1. - Pemerintahkinisedangmengembangkanmetode nanobiotechnologyuntukdiaplikasikandi produk
panganatau pertanian.Tahun2015 nanti,metode ini ditargetkansudahbisadiaplikasikan.
KepalaBadanpenelitiandanPengembanganPertanianKementerian Pertanian,Haryonomengatakan,
nano technologymerupakanmetodepertanianmasadepan.Inisiasiini berangkatdari pertemuanglobal
para pengamatpertaniandi Beijingbeberapawaktulalu.
"Awalnyapertemuangloballeaderforagricultural science andtechnology,6Juni di Beijing.Yanghadir
DirjenFAO,danlembagapenelitiandunia.Laluada2 Badan LitbangPertanian.Untukdiskusi mengenai
pertanianmasadepan.Isuyang diambil ituteknologi ke depanituapa,nanotechnologysalahsatunya,"
ungkapHaryonosata ditemui di KantorKementerianPertanian,Ragunan,Jaksel,(10/6/2013).
Haryonomerinci,nanotechnologyialahsuatusistemmemperkecil partikeldanmengubahstrukturnya
agar lebihefisien.Diamencontohkan,di tahun2015 nanti,teknologi ini akandiaplikasikanuntukpupuk.
"Contohnyapupuk.Kalaudiperkecilitulebihmudahdiserapolehtanaman.Perbedaannyadengan
teknologi nanoitudayaseraptanamanterhadappupukitulebihefektif.Jadinyalarinyake efisiencost.
Itu sangatmenjanjikanuntukmengefisienkaninput,"katanya.
Metode ini sebenarnyasudahdiaplikasikanuntukpupukbeberapakomoditi,namunsayangnyabelum
begitumasiv.Saatini,KementerianPertaniansedangmembangunLeboratoriumPenelitianNano
Technologydi Bogoryang akanrampung 2014.
"Setelah2014 lahmudah-mudahanbisa.Itumulai dari yangterkaitdenganpemupukan,keamanan
pangan,fortifikasi pangan,lebihkepadapanganfungsional.Jadi sebenarnyaboisadiapakaiuke
pertanian,"katanya.
Sementaraitu,DirekturPerindustriandan PerdaganganPanduTani IndonesiaDavidKuriniawanWinata
mengatakan,denganteknologi ini,petanibisamenghematbiayaproduksidalammembelipupuk,selain
meningkatkanproduktifitaspertaniannya.
"Justrumenggunakanteknologi ini bisaefektif.Sehinggapendapatanpetani makinmeningkat.Mereka
bisacut the costsampai 50%. Dan meningkatkanproduktifitassampai 100%,"katanya.
Sim card (Subscriber Identity Module) mikrochip kecil yang disematkan pada handphone
merupakan contoh aplikasi teknologi nano. Nah, prinsip kerja model data informasi terkompresi
seperti inilah yang mulai diadopsi ke dalam subsidi pupuk dan benih bersubsidi pada 2015
mendatang.
2. "Saat ini masih skala uji lapang, nano bio teknolgi dapat diterapkan pada pupuk kelapa sawit.
Teknologi sebagai tools (alat). Semestinya juga dapat dimanfaatkan pada padi dan jagung," ujar
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Kementan) Haryono
menjawab kabarbisnis.com di Jakarta, Senin (10/6/2013).
Secara harfiah, teknologi nano diartikan sebagai suatu sistem memperkecil partikel dan
mengubah strukturnya sehingga lebih efisien. Berkenaan sektor pertanian merupakan hasil
rekayasa teknologi tinggi yang berbahan baku dari mineral alam.
Kandungan berasal dari mikro organisme bermanfaat dan unsur hara baik makro dan mikro.
Diyakini, pemanfataan bio nano mampu menghemat biaya input sarana pertanian konvensional
antara 40-60%.
Adapun dari produktivitas, menurut Haryono, akan meningkatkan hasil panen hingga 50%. "Itu
dalam skala laboratorium dengan monitoring sangat ketat.Dalam prakteknya, sangat bergantung
kepada petani," ujar Haryono.
Menurut Haryono, pihaknya serius mempercepat pengembangan nano bio teknologi sejalan
pengoperasian laboratorium sejak tahun 2012. Namun, dibutuhkan audiensi publik seluas-
seluasnya, termasuk membentuk jaringan kerja sama lembaga riset dan perguruan tinggi dan
pemangku kepentingan pengguna nano bio.
