1. Dr. Suparyanto, M.Kes
KONSEP PENGETAHUAN
PENGERTIAN PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
(Mubarok, dkk, 2007)
Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu membenarkan (justifies)
kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila
seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru
dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini,
pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar
secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-
fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru.
Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan (belief sistems)
dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari (Bambang, 2008).
TINGKATAN PENGETAHUAN
Menurut Rogers, pengetahuan di cakup di dalam domain kognitif 6 tingkatan
(Notoatmojo, 2007).
1. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
2. situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang
telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek
yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang
bergizi.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus,
metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi masih
dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan (menurut
bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
3. menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya : dapat membandingkan antara
anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi
terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut
KB dan sebagainya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri
seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus objek.
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah
mulai timbul.
3. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus. (Notoatmodjo, 2007)
CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan
menjadi dua berdasarkan cara yang tetah digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu :
1.Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba-coba salah (Trial dan Error)
4. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin sebelum
adanya peradapan yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinaan yang lain sampai
masalah dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoriter
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal
maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih
dahulu membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan
masa lalu.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu.
d. Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran,
baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang
khusus.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah“ atau lebih populer disebut metodologi
penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Franeuis Bacor (1561-1626)
kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian
yang dewasa ini kita kenal sebagai metodologi penelitian ilmiah.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGETAHUAN
Menurut berbagai sumber dari berbagai literatur yang berhubungan, berikut adalah
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal :
5. 1. Umur
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa
akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan
adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptif yang melibatkan baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang
berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di
lingkungan yang berpikiran sempit.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau
diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status
pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan
memandang seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai
negeri atau pejabat di pemerintahan.
5. Sosial Ekonomi
Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini menggambarkan
tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan,
6. penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini
dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.
6. Informasi yang diperoleh
Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan
tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan informasi
sekaligus menghasilkan informasi. Jika pengetahuan berkembang sangat cepat maka
informasi berkembang sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat
perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuan
baru bermunculan. Pemberian informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan
meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
7. Pengalaman
Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki
pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun (Mubarok, 2007).
PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket, menyatakan isi
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
1. Pengetahuan baik = 76 – 100%
2. Pengetahuan cukup = 60 – 75%
3. Pengetahuan Kurang = < 60% (Arikunto, 2006)
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
1. Tradisi
2. Otoriter
7. 3. Meminjam dari disiplin orang lain
4. Pengalaman trial dan error
5. Alasan yang logis
6. Metode ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
2. Depkes, RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : di akses 18 Mei 2011.
3. Erfandi. (2008). Metode AKDR/IUD. diakses 20 Mei 2011. From http://puskesmas-
oke.Blogspot.com
4. Handayani, S (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihana.
5. Hartanto, H. (2007). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan.
6. Mansjoer Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran I. Jakarta: Media Ausculapieus.
7. Mubarak. Wahid Iqbal. (2007). Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu.
8. Mubarak, Wahit Iqbal.2007.Promosi Kesehatan.Jogjakarta:Graha Ilmu
9. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk.2007.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan
aplikasi.Jakarta:Salemba Medika
10. Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
11. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
13. Nursalam, (2008) .Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
14. Suyanto. S. Kp. M. kep. ( 2009 ). Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta :
8. 15. Saifudin Abdul Bari. (2006). Buku acuan Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
16. Sarwono, P. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
17. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Jogjakarta: Graha Ilmu
18. Setya Arum, Dyah N. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB terkini. Jogjakarta : Nuha
Medika.
19. Suyanto dan Ummi Salamah.2009.Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi.
Jogjakarta:Mitra Cendekia
20. Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 1. jakarta : EGC.
Dr. Suparyanto, M.Kes
KEPUTIHAN / LEUKORRHE / FLOUR ALBUS.
