1. Psikologi Islam berkembang sejak tahun 1970-an dan meliputi berbagai kegiatan seperti terjemahan, publikasi jurnal, simposium, kongres, serta pendirian program studi di berbagai perguruan tinggi.
2. Terdapat perbedaan pandangan antara Psikologi Barat dan Psikologi Islam terkait ruang lingkup kajian manusia dan tujuan psikologi.
3. Psikologi Islam memiliki berbagai tantangan metodologis dan aplikat
1. 1990 :Terjemahan the Dilemma of Moslem
Psychologist :
› Versi Yogyakarta - Versi Jakarta
1989-1994 : Jurnal Kalam, Media Pemikiran
Psikologi Islami
1994, 1996, 1997, 1998, 2000 : Simposium
Nasional Psikologi Islami, Dialog Nasional
Pakar Psikologi Islami
2004 : Konggres Asosiasi Psikologi Islami
2005 : Temu lmiah Nasional Psikologi Islami
1
4. Psikologi Islam ialah corak psikologi
berlandaskan citra manusia menurut
ajaran Islam, yang mempelajari
keunikan dan pola prilaku manusia
sebagai ungkapan pengalaman intraksi
dengan diri sendiri, lingkungan sekitar
dan alam kerohanian, dengan tjuan
menngkatkan kesehatan mental dan
kualitas keberagamaan (Hanna
Djumhanna Bastaman, 1996;45).
5. psikologi Islam adalah kajian Islam yang
berhubungan dengan aspek-aspek dan
prilaku kejiwaan manusia, agar secara
sadar ia dapat membentuk kwalitas diri
yang lebih sempurna dan mendapatkn
kebahagiaan hidup didunia dan di
akherat.
psikologi Islam didasarkan atas sumber
otentik yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
(Jamaluddin Ancok dan Fuad Nasori:
6. Psikologi Islam diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif bagi
pembentukan pribadi manusia ideal
(insan kamil). Karena kita sadari, Psikologi
Barat (modern) ternyata tidak bisa
memberikan jawaban secara lebih utuh
terhadap problem-problem manusia
yang begitu unik.
7. Psikologi Barat, manusia hanya
diletakkan dalam tinjauan yang bersifat
egosentris, sedangkan manusia itu
sendiri memiliki rangkaian
kemanusiannya yang lebih lengkap,
yaitu jasad (tubuh), ruh, nafs (jiwa) dan
qalb (hati). Jika manusia hanya ditinjau
dari satu sisi saja, maka sosok manusia
tidak akan pernah terpotret secara utuh.
8. kehadiran Psikologi Islam sebagai mazhab
kelima menjadi keniscayaan. Terlepas
masih pro-kontra penamaan Psikologi Islam
maupun Psikologi Islami dan sebagainya,
Psikologi Islam menjadi lahan ”ijtihad
intelektual” yang tidak pernah habis.
Psikologi Islam mendasarkan kerangka teori
dan bangunan penelitian didasarkan pada
nilai-nilai Alquran, Hadits dan warisan
(turats) intelektual Islam masa lalu.
9. Sejarah lahirnya psikologi islam diawali
pada tahun 1976 yang berasal dari
kesimpulan Prof. Kadir Yahya yang
menyatakan bahwa psikologi itu suatu
pedoman, tetapi tasawuf adalah ruhnya.
Kemudian pada tahun 1979 Fuad Nashori
mempresentasikan tentang “psikologi
agamawi” yang mengintegrasikan konsep
manusia dan psikologi tasawuf islam.
10. Dan pada tahun 1992 beliau menulis
di jurnal Ulumul Qur'an yang
mengungkapkan tentang Islamisasi
sains dan psikologi sebagai fokus
telaah. Pada tahun 1994 diadakan
simposium nasional psikologi islam di
UMS dan telah menghasilkan rumusan
tentang adanya Ilmu Psikologi Islam.
11. 1. jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran
dan penelitian
empiric, Psikologi Islam , sumber utamanya adalah
wahyu Kitab Suci Al
Qur'an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa,
dengan asumsi bahwa
Alloh SWT sebagai pencipta manusia yang paling
mengetahui anatomi
kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric
membantu menafsirkan
kitab suci.