"Aplikasi nano bio itu akan secara bertahap menggantikan peran pupuk kimia hingga pestisida
selama pertumbuhan pupuk," terang Haryono.
Karena itu, menurut Haryono, adopsi nano bio teknologi diyakini menjadi salah satu solusi
Indonesia mencapai swasembada pangan berkelanjutan. "Tidak hanya mengejar peningkatan
angka produksi pangan," terang dia.
Peneliti nano bio litbang Kementan Rudi Cahyo Utomo mengatakan, Thailand merupakan salah
satu negara agro industri yang berhasil mengembangkan nano bio teknologi secara masif.
Terbukti, hasil produk pertanian negaranya memiliki nilai tambah yang tinggi,juga mampu
menekan penurunan mutu lingkungan hidup.
Sementara di Indonesia, menurut Rudi, para periset terus melakukan pengayaan sejumlah produk
pangan berbasis bio nano teknologi. Bukan hanya terbatas pada semata mata upaya peningkatan
produksi pangan,namun juga aneka diversifikasi pangan hingga kepentingan farmasi.
Riset itu di antaranya fortifikasi (pemberian enzim) pada ubi kayu yang diperkaya vitamin dan
mineral.Hal sama dilakukan pada mangga asam sehingga berubah menjadi manis. Selain itu,
ekstrak temulawak untuk obat inflamasi (radang) dan produk pala sebagai pengawet daging.
Sebagai informasi, dalam APBN 2013, belanja pupuk dan benih dialokasikan masing masing Rp
16,2 triliun dan Rp 1,5 triliun. Namun, khusus untuk pupuk, dalam R APBN-P 2013 meningkat
menjadi Rp 17,9 triliun.
3. Upaya menunjangkinerjaproduksi pertaniandi Indonesia,pemerintahtelahmenganggarkanRp16,2
triliununtuksubsidi pupuk.
"Pada tahun2013 dana yangdialokasikanuntuksubsidi pupuksebesarRp16,2 triliun,sesuai dengan
yang tertuangdalamnotakeuangan dan RAPBN 2013," ungkapMenteri Pertanian,Suswono,Rabu
(3/4/2013)
Alokasi anggaransubsidi pupuktersebutdiantaranyauntuksubsidipupukmurni sebesarRp15,8 triliun,
dan pembayarankurangbayartahun 2010 sebesarRp314 miliar.
Sesuai hasil RapatKerjaMenteri PertaniandenganKomisi IV DPRRItanggal 9 Oktober2012, semula
anggaran yangdirencanakanuntuksubsidi langsungpupukdiusulkansebesarRp1,1 triliunguna
mendukungalokasi subsidibenihpadi,jagung,dankedelai.
"Mengingatalokasi anggaransubsidi langsungtahun2013 pada BA 999 hanya sebesarRp314 miliar
maka alokasi ini khususditujukanuntukmendukungpeningkatanproduksi kedelai,"jelasMentan.
BerdasarkanperaturanMenteri PertanianNo69 tahun2012 tentangalokasi pupukbersubsidi tahun
2013, Rp 15,8 triliunakandigunakanuntukmensubsidikebutuhansebesar9,25 jutaton pupuk.
Denganmasing-masingUreasebesar4,1juta tondenganHarga Eceran Tertinggi (HET) Rp 1800 per kg,
SP-36 sebesar0,85 jutaton denganHET Rp 2000 per kg,ZA sebesar1 jutaton denganHET Rp 1400 per
kg, NPKsebesar2,4 jutaton denganHET Rp 2300 per kg danpupukorganiksebesar0,9 juta tondengan
HET Rp 500 per kg.
Sementaraitualokasi subsidilangsungpupukkhususuntukkedelaisebesarRp314 miliardirencanakan
untukmensubsidipengadaandanpenyaluranpupukhayati (Rhizobium)danpembenahtanahdengan
HET 20 % dari Harga PokokPenjualan(HPP)atausubsidi 80%.