PENGERTIAN KEPUTIHAN
Keputihan adalah semacam silim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu
kental dan agak kekuning-kuningan. Jika silim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak
menjadi persoalan.(Handayani, 2008)
Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di keluarkan dari alat –
alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono, 2005)
Keputihan di definisikan sebagai cairan dari kelamin perempuan (vagina ) yang
berlebihan selain air kencing atau darah. Sifatnya bisa normal atau tidak normal
(Indriatmi, 2007)
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah. Keputihan
bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua
penyakit kandungan (Manuaba, 2005)
9. Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ
reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang
tidak normal (Blankast, 2008)
KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL
Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina yang berwarna putih yang biasanya
keluar menjelang haid atau pada masa kehamilan. Keputihan biasanya terjadi menjelang
ovulasi, badan lelah atau akibat rangsangan seksual (Purwanty astuti, 2004)
Keputihan muncul dikarenakan adanya peningkatan hormonal selama kehamilan. Dalam
hal ini vagina akan mengeluarkan cairan berwarna putih seperti susu, encer dan tidak
berbau. Cairan akan bertambah banyak seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
anda. Hal ini merupakan hal yang wajar, untuk itu kebersihan dan kelembaban disekitar
area vagina harus tetap terjaga, juga pakailah pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan
menyerap keringat. Namun jika keputihan disertai gatal-gatal dan berbau segera periksa
ke dokter anda. Karena dengan kondisi ini kemungkinan terjadi adanya infeksi, jika tidak
segera mendapatkan pengobatan dapat menyebabkan perlunakan dalam leher rahim dan
akan timbul kontraksi sebelum waktunya. (Kusumawati, 2008)
Seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat hamil karena pada saat hamil
terjadi perubahan hormonal yang salah satu dampaknya adalah peningkatan jumlah
produksi cairan dan penurunan keasaman vagina serta terjadi pula perubahan pada
kondisi pencernaan. Semua ini berpengaruh terhadap peningkatan risiko terjadinya
keputihan, khususnya yang disebabkan oleh infeksi jamur. Selama belum terjadi
persalinan dan selaput ketuban masih utuh, dimana janin masih terlindungi oleh selaput
ketuban dan air ketuban yang steril, umumnya tidak ada efek langsung infeksi vagina
yang menyebabkan terjadinya keputihan pada janin. (Ocvyanti, 2008)
KLASIFIKASI KEPUTIHAN
Ada dua jenis keputihan yaitu :
1. Keputihan tidak normal (patologis)
10. 2. Keputihan normal (fisiologis)
Perbedaan keputihan fisiologis dan yang patologis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan
yang kadang – kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
yang jarang, sedang pada keputihan patologis terdapat banyak leukosit. (Sarwono, 2005)
GEJALA KEPUTIHAN
Keputihan normal mempunyai ciri – ciri :
1. Cairan yang keluar encer
2. Berwarna bening atau krem
3. Tidak berbau
4. Tidak gatal
5. Jumlahnya sedikit
Disebut keputihan tidak normal jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Cairan yang keluar bersifat kental
2. Berwarna putih susu, kuning atau hijau
3. Terasa gatal
4. Berbau tidak sedap
5. Menyisakan bercak pada pakaian dalam
6. Jumlahnya banyak
FAKTOR PENYEBAB KEPUTIHAN
Adapun beberapa penyebab keputihan antara lain :
a. Infeksi vagina oleh jamur (candida albicans) atau parasit (tricomonas)
Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterial vaginosis, trikomonas, dan
kandidiasis. Bakterial vaginosis merupakan gangguan vagina yang sering terjadi ditandai
dengan keputihan dan bau tak sedap. Hal ini di sebabkan oleh lactobacillus menurun,
bakteri patogen (penyebab infeksi) meningkat, dan pH vagina meningkat.
11. b. Faktor hygiene yang jelek
Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini
terjadi karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri patogen penyebab
infeksi mudah menyebar.
c. Pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil KB) dalam waktu lama.
Karena pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat
menimbulkan sistem imunitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi
keseimbangan hormonal wanita. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik
timbul keputihan.
d. Stres
Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak mengalami stress
maka hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat
menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwantyastuti
(2004) mengatakan bahwa wanita bisa mengalami gangguan siklus menstruasi /
keputihan yang disebabkan oleh stres.
