SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 24
ProsesThermal
Arie Febrianto Mulyadi
JurTIP-FTP-Univ. Brawijaya
arie_febrianto@ub.ac.id
ariefm.lecture.ub.ac.id
 Pengolahan dengan suhu tinggi melibatkan
proses pemanasan pada berbagai variasi suhu
dan waktu. Prosesnya sendiri dapat dilakukan
dalam sistem batch (in-container sterilization)
atau dengan sistem kontinyu (aseptic
processing).
 Tujuan utama dari proses pengolahan dengan
suhu tinggi ini adalah untuk memperpanjang
daya awet produk pangan yang mudah rusak
dan meningkatkan keamanannya selama
disimpan dalam jangka waktu tertentu.
Jenis dan Tujuan Proses Termal
Blansir
 Blansir adalah perlakuan panas pendahuluan
yang sering dilakukan dalam proses
pengalengan makanan buah dan sayuran
dengan tujuan untuk memperbaiki mutunya
sebelum dikenai proses lanjutan.
 Dengan demikian, proses blansir bukan
ditujukan untuk proses pengawetan.
Tujuan perlakuan blansir :
 Menginaktifasi enzim,
 Mengurangi jumlah mikroba awal (terutama
mikroba pada permukaan bahan pangan, buah
dan sayuran),
 Melunakkan tekstur buah dan sayuran sehingga
mempermudah proses pengisian buah/sayuran
dalam wadah,
 Mengeluarkan udara yang terperangkap pada
jaringan buah/sayuran yang akan mengurangi
kerusakan oksidasi dan membantu proses
pengalengan dengan terbentuknya head space
yang baik.
 Selama penyimpanan produk
buah/sayur, beberapa enzim, seperti
lipoksigenase, polifenolase, poligalakturonas
e dan klorofilase, akan menurunkan mutu
sensori dan gizi produk.
 Proses blansir yang dilanjutkan dengan
proses pasteurisasi/sterilisasi makanan
kaleng, menyebabkan enzim pun akan inaktif
dan tidak mempengaruhi perubahan mutu
produk selama penyimpanan
Pasteurisasi
 Proses pasteurisasi adalah suatu proses
pemanasan yang suhunya relatif cukup
rendah (umumnya dilakukan pada suhu di
bawah 100oC)
 Tujuan untuk mengurangi populasi
mikroorganisme pembusuk sehingga bahan
pangan yang dipasteurisasi tersebut akan
mempunyai daya awet beberapa hari (seperti
produk susu pasteurisasi) sampai beberapa
bulan (seperti produk sari buah pasteurisasi).
Pasteurisasi ini sering
diaplikasikan terutama jika:
 Dikhawatirkan bahwa penggunaan panas yang
lebih tinggi akan menyebabkan terjadinya
kerusakan mutu (misalnya pada susu),
 Tujuan utama proses pemanasan hanyalah untuk
membunuh mikroorganisme patogen (penyebab
penyakit, misalnya pada susu) atau inaktivasi
enzim-enzim yang dapat merusak mutu
(misalnya pada saribuah),
 Diketahui bahwa mikroorganisme penyebab
kebusukan yang utama adalah mikroorganisme
yang sensitif terhadap panas (misalnya
khamir/ragi pada sari buah),
 Biasanya cara atau metode pengawetan
lainnya dikombinasikan dengan proses
pasteurisasi, sehingga sisa mikroorganisme
yang masih ada setelah proses pasteurisasi
dapat dikendalikan dengan metode
pengawetan tersebut
 Misalnya pasteurisasi dikombinasikan dengan
pendinginan, pengemasan yang rapat
tertutup, penambahan gula dan/atau
asam, dan lain-lain).
Secara umum tujuan utama
pasteurisasi
 Untuk memusnahkan sel-sel vegetatif dari mikroba
patogen, pembentuk toksin dan pembusuk.
 Beberapa mikroba yang dapat dimusnahkan dengan
perlakuan pasteurisasi adalah bakteri penyebab
penyakit, seperti Mycobacterium tuberculosis
(penyebab penyakitTBC), Salmonella (penyebab
kolera dan tifus) serta Shigella dysenteriae
(penyebab disentri).
 Di samping itu, pasteurisasi juga dapat
memusnahkan bakteri pembusuk yang tidak
berspora, seperti
Pseudomonas,Achromobater, Lactobacillus, Leucon
ostoc, Proteus, Micrococcus dan Aerobacter serta
kapang dan khamir.
Jenis Pasteurisasi
 High temperature short time [HTST]
pasteurization, yaitu pada suhu 73o C selama
15 detik.
 Flash pasteurization, yaitu pada suhu 85oC-
95oC selama 2-3 detik.
Sterilisasi Komersial
 Pengertian steril absolut menunjukkan suatu
kondisi yang suci hama, yaitu kondisi yang bebas
dari mikroorganisme.
 Pada proses sterilisasi produk pangan, kondisi
steril absolut sulit dicapai, karena itulah
digunakan istilah sterilisasi komersial atau
sterilisasi praktikal.
 Sterilisasi komersial yaitu suatu kondisi yang
diperoleh dari pengolahan pangan dengan
menggunakan suhu tinggi dalam periode waktu
yang cukup lama sehingga tidak ada lagi
terdapat mikroorganisme hidup.
sterilisasi komersial
 Pengertian ini menunjukkan bahwa bahan pangan
yang telah mengalami proses sterilisasi mungkin masih
mengandung spora bakteri (terutama bakteri non-
patogen), namun setelah proses pemanasan tersebut
spora bakteri non-patogen tersebut bersifat dorman
