SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 10
- Pemerintahkinisedangmengembangkanmetode nanobiotechnologyuntukdiaplikasikandi produk
panganatau pertanian.Tahun2015 nanti,metode ini ditargetkansudahbisadiaplikasikan.
KepalaBadanpenelitiandanPengembanganPertanianKementerian Pertanian,Haryonomengatakan,
nano technologymerupakanmetodepertanianmasadepan.Inisiasiini berangkatdari pertemuanglobal
para pengamatpertaniandi Beijingbeberapawaktulalu.
"Awalnyapertemuangloballeaderforagricultural science andtechnology,6Juni di Beijing.Yanghadir
DirjenFAO,danlembagapenelitiandunia.Laluada2 Badan LitbangPertanian.Untukdiskusi mengenai
pertanianmasadepan.Isuyang diambil ituteknologi ke depanituapa,nanotechnologysalahsatunya,"
ungkapHaryonosata ditemui di KantorKementerianPertanian,Ragunan,Jaksel,(10/6/2013).
Haryonomerinci,nanotechnologyialahsuatusistemmemperkecil partikeldanmengubahstrukturnya
agar lebihefisien.Diamencontohkan,di tahun2015 nanti,teknologi ini akandiaplikasikanuntukpupuk.
"Contohnyapupuk.Kalaudiperkecilitulebihmudahdiserapolehtanaman.Perbedaannyadengan
teknologi nanoitudayaseraptanamanterhadappupukitulebihefektif.Jadinyalarinyake efisiencost.
Itu sangatmenjanjikanuntukmengefisienkaninput,"katanya.
Metode ini sebenarnyasudahdiaplikasikanuntukpupukbeberapakomoditi,namunsayangnyabelum
begitumasiv.Saatini,KementerianPertaniansedangmembangunLeboratoriumPenelitianNano
Technologydi Bogoryang akanrampung 2014.
"Setelah2014 lahmudah-mudahanbisa.Itumulai dari yangterkaitdenganpemupukan,keamanan
pangan,fortifikasi pangan,lebihkepadapanganfungsional.Jadi sebenarnyaboisadiapakaiuke
pertanian,"katanya.
Sementaraitu,DirekturPerindustriandan PerdaganganPanduTani IndonesiaDavidKuriniawanWinata
mengatakan,denganteknologi ini,petanibisamenghematbiayaproduksidalammembelipupuk,selain
meningkatkanproduktifitaspertaniannya.
"Justrumenggunakanteknologi ini bisaefektif.Sehinggapendapatanpetani makinmeningkat.Mereka
bisacut the costsampai 50%. Dan meningkatkanproduktifitassampai 100%,"katanya.
Sim card (Subscriber Identity Module) mikrochip kecil yang disematkan pada handphone
merupakan contoh aplikasi teknologi nano. Nah, prinsip kerja model data informasi terkompresi
seperti inilah yang mulai diadopsi ke dalam subsidi pupuk dan benih bersubsidi pada 2015
mendatang.
"Saat ini masih skala uji lapang, nano bio teknolgi dapat diterapkan pada pupuk kelapa sawit.
Teknologi sebagai tools (alat). Semestinya juga dapat dimanfaatkan pada padi dan jagung," ujar
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Kementan) Haryono
menjawab kabarbisnis.com di Jakarta, Senin (10/6/2013).
Secara harfiah, teknologi nano diartikan sebagai suatu sistem memperkecil partikel dan
mengubah strukturnya sehingga lebih efisien. Berkenaan sektor pertanian merupakan hasil
rekayasa teknologi tinggi yang berbahan baku dari mineral alam.
Kandungan berasal dari mikro organisme bermanfaat dan unsur hara baik makro dan mikro.
Diyakini, pemanfataan bio nano mampu menghemat biaya input sarana pertanian konvensional
antara 40-60%.
Adapun dari produktivitas, menurut Haryono, akan meningkatkan hasil panen hingga 50%. "Itu
dalam skala laboratorium dengan monitoring sangat ketat.Dalam prakteknya, sangat bergantung
kepada petani," ujar Haryono.
Menurut Haryono, pihaknya serius mempercepat pengembangan nano bio teknologi sejalan
pengoperasian laboratorium sejak tahun 2012. Namun, dibutuhkan audiensi publik seluas-
seluasnya, termasuk membentuk jaringan kerja sama lembaga riset dan perguruan tinggi dan
pemangku kepentingan pengguna nano bio.
"Aplikasi nano bio itu akan secara bertahap menggantikan peran pupuk kimia hingga pestisida
selama pertumbuhan pupuk," terang Haryono.
Karena itu, menurut Haryono, adopsi nano bio teknologi diyakini menjadi salah satu solusi
Indonesia mencapai swasembada pangan berkelanjutan. "Tidak hanya mengejar peningkatan
angka produksi pangan," terang dia.
Peneliti nano bio litbang Kementan Rudi Cahyo Utomo mengatakan, Thailand merupakan salah
satu negara agro industri yang berhasil mengembangkan nano bio teknologi secara masif.
Terbukti, hasil produk pertanian negaranya memiliki nilai tambah yang tinggi,juga mampu
menekan penurunan mutu lingkungan hidup.
Sementara di Indonesia, menurut Rudi, para periset terus melakukan pengayaan sejumlah produk
pangan berbasis bio nano teknologi. Bukan hanya terbatas pada semata mata upaya peningkatan
produksi pangan,namun juga aneka diversifikasi pangan hingga kepentingan farmasi.
Riset itu di antaranya fortifikasi (pemberian enzim) pada ubi kayu yang diperkaya vitamin dan
mineral.Hal sama dilakukan pada mangga asam sehingga berubah menjadi manis. Selain itu,
ekstrak temulawak untuk obat inflamasi (radang) dan produk pala sebagai pengawet daging.
Sebagai informasi, dalam APBN 2013, belanja pupuk dan benih dialokasikan masing masing Rp
16,2 triliun dan Rp 1,5 triliun. Namun, khusus untuk pupuk, dalam R APBN-P 2013 meningkat
menjadi Rp 17,9 triliun.
Upaya menunjangkinerjaproduksi pertaniandi Indonesia,pemerintahtelahmenganggarkanRp16,2
triliununtuksubsidi pupuk.
"Pada tahun2013 dana yangdialokasikanuntuksubsidi pupuksebesarRp16,2 triliun,sesuai dengan
yang tertuangdalamnotakeuangan dan RAPBN 2013," ungkapMenteri Pertanian,Suswono,Rabu
(3/4/2013)
Alokasi anggaransubsidi pupuktersebutdiantaranyauntuksubsidipupukmurni sebesarRp15,8 triliun,
dan pembayarankurangbayartahun 2010 sebesarRp314 miliar.
Sesuai hasil RapatKerjaMenteri PertaniandenganKomisi IV DPRRItanggal 9 Oktober2012, semula
anggaran yangdirencanakanuntuksubsidi langsungpupukdiusulkansebesarRp1,1 triliunguna
mendukungalokasi subsidibenihpadi,jagung,dankedelai.
"Mengingatalokasi anggaransubsidi langsungtahun2013 pada BA 999 hanya sebesarRp314 miliar
maka alokasi ini khususditujukanuntukmendukungpeningkatanproduksi kedelai,"jelasMentan.
BerdasarkanperaturanMenteri PertanianNo69 tahun2012 tentangalokasi pupukbersubsidi tahun
2013, Rp 15,8 triliunakandigunakanuntukmensubsidikebutuhansebesar9,25 jutaton pupuk.
Denganmasing-masingUreasebesar4,1juta tondenganHarga Eceran Tertinggi (HET) Rp 1800 per kg,
SP-36 sebesar0,85 jutaton denganHET Rp 2000 per kg,ZA sebesar1 jutaton denganHET Rp 1400 per
kg, NPKsebesar2,4 jutaton denganHET Rp 2300 per kg danpupukorganiksebesar0,9 juta tondengan
HET Rp 500 per kg.
Sementaraitualokasi subsidilangsungpupukkhususuntukkedelaisebesarRp314 miliardirencanakan
untukmensubsidipengadaandanpenyaluranpupukhayati (Rhizobium)danpembenahtanahdengan
HET 20 % dari Harga PokokPenjualan(HPP)atausubsidi 80%.
Sesuai penugasanMenteri BUMN,pelaksanaanpengadaandanpenyaluransubsidilangsungpupuk
khususkedelai tersebutadalahPTSang HyangSeri (persero) danPTPertani (Persero)
Peningkatan produksi pangan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan perlu di
dukung oleh teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan ramah
lingkungan. Penggunaan pupuk yang tidak berimbang menyebabkan tanaman kekurangan
hara, dan sebaliknya menyebabkan keracunan dan polusi bila digunakan berlebihan. Teknologi
nano didefinisikan oleh The US National Nanotechnology Initiative (NNI) sebagai teknologi yang
memiliki fungsi kontrol dan perekayasaan atom atau molekulnya yang berukuran antara 1