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan secara
sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi,
rambut kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena
luka seperti tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama. Karena
keputihan, seorang ibu bahkan bisa kehilangan bayinya. (Suryana, 2009)
AKIBAT KEPUTIHAN PADA KEHAMILAN
Keputihan akibat infeksi yang terjadi pada masa kehamilan akan meningkatkan risiko
persalinan prematur dan janinnya juga berisiko mengalami infeksi.(Atiwicaksono, 2008)
Namun jika keputihan disertai gatal-gatal dan berbau segera periksa ke dokter anda.
Karena dengan kondisi ini kemungkinan terjadi adanya infeksi, jika tidak segera
mendapatkan pengobatan dapat menyebabkan perlunakan dalam leher rahim dan akan
timbul kontraksi sebelum waktunya. (Kusumawati, 2008)
12. Misalnya, pada infeksi chlamydia dapat terjadi keguguran hingga persalinan sebelum
waktunya (persalinan prematur). Infeksi virus herpes simpleks dapat menyebabkan
radang pada otak bayi (ensefalitis). Infeksi jamur candida sp dapat meningkatkan risiko
terjadinya ayan (epilepsi). Infeksi virusHPV dapat menyebabkan terjadinya papiloma
laring pada bayi yang menyebabkan gangguan pernapasan dan gangguan pencernaan bayi
hingga kematian. Infeksi bakteri Neisserea gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi pada
mata bayi hingga terjadi kebutaan. (Dwiana, 2008)
CARA MENGATASI KEPUTIHAN
a. Tanpa Obat
1. Menjaga agar daerah genetalia senantiasa bersih serta memperhatikan sabun yang di
gunakan sebaiknya sabun yang tidak berparfum
2. Hindari mandi dengan berendam
3. Menggunakan celana dalam dari bahan katun, tidak menggunakan celana dalam yang
ketat.
4. Menghindari beraktivitas yang terlalu lelah, panas dan keringat yang berlebih.
5. Liburan untuk mengurangi stres karena stres merupakan suatu faktor timbulnya
keputihan.
b. Dengan obat
Konsultasi dengan dokter karena dokter akan memberikan obat-obatan sesuai dengan
jenis keputihan yang dialami.
Keputihan sangat tidak mengenakan, terlebih bagi wanita hamil. Untuk keputihan normal
tidak perlu dilakukan terapi khusus. Yang penting, bagaimana membersihkan organ intim
secara benar dan teratur. Umumnya, cukup dengan sabun khusus vagina dan air bersih
serta menjaga agar pakaian dalam tetap kering dan bersih. Sedangkan keputihan yang
tidak normal harus segera mendapatkan pengobatan media. Keputihan yang terjadi
selama kehamilan, misalnya disebabkan oleh infeksi jamur Candida sp, pengobatan yang
paling aman adalah dengan menggunakan obat lokal berbahan krim atau sejenis kapsul
13. yang dimasukkan ke dalam vagina. Sementara keputihan yang dialami wanita hamil
akibat infeksi bakteri diberikan obat dalam bentuk kapsul atau tablet yang aman
dikonsumsi. Pada infeksi niceriagonorrhoeae, ada obat dalam bentuk kapsul yang dapat
diminum. Sebaiknya, segera periksakan kandungan jika terjadi keputihan. Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan alat khusus untuk mendapatkan gambaran alat kelamin
secara lebih baik, seperti melakukan kolpokopi yang berupa optik untuk memperbesar
gambaran leher rahim, liang senggama, dan bibir kemaluan. Selain pengobatan medis,
biasanya orang akan menggunakan daun sirih untuk mengurangi keputihan. Caranya,
dengan meminum air daun sirih yang telah direbus terlebih dahulu. Cara ini cukup aman
bagi ibu hamil dan bayinya. (Suryana, 2009)
Dan yang terpenting bila suatu keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa
(antibiotika dan anti jamur) harus dipikirkan keputihan tersebut disebabkan oleh suatu
penyakit keganasan seperti kanker leher rahim. Ini biasanya ditandai dengan cairan
banyak, bau busuk, sering disertai darah tak segar. (Blankast, 2008 )
DAFTAR PUSTAKA
1. Blankast, Ariev. (2008). Mengatasi Keputihan dengan Herbal,
http://gealgeol.com/2008/08/27/agar-keputihan-tak-berulang.html. di akses 20 Mei 2009
2. Caprnito, Lynda Juall. 2006. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
3. Handayani, Tri Asih. (2008). Memberantas dan mengobati keputihan,
http://sangwanita.blogspot.com. Di akses 16 Mei 2009
4. Kartono, (2006). Perilaku Manusia. PT Refika Aditama. Bandung
5. Kusumawati, (2008). Kehamilan dan persalinan. Tugu Publiser.Yogyakarta.
6. Majalah Kesehatan Keluarga edisi desember 2007
7. Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media Aesculapius.
8. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
14. 9. Morgan. 2002. Kecemasan Pada Ibu Hamil. Http// .www.Info-online.com.diakses pada
tanggal 15 juli 2009.
10. Narbuko,Kholid. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara
11. Notoatmodjo,Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT Rineka
Cipta.
12. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
13. Ocvyanti, Dwiana. (2009). Dunia Bunda www. Dunia bunda.com. di akses15 Mei 2009
14. Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kandungan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
15. Prawirohardjo,Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
16. Purwantiastuti, (2004). Penyakit terapi dan obatnya. Intisari Mediatama.
17. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
18. Solihah. 2006. Kecemasan Selama Persalinan. Jakarta : ISBN
19. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Kesehatan. Bandung : Alfabeta.
20. Suryana, Hadi. (2009). Keputihan_dapat_sebabkan_keguguran, Http ://lifestyle.
Okezone. Come / read/2009/01/20/27/184444/27. di akses 23 Mei 2009
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TERHADAP KEPUTIHAN DI DESA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, kesehatan dan jasa-jasa lainnya secara umum semakin lama mulai menanggapi
15. kebutuhan-kebutuhan dan permintaan dari kebanyakan remaja. Sejumlah proyek dan program
yang didukung oleh pemerintah dengan atau tanpa bantuan donatur telah ada selama beberapa
waktu, namun kebanyakan dari mereka hanya berfokus pada sejumlah isu-isu yang terbatas saja
yang berhubungan dengan remaja dan tidak pada kebutuhan mereka secara keseluruhan. Fokus
projek untuk tahun 2004-2005 adalah untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dari rencana
pembangunan remaja nasional dan daerah dan pelaksanaannya, termasuk kebutuhan koordinasi
antara para mitra, akses dan mutu dari jasa kesehatan yang ramah remaja dalam konteks
pendekatan yang lebih "ramah publik" dan akses bagi remaja ke informasi yang dapat diandalkan
dan relevan yang mana remaja dapat mendasarkan keputusannya (www.kompas.com.2005).
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan
ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani
dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir
semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan
pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai
sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal
yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang
harus diobati (www.kompas.com.2005).
Keluarnya (rabas) cairan dari vagina merupakan salah satu keluhan yang sering dinyatakan oleh
kaum wanita. Beberapa rembesan adalah umum dan normal, dengan bahan yang dikeluarkan
hanya terdiri atas lendir yang disekreasi oleh kelenjar-kelenjar di dalam rahim dan leher rahim,
serta cairan yang keluar melalui dinding vagina dari jaringan di sekitarnya (Youngson, 1994).
Menurut Manuaba (1999) infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan
gejala keputihan atau leukorea dan tanda infeksi lokal. Keputihan didefinisikan sebagai
keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental),
dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau). Sebagian wanita
menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah
keputihan mengganggu aktivitas sehari-hari. Masalah yang perlu diwaspadai adalah apakah
keputihan tersebut normal atau ada sesuatu kelainan/ penyakit.
Jika keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina, atau di sekeliling saluran
pembuka vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit, dan tentunya memerlukan
pemeriksaan. Tiga jenis utama gangguan dapat menimbulkan masalah, yaitu candidiasis
16. penyebab paling umum gatal-gatal pada vagina. Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan
gatal-gatal. Jamur menyerang sel pada saluran vagina dan sel kulit vulva. Pada beberapa wanita,
jamur masuk ke lapiran sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali
karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak teralu parah gugur ke dalam vagina, sehingga
menyebabkan keputihan. Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal
terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita (Jones, 1997).
Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan tersebut jumlahnya
tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Secara alami cairan yang keluar merupakan
produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi
kelenjar-kelenjar di jalan lahir. Secara fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat
ovulasi, saat menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Sifat dan
banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Demikian pula halnya dengan
indikasi lain seperti lama keluhan, terus menerus atau pada waktu tertentu saja, warna, bau
disertai rasa gatal atau tidak (Purwanto, dalam www.sinarharapan.co.id.2005)
Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan
mengeluarkan semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran kelamin wanita
(vagina). Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau,
jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Keputihan apabila tidak segera
diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan.
Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya,
mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang
tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut
(Wahyurini dan Masum dalam www.kompas.com/kompas-cetak/0308/29/muda.2005)..
Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai merasa sangat
terganggu. Namun, rasa malu untuk diperiksa pada bagian bawah tubuh yang satu ini, sering kali
mengalahkan keinginan untuk sembuh. Belum lagi masyarakat kita yang tidak terbiasa
memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau ada gangguan tertentu tidak segera bisa
diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter juga menyebabkan banyak wanita mencoba untuk
mengobati keputihannya sendiri, baik dengan obat yang dibeli di toko obat, maupun dengan
ramuan tradisional. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jenis penyebab
keputihan tersebut, tentu saja pengobatan akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan
17. kerugian yang lain. Mestinya, rasa malu tersebut dibuang jauh-jauh. Apalagi, jika mengingat
betapa seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputihan yang berkepanjangan tanpa
penanganan yang tuntas (Wahyurini dan Masum dalam www.kompas.com/kompas-
cetak/0308/29/muda.2005).
Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian menunjukkan, keputihan yang
lama walau dengan gejala biasa-biasa saja, lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian
besar cairan itu mengandung kuman-kuman penyakit, dan kuman penyakit dapat merusak selaput
dara sampai hampir habis, sehingga pada saat hubungan badan yang pertama tidak mengeluarkan
darah (www.indomedia.com.2005)
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang pengertian, penyebab dan perawatan yang
harus dilakukan jika terjadi keputihan. Berdasarkan data pra survey terhadap 10 remaja putri
yang berusia 10-19 tahun di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................. pada
bulan Desember tahun 2005, didapat bahwa 7 dari 10 remaja putri tersebut yang mengalami
keputihan mengatakan tidak mengetahui tentang pengertian, penyebab dan perawatan yang harus
dilakukan jika terjadi keputihan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap keputihan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang ada yaitu bahwa di desa ............
Kecamatan ....... ........ banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19 tahun, sedangkan pada
data pra survey menunjukkan 7 dari 10 remaja putri di Desa ............ Kecamatan ....... ........
Kabupaten .................. tersebut mengalami keputihan dan belum mengetahui tentang pengertian,
penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya
tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang pengertian,
penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
18. 1.4.1 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian keputihan?
1.4.2 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyebab keputihan?
1.4.3 Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan yang harus dilakukan
jika terjadi keputihan?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap keputihan di
Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................. pada Bulan April sampai dengan Juni
tahun 2010.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian keputihan
2. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyebab keputihan
3. Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan yang harus
dilakukan jika terjadi keputihan
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya remaja putri, yaitu untuk memberikan informasi
tentang pengertian, penyebab, dan penanganan keputihan.
1.6.2 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penyebab maupun penanganan
keputihan yang terjadi pada wanita.
1.6.3 Bagi Peneliti
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri terhadap keputihan di Desa ............
Kecamatan ....... ........ .................. tahun 2010.
1.6.4 Bagi Responden
Sebagai bahan informasi tentang pengertian, penyebab dan cara perawatan jika terjadi keputihan.
1.6.5 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang lengkap di tempat lain.
19. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek : Remaja putri dengan usia 10-19 tahun
Objek : Pengetahuan remaja putri tentang keputihan
Lokasi penelitian : Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ...................
Waktu : April sampai dengan Juni tahun 2010
Alasan : Di desa ............ Kecamatan ....... ........ banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19
tahun, sedangkan pada data pra survey menunjukkan 7 dari 10 remaja putri di Desa ............
Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................. tersebut mengalami keputihan dan belum
mengetahui tentang pengertian, penyebab, dan perawatan jika terjadi keputihan.