(tidak dalam kondisi aktif bereproduksi), sehingga
keberadaannya tidak membahayakan kalau produk
tersebut disimpan pada kondisi normal.
 Sterilisasi komersial atau stabilitas penyimpanan
adalah kondisi bebas dari mikroba yang dapat
berkembang biak dalam makanan pada kondisi
penyimpanan atau distribusi yang normal tanpa
bantuan pendingin.
 Pada produk steril komersial yang berasam
rendah, terdapat resiko keamanan pangan yang
cukup tinggi.
 Pada kondisi penyimpanan normal tanpa
pendinginan, pangan berasam rendah yang
belum mencapai kecukupan proses steril
komersial akan beresiko ditumbuhi mikroba.
 Spora yang tertinggal di dalam makanan
tersebut dapat bergerminasi kembali dan
menyebabkan kebusukan atau kerusakan
makanan.
 Penggunaan suhu yang tinggi pada proses
sterilisasi produk pangan secara
berlebihan, memungkinkan terjadinya
kerusakan nilai gizi maupun organoleptik
produk pangan
Produksi pangan steril komersial mencakup
dua operasi yang esensial
1. Bahan pangan harus dipanaskan secara cukup
(pada suhu yang cukup tinggi dan waktu yang
cukup lama) untuk memastikan bahwa kondisi
steril komersial telah tercapai.
2. Pangan yang telah disterilisasi komersial harus
dikemas dan ditutup dengan menggunakan
wadah yang hermetik atau kedap udara
(seperti kaleng, gelas, alumnium foil, retort
pouch, dll), sehingga mampu mencegah
timbulnya rekontaminasi setelah produk
tersebut disterilkan.
 Spora bakteri umumnya mempunyai
ketahanan panas yang lebih tinggi daripada
sel vegetatifnya. Karena itulah, proses
pemanasan pada sterilisasi komersial
bertujuan untuk menginaktifkan spora
bakteri, terutama spora bakteri patogen yang
tahan panas.
 Kondisi proses sterilisasi komersial tersebut
sangat tergantung pada berbagai
faktor, antara lain kondisi produk pangan
yang disterilisasikan (nilai pH, jumlah
mikroorganisme awal, dll), jenis dan
ketahanan panas mikroorganisme yang ada
dalam bahan pangan, karakteristik pindah
panas pada bahan pangan dan wadah
(kaleng), medium pemanas, dan kondisi
penyimpanan setelah sterilisasi.
 Produk pangan yang telah mengalami sterilisasi
dikemas dengan kemasan yang kedap udara untuk
mencegah terjadinya rekontaminasi.
 Kondisi pengemasan kedap udara ini menyebabkan
terbatasnya jumlah udara (oksigen) yang
rendah, sehingga mikroorganisme yang bersifat
obligat aerob tidak akan mampu tumbuh pada
produk pangan tersebut.
 Namun yang perlu diperhatikan adalah
mikroorganisme (terutama spora) yang bersifat
fakultatif atau obligat anaerob yang akan mampu
menyebabkan terjadinya kebusukan.
Produk pangan dikatakan sudah steril komersial
apabila:
(a) produk telah mengalami proses pemanasan
lebih dari 100 oC;
(b) bebas dari mikroba patogen dan pembentuk
racun;
(c) bebas mikroba yang dalam kondisi
penyimpanan dan penanganan normal dapat
menyebabkan kebusukan;
(d) awet (dapat disimpan pada kondisi normal
tanpa refrigerasi).
Kondisi anaerobik memberikan
beberapa keuntungan
Dapat mengurangi reaksi oksidasi yang
mungkin terjadi baik selama pemanasan
maupun selama penyimpanan setelah
diproses.
Untuk mempertahankan kondisi anaerobik
ini, bahan pangan perlu dikemas dalam
kemasan kedap udara (hermetis) seperti
kaleng, gelas, kantong plastik atau
alumunium foil.
Berdasarkan prosesnya, sterilisasi dapat
dilakukan dengan metode sebagai berikut :
(1) Proses pengalengan konvensional, dimana
produk dimasukkan dalam kaleng, lalu ditutup
secara hermetis, dan setelah itu produk dalam
kaleng dipanaskan/disterilisasikan dengan
menggunakan retort. Setelah kecukupan panas
yang diperlukan tercapai, produk dalam kaleng
tersebut didinginkan.
(2) Proses aseptis, yaitu suatu proses dimana
produk dan kemasan disterilisasi secara
terpisah, kemudian produk steril tersebut
diisikan ke dalam wadah steril pada suatu
ruangan yang steril.
Hot-filling
 Hot-filling adalah teknik proses termal yang
banyak diterapkan untuk produk pangan
berbentuk cair, seperti saus, jam, dan sambal.
Dari segi tujuan proses, hot-filling banyak
dilakukan untuk produk pangan yang memiliki
pH rendah (pangan asam/diasamkan) untuk
tujuan pasteurisasi.
 Pengertian hot-filling adalah melakukan
pengemasan bahan dalam kondisi panas setelah
proses pasteurisasi ke dalam kemasan steril
(misalnya botol atau gelas jar), lalu ditutup rapat
(hermetis) dan didinginkan.
 Biasanya proses hot-filling dikombinasikan
dengan teknik pengawetan lain, misalnya
penambahan gula, garam, bahan pengawet
atau pendinginan.
 Di antara produk pangan yang dapat diproses
dengan hot-filling adalah
saus, sambal, jem, dsb.
Terima kasih...