hingga 100 nm (1 nm= 10-9
m). Dengan teknologi nano ini, pemberian pupuk yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman (precision farming) serta penggunaan sensor-sensor berukuran
nano dimungkinkan untuk mendukung manajemen pengelolaan hara dan air (smart system
farming). Dengan teknologi ini input sistem produksi pertanian dapat ditekan sedangkan
produksi dapat ditingkatkan. Teknologi nano ini masih tergolong baru, bahkan di USA, Jepang
dan Eropah pemerintahnya sedang giat-giatnya menanamkan investasi untuk dapat
menghasilkan produk nano yang unggul termasuk di bidang pertanian. Dibandingkan dengan
perkembangan teknologi nano dibidang kedokteran dan elektronika, perkembangan teknologi
nano untuk bidang pertanian terutama pemupukan cukup jauh tertinggal sehingga belum
banyak diketahui untuk diaplikasikan. Untuk itu sebagai lembaga penelitan yang menangani
pupuk, Balittanah dengan kegiatan DIPA tahun anggaran 2010 telah mulai melakukan
penelitian pendahuluan tentang teknologi nano di Indonesia. Pada kegiatan ini dilakukan studi
literatur, survei serta inventarisasi teknologi nano untuk bidang pertanian terutama yang
bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Disamping itu pendalaman
materi tentang teknologi nano dilaksanakan melalui magang atau pelatihan di LIPI dan instansi
lainnya yang bertujuan untuk mempelajari pembuatan material berukuran nano. Pada kegiatan
ini juga dilakukan uji mutu dan efektivitas suatu pupuk yang di klaim diproduksi dengan
teknologi nano dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca. Hasil penelitian pendahuluan ini
diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian teknologi nano tahap selanjutnya.
--
Teknologi nano bisa membawa manfaat besar dan mendalam pada sistem pemupukan dan
perlindungan tanaman dengan kepraktisan, ketepatan, efisiensi dan penghematan, makalah
diskusi IFPRI mengungkapkan berdasarkan berbagai hasil penelitian di mancanegara.
Diutarakan, efisiensi penggunaan nitrogen pada sistem konvensional fertilizer saat ini rendah,
kehilangan mencapai sekitar 50-70%. Pupuk nano memiliki peluang untuk mengurangi secara
sangat berarti dampak terhadap energi, ekonomi dan lingkungan dengan cara mengurangi
kehilangan nitrogen oleh perembesan, emisi dan pergabungan jangka panjang dengan
mikroorganisme tanah. Kelemahan ini bisa diatasi dengan sistem pelepasan pupuk menggunakan
teknologi nano.
Sistem pelepasan hara pada teknologi nano memanfaatkan bagian-bagian tanaman berskala nano
yang porous yang bisa mengurangi kehilangan nitrogen. Pupuk yang dienkapsulasi dalam
partikel nano akan meningkatkan penyerapan hara. Pada generasi lanjut pupuk nano, pelepasan
pupuk bisa dipicu dengan kondisi lingkungan atau dengan pelepasan pada waktunya. Pelepasan
pupuk dengan lambat dan terkendali berpotensi menambah efisiensi penyerapan hara.Pupuk
nano yang menggunakan bahan alami untuk pelapisan dan perekatan granula pupuk yang bisa
larut memberi keuntungan karena biaya pembuatannya lebih rendah dibanding pupuk yang
bergantung pada bahan pelapis hasil manufaktur.
Pupuk yang dilepas dengan lambat dan terkendali bisa pula memperbaiki tanah dengan cara
mengurangi efek racun yang terkait dengan aplikasi pupuk secara berlebihan. Pada teknologi
nano yang sedang dikembangkan sekarang, zeolit telah dipergunakan sebagai pemeran
mekanisme pelepasan pupuk.
Jakarta - Pemerintahkini sedangmengembangkanmetode nanobiotechnologyuntukdiaplikasikandi
produkpanganatau pertanian.Tahun2015 nanti,metode ini ditargetkansudahbisadiaplikasikan.
KepalaBadanpenelitiandanPengembanganPertanianKementerianPertanian,Haryonomengatakan,
nano technologymerupakanmetodepertanianmasadepan.Inisiasiini berangkatdari pertemuanglobal
para pengamatpertaniandi Beijingbeberapawaktulalu.
"Awalnyapertemuangloballeaderforagricultural science andtechnology,6Juni di Beijing.Yanghadir
DirjenFAO,danlembagapenelitiandunia.Laluada2 Badan LitbangPertanian.Untukdiskusi mengenai
pertanianmasadepan.Isu yang diambil ituteknologi ke depanituapa,nanotechnologysalahsatunya,"
ungkapHaryonosata ditemui di KantorKementerianPertanian,Ragunan,Jaksel,(10/6/2013).
Haryonomerinci,nanotechnologyialahsuatusistemmemperkecil partikeldanmengubah strukturnya
agar lebihefisien.Diamencontohkan,di tahun2015 nanti,teknologi ini akandiaplikasikanuntukpupuk.
"Contohnyapupuk.Kalaudiperkecilitulebihmudahdiserapolehtanaman.Perbedaannyadengan
teknologi nanoitudayaseraptanamanterhadappupukitulebihefektif.Jadinyalarinyake efisiencost.
Itu sangatmenjanjikanuntukmengefisienkaninput,"katanya.
Metode ini sebenarnyasudahdiaplikasikanuntukpupukbeberapakomoditi,namunsayangnyabelum
begitumasiv.Saatini,KementerianPertaniansedangmembangunLeboratoriumPenelitianNano
Technologydi Bogoryang akanrampung 2014.
"Setelah2014 lahmudah-mudahanbisa.Itumulai dari yangterkaitdenganpemupukan,keamanan
pangan,fortifikasi pangan,lebihkepadapanganfungsional.Jadi sebenarnyaboisadiapakaiuke
pertanian,"katanya.
Sementaraitu,DirekturPerindustriandanPerdaganganPanduTani IndonesiaDavidKuriniawanWinata
mengatakan,denganteknologi ini,petanibisamenghematbiayaproduksidalammembelipupuk,selain
meningkatkanproduktifitaspertaniannya.
"Justrumenggunakanteknologi ini bisaefektif.Sehinggapendapatanpetani makinmeningkat.Mereka
bisacut the costsampai 50%. Dan meningkatkanproduktifitassampai 100%,"katanya.
PROPOSAL
PENGEMBANGAN TEKNOL
OGI NANO DENGAN
MEMANFAATKAN BAHAN BATUAN ALAMI DAN BAHAN
ORGANIK
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan
Kode Produk Target : 1.01
Kode Kegiatan : 1.01.01
Peneliti Utama : Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc.
BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2011
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Pengembangan Teknologi Nano dengan
Menmanfaatkan Bahan Batuan Alami dan Bahan
Organik
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan
Kode Produk Target : 1.01
Kode Kegiatan : 1.01.01
Lokasi Penelitian : Jawa Barat, DKI
A. Keterangan Lembaga Pela
ksana/Pengelola Penelitian
Nama Koordinator : Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc
.
Nama Institusi : Balai Penelitian Tanah
Unit Organisasi : Balai Besar Pe
nelitian dan Pengembangan Sumber
daya Lahan Pertanian
Alamat : Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor 16123
Telepon/Fax/Email : (0251) 8323012, (0251) 8321608
B. Lembaga Lain Yang Terlibat
Nama Lembaga :
Jangka Waktu Kegiatan : 1 (satu) tahun
Biaya Tahun 1 : Rp 179.072.727,-
Biaya Tahun 2 : Rp 133.636.368,-
Total biaya : Rp 312,709,095,-
Aktivitas Riset (baru/lanjutan) : Lanjutan
Rekapitulasi Biaya Tahun yang diusulkan:
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Belanja Uang Honor
Rp. 55,870,000,-
2. Belanja Bahan Habis Pakai
Rp. 30,000,000,-
3. Belanja Perjalanan
Rp. 39,150,000,-
4. Belanja Lainnya
Rp. 8,616,368,-
Total Biaya
Rp. 133,636,368,-
Setuju Diusulkan:
Kepala Balai Besar Penelitia
n Penanggung Jawab Kegiatan
dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian
Dr. Muhrizal Sarwani Ir. Ladiyani R. Widowati, MSc.
NIP. 19600329 198403 1 001 NIP: 19690303 199403 2 001
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Metoda pembuatan partikel nano .......................................... 4