12. 2. Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga;
menguraikan, meramalkan
dan mengendalikan tingkah laku, maka
Psikologi Islam menambah dua
poin; yaitu membangun perilaku yang
baik dan mendorong orang hingga
merasa dekat dengan Alloh SWT.
13. 3. Jika konseling dalam Psikologi Barat
hanya di sekitar masalah
sehat dan tidak sehat secara psikologis,
konseling Psikologi Islam
menembus hingga bagaimana orang
merasa hidupnya bermakna, benar dan
merasa dekat dengan Alloh SWT
14. Manusia adalah makhluk yang berfikir,
merasa dan berkehendak, dan
kehendaknya dipandu oleh apa yang
dipikirkan dan apa yang dirasakan.
Jiwa manusia bekerja secara sistemik,
dan ditopang oleh lima subsistem.
15. Jiwa (disebut nafs) merupakan sisi dalam manusia,
ia bagaikan ruangan yang sangat luas dan
didalamnya terdapat bagian-bagian sebagai
subsistemnya, terdiri dari `aql (mind), qalb (hati),
bashirah (hati nurani), syahwat (motiv) dan hawa
(hawa nafsu). Tingkat keluasan jiwa manusia
berbeda-beda dipengaruhi oleh factor hereditas
dan proses interaksi psikologis sepanjang hidupnya.
16. 1. Aqal adalah problem solving capacity, tugasnya
berfikir. Akal tidak bisa memutuskan kebenaran
tapi ia bisa menemukan kebenaran.Kebenaran
intelektual sifatnya relatip
2. Qalb(hati), . merupakn alat untuk memahami
realita,. Sesuatu yang tidak rationil masih bisa
difahami oleh qalb . Dalam system nafsani
qalb merupakan pusat pengendali sistem , yang
memimpin kerja jiwa manusia.
17. Di dalam qalb ada berbagai kekuatan
dan penyakit; seperti iman, cinta dengki,
keberanian, kemarahan, kesombongan,
kedamaian,kekufuran dan sebagainya
Qalb memiliki otoritas memutuskan
sesuatu tindakan, oleh karena itu segala
sesuatu yang disadari oleh qalb
berimplikasi kepada pahala dan dosa.
18. Apa yang sudah dilupakan oleh qalb
masuk kedalam memory nafs (alam
bawah sadar), dan apa yang sudah
dilupakan terkadang muncul dalam
mimpi. Sesuai dengan namanya qalb,
ia sering tidak konsisten.
19. 3. Bashirah, adalah pandangan mata batin
sebagai lawan dari pandangan mata
kepala. Berbeda dengan qalb yang tidak
konsisten, bashirah selalu konsisten kepada
kebenaran dan kejujuran. Ia tidak bisa
diajak kompromi untuk menyimpang dari
kebenaran. Bashirah disebut juga sebagai
nuraniy, dari kata nur, .Bashirah adalah
cahaya ketuhanan yang ada dalam hati
20. 4. Syahwat adalah motiv kepada
tingkahlaku. Semua manusia memiliki
syahwat terhadap lawan jenis, bangga
terhadap anak2, menyukai benda
berharga, kendaraan bagus, ternak dan
kebun. Syahwat adalah sesuatu yang
manusiawi dan netral.
21. 5. Hawa adalah dorongan kepada
obyek yang rendah dan tercela.
Perilaku kejahatan, marah, frustrasi,
sombong, perbuatan tidak bertanggung
jawab, korupsi, sewenang-wenang dan
sebagainya bersumber dari hawa.
Karakteristik hawa adalah ingin segera
menikmati apa yang diinginkan tanpa
mempedulikan nilai-nilai moralitas.
22. Pertama, adanya problem metodologis
yang sampai saat ini belum sepenuhnya
disepakati.
Kedua, integrasi psikologi dengan Islam
masih bertaraf teoritik dan belum pada
tataran aplikatif.
Ketiga, masalah diagnosis persoalan
psikologis. Sampai saat ini, Psikologi Islam
belum memiliki alat tes dalam mengukur
kriteria-kriteria tertentu
23. Keempat, dalam training psikologis yang
dilakukan oleh praktisi muslim, kalau
boleh dijustifikasi sebagai produk
Psikologi Islam, sesungguhnya telah
menunjukkan prestasi yang spektakuler.
Sebut saja Ary Ginanjar Agustian
dengan ESQ (Emosional Spiritual
Quetiont) nya.