Sesuai penugasanMenteri BUMN,pelaksanaanpengadaandanpenyaluransubsidilangsungpupuk
khususkedelai tersebutadalahPTSang HyangSeri (persero) danPTPertani (Persero)
Peningkatan produksi pangan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan perlu di
dukung oleh teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan ramah
lingkungan. Penggunaan pupuk yang tidak berimbang menyebabkan tanaman kekurangan
hara, dan sebaliknya menyebabkan keracunan dan polusi bila digunakan berlebihan. Teknologi
nano didefinisikan oleh The US National Nanotechnology Initiative (NNI) sebagai teknologi yang
memiliki fungsi kontrol dan perekayasaan atom atau molekulnya yang berukuran antara 1
hingga 100 nm (1 nm= 10-9
m). Dengan teknologi nano ini, pemberian pupuk yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman (precision farming) serta penggunaan sensor-sensor berukuran
nano dimungkinkan untuk mendukung manajemen pengelolaan hara dan air (smart system
4. farming). Dengan teknologi ini input sistem produksi pertanian dapat ditekan sedangkan
produksi dapat ditingkatkan. Teknologi nano ini masih tergolong baru, bahkan di USA, Jepang
dan Eropah pemerintahnya sedang giat-giatnya menanamkan investasi untuk dapat
menghasilkan produk nano yang unggul termasuk di bidang pertanian. Dibandingkan dengan
perkembangan teknologi nano dibidang kedokteran dan elektronika, perkembangan teknologi
nano untuk bidang pertanian terutama pemupukan cukup jauh tertinggal sehingga belum
banyak diketahui untuk diaplikasikan. Untuk itu sebagai lembaga penelitan yang menangani
pupuk, Balittanah dengan kegiatan DIPA tahun anggaran 2010 telah mulai melakukan
penelitian pendahuluan tentang teknologi nano di Indonesia. Pada kegiatan ini dilakukan studi
literatur, survei serta inventarisasi teknologi nano untuk bidang pertanian terutama yang
bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Disamping itu pendalaman
materi tentang teknologi nano dilaksanakan melalui magang atau pelatihan di LIPI dan instansi
lainnya yang bertujuan untuk mempelajari pembuatan material berukuran nano. Pada kegiatan
ini juga dilakukan uji mutu dan efektivitas suatu pupuk yang di klaim diproduksi dengan
teknologi nano dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca. Hasil penelitian pendahuluan ini
diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian teknologi nano tahap selanjutnya.
--
Teknologi nano bisa membawa manfaat besar dan mendalam pada sistem pemupukan dan
perlindungan tanaman dengan kepraktisan, ketepatan, efisiensi dan penghematan, makalah
diskusi IFPRI mengungkapkan berdasarkan berbagai hasil penelitian di mancanegara.
Diutarakan, efisiensi penggunaan nitrogen pada sistem konvensional fertilizer saat ini rendah,
kehilangan mencapai sekitar 50-70%. Pupuk nano memiliki peluang untuk mengurangi secara
sangat berarti dampak terhadap energi, ekonomi dan lingkungan dengan cara mengurangi
kehilangan nitrogen oleh perembesan, emisi dan pergabungan jangka panjang dengan
mikroorganisme tanah. Kelemahan ini bisa diatasi dengan sistem pelepasan pupuk menggunakan
teknologi nano.
Sistem pelepasan hara pada teknologi nano memanfaatkan bagian-bagian tanaman berskala nano
yang porous yang bisa mengurangi kehilangan nitrogen. Pupuk yang dienkapsulasi dalam
partikel nano akan meningkatkan penyerapan hara. Pada generasi lanjut pupuk nano, pelepasan
pupuk bisa dipicu dengan kondisi lingkungan atau dengan pelepasan pada waktunya. Pelepasan
pupuk dengan lambat dan terkendali berpotensi menambah efisiensi penyerapan hara.Pupuk
nano yang menggunakan bahan alami untuk pelapisan dan perekatan granula pupuk yang bisa
larut memberi keuntungan karena biaya pembuatannya lebih rendah dibanding pupuk yang
bergantung pada bahan pelapis hasil manufaktur.
Pupuk yang dilepas dengan lambat dan terkendali bisa pula memperbaiki tanah dengan cara
mengurangi efek racun yang terkait dengan aplikasi pupuk secara berlebihan. Pada teknologi
nano yang sedang dikembangkan sekarang, zeolit telah dipergunakan sebagai pemeran
mekanisme pelepasan pupuk.