2. Pembuatan partikel nano secara bottom up .................................. 4
3.
Keragaan dari bahan baku P-alam Maroko, P-alam Ciamis,
guano-Wonogiri, serta Zeolit ..........................................................
12
4.
Keragaan dari bahan organik dari kiri ke kanan kompos Tithonia
dan pukan Ayam yang telah matang ......................................
14
5. Formulasi Organofosfat (Kiri) dan Produk Organofosfat dari RP-
Ciamis dan RP-Maroko (Kanan) ............................................
16
6. Produk Pupuk Organo-fosfat dengan perlakuan fermentasi pukan
ayam (Kode A-2, B-2, C-2) ............................................................
17
7. Proses pembuatan pupuk P-Nano dan P-Submikron ................. 17
8. Pupuk P-nano hasil penelitian 2010 dan 2011 .......................... 17
9. Alat pembuat ukuran nano (kiri) dan alat granulator pupuk
(kanan) ...........................................................................................
18
10. Pertumbuhan tanaman jagung umur 10 HST ........................... 21
11. Petumbuhan tanaman padi 2 MST (Kiri) dan tanaman tomat 10
HST (Kanan) ..................................................................................
21
12.
Pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisols Cibatok
umur 6 MST ...................................................................................
23
13. Pertumbuhan tanaman padi pada tanah Ultisols Galuga – Bogor
umur 6 MST ..................................................................................
23
2
infentarisasi bahan baku berpotensi, dan formulasi awal pupuk nano (Husnain et al., 2011).
Tim peneliti Balittanah akan bekerjasama dengan beberapa instansi seperti LIPI, BPPT dan
BATAN untuk mempelajari teknologi nano dalam pembuatan bahan pupuk ini.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan asal katanya, “nano” itu s
endiri berasal dari bahasa latin yang berarti
sesuatu yang sangat kecil (dwarf) atau satu milyar dari suatu benda (10
-9
). Kalau selama ini
kita mengenal istilah “micro scale” sebagai ukuran terkecil, namun sekarang kemajuan ilmu
pengetahuan sudah membawa kita ke dunia “nano scale”. Sebagai gambaran, ukuran
sehelai rambut manusia adalah sekitar 80.000-100.000 nano dan sebuah virus rata-rata
berukuran 100 nano. Sehingga teknologi nano itu
dapat di definisikan sebagai sebuah ilmu
yang berhubungan dengan benda-benda dengan ukuran 1 hingga 100 nm, memiliki sifat
yang berbeda dari bahan asalnya dan memiliki
kemampuan untuk mengontrol atau
memanipulasi dalam skala atom (Kuzma and VerHage, 2006). Dalam bidang pertanian,
teknologi nano disebut-sebut dapat bermanfaat dalam banyak hal antara lain; meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk dan bahan alami dalam tanah, mempelajari mekanisme dan
dinamika hara di dalam tanah.
Perkembangan teknologi nano dewasa ini sudah sangat maju, termasuk dalam
bidang pemupukan tanaman. Dengan teknolog
i nano dihasilkan pupuk-pupuk berukuran
nano (nano fertilizer) baik dalam bentuk tepung (nano powder) maupun cair. Penggunaan
pupuk nano yang berukuran super kecil (1 nm = 10
-9
m) memiliki keunggulan lebih reaktif,
langsung mencapai sararan atau target
karena ukurannya yang halus, serta hanya
dibutuhkan dalam jumlah kecil. Sehingga hasil pertanian optimal dapat dicapai dengan
hanya mengaplikasikan sejumlah kecil
pupuk nano. Dengan demikian, penggunan pupuk
akan sangat efisien, efektif dan dapat
menurunkan biaya produksi. Dengan keunggulan-
keunggulan tersebut maka pupuk nano diharapkan dapat menjadi terobosan teknologi
peningkatan produksi pertanian.
Pada dasarnya, prinsip penemuan teknologi nano ini adalah untuk memaksimalkan
output (produktivitas tanaman) dengan meminimumkan input pupuk, pestisida, insektisida,
dll) melalui monitoring kondisi tanah
seperti perakaran tanah (rizosfir) dan
mengaplikasikannya langsung ke target. Sehi
ngga teknologi ini mampu mengefisienkan
penggunaan pupuk, menurunkan penggunaan pestisida dan
menghasilkan produk-produk
industri bio-nano. Salah satu contoh bahan alami yang dapat digunakan untuk teknologi
3
nano ini salah satunya adalah zeolit yang dapat ditumpangi unsur hara seperti Ca, N, P dan
K didalam struktur molekulnya sehingga dengan cara ini diharapkan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman akan dilepas sesuai kebutuhan tanaman (
slow/controlled release
fertilizer
). Selain itu melapisi pupuk (fertilizer encapsules) dengan bahan-bahan alami dalam
skala nano juga merupakan salah satu alternatife “
slow release
” pupuk. Disamping
penggunaan bahan-bahan alami, penggunaan bahan sintetis yang dikombinasikan dengan
bahan alami untuk melapis (coating) pupuk juga me
rupakan suatu alternatif dalam teknologi
nano. Bahan-bahan alami lainnya seperti
rock phosphate
(batuan fosfat) dan bahan organik
kemungkinan juga dapat dijadikan sebagai bahan pupuk nano. Batuan fosfat alam ini
merupakan salah satu sumber pupuk P yang masih terbatas penggunaanya. Walaupun
Indonesia memiliki deposit
rock phosphate
tetapi kebutuhan pupuk P masih bergantung
pada impor bahan P sehingga harga pupuk P menjadi sangat mahal bagi petani.
Kauwenbergh (2001) menyatakan batuan fosfat alam
secara global terdiri dari deposit fosfat
alam sedimen (80-90%) dan igneous fosfat
(10-20%). Batuan fosfat alam memilki
keragaman yang tinggi baik dalam komposisi kimia maupun bentuk fisiknya. Aplikasi
langsung
rock phosphate
sebagai pupuk P masih sangat terbatas dan menjadi kendala.
Dengan teknologi nano, yang menjadikan bat
uan ini sebagai bahan pupuk berukuran nano
apakah dalam bentuk tepung atau cair sehingga kandungan hara P dan hara lainnya dapat
dengan mudah dimanfaatkan tanaman.
Aplikasi bahan organik seperti pupuk kandang, jerami, sisa pangkasan dan pupuk
organik dalam sistem produksi pertanian san
gat dianjurkan. Namun demikian, rendahnya
tingkat dekomposisi bahan organik m
enyebabkan petani enggan menggunakannya dalam
sistem pertanian. Apalagi dengan target produksi yang tinggi sehingga tidak cukup waktu
untuk penguraian bahan-bahan organik alami tersebut. Sudah umum diketahui, bahan
organik sangat bermanfaat bagi tanaman
dan tanah dalam penyediaan unsur hara,
perbaikan sifat fisik tanah, peningkatan
aktivitas biologi tanah serta mengandung bahan-
bahan kimia alami seperti enzim, asam-asam organik (Setyorini et al, 2006) dan lainnya
yang tidak dapat diperoleh dari bahan pupuk sintetis. Dengan teknologi nano memungkinkan
pemanfaatan bahan organik ini lebih efisien dan tepat sasaran.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa teknologi nano ini akan sangat
bermanfaat dalam membantu mempercepat pertumbuhan produksi pangan di Indonesia dan
negara-negara berkembang lainnya. Dengan penggunaan sejumlah kecil atau beberapa
tetes pupuk nano bila berbentuk cairan dilaporkan dapat meningkatkan produksi pangan
dibandingkan dengan teknologi pertanian saat in
i. Dalam beberapa tulisan ilmiah popular di
bidang pertanian, teknologi nano adalah sebuah
revolusi kedua di bidang pertanian setelah
revolusi hijau (GR technology) yang mempelopori peningkatan produktifitas bahan pangan
v