24. Dalam kasus yang hampir serupa, terapi-
terapi ruqyah telah menjadi psikoterapi
alternatif bagi umat Islam. Tujuan terapi
ini adalah untuk menghilangkan
gangguan kejiwaan pada umat karena
gangguan sihir, makhluk halus atau
lainnya
25. Kelima, kerancuan kurikulum Psikologi
Islam di perguruan tinggi. Penyajian
kurikulum Psikologi Islam yang ditawar
kan oleh Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI) masih bersifat sparatis. Artinya,
psikologi Islam masih dipahami sebagai
matakuliah yang memiliki bobot SKS
seperti mata kuliah yang lain.
26.
27. ruang lingkup psikologi modern terbatas
pada tiga dimensi; fisik-biologis, kejiwaan
dan sosio kultural, maka ruang lingkup
psikiologi Islam disamping tiga hal
tersebut juga mencakup dimensi
kerohanian, dimensi spiritual, suatu
wilayah yang tak pernah disentuh oleh
psikologi barat karena perbedaan
pijakan
28. Psikologi Islam akan mengkaji jiwa dengan
memperhatikan badan, keadaan badan
manusia sebagai cerminan jiwanya, jadi
ekspresi badan adalah salah satu
fenomena kaejiawaan.
Kajian tentang manusia meliputi
komponen-komponen yang oleh para
ilmuwan Islam berbeda pendapat tentang
apa saja, kedudukan dan fungsi dari
komponen-komponen tersebut
29. Abdul Razak Al-Kasyani, misalnya
mejelaskan bahwa komponen- komponen
yang ada dalam diri manusia meliputi ruh,
jiwa, hati, dan akal. Menurut Al-Kasyani
pada awalnya adalah substansi ruh dan
substansi jasad. Setelah keduanya sulit
berkomunikasi diciptakanlah jiwa yang
merupakan perantara tubuh/jasad dengan
ruh. Bisa dikatakan bahwa jiwa terletak
antara tubuh dan ruh. Selanjutnya, letak
dari hati adalah antara jiwa dan ruh.
30. Amir bin Usman Al-Makky,
sebagaimana diungkapkan oleh Shigeru
Kamada, membagi komponen manusia
terdiri dari empat tataran, yaitu: raga
(tan), qalbu (dil), ruh (jan), dan rahasia
(sir). Imam Al-Gazali menghadirkan
istilah-istilah ruh, akal, hati, nafsu
syahwat, dan-Nafsu ghadhab. Hati
adalah raja, akal adalah perdana
31. menteri, nafsu syahwat adalah tax
collector pengumpul pajak, sedangkan-
Nafsu ghadhab adalah diumpamakan
sebagai polisi. Ruh adalah bagian akal
yang paling tinggi.
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir
membagi komponen rohani atas qalbu,
akal, dan-Nafsu. (Fuad Nasari, Potensi-
Potensi Manusia; 111-112)
32. Ahmad Mubarak menegaskan bahwa
subsistem jiwa terdiri atas: qalbu, ruh,
akal dan basyrah. Qalbu adalah alat
untuk memahami realita dan nilai-nilai.
Qalbu memiliki karakter tidak konsisten.
Akal merupakan alat potensi untuk
menerima ilmu pengetahuan. Ruh
merupakan substansi dalam jiwa
manusia yang memliki sifat-sifat positif
secara alamiah.
33. Terakhir adalah basyirah, yaitu ketajaman
hati atau kecerdasan dan kemantapan
dalam agama, dan keyakinan dalam hal
agama dan realitas. (A. Mubarak, Jiwa
Dalam Al-Qur’a; 109-112).
ruang lingkup psikologi Islam pada
awalnya adalah manusia yang memiliki
dua substansi asal, yatu ruh dan tubuh
(jasad, jism). Ketika keduanya bertemu,
maka lahirlah substansi ketiga yaitu jiwa.
34. Jiwa ini bukanlah alat, tetapi ia
merupakan sub sistem di mana
komponen-komponen yang ada di
dalam dirinya berada dalam wadaq
jiwa itu. Wadaq jiwa tersebut terdiri atas
qalbu, akal, dan-Nafsu. Bagaimana
kualitas jiwa sangat bergantung kepada
tingkat berfungsinya alat-alat yang
bekerja dalam wadaq jiwa tersebut.