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
Titis Sari
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
Titin Indrawati
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi
Licia Dewi
 

Was ist angesagt? (20)

Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
 
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum Selai
 
PPT Pengawetan pada makanan
PPT Pengawetan pada makananPPT Pengawetan pada makanan
PPT Pengawetan pada makanan
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
 
Susu kedelai
Susu kedelaiSusu kedelai
Susu kedelai
 
Bioreaktor
BioreaktorBioreaktor
Bioreaktor
 
Pangan fungsional
Pangan fungsionalPangan fungsional
Pangan fungsional
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Gizi
 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan pangan
 
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makanan
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu RendahTeknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANANPENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
 
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buahperubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
 
Kerusakan pangan
Kerusakan panganKerusakan pangan
Kerusakan pangan
 

Andere mochten auch (9)

Sterilisasi
SterilisasiSterilisasi
Sterilisasi
 
Web20
Web20Web20
Web20
 
Isi makalah yoghurt
Isi makalah yoghurtIsi makalah yoghurt
Isi makalah yoghurt
 
RPP Proses Manufaktur 2
RPP Proses Manufaktur 2RPP Proses Manufaktur 2
RPP Proses Manufaktur 2
 
INSTRUMENTATION AND CONTROL FOR MILK PASTEURIZATION AND AIR HANDLING UNIT
INSTRUMENTATION AND CONTROL FOR MILK PASTEURIZATION AND AIR HANDLING UNITINSTRUMENTATION AND CONTROL FOR MILK PASTEURIZATION AND AIR HANDLING UNIT
INSTRUMENTATION AND CONTROL FOR MILK PASTEURIZATION AND AIR HANDLING UNIT
 
Instrumentasi Pada Proses Pasteurisasi Susu dan Air Handling Unit (AHU)
Instrumentasi Pada Proses Pasteurisasi Susu dan Air Handling Unit (AHU)Instrumentasi Pada Proses Pasteurisasi Susu dan Air Handling Unit (AHU)
Instrumentasi Pada Proses Pasteurisasi Susu dan Air Handling Unit (AHU)
 
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanPerubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
 
Basics of Milk Pasteurization
Basics of Milk PasteurizationBasics of Milk Pasteurization
Basics of Milk Pasteurization
 