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperkuEka Kurniati
 
Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...
Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...
Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...NurdinUng
 
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fix
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fixAntisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fix
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fixNurdinUng
 
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...Repository Ipb
 
Sumberdaya energi dan pemanfaatan bioteknologi
Sumberdaya energi dan pemanfaatan bioteknologiSumberdaya energi dan pemanfaatan bioteknologi
Sumberdaya energi dan pemanfaatan bioteknologiafifahfitri
 
Amrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.PdAmrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.PdSMPN 4 Kerinci
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduPurwandaru Widyasunu
 
Kuliah 1 dpt 5 september 2014
Kuliah 1 dpt 5 september 2014Kuliah 1 dpt 5 september 2014
Kuliah 1 dpt 5 september 2014Andrew Hutabarat
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanEkal Kurniawan
 

Was ist angesagt? (12)

Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 
Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...
Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...
Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...
 
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fix
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fixAntisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fix
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fix
 
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...
 
Pengantar ilmu pertanian kel
Pengantar ilmu pertanian kelPengantar ilmu pertanian kel
Pengantar ilmu pertanian kel
 
Sumberdaya energi dan pemanfaatan bioteknologi
Sumberdaya energi dan pemanfaatan bioteknologiSumberdaya energi dan pemanfaatan bioteknologi
Sumberdaya energi dan pemanfaatan bioteknologi
 
Puhay penyul
Puhay penyulPuhay penyul
Puhay penyul
 
Amrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.PdAmrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.Pd
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Kuliah 1 dpt 5 september 2014
Kuliah 1 dpt 5 september 2014Kuliah 1 dpt 5 september 2014
Kuliah 1 dpt 5 september 2014
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 

Andere mochten auch (20)

Music Technology
Music TechnologyMusic Technology
Music Technology
 
Imperialism day9.2012
Imperialism day9.2012Imperialism day9.2012
Imperialism day9.2012
 
Greenthan
GreenthanGreenthan
Greenthan
 
Peer topeer
Peer topeerPeer topeer
Peer topeer
 
Cloud computing
Cloud computingCloud computing
Cloud computing
 
Gastcollege NHL 20092011
Gastcollege NHL 20092011Gastcollege NHL 20092011
Gastcollege NHL 20092011
 
20091221_Personal data_03
20091221_Personal data_0320091221_Personal data_03
20091221_Personal data_03
 
before upload
before uploadbefore upload
before upload
 
1965 newsletter murmur of a bang
1965 newsletter murmur of a bang1965 newsletter murmur of a bang
1965 newsletter murmur of a bang
 
Kepler's Laws Lab
Kepler's Laws LabKepler's Laws Lab
Kepler's Laws Lab
 
Ponenciacarmevalls221109 100223120240 Phpapp01
Ponenciacarmevalls221109 100223120240 Phpapp01Ponenciacarmevalls221109 100223120240 Phpapp01
Ponenciacarmevalls221109 100223120240 Phpapp01
 
No Panic workshop
No Panic workshopNo Panic workshop
No Panic workshop
 
End child hunger
End child hungerEnd child hunger
End child hunger
 
My Childhood
My ChildhoodMy Childhood
My Childhood
 
PER-54/BC/2011
PER-54/BC/2011PER-54/BC/2011
PER-54/BC/2011
 
Global Recycling
Global RecyclingGlobal Recycling
Global Recycling
 
before upload
before uploadbefore upload
before upload
 
Lab1 1220880325
Lab1 1220880325Lab1 1220880325
Lab1 1220880325
 
Guide to Planning Your Next Web Project
Guide to Planning Your Next Web ProjectGuide to Planning Your Next Web Project
Guide to Planning Your Next Web Project
 
N C State Sample Chapter Handbook
N C  State  Sample  Chapter  HandbookN C  State  Sample  Chapter  Handbook
N C State Sample Chapter Handbook
 

