2. MEMBENTUK KESAN
Kesan pertama:
Aspek yang paling penting dari kesan pertama
adalah evaluasi.(Apakah kita menyukai atau
membenci seseorang?)
Penelitian Osgood, Suci, dan Tannenbaum
(1957): evaluasi merupakan dimensi utama
yang mendasari persepsi, di samping potensi
(kuat-lemah), dan aktivitas (aktif-pasif).
3. Lanjut…..
• Penelitian lain yang menunjang: Rosenberg,
Nelson, dan Vivekananthan (1968) : orang
mengevaluasi orang lain sesuai dengan
kualitas intelektual atau yang berhubungan
dengan tugas terpisah mereka, dan kualitas
sosial atau interpersonal mereka, paling tidak
untuk beberapa waktu.
4. Bagaimana orang memproses informasi
tentang orang lain?
• Pendekatan belajar: menyamaratakan
informasi secara mekanis.
• Pendekatan kognitif, di mana orang
membentuk kesan yang lebih melekat
dan berarti.
5. Model Penyamarataan:
Contoh:
Penilaian dewi atas teman kencannya,Amir
Ciri individual evaluasi dewi
Humoris +10
Bijaksana +10
Sopan +4
Sangat pendek -5
Berbusana buruk -9
Kesan menyeluruh +10/5=+2
6. Model Menambahkan:
• Orang mempersatukan potongan-potongan
informasi yang terpisah-pisah dengan
menambahkan nilai ukuran dan bukan
membuat rata-ratanya.
7. Konsistensi:
• Orang cenderung membentuk karakteristik
konsisten secara evaluatif akan orang lain,
meskipun mereka hanya memiliki sedikit
informasi.
• Kita cenderung berpikir bahwa seseorang
yang kita sukai adalah baik dalam segala
dimensi.
• Kecenderungan ini dinamakan: pengaruh halo
(Halo effect)
8. • Bukti : penelitian Dion,Berscheid, dan Walster
(1972):Hanya karena mempunyai satu ciri
positif orang dinilai memiliki ciri positif
laiinnya dan sebaliknya.
Lanjut….
9. Seberapa jauh pengaruh halo?
• Pengaruh halo dapat berasal dari daya tarik fisik dan dapat
berasal dari segala hal yang menghasilkan kesan positif.
• Pengaruhnya besar dan kadang kala tidak masuk akal
meskipun kadangkala juga realistis.
• Dion (1972) menemukan bahwa pelanggaran yang dilakukan
anak berdaya tarik dianggap lebih ringan daripada
pelanggaran anak yang tidak menarik.
• Aronson (1969) menemukan bahwa hakim buatan telah
menghukum tertuduh yang berwajah tidak menarik untuk
dipenjara lebih lama dibandingkan dengan tertuduh yang
berwajah menarik.
10. Lanjut……
• Ostrove (1975): Penipu yang cantik mendapat
hukuman lebih berat daripada penipu yang
tidak cantik.
• Goldman dan Lewis (1977) menambahkan
bahwa orang menarik lebih banyak memiliki
keahlian sosial.
11. Prasangka positivitas:
• Evaluasi dapat bersifat positif dan negatif.
• Evaluasi positif lebih umum daripada evaluasi
negatif.
• Kecenderungan ini dinamakan prasangka
posivitas atau pengaruh kelunakan.
12. Prasangka positivitas?
• Maltin dan Stang (1978): kecenderungan ini
berasal dari apa yang dinamakan prinsip
polyanna. Orang akan merasa lebih senang
jika dikelilingi hal-hal yang baik, pengalaman
yang menyenangkan,masyarakat yang ramah,
cuaca cerah dan sebagainya.
13. Pendekatan kognitif:
• Akarnya psikologi gestalt.
• Para pengamat membuat kesan yang berarti
tentang seluruh pribadi, katimbang hanya
sepotong informasi yang terpisah-pisah.
• Pemahaman tiap penggal informasi sebagian
tergantung konteks.
14. Lanjut…..
• Asch (1946): setiap ciri yang diberikan akan
mempunyai arti yang berbeda dalam konteks
yang berbeda. Contoh: memakai bikini di
panggung konser dibandingkan dengan di
pantai.
• Disamping itu, menurut pendekatan kognitif,
beberapa ciri yang melekat itu lebih melekat
dari ciri lainnya. Contoh pasangan ciri hangat-
dingin.
• Ciri-ciri yang banyak diasosiasikan dengan
berbagai macam karakteristik ini disebut ciri
pusat.
15. Lanjut…..
• Disamping ciri pusat, pendekatan ini lebih
menekankan pada pengaruh negativitas,
artinya ciri negatif lebih berpengaruh atas
kesan dibanding ciri positifnya.
• Hodges (1974): kesan positif lebih mudah
berubah daripada kesan negatif.
• Contoh: pemimpin bajingan, menimbulkan
kesan agak negatif.
16. KEAKURATAN PENILAIAN:
• Prasangka kognitif dan evaluatif tentang
persepsi manusia tidak dapat sangat akurat.
• Agar akurat, maka orang harus berinteraksi
dengan orang lain dalam jangka waktu yang
cukup lama.
• Persepsi orang tentang ciri-ciri fisik atau
lahiriyah biasanya lebih akurat, dibandingkan
dengan kondisi intern seseorang.
• Kondisi intern : emosi, kepribadian.
17. Pengenalan emosi:
• Penilaian kita tentang orang lain tidak selalu
akurat, terutama kita mengalami kesulitan
dalam menilai emosi seseorang dari ekspresi
di wajahnya.
• Kita dapat cukup mudah untuk mengetahui
emosi itu positif atau negatif, tetapi kita
menemui kesulitan emosi positif atau negatif
mana yang sedang dialami.
• Namun demikian, ekspresi wajah tertentu
bersifat universal antar budaya.
18. Komunikasi non verbal:
• Kita memakai beberapa petunjuk untuk
sampai pada kesan atas orang :
penampilan fisik, perilaku verbal,
petunjuk non verbal.
• Komunikasi non verbal mencakup :
saluran yang terlihat (jarak, kontak
mata,isyarat) dan parabahasa (tinggi
rendahnya suara, kecepatan dan
penundaan ucapan).
19. Lanjut….
• Komunikasi verbal seseorang mungkin
merupakan sumber informasi yang paling
penting, akan tetapi informasi yang terlihat
dan parabahasa memberikan sumbangan
besar dan penting, khususnya jika isinya
membantu kita menginterpretasikan artinya.
• Mehrabian(1972) : memperkirakan hanya 7
persen dari komunikasi emosi tercapai melalui
komunikasi verbal, 55 persen dicapai melalui
saluran yang terlihat dan 38 persen dari
parabahasa.
20. Lanjut…..
• Dalam komunikasi verbal seringkali terjadi
kebocoran penipuan yang terjadi dengan
berbagai cara non verbal seperti gerakan
gugup, atau ucapan bernada tinggi dan cepat.
• Para pengamat biasanya dapat mendeteksi
penipuan lebih menyerupai kebetulan, tetapi
mereka membutuhkan ketiga saluran
komunikasi untuk melakukannya secara
efektif.