama lain.
1. Terjadinya Stimulsi Alat Indra (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama, alat-alat indra distimulasi (dirangsang). Meskipun
memiliki kemampuan pengindraan untuk merasakan stimulus (rangsanagn),
kita tidak selalu menggunakannya.
2. Stimulasi terhadap Alat Indra Diatur
Pada tahap kedua, ransangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai
prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas
(proximity), atau kemiripan: orang atau pesan yang secara fisik mirip satu
sama lain, dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatauan (unity).
3. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan Dievaluasi
Langkah ketiga adalah penfsiran-evaluasi yang merupakan proses subjektif
yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi tidak
semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan jugasangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistemnilai,
keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu.
Ada sebuah teori yang berusaha menjelaskan faktor psikologis yang
mempengaruhi pengambilan keputusan apakah suatu stimulus ada atau tidak,
yaitu Teori Deteksi Sinyal. Teori ini menyatakan bahwa seseorang dalam
mendeteksi ada/tidaknya stimulus kemungkinan melakukan salah satu macam
kesalahan dari dua kesalahan berikut:
1. Melaporkan bahwa suatu stimulus ada tapi sebenarnya tidak ada
2. Melaporkan bahwa suatu stimulus tidak ada meski sebenarnya ada
Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia. Kita ingin mengenali
dunia dan lingkungan yang mengelilinginya. “Pengetahuan adalha kekuasaan,”
kata Udai Pareek (1996). Tanpa pengetahuan, kita tidak dapat bertindak secara
efektif. Persepsi adalah sumber utama untuk pengetahuan itu. Definisi persepsi
yang dikemukakan Pareek (1996), tercakup beberapa segi atau proses. Pareek
selanjutnya menjelaskan tiap proses sebagai berikut.
1. Proses Menerima Ransangan
9. 9
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima ransangan atau data dari
berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindra. Kita melihat
sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita
mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.
2. Proses Menyeleksi Ransangan
Setelah diterima, ransangan atau dara diterima. Dua kukpulan faktor
menentukan Seleksi ransanagn itu, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:
1) Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi
terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
2) Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas
mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini
akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
3) Minat
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk
mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang
untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagai minat.
4) Kebutuhan yang searah
Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu
mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban
sesuai dengan dirinya.
5) Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh
mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk
mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
6) Suasana hati
10. 10
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.
b. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik
dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen
tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia
sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau
menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah:
1) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek,
maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi
persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.
2) Warna dari obyek-obyek
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3) Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan
sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan
banyak menarik perhatian.
4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering
diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan
dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa
mempengaruhi persepsi.
5) Motion atau gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek
yang diam.
3. Proses Pengorganisasian
Ransangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan, yaitu sebagai
berikut (Pareek, 1996:18-20).
a. Pengelompokan
11. 11
Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan ransangan itu, antara
lain:
1) Kesamaan, ransangan-ransangan yang mirip dijadikan satu kelompok.
2) Kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga
dikelompokkan menjadi satu.
3) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap
belum lengkap.
b. Bentuk Timbul dan Latar
Dalam melihat ransangan atau gejala, ada kecenderungan untuk
memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol,
sedangkan ransangan atau gejala lainnya berada di latar belakang.
c. Kemantapan Persepsi
Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-
perubahan konteks tidak memengaruhinya.
4. Proses Penafsiran
Setelah ransangan atau data diterima dan diatus, si penerima lalu menafsirkan
data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah
data itu ditafsirkan.
5. Proses Pengecekan
Sesudah data ditrima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa
tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Data atau
kesan-kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang lain.
6. Proses Reaksi
Tahap terakhir ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal
ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat sesuatu sehubungan dengan
persepsinya.
C. Perkembangan Perseptual
Penelitian maslah perkembangan perseptual dilakukan oleh para filsuf dari
abad 17 dan 18. Salah satu kelompoknya, nativist (termasuk Descartes dan Kant),
berpendapat bahwa kita lahir dengan kemampuan persepsi seperti yang sekarang
kita miliki. Sebaliknya, kelompok empiricist (termasuk Berkeley dan Locke),
menyatakan bahwa kita memepelajari cara persepsi kita melalui pengalaman
dengan objek-objek di dunia. Ahli psikologi kontemporer memercayai pada
integrasi kelompok empiricist dan nativist. Sekarang, tampaknya tidak ada yang
ragu bahwa faktor genetika dan pengalaman memengaruhi persepsi; namun,
tujuannya adalah menjelaskan kontribusi masing-masing dan menjelaskan
interaksi mereka.
12. 12
Penelitian mengenai perkembangan persepsi mempelajari sampai tingkat
mana kapasitas persepsi diturunkan dan sampai tingkat mana dipelajari oleh
pengalaman.
D. Fungsi dan Sifat-Sifat Dunia Persepsi
1. Fungsi Persepsi
Penelitian tentang persepsi mencangkup dua fungsi utama system
persepsi,yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek, dan pengenalan,
menentukan jenis objek tersebut (Atkinson et al., t.t). lokalisasi dan
pengenalan di lakukan oleh daerah korteks yan berbedah. Penelitian persepsi
juga mengurusi cara system perseptual mempertahankan bentuk objek tetap
konstan, walaupun citra (bayangan) objek di retina berubah. Permasalahan
lain adalah cara kapasitas perceptual kita berkembang.
Menurut Atkinson dan kaawa-kawan, untuk melokalisasi (menentukan
lokasi) objek, kita terlebih dahulu harus menyegregasikan objek kemudian
mengorganisasikan objek menjadi kelompok. Proses ini pertama kali diteliti
oleh ahli psikologi Gestalt, yang mengajukan prinsip-prinsipn organisasi.
Salah satu perinsip tersebut adalah bahwa kitmengorganisasikan stimulus ke
daerah yang bersusaian dengan gambar dan latar. Prinsip lain menyatakan
dasar-dasr yang kita gunakan untuk mengelompokkan objek, di antaranya ke
dekatan, penutupan, kontinuasi baik, dan kemiripan.
Pengenalan suatu benda mengharuskan penggolongnya dalam kategori dan
pendasaranya terutama pada bentu benda. Dalam stadium awal pengenalan,
system visual menggunakan informasi di ratina untuk mendeskripsikan objek
dalam pengertian cirri, seperti garis dan sudut;nsel yang mendeteksi cirri
tersebut (detector ciri ) telah di temukan di korteks visual. Dalam stadium
lanjut pengenalan, system mencocokkan deskripsi bentuk yang di simpan di
memori untuk menemukan yang paling cocok.
2. Sifst – Sifat Dunia Persepsi
Pada hakikatnya dunia persepsi merupakan suatu keseluruhan. Bunyi-
bunyi yang saya dengar berasal dari dunia yang juga saya liat. Meja yang saya
liat adalah sama dengan yang saya raba. Jadi, hanya satu dunia persepsi,
namun dunia yang satu itu saya amati dengan cara berbeda.
Dunia persepsi mempunayi berbagai sifat (Verbeek, 1978). Beberapa sifat itu
berlaku untuk segala yang di amati atau dipersepsi. Jadi, berlaku untuk dunia
persepsi pada umumnya. Yang lain,merupakan sifat-sifat yang khas dari
persepsi dengan indra tertentu. Demikian, misalya, sifat-sifat ruang dapat di
persepsi. Dengan lebih dari satu indra( penglihatan, pendengaran, peradaban),
13. 13
tetapi warna hanya dapat sanya dapat saya liat dan bunyi hanya dapat saya
dengar.
a. Sifat –sifat umum dunia persepsi
1) Dunia perasepsi mempunyai sifat-sifat ruang. Objek-objek yang si
persepsi itu “meruang”, berdimensi ruang. Kita mengenal relasi-relasi
serta penentuan-penentuan yang berhubungan dengan ruang atas-
bawah, kiri-kanan, depan-belakang, dekat-jauh. Mengenal mengenal
persepsi ruang ini mengandung persoalan-perseolan psikologis yang
penting, terutama penglihatan sifat ruang (dimensi ketiga).
2) Dunia persepsi mempunyai di mensi waktu. Dalam hal ini, terdapat
kestabilan yang luas. Objek-objek persepsi kurang lebih bersifat
tetap. Namun, kita juga harus memersepsi adanya perubahan yang
terjadi dalam waktu. Kita mengamati lama dan kecepatan. Dan,
persepsi sendiri juga membutuhkan waktu.
3) Dunia persepsi itu bersruktur menurut berbagai objek persepsi. Di
sisu, berbagai keseluruhan yang kurang lebih berdiri sendiri
menmpakkan diri: Gesalt-Gesalt.
4) Dunia persepsi adalh dunia yang penuh dengan arti. Memersepsi
tidaklah sama dengan mengonstatir benda dan kejadian tanpa makna.
b. Sifat-sifat khusus bagi masing-masing indra tersendiri
Di antara sifat-sifat, terdapat berbagai kelompok yang khusus bagi indra-
indra. Merah dan kuning termasuk kelompok yang berlainan dengan asam
dan asin. Suatu keseluruhan sifat sensoris yang khas bagi suatu indra
tertentu kita sebut modalitas. Warna adalah suatu modalitas yang khusus
bagi mata (penglihatan), bunyi bagi telinga (pendengaran).
E. Persepsi dan Sensasi
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi.
Sensasi, atau dalam bahasa Inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus,
yang artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek. Sensasi adalah stimulasi
terhadap organ penginderaan. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai
aspek kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra, seperti
temperatur tinggi, warna ungu, rasa nikmatnya sebatang coklat. Sensasi dan
persepsi merupakan proses yang berkesinambungan. Untuk memahami
bagaimana ahli psikologi memahami proses sensasi dan persepsi, kita perlu
mengenal istilah dasar yang selalu dipakai yaitu stimulus. Stimulus adalah energi
yang menghasilkan respon pada organ pengindraan. Stimulus bervariasi baik dari
segi tipe maupun intensitasnya. Tipe stimulus yang berbeda mengaktivasi organ
14. 14
penginderaan yang berbeda pula. Misal stimulus suara mengaktivasi organ
pendengaran, stimulus cahaya penglihatan, dan seterusnya. Intensitas stimulus
menentukan seberapa kuat suatu stimulus dapat diindra seberapa terang cahaya
dapat dilihat, seberapa keras suara dapat didengar, dan lain-lain. Cabang
psikologi yang mempelajari pengaruh intensitas stimulus terhadap respon
sensoris kita adalah psikofisik.
Sensasi sering dibedakan dari persepsi, yang melibatkan penilaian, inferensi,
interpretasi, bias, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa salah; sensasi dipandang
sebagai pasti, ditentukan secara mendasar, fakta kasar. Menurut beberapa
pendapat, sensasi lebih berkonotasi pada sebuah hubungan dengan perasaan
(tetapi bukan dengan emosi), sedangkan persepsi lebih berhubungan dengan
kognisi. Sesnsari sering digunakan secara sinonim dengan kesan indrawi, sense
datum, sensum, dan sensibilium.
Jadi, proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain
disebutkan, “sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan
persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak” (Mahmud,
1990:41).
F. Persepsi dan Kognisi
Persepsi (perseption) dapat didefinisikan sebagai cara manusia mengangkap
rangsangan. Kognisi (cognition) adalah cara manusia memberi arti pada
ransangan.
Persepsi dan kognisi tentang lingkungan merupakan komponen dari orientasi
dan pencitraan lingkungan yang dilakukan orang (masyarakat), Yusmar Yusuf
(1991).
G. Dunia Persepsi sebagai Dunia Bentuk
Dalam persepsi bentuk, para ahli sering mengemukakan ihwal kekonstanan
bentuk. Misalnya, jika sebuah pintu membuka ke arah kita, bentuk bayangn pada
retina mengalami seurutan perubahan. Bentuk pintu yang persegi empat,
menghasilkan bayangan trapezoid, saat tepi yang bergerak ke arah kita menjadi
lebih lebar dibandingkan tepi yang melekat pada engsel; kemudian bentuk
trapezoid menjadi semakin pipih, dan akhirnya yang terproyeksi ke retina adalah
suatu bentuk batang vertikal yang setebal ketebalan pintu. Meskipun demikian,
kita menangkap suatu pintu yang membuka, yang tampak tidak berubah. Fakta
bahwa kita menangkap bentuk pintu adalah tidak konstan walaupun bayangan
pada retina berubah adalah contoh kekonstanan bentuk.
Dalam persepsi, kita menangkap objek-objek. Objek-objek ini kurang lebih
berdiri sendiri, mengandung struktur di dalamny, dan mempunyai batas-batas di
15. 15
luarnya. Dengan kata lain, objek-objek itu mempunyai bentuk. Bentuk inilah
yang terutama memungkinan kita untuk menegnal dan mengingat kembali objek-
objek tersebut; yang memungkinkan kita mengorientasi diri.
Dunia persepsi bukanlah penjumlahan dari pengindraan-pengindraan, yang
terlepas satu sama lain, melainkan suatu dunia yang terorganisir. Perangsang dan
pengindraan memang merupakan syarat yang diperlukan untuk terjadinya
persepsi, namun suatu dunia persepsi hanya mungkin terjadi karen kesan-kesan
sensoris (kesan-kesan indra) diorganisasi dalam persepsi itu.
Berkat penggunaan yang cakap oleh para ahli psikologi Geslatlt dan yang
lainnya, banyak fenimena persepseptual baru yang terungkap dan terselidiki
(Misiak dan Sexton, 1988). Para fenomenolog memmperkenalkan konsep dan
teori baru tentang proses erseptual. Mereka menekankan dinamika dan karakter
aktif dari tindakan memersepsi, sifat intensional dari segenap pengalaman
memersepsi, dan mengemikakan gagasan bahwa segenap pengalaman
memersepsi itu adalah struktural, yakni mempertunjukkan ketetapan yang
beraturan, seperti relasi gambar latar belakang.
1. Gambar dan Latar Belakang
Hubungan antara gambar dan latar belakang (figure ground
relationship) pertama kali diciptakan oleh seorang Jerman, Edgar Rubin
(1881-1951). Ia menyusun beberapa gambar yang bermakna ganda.
Bergantung pada cara kita melihat gambar itu, bagian mana yang kita
anggap sebagai bentuk (gambar) dan bagian mana yang kita anggap
sebagai latar belakang, kita akan mengamati gambar itu secara tertentu.
Jika kita melihatnya dengan cara lain, gambar yang sama akan kita amati
sebagai bentuk yang berbeda pula.
Apabila stimulus mengandung dua atau lebih daerah yang berbeda,
kita akan melihat sebagiannya sebagai gambar dan sisanya sebagai latar
belakang. Daerah yang terlihat pada gambar berisi objek yang menjadi
pusat perhatian- tampak lebih padat dibandingkan latar belakang dan
terlihat di depan latar. Inilah bentuk organisasi perseptual yang paling
dasar.
Gambar merupakan pusat pengamatan atau persepsi, merupakan
Gestalt, yakni sesuatu yang dalam persepsi membentuk suatu keutuhan
atau totalitas tersendiri. Adapaun latar belakang adalh sebaliknya,
merupakan suatu lingkungan yang seakan tak berbentuk; dan terhadap
latar belakang itu, gambar tersebut berkontras, menonjolkan diri. Jadi latar
belakang lebih bersifat sekunder, kurang penting, dan kurang
16. 16
terorganisasi. Berdasarkan hubungan umum inilah, relasi dan perbedaan
antara gambar dan latar belakang, seperti dikemukakan Verbeek (1978) di
bawah ini.
a. Gambar merupakan suatu bentuk yang individual dan berbentuk;
latar belakang sebaliknya merupakan materi yang tek terbentuk.
b. Gambar memiliki struktur yang jelas, latar belakang tidak.
c. Batas-batas terlihat sebagai tergolong dalam gambar, karena
diamati sebagai garis-garis yang membatasi gambar, sedangkan
latar belakang tidak terbatas.
d. Gambar terletak di muka latar belakang.
Relasi dan perbedaan ini justru karena persepsi mangandung kegiatan
mengorganisasikan. Hal ini tampak dengan jelas dalam peristiwa-
peristiwa saat relasi gambar latar belakang bersifat timbal balik
(revesibel) atau ambivalen. Ahli-ahli psikologi Gestalt, terutama Rubin,
telah membuat berbagai lukisan yang menunjukkan peristiwa tersebut
menggejala dengan jelas.
2. Hukum-Hukum Gestalt
Hukum-hukum Gestalt menentukan menurut asas-asas atau pola-pola
manakah suatu Gestalt terjasi dalam suatu medan persepsi. Berikut
dikemukakan oleh Gestalt.
Teori Gestalt memiliki hukum-hukum yang sangat populer dalam
menjelaskan bagaimana suatu pemahaman (insight) terjadi. Dalam
hukum-hukum teori Gestalt ini ada satu hukum pokok, yaitu hukum
Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada
hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan,
kesamaan, dan kontinuitas.
a. Hukum Kedekatan (Proksimitas)
Bahwa hal-hal yang saling berdekatan cenderung untuk membentuk
kesatuan (Gestalt). Contoh gambar garis-garis ini, a-b, c-d, e-f, g-h
akan diamati menjadi kesatuan atau Gestalt.
b. Hukum Kesamaan (Similaritas)
Bahwa hal-hal yang sama cenderung untuk membentuk Gestalt, jika
ada perangsang pengamatan penglihatan seperti dibawah ini, orang
pada umumnya cenderung untuk mengamati (melihat) deretan
mendatar sebagai kesatuan.
c. Hukum Benda Tertutup
17. 17
Bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk Gestalt.
d. Hukum Kontinuitas (Kelangsungan)
Bahwa hal-hal yang kontiyu atau yang merupakan kesinambungan
(kontinyuitas) yang baik akan mempunyai tendensi untuk membentuk
kesatuan atau Gestalt.
e. Hukum Gerak Bersama
Pada dasarnya, unsur-unsur yang bergerak dengan cara yang sama,
dilihat sebagai suatu kesatuan.
Selain dari hukum-hukum tambahan tersebut menurut aliran teori
belajar gestalt ini bahwa seseorang dikatan belajar jika mendapatkan
insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu
antara berbagai unsur dalan situasi tertentu. Dengan adanya insight maka
didapatlah pemecahan problem, dimengertinya persoalan; inilah inti
belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang-ulang hal yang harus
dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight.
3. Pengaruh Keseluruhan pada Bagian-Bagiannya dalam Persepsi
Pengaruh keseluruhan terhadap persepsi dapat dikemukakan beberapa
“hukum” (Verbeek, 1978).
a. Keseluruhan memeberi arti pada bagian
Garis vertikal dalam keseluruhan diartikan sebagai hidung.
b. Pada pengamatan Gestalt, bagian-bagian yang
kurang lengkap dilengkapi
Kadang-kadang beberapa garis saja sudah cukup uantuk
menimbulkan persepsi Gestalt, misalnya
suatu bentuk tertentu.
c. Bagian-bagian “terikat” dalam suatu Gestalt
Bagian dan sifat-sifat bagian tersebut sukar dilihat sebagai hal
tersendiri.
4. Ilusi
Dalam psikologi, ilusi berarti kesalahan persepsi. Iusi adalah suatu
persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera
yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi
yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh,
seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-
interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang
mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar
biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh
18. 18
racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif. Ilusi terjadi
dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik
(pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi
taktil (perabaan). Para ahli psikologi sering kali menyebut adanya
berbagai macam ilusi (Mahmud, 1990).
a. Ilusi Ruang
b. Ilusi Distorsi
c. Ilusi Arah
d. Ilusi dalam Gambar Hidup
Berbagai penjelasan di atas menyebabkan keseragaman persepsi antara
macam-macam orang. Namun, ada juga hal lain yang menyebabkan
satu objek yang sam dipersepsikan berbeda oleh dua atau lebih orang
yang berbeda. Perbedaan persepsi dapat disebabkan beberapa hal
berikut.
1) Perhatian, kita biasanya tidak menangkap seluruh rangsanag yang
ada di sekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian kita
pada satu objek atau dua objek. Perbedaaan fokus antara satu orang
dan orang lainnya menyebabkan perbedaan persepsi antara
mereka.
2) Set, harapan seseorang mengenai rangsang yang akan timbul.
3) Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupaun yang menetap
pada diri seseorang memengaruhi persepsi orang tersebut.
4) Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat
berpengaruh pula terhadap persepsi.
5) Ciri kepribadian, ciri kepribadian akan memengaruhi persepsi.
6) Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan
kasalahan persepsi yang disebut halusinasi.
19. 19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi
kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrasi dari individu
terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran,
perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam
proses persepsi.
Sebelum terjadi persepsi, diperlukan sebuah stimuri yang harus ditangkap
melalui organ tubuh yang bisa digunakan sebagai alat bantunya untuk memahami
lingkungannya yaitu alat indra.
Persepsi bukanlah suatu fungsi yang terisolasi, melainkan erat berhubungan
dengan lain-lain fungsi manusia. Yang memersepsi bukanlah hanya suatu indra
yang terisolasi saja, melainkan seluruh pribadi. Oleh karena itu, apa yang kita
persepsi sangat bergantung pada pengetahuan serta pengalaman, dari perasaan,
keinginan, dan dugaan-dugaan.
Jika terdapat pertentangan yang pasti antara apa yang kita persepsi dengan
fakta yang sebenarnya maka itu adalah ilusi.
B. Saran
Dari makalah ini maka penulis menyarankan:
1. Bagi masyarakat
Sekiranya masyarakat dapat mengintegrasikan pengetahuan serta
pengalaman dari perasaan, keinginan, dan dugaan-dugaan dengan
semaksimal mungkin, agar tidak terjadi ilusi (kesalahan persepsi).
2. Bagi pembaca
Sekiranya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan yang
dapat menambah wawasan bagi pembaca.