35. latar belakang bagi perlunya kehadiran
psikologi Islam yang telah banyak
disebutkan oleh para ahli psikologi, yang
pertama, Islam mempunyai sudut
pandang yang fundamental terhadap
diri manusia dan segala keadaannya,
berbeda dengan sudut pandang
psikologi konvensional (barat) baik dari
aspek filosofi, metodologi, dan
pendekatannya.
36. Al-qur’an sebagai sumber pertama Islam
mempunyai pandangan-pandangan sendiri
tentang manusia, melalui Al-Qur’an Allah
memberitahukan banyak tentang rahasia-rahasia
manusia. Untuk mengetahui tentang hakikat
manusia secara filosofis Al-Qur’an menjadi acuan
utama bagi pengembangan ilmu psikologi.
Psikologi barat yang berkembang saat ini
mempunyai kelemahan- kelemahan yang bersifat
fundamentalis, baik secara filosofis maupun secara
praktis.
37. Psiko analisis Sigmund Freud
,menganggap sinting (delusi) orang
yang percaya Tuhan dan aliran
behavioristik tidak peduli akan adanya
Tuhan. Hal ini akan mendorong akan
pentingnya adanya psikologi yang
berwawasan theosentris (berketuhanan)
yaitu psikologi Islam.
38. kedua adalah adanya kesadaran
bahwa psikologi modern menghadapi
beragam krisis. Ahli-ahli psikologi modern
baik dari kalangan muslim maupun non
muslim telah melontarkan sejumlah kritik
terhadap psikologi modern
Malik B. Badri seorang ilmuwan muslim
dari Sudan telah melakukan koreksi
teoritis dan praktis terhadap psikologi
modern
39. Gordon Westland (1978) seorang ilmuwan psikologi
barat memandang bahwa krisis psikologi modern
telah berkembang sedemikian jauh hingga dapat
dikategorikan menjadi berbagai macam krisis.
Diantaranya adalah krisis kegunaan (The
usefullness crisis), krisis laboratorium (Laboratory
crisis), krisis filsafat (The philosophical crisis), krisis
profesi (The professional crisis), krisis etika (The
ethical crisis), dan krisis resolusi (The resolution crisis).
(Jamaluddin Ancok dan Fuad Nasori: 1995; 139).
40. Tugas psikologi Islam berbeda debgan psikologi
barat, psikologi barat hanya menerangkan
(explanation) memprediksi (prediction) dan
mengontrol (countroling) terhadap prilaku
manusia. Sedang psikologi Islam menerangkan,
memprediksi, mengontrol dan mengarahkan untuk
memperolrh ridho Allah. Jadi misi utama psikologi
Islam adalah menyelamatkan manusia dan
mengantarkan manusia untuk memenuhi
kecenderungan alaminya dan fitrahnya untuk
kembali kepada Allah SWT.
41. Psikologi Islam dibangun dengan menggunakan
Al-Qur’an sebagain acuan utamanya dan Al-
qur’an diturunkan bukan semata-mata untuk umat
Islam melainkan untuk kebaikan manusia (Q.S. 14:
1) karena itu psikologi Islam dibangun dengan
arah untuk kesejahteraan manusia. Tujuan utama
pengembangan psikologi Islam adalah untuk
memecah kan problem dan mengembangkan
potensi individual dan komunal manusia melalui
cara yang tepat dalam memahami hidup mereka.
42. Sumber psikologi Islam tidak hanya al-
Qur’an dan Sunah tetapi juga pemikiran
para ulama, oleh karena itu kami akan
mencoba mengungkapkan salah satu
sumber psikologi Islam yaitu “tasawuf” yang
oleh barat di sebut istilah “sufisme”. Sufisme
adalah dimensi batiniah (esoterik), dalam
agama Islam sebagai sisi lain dari demensi
lahiriah (eksoterik), dan banyak pihak yang
berkeyakinan bahwa tasawuf merupakan
inti dari ajaran Islam
43. Sufisme Islam dapat di jadikan sebagai
pertimbangan dalam mengembangkan
psikologi Islam, seperti ar-ruh, an-nafsu,
al-aqlu, al-qolbu, kondisi psycho mistis,
penyakit hati dan berbagai macam
metode untuk meningkatkan derajat
kemanusian menuju insan kamil (Fuad
Nashari, 1994; 105).