Ähnlich wie Nano

Proposal padi organik srimukti desa atapang
Proposal padi organik srimukti desa atapangProposal padi organik srimukti desa atapang
Proposal padi organik srimukti desa atapangirwandeni
 
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...NurdinUng
 
Sawit bagian-a
Sawit bagian-aSawit bagian-a
Sawit bagian-adinooaku
 
Nutrisi Tanaman
Nutrisi TanamanNutrisi Tanaman
Nutrisi Tanamanllilli2
 
Tiens Golden Harvest
Tiens Golden HarvestTiens Golden Harvest
Tiens Golden HarvestHaidarAgung
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidarizky hadi
 
Ti 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuandaTi 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuandaSawarni H
 
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran HewanPrioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran HewanSawarni H
 
Perkembangan Teknologi dan Ketahanan Pangan
Perkembangan Teknologi dan Ketahanan PanganPerkembangan Teknologi dan Ketahanan Pangan
Perkembangan Teknologi dan Ketahanan PanganGita Saraswati
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015IAARD/Bogor, Indonesia
 
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_ryki periwaldi
 
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...ryki periwaldi
 
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_ryki periwaldi
 
BUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxBUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxWartonoTono5
 
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdfPemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdfGregorio Antonny Bani
 

Ähnlich wie Nano (20)

Proposal padi organik srimukti desa atapang
Proposal padi organik srimukti desa atapangProposal padi organik srimukti desa atapang
Proposal padi organik srimukti desa atapang
 
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
 
Sawit bagian-a
Sawit bagian-aSawit bagian-a
Sawit bagian-a
 
Nutrisi Tanaman
Nutrisi TanamanNutrisi Tanaman
Nutrisi Tanaman
 
Rdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasutRdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasut
 
Tiens Golden Harvest
Tiens Golden HarvestTiens Golden Harvest
Tiens Golden Harvest
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisida
 
BAB I (1).pdf
BAB I (1).pdfBAB I (1).pdf
BAB I (1).pdf
 
Rdhp upsus 2018
Rdhp upsus 2018Rdhp upsus 2018
Rdhp upsus 2018
 
Ti 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuandaTi 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuanda
 
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran HewanPrioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
 
Perkembangan Teknologi dan Ketahanan Pangan
Perkembangan Teknologi dan Ketahanan PanganPerkembangan Teknologi dan Ketahanan Pangan
Perkembangan Teknologi dan Ketahanan Pangan
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
 
PESTISIDA.docx
PESTISIDA.docxPESTISIDA.docx
PESTISIDA.docx
 
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_
 
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
 
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
 
1264 2634-1-sm
1264 2634-1-sm1264 2634-1-sm
1264 2634-1-sm
 
BUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxBUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptx
 
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdfPemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
 

Mehr von Lakpesdam NU Banten

Mehr von Lakpesdam NU Banten (13)

media monitoring
media monitoringmedia monitoring
media monitoring
 
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dki
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dkiPartisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dki
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dki
 
Pendidikan jurnalisme aswaja
Pendidikan jurnalisme aswajaPendidikan jurnalisme aswaja
Pendidikan jurnalisme aswaja
 
Pmii dalam perang asimetris
Pmii dalam perang asimetrisPmii dalam perang asimetris
Pmii dalam perang asimetris
 
Dinamika Pesantren dan Kepemimpinan Nasional
Dinamika Pesantren dan Kepemimpinan NasionalDinamika Pesantren dan Kepemimpinan Nasional
Dinamika Pesantren dan Kepemimpinan Nasional
 
Jurnal pergerakan
Jurnal pergerakanJurnal pergerakan
Jurnal pergerakan
 
Gusdur dan papua
Gusdur dan papuaGusdur dan papua
Gusdur dan papua
 
Jurnal pergerakan
Jurnal pergerakanJurnal pergerakan
Jurnal pergerakan
 
Dilema pengelolaan energy di indonesia
Dilema pengelolaan energy di indonesiaDilema pengelolaan energy di indonesia
Dilema pengelolaan energy di indonesia
 
Delapan Tipe Kecerdasan
Delapan Tipe KecerdasanDelapan Tipe Kecerdasan
Delapan Tipe Kecerdasan
 
Mahbub Djunaidi
Mahbub DjunaidiMahbub Djunaidi
Mahbub Djunaidi
 
Islam dalam tinjauan madilog
Islam dalam tinjauan madilogIslam dalam tinjauan madilog
Islam dalam tinjauan madilog
 
Declaration of Asean +9 Youth Assembly 2013
Declaration of Asean +9 Youth Assembly 2013 Declaration of Asean +9 Youth Assembly 2013
Declaration of Asean +9 Youth Assembly 2013
 

Nano

  • 1. - Pemerintahkinisedangmengembangkanmetode nanobiotechnologyuntukdiaplikasikandi produk panganatau pertanian.Tahun2015 nanti,metode ini ditargetkansudahbisadiaplikasikan. KepalaBadanpenelitiandanPengembanganPertanianKementerian Pertanian,Haryonomengatakan, nano technologymerupakanmetodepertanianmasadepan.Inisiasiini berangkatdari pertemuanglobal para pengamatpertaniandi Beijingbeberapawaktulalu. "Awalnyapertemuangloballeaderforagricultural science andtechnology,6Juni di Beijing.Yanghadir DirjenFAO,danlembagapenelitiandunia.Laluada2 Badan LitbangPertanian.Untukdiskusi mengenai pertanianmasadepan.Isuyang diambil ituteknologi ke depanituapa,nanotechnologysalahsatunya," ungkapHaryonosata ditemui di KantorKementerianPertanian,Ragunan,Jaksel,(10/6/2013). Haryonomerinci,nanotechnologyialahsuatusistemmemperkecil partikeldanmengubahstrukturnya agar lebihefisien.Diamencontohkan,di tahun2015 nanti,teknologi ini akandiaplikasikanuntukpupuk. "Contohnyapupuk.Kalaudiperkecilitulebihmudahdiserapolehtanaman.Perbedaannyadengan teknologi nanoitudayaseraptanamanterhadappupukitulebihefektif.Jadinyalarinyake efisiencost. Itu sangatmenjanjikanuntukmengefisienkaninput,"katanya. Metode ini sebenarnyasudahdiaplikasikanuntukpupukbeberapakomoditi,namunsayangnyabelum begitumasiv.Saatini,KementerianPertaniansedangmembangunLeboratoriumPenelitianNano Technologydi Bogoryang akanrampung 2014. "Setelah2014 lahmudah-mudahanbisa.Itumulai dari yangterkaitdenganpemupukan,keamanan pangan,fortifikasi pangan,lebihkepadapanganfungsional.Jadi sebenarnyaboisadiapakaiuke pertanian,"katanya. Sementaraitu,DirekturPerindustriandan PerdaganganPanduTani IndonesiaDavidKuriniawanWinata mengatakan,denganteknologi ini,petanibisamenghematbiayaproduksidalammembelipupuk,selain meningkatkanproduktifitaspertaniannya. "Justrumenggunakanteknologi ini bisaefektif.Sehinggapendapatanpetani makinmeningkat.Mereka bisacut the costsampai 50%. Dan meningkatkanproduktifitassampai 100%,"katanya. Sim card (Subscriber Identity Module) mikrochip kecil yang disematkan pada handphone merupakan contoh aplikasi teknologi nano. Nah, prinsip kerja model data informasi terkompresi seperti inilah yang mulai diadopsi ke dalam subsidi pupuk dan benih bersubsidi pada 2015 mendatang.
  • 2. "Saat ini masih skala uji lapang, nano bio teknolgi dapat diterapkan pada pupuk kelapa sawit. Teknologi sebagai tools (alat). Semestinya juga dapat dimanfaatkan pada padi dan jagung," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Kementan) Haryono menjawab kabarbisnis.com di Jakarta, Senin (10/6/2013). Secara harfiah, teknologi nano diartikan sebagai suatu sistem memperkecil partikel dan mengubah strukturnya sehingga lebih efisien. Berkenaan sektor pertanian merupakan hasil rekayasa teknologi tinggi yang berbahan baku dari mineral alam. Kandungan berasal dari mikro organisme bermanfaat dan unsur hara baik makro dan mikro. Diyakini, pemanfataan bio nano mampu menghemat biaya input sarana pertanian konvensional antara 40-60%. Adapun dari produktivitas, menurut Haryono, akan meningkatkan hasil panen hingga 50%. "Itu dalam skala laboratorium dengan monitoring sangat ketat.Dalam prakteknya, sangat bergantung kepada petani," ujar Haryono. Menurut Haryono, pihaknya serius mempercepat pengembangan nano bio teknologi sejalan pengoperasian laboratorium sejak tahun 2012. Namun, dibutuhkan audiensi publik seluas- seluasnya, termasuk membentuk jaringan kerja sama lembaga riset dan perguruan tinggi dan pemangku kepentingan pengguna nano bio. "Aplikasi nano bio itu akan secara bertahap menggantikan peran pupuk kimia hingga pestisida selama pertumbuhan pupuk," terang Haryono. Karena itu, menurut Haryono, adopsi nano bio teknologi diyakini menjadi salah satu solusi Indonesia mencapai swasembada pangan berkelanjutan. "Tidak hanya mengejar peningkatan angka produksi pangan," terang dia. Peneliti nano bio litbang Kementan Rudi Cahyo Utomo mengatakan, Thailand merupakan salah satu negara agro industri yang berhasil mengembangkan nano bio teknologi secara masif. Terbukti, hasil produk pertanian negaranya memiliki nilai tambah yang tinggi,juga mampu menekan penurunan mutu lingkungan hidup. Sementara di Indonesia, menurut Rudi, para periset terus melakukan pengayaan sejumlah produk pangan berbasis bio nano teknologi. Bukan hanya terbatas pada semata mata upaya peningkatan produksi pangan,namun juga aneka diversifikasi pangan hingga kepentingan farmasi. Riset itu di antaranya fortifikasi (pemberian enzim) pada ubi kayu yang diperkaya vitamin dan mineral.Hal sama dilakukan pada mangga asam sehingga berubah menjadi manis. Selain itu, ekstrak temulawak untuk obat inflamasi (radang) dan produk pala sebagai pengawet daging. Sebagai informasi, dalam APBN 2013, belanja pupuk dan benih dialokasikan masing masing Rp 16,2 triliun dan Rp 1,5 triliun. Namun, khusus untuk pupuk, dalam R APBN-P 2013 meningkat menjadi Rp 17,9 triliun.
  • 3. Upaya menunjangkinerjaproduksi pertaniandi Indonesia,pemerintahtelahmenganggarkanRp16,2 triliununtuksubsidi pupuk. "Pada tahun2013 dana yangdialokasikanuntuksubsidi pupuksebesarRp16,2 triliun,sesuai dengan yang tertuangdalamnotakeuangan dan RAPBN 2013," ungkapMenteri Pertanian,Suswono,Rabu (3/4/2013) Alokasi anggaransubsidi pupuktersebutdiantaranyauntuksubsidipupukmurni sebesarRp15,8 triliun, dan pembayarankurangbayartahun 2010 sebesarRp314 miliar. Sesuai hasil RapatKerjaMenteri PertaniandenganKomisi IV DPRRItanggal 9 Oktober2012, semula anggaran yangdirencanakanuntuksubsidi langsungpupukdiusulkansebesarRp1,1 triliunguna mendukungalokasi subsidibenihpadi,jagung,dankedelai. "Mengingatalokasi anggaransubsidi langsungtahun2013 pada BA 999 hanya sebesarRp314 miliar maka alokasi ini khususditujukanuntukmendukungpeningkatanproduksi kedelai,"jelasMentan. BerdasarkanperaturanMenteri PertanianNo69 tahun2012 tentangalokasi pupukbersubsidi tahun 2013, Rp 15,8 triliunakandigunakanuntukmensubsidikebutuhansebesar9,25 jutaton pupuk. Denganmasing-masingUreasebesar4,1juta tondenganHarga Eceran Tertinggi (HET) Rp 1800 per kg, SP-36 sebesar0,85 jutaton denganHET Rp 2000 per kg,ZA sebesar1 jutaton denganHET Rp 1400 per kg, NPKsebesar2,4 jutaton denganHET Rp 2300 per kg danpupukorganiksebesar0,9 juta tondengan HET Rp 500 per kg. Sementaraitualokasi subsidilangsungpupukkhususuntukkedelaisebesarRp314 miliardirencanakan untukmensubsidipengadaandanpenyaluranpupukhayati (Rhizobium)danpembenahtanahdengan HET 20 % dari Harga PokokPenjualan(HPP)atausubsidi 80%. Sesuai penugasanMenteri BUMN,pelaksanaanpengadaandanpenyaluransubsidilangsungpupuk khususkedelai tersebutadalahPTSang HyangSeri (persero) danPTPertani (Persero) Peningkatan produksi pangan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan perlu di dukung oleh teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan ramah lingkungan. Penggunaan pupuk yang tidak berimbang menyebabkan tanaman kekurangan hara, dan sebaliknya menyebabkan keracunan dan polusi bila digunakan berlebihan. Teknologi nano didefinisikan oleh The US National Nanotechnology Initiative (NNI) sebagai teknologi yang memiliki fungsi kontrol dan perekayasaan atom atau molekulnya yang berukuran antara 1 hingga 100 nm (1 nm= 10-9 m). Dengan teknologi nano ini, pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (precision farming) serta penggunaan sensor-sensor berukuran nano dimungkinkan untuk mendukung manajemen pengelolaan hara dan air (smart system
  • 4. farming). Dengan teknologi ini input sistem produksi pertanian dapat ditekan sedangkan produksi dapat ditingkatkan. Teknologi nano ini masih tergolong baru, bahkan di USA, Jepang dan Eropah pemerintahnya sedang giat-giatnya menanamkan investasi untuk dapat menghasilkan produk nano yang unggul termasuk di bidang pertanian. Dibandingkan dengan perkembangan teknologi nano dibidang kedokteran dan elektronika, perkembangan teknologi nano untuk bidang pertanian terutama pemupukan cukup jauh tertinggal sehingga belum banyak diketahui untuk diaplikasikan. Untuk itu sebagai lembaga penelitan yang menangani pupuk, Balittanah dengan kegiatan DIPA tahun anggaran 2010 telah mulai melakukan penelitian pendahuluan tentang teknologi nano di Indonesia. Pada kegiatan ini dilakukan studi literatur, survei serta inventarisasi teknologi nano untuk bidang pertanian terutama yang bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Disamping itu pendalaman materi tentang teknologi nano dilaksanakan melalui magang atau pelatihan di LIPI dan instansi lainnya yang bertujuan untuk mempelajari pembuatan material berukuran nano. Pada kegiatan ini juga dilakukan uji mutu dan efektivitas suatu pupuk yang di klaim diproduksi dengan teknologi nano dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca. Hasil penelitian pendahuluan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian teknologi nano tahap selanjutnya. -- Teknologi nano bisa membawa manfaat besar dan mendalam pada sistem pemupukan dan perlindungan tanaman dengan kepraktisan, ketepatan, efisiensi dan penghematan, makalah diskusi IFPRI mengungkapkan berdasarkan berbagai hasil penelitian di mancanegara. Diutarakan, efisiensi penggunaan nitrogen pada sistem konvensional fertilizer saat ini rendah, kehilangan mencapai sekitar 50-70%. Pupuk nano memiliki peluang untuk mengurangi secara sangat berarti dampak terhadap energi, ekonomi dan lingkungan dengan cara mengurangi kehilangan nitrogen oleh perembesan, emisi dan pergabungan jangka panjang dengan mikroorganisme tanah. Kelemahan ini bisa diatasi dengan sistem pelepasan pupuk menggunakan teknologi nano. Sistem pelepasan hara pada teknologi nano memanfaatkan bagian-bagian tanaman berskala nano yang porous yang bisa mengurangi kehilangan nitrogen. Pupuk yang dienkapsulasi dalam partikel nano akan meningkatkan penyerapan hara. Pada generasi lanjut pupuk nano, pelepasan pupuk bisa dipicu dengan kondisi lingkungan atau dengan pelepasan pada waktunya. Pelepasan pupuk dengan lambat dan terkendali berpotensi menambah efisiensi penyerapan hara.Pupuk nano yang menggunakan bahan alami untuk pelapisan dan perekatan granula pupuk yang bisa larut memberi keuntungan karena biaya pembuatannya lebih rendah dibanding pupuk yang bergantung pada bahan pelapis hasil manufaktur. Pupuk yang dilepas dengan lambat dan terkendali bisa pula memperbaiki tanah dengan cara mengurangi efek racun yang terkait dengan aplikasi pupuk secara berlebihan. Pada teknologi nano yang sedang dikembangkan sekarang, zeolit telah dipergunakan sebagai pemeran mekanisme pelepasan pupuk.
  • 5. Jakarta - Pemerintahkini sedangmengembangkanmetode nanobiotechnologyuntukdiaplikasikandi produkpanganatau pertanian.Tahun2015 nanti,metode ini ditargetkansudahbisadiaplikasikan. KepalaBadanpenelitiandanPengembanganPertanianKementerianPertanian,Haryonomengatakan, nano technologymerupakanmetodepertanianmasadepan.Inisiasiini berangkatdari pertemuanglobal para pengamatpertaniandi Beijingbeberapawaktulalu. "Awalnyapertemuangloballeaderforagricultural science andtechnology,6Juni di Beijing.Yanghadir DirjenFAO,danlembagapenelitiandunia.Laluada2 Badan LitbangPertanian.Untukdiskusi mengenai pertanianmasadepan.Isu yang diambil ituteknologi ke depanituapa,nanotechnologysalahsatunya," ungkapHaryonosata ditemui di KantorKementerianPertanian,Ragunan,Jaksel,(10/6/2013). Haryonomerinci,nanotechnologyialahsuatusistemmemperkecil partikeldanmengubah strukturnya agar lebihefisien.Diamencontohkan,di tahun2015 nanti,teknologi ini akandiaplikasikanuntukpupuk. "Contohnyapupuk.Kalaudiperkecilitulebihmudahdiserapolehtanaman.Perbedaannyadengan teknologi nanoitudayaseraptanamanterhadappupukitulebihefektif.Jadinyalarinyake efisiencost. Itu sangatmenjanjikanuntukmengefisienkaninput,"katanya. Metode ini sebenarnyasudahdiaplikasikanuntukpupukbeberapakomoditi,namunsayangnyabelum begitumasiv.Saatini,KementerianPertaniansedangmembangunLeboratoriumPenelitianNano Technologydi Bogoryang akanrampung 2014. "Setelah2014 lahmudah-mudahanbisa.Itumulai dari yangterkaitdenganpemupukan,keamanan pangan,fortifikasi pangan,lebihkepadapanganfungsional.Jadi sebenarnyaboisadiapakaiuke pertanian,"katanya. Sementaraitu,DirekturPerindustriandanPerdaganganPanduTani IndonesiaDavidKuriniawanWinata mengatakan,denganteknologi ini,petanibisamenghematbiayaproduksidalammembelipupuk,selain meningkatkanproduktifitaspertaniannya. "Justrumenggunakanteknologi ini bisaefektif.Sehinggapendapatanpetani makinmeningkat.Mereka bisacut the costsampai 50%. Dan meningkatkanproduktifitassampai 100%,"katanya.
  • 6. PROPOSAL PENGEMBANGAN TEKNOL OGI NANO DENGAN MEMANFAATKAN BAHAN BATUAN ALAMI DAN BAHAN ORGANIK PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.01 Kode Kegiatan : 1.01.01 Peneliti Utama : Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc. BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 i LEMBAR PENGESAHAN Judul Kegiatan : Pengembangan Teknologi Nano dengan Menmanfaatkan Bahan Batuan Alami dan Bahan Organik Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.01 Kode Kegiatan : 1.01.01 Lokasi Penelitian : Jawa Barat, DKI A. Keterangan Lembaga Pela ksana/Pengelola Penelitian Nama Koordinator : Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc . Nama Institusi : Balai Penelitian Tanah
  • 7. Unit Organisasi : Balai Besar Pe nelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian Alamat : Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor 16123 Telepon/Fax/Email : (0251) 8323012, (0251) 8321608 B. Lembaga Lain Yang Terlibat Nama Lembaga : Jangka Waktu Kegiatan : 1 (satu) tahun Biaya Tahun 1 : Rp 179.072.727,- Biaya Tahun 2 : Rp 133.636.368,- Total biaya : Rp 312,709,095,- Aktivitas Riset (baru/lanjutan) : Lanjutan Rekapitulasi Biaya Tahun yang diusulkan: No. Uraian Jumlah (Rp) 1. Belanja Uang Honor Rp. 55,870,000,- 2. Belanja Bahan Habis Pakai Rp. 30,000,000,- 3. Belanja Perjalanan Rp. 39,150,000,- 4. Belanja Lainnya Rp. 8,616,368,- Total Biaya Rp. 133,636,368,- Setuju Diusulkan: Kepala Balai Besar Penelitia n Penanggung Jawab Kegiatan dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Dr. Muhrizal Sarwani Ir. Ladiyani R. Widowati, MSc. NIP. 19600329 198403 1 001 NIP: 19690303 199403 2 001 vii DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Metoda pembuatan partikel nano .......................................... 4 2. Pembuatan partikel nano secara bottom up .................................. 4 3. Keragaan dari bahan baku P-alam Maroko, P-alam Ciamis, guano-Wonogiri, serta Zeolit .......................................................... 12 4. Keragaan dari bahan organik dari kiri ke kanan kompos Tithonia dan pukan Ayam yang telah matang ...................................... 14 5. Formulasi Organofosfat (Kiri) dan Produk Organofosfat dari RP- Ciamis dan RP-Maroko (Kanan) ............................................ 16 6. Produk Pupuk Organo-fosfat dengan perlakuan fermentasi pukan ayam (Kode A-2, B-2, C-2) ............................................................ 17 7. Proses pembuatan pupuk P-Nano dan P-Submikron ................. 17
  • 8. 8. Pupuk P-nano hasil penelitian 2010 dan 2011 .......................... 17 9. Alat pembuat ukuran nano (kiri) dan alat granulator pupuk (kanan) ........................................................................................... 18 10. Pertumbuhan tanaman jagung umur 10 HST ........................... 21 11. Petumbuhan tanaman padi 2 MST (Kiri) dan tanaman tomat 10 HST (Kanan) .................................................................................. 21 12. Pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisols Cibatok umur 6 MST ................................................................................... 23 13. Pertumbuhan tanaman padi pada tanah Ultisols Galuga – Bogor umur 6 MST .................................................................................. 23 2 infentarisasi bahan baku berpotensi, dan formulasi awal pupuk nano (Husnain et al., 2011). Tim peneliti Balittanah akan bekerjasama dengan beberapa instansi seperti LIPI, BPPT dan BATAN untuk mempelajari teknologi nano dalam pembuatan bahan pupuk ini. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan asal katanya, “nano” itu s endiri berasal dari bahasa latin yang berarti sesuatu yang sangat kecil (dwarf) atau satu milyar dari suatu benda (10 -9 ). Kalau selama ini kita mengenal istilah “micro scale” sebagai ukuran terkecil, namun sekarang kemajuan ilmu pengetahuan sudah membawa kita ke dunia “nano scale”. Sebagai gambaran, ukuran sehelai rambut manusia adalah sekitar 80.000-100.000 nano dan sebuah virus rata-rata berukuran 100 nano. Sehingga teknologi nano itu dapat di definisikan sebagai sebuah ilmu yang berhubungan dengan benda-benda dengan ukuran 1 hingga 100 nm, memiliki sifat yang berbeda dari bahan asalnya dan memiliki kemampuan untuk mengontrol atau memanipulasi dalam skala atom (Kuzma and VerHage, 2006). Dalam bidang pertanian, teknologi nano disebut-sebut dapat bermanfaat dalam banyak hal antara lain; meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan bahan alami dalam tanah, mempelajari mekanisme dan dinamika hara di dalam tanah. Perkembangan teknologi nano dewasa ini sudah sangat maju, termasuk dalam bidang pemupukan tanaman. Dengan teknolog i nano dihasilkan pupuk-pupuk berukuran nano (nano fertilizer) baik dalam bentuk tepung (nano powder) maupun cair. Penggunaan pupuk nano yang berukuran super kecil (1 nm = 10 -9 m) memiliki keunggulan lebih reaktif, langsung mencapai sararan atau target karena ukurannya yang halus, serta hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil. Sehingga hasil pertanian optimal dapat dicapai dengan hanya mengaplikasikan sejumlah kecil pupuk nano. Dengan demikian, penggunan pupuk akan sangat efisien, efektif dan dapat menurunkan biaya produksi. Dengan keunggulan-
  • 9. keunggulan tersebut maka pupuk nano diharapkan dapat menjadi terobosan teknologi peningkatan produksi pertanian. Pada dasarnya, prinsip penemuan teknologi nano ini adalah untuk memaksimalkan output (produktivitas tanaman) dengan meminimumkan input pupuk, pestisida, insektisida, dll) melalui monitoring kondisi tanah seperti perakaran tanah (rizosfir) dan mengaplikasikannya langsung ke target. Sehi ngga teknologi ini mampu mengefisienkan penggunaan pupuk, menurunkan penggunaan pestisida dan menghasilkan produk-produk industri bio-nano. Salah satu contoh bahan alami yang dapat digunakan untuk teknologi 3 nano ini salah satunya adalah zeolit yang dapat ditumpangi unsur hara seperti Ca, N, P dan K didalam struktur molekulnya sehingga dengan cara ini diharapkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman akan dilepas sesuai kebutuhan tanaman ( slow/controlled release fertilizer ). Selain itu melapisi pupuk (fertilizer encapsules) dengan bahan-bahan alami dalam skala nano juga merupakan salah satu alternatife “ slow release ” pupuk. Disamping penggunaan bahan-bahan alami, penggunaan bahan sintetis yang dikombinasikan dengan bahan alami untuk melapis (coating) pupuk juga me rupakan suatu alternatif dalam teknologi nano. Bahan-bahan alami lainnya seperti rock phosphate (batuan fosfat) dan bahan organik kemungkinan juga dapat dijadikan sebagai bahan pupuk nano. Batuan fosfat alam ini merupakan salah satu sumber pupuk P yang masih terbatas penggunaanya. Walaupun Indonesia memiliki deposit rock phosphate tetapi kebutuhan pupuk P masih bergantung pada impor bahan P sehingga harga pupuk P menjadi sangat mahal bagi petani. Kauwenbergh (2001) menyatakan batuan fosfat alam secara global terdiri dari deposit fosfat alam sedimen (80-90%) dan igneous fosfat (10-20%). Batuan fosfat alam memilki keragaman yang tinggi baik dalam komposisi kimia maupun bentuk fisiknya. Aplikasi langsung rock phosphate sebagai pupuk P masih sangat terbatas dan menjadi kendala. Dengan teknologi nano, yang menjadikan bat uan ini sebagai bahan pupuk berukuran nano apakah dalam bentuk tepung atau cair sehingga kandungan hara P dan hara lainnya dapat dengan mudah dimanfaatkan tanaman. Aplikasi bahan organik seperti pupuk kandang, jerami, sisa pangkasan dan pupuk organik dalam sistem produksi pertanian san gat dianjurkan. Namun demikian, rendahnya tingkat dekomposisi bahan organik m enyebabkan petani enggan menggunakannya dalam sistem pertanian. Apalagi dengan target produksi yang tinggi sehingga tidak cukup waktu
  • 10. untuk penguraian bahan-bahan organik alami tersebut. Sudah umum diketahui, bahan organik sangat bermanfaat bagi tanaman dan tanah dalam penyediaan unsur hara, perbaikan sifat fisik tanah, peningkatan aktivitas biologi tanah serta mengandung bahan- bahan kimia alami seperti enzim, asam-asam organik (Setyorini et al, 2006) dan lainnya yang tidak dapat diperoleh dari bahan pupuk sintetis. Dengan teknologi nano memungkinkan pemanfaatan bahan organik ini lebih efisien dan tepat sasaran. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa teknologi nano ini akan sangat bermanfaat dalam membantu mempercepat pertumbuhan produksi pangan di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Dengan penggunaan sejumlah kecil atau beberapa tetes pupuk nano bila berbentuk cairan dilaporkan dapat meningkatkan produksi pangan dibandingkan dengan teknologi pertanian saat in i. Dalam beberapa tulisan ilmiah popular di bidang pertanian, teknologi nano adalah sebuah revolusi kedua di bidang pertanian setelah revolusi hijau (GR technology) yang mempelopori peningkatan produktifitas bahan pangan v