5. Jakarta - Pemerintahkini sedangmengembangkanmetode nanobiotechnologyuntukdiaplikasikandi
produkpanganatau pertanian.Tahun2015 nanti,metode ini ditargetkansudahbisadiaplikasikan.
KepalaBadanpenelitiandanPengembanganPertanianKementerianPertanian,Haryonomengatakan,
nano technologymerupakanmetodepertanianmasadepan.Inisiasiini berangkatdari pertemuanglobal
para pengamatpertaniandi Beijingbeberapawaktulalu.
"Awalnyapertemuangloballeaderforagricultural science andtechnology,6Juni di Beijing.Yanghadir
DirjenFAO,danlembagapenelitiandunia.Laluada2 Badan LitbangPertanian.Untukdiskusi mengenai
pertanianmasadepan.Isu yang diambil ituteknologi ke depanituapa,nanotechnologysalahsatunya,"
ungkapHaryonosata ditemui di KantorKementerianPertanian,Ragunan,Jaksel,(10/6/2013).
Haryonomerinci,nanotechnologyialahsuatusistemmemperkecil partikeldanmengubah strukturnya
agar lebihefisien.Diamencontohkan,di tahun2015 nanti,teknologi ini akandiaplikasikanuntukpupuk.
"Contohnyapupuk.Kalaudiperkecilitulebihmudahdiserapolehtanaman.Perbedaannyadengan
teknologi nanoitudayaseraptanamanterhadappupukitulebihefektif.Jadinyalarinyake efisiencost.
Itu sangatmenjanjikanuntukmengefisienkaninput,"katanya.
Metode ini sebenarnyasudahdiaplikasikanuntukpupukbeberapakomoditi,namunsayangnyabelum
begitumasiv.Saatini,KementerianPertaniansedangmembangunLeboratoriumPenelitianNano
Technologydi Bogoryang akanrampung 2014.
"Setelah2014 lahmudah-mudahanbisa.Itumulai dari yangterkaitdenganpemupukan,keamanan
pangan,fortifikasi pangan,lebihkepadapanganfungsional.Jadi sebenarnyaboisadiapakaiuke
pertanian,"katanya.
Sementaraitu,DirekturPerindustriandanPerdaganganPanduTani IndonesiaDavidKuriniawanWinata
mengatakan,denganteknologi ini,petanibisamenghematbiayaproduksidalammembelipupuk,selain
meningkatkanproduktifitaspertaniannya.
"Justrumenggunakanteknologi ini bisaefektif.Sehinggapendapatanpetani makinmeningkat.Mereka
bisacut the costsampai 50%. Dan meningkatkanproduktifitassampai 100%,"katanya.
6. PROPOSAL
PENGEMBANGAN TEKNOL
OGI NANO DENGAN
MEMANFAATKAN BAHAN BATUAN ALAMI DAN BAHAN
ORGANIK
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan
Kode Produk Target : 1.01
Kode Kegiatan : 1.01.01
Peneliti Utama : Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc.
BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2011
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Pengembangan Teknologi Nano dengan
Menmanfaatkan Bahan Batuan Alami dan Bahan
Organik
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan
Kode Produk Target : 1.01
Kode Kegiatan : 1.01.01
Lokasi Penelitian : Jawa Barat, DKI
A. Keterangan Lembaga Pela
ksana/Pengelola Penelitian
Nama Koordinator : Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc
.
Nama Institusi : Balai Penelitian Tanah
7. Unit Organisasi : Balai Besar Pe
nelitian dan Pengembangan Sumber
daya Lahan Pertanian
Alamat : Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor 16123
Telepon/Fax/Email : (0251) 8323012, (0251) 8321608
B. Lembaga Lain Yang Terlibat
Nama Lembaga :
Jangka Waktu Kegiatan : 1 (satu) tahun
Biaya Tahun 1 : Rp 179.072.727,-
Biaya Tahun 2 : Rp 133.636.368,-
Total biaya : Rp 312,709,095,-
Aktivitas Riset (baru/lanjutan) : Lanjutan
Rekapitulasi Biaya Tahun yang diusulkan:
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Belanja Uang Honor
Rp. 55,870,000,-
2. Belanja Bahan Habis Pakai
Rp. 30,000,000,-
3. Belanja Perjalanan
Rp. 39,150,000,-
4. Belanja Lainnya
Rp. 8,616,368,-
Total Biaya
Rp. 133,636,368,-
Setuju Diusulkan:
Kepala Balai Besar Penelitia
n Penanggung Jawab Kegiatan
dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian
Dr. Muhrizal Sarwani Ir. Ladiyani R. Widowati, MSc.
NIP. 19600329 198403 1 001 NIP: 19690303 199403 2 001
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Metoda pembuatan partikel nano .......................................... 4
2. Pembuatan partikel nano secara bottom up .................................. 4
3.
Keragaan dari bahan baku P-alam Maroko, P-alam Ciamis,
guano-Wonogiri, serta Zeolit ..........................................................
12
4.
Keragaan dari bahan organik dari kiri ke kanan kompos Tithonia
dan pukan Ayam yang telah matang ......................................
14
5. Formulasi Organofosfat (Kiri) dan Produk Organofosfat dari RP-
Ciamis dan RP-Maroko (Kanan) ............................................
16
6. Produk Pupuk Organo-fosfat dengan perlakuan fermentasi pukan
ayam (Kode A-2, B-2, C-2) ............................................................
17
7. Proses pembuatan pupuk P-Nano dan P-Submikron ................. 17
8. 8. Pupuk P-nano hasil penelitian 2010 dan 2011 .......................... 17
9. Alat pembuat ukuran nano (kiri) dan alat granulator pupuk
(kanan) ...........................................................................................
18
10. Pertumbuhan tanaman jagung umur 10 HST ........................... 21
11. Petumbuhan tanaman padi 2 MST (Kiri) dan tanaman tomat 10
HST (Kanan) ..................................................................................
21
12.
Pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisols Cibatok
umur 6 MST ...................................................................................
23
13. Pertumbuhan tanaman padi pada tanah Ultisols Galuga – Bogor
umur 6 MST ..................................................................................
23
2
infentarisasi bahan baku berpotensi, dan formulasi awal pupuk nano (Husnain et al., 2011).
Tim peneliti Balittanah akan bekerjasama dengan beberapa instansi seperti LIPI, BPPT dan
BATAN untuk mempelajari teknologi nano dalam pembuatan bahan pupuk ini.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan asal katanya, “nano” itu s
endiri berasal dari bahasa latin yang berarti
sesuatu yang sangat kecil (dwarf) atau satu milyar dari suatu benda (10
-9
). Kalau selama ini
kita mengenal istilah “micro scale” sebagai ukuran terkecil, namun sekarang kemajuan ilmu
pengetahuan sudah membawa kita ke dunia “nano scale”. Sebagai gambaran, ukuran
sehelai rambut manusia adalah sekitar 80.000-100.000 nano dan sebuah virus rata-rata
berukuran 100 nano. Sehingga teknologi nano itu
dapat di definisikan sebagai sebuah ilmu
yang berhubungan dengan benda-benda dengan ukuran 1 hingga 100 nm, memiliki sifat
yang berbeda dari bahan asalnya dan memiliki
kemampuan untuk mengontrol atau
memanipulasi dalam skala atom (Kuzma and VerHage, 2006). Dalam bidang pertanian,
teknologi nano disebut-sebut dapat bermanfaat dalam banyak hal antara lain; meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk dan bahan alami dalam tanah, mempelajari mekanisme dan
dinamika hara di dalam tanah.
Perkembangan teknologi nano dewasa ini sudah sangat maju, termasuk dalam
bidang pemupukan tanaman. Dengan teknolog
i nano dihasilkan pupuk-pupuk berukuran
nano (nano fertilizer) baik dalam bentuk tepung (nano powder) maupun cair. Penggunaan
pupuk nano yang berukuran super kecil (1 nm = 10
-9
m) memiliki keunggulan lebih reaktif,
langsung mencapai sararan atau target
karena ukurannya yang halus, serta hanya
dibutuhkan dalam jumlah kecil. Sehingga hasil pertanian optimal dapat dicapai dengan
hanya mengaplikasikan sejumlah kecil
pupuk nano. Dengan demikian, penggunan pupuk
akan sangat efisien, efektif dan dapat
menurunkan biaya produksi. Dengan keunggulan-
9. keunggulan tersebut maka pupuk nano diharapkan dapat menjadi terobosan teknologi
peningkatan produksi pertanian.
Pada dasarnya, prinsip penemuan teknologi nano ini adalah untuk memaksimalkan
output (produktivitas tanaman) dengan meminimumkan input pupuk, pestisida, insektisida,
dll) melalui monitoring kondisi tanah
seperti perakaran tanah (rizosfir) dan
mengaplikasikannya langsung ke target. Sehi
ngga teknologi ini mampu mengefisienkan
penggunaan pupuk, menurunkan penggunaan pestisida dan
menghasilkan produk-produk
industri bio-nano. Salah satu contoh bahan alami yang dapat digunakan untuk teknologi
3
nano ini salah satunya adalah zeolit yang dapat ditumpangi unsur hara seperti Ca, N, P dan
K didalam struktur molekulnya sehingga dengan cara ini diharapkan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman akan dilepas sesuai kebutuhan tanaman (
slow/controlled release
fertilizer
). Selain itu melapisi pupuk (fertilizer encapsules) dengan bahan-bahan alami dalam
skala nano juga merupakan salah satu alternatife “
slow release
” pupuk. Disamping
penggunaan bahan-bahan alami, penggunaan bahan sintetis yang dikombinasikan dengan
bahan alami untuk melapis (coating) pupuk juga me
rupakan suatu alternatif dalam teknologi
nano. Bahan-bahan alami lainnya seperti
rock phosphate
(batuan fosfat) dan bahan organik
kemungkinan juga dapat dijadikan sebagai bahan pupuk nano. Batuan fosfat alam ini
merupakan salah satu sumber pupuk P yang masih terbatas penggunaanya. Walaupun
Indonesia memiliki deposit
rock phosphate
tetapi kebutuhan pupuk P masih bergantung
pada impor bahan P sehingga harga pupuk P menjadi sangat mahal bagi petani.
Kauwenbergh (2001) menyatakan batuan fosfat alam
secara global terdiri dari deposit fosfat
alam sedimen (80-90%) dan igneous fosfat
(10-20%). Batuan fosfat alam memilki
keragaman yang tinggi baik dalam komposisi kimia maupun bentuk fisiknya. Aplikasi
langsung
rock phosphate
sebagai pupuk P masih sangat terbatas dan menjadi kendala.
Dengan teknologi nano, yang menjadikan bat
uan ini sebagai bahan pupuk berukuran nano
apakah dalam bentuk tepung atau cair sehingga kandungan hara P dan hara lainnya dapat
dengan mudah dimanfaatkan tanaman.
Aplikasi bahan organik seperti pupuk kandang, jerami, sisa pangkasan dan pupuk
organik dalam sistem produksi pertanian san
gat dianjurkan. Namun demikian, rendahnya
tingkat dekomposisi bahan organik m
enyebabkan petani enggan menggunakannya dalam
sistem pertanian. Apalagi dengan target produksi yang tinggi sehingga tidak cukup waktu
10. untuk penguraian bahan-bahan organik alami tersebut. Sudah umum diketahui, bahan
organik sangat bermanfaat bagi tanaman
dan tanah dalam penyediaan unsur hara,
perbaikan sifat fisik tanah, peningkatan
aktivitas biologi tanah serta mengandung bahan-
bahan kimia alami seperti enzim, asam-asam organik (Setyorini et al, 2006) dan lainnya
yang tidak dapat diperoleh dari bahan pupuk sintetis. Dengan teknologi nano memungkinkan
pemanfaatan bahan organik ini lebih efisien dan tepat sasaran.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa teknologi nano ini akan sangat
bermanfaat dalam membantu mempercepat pertumbuhan produksi pangan di Indonesia dan
negara-negara berkembang lainnya. Dengan penggunaan sejumlah kecil atau beberapa
tetes pupuk nano bila berbentuk cairan dilaporkan dapat meningkatkan produksi pangan
dibandingkan dengan teknologi pertanian saat in
i. Dalam beberapa tulisan ilmiah popular di
bidang pertanian, teknologi nano adalah sebuah
revolusi kedua di bidang pertanian setelah
revolusi hijau (GR technology) yang mempelopori peningkatan produktifitas bahan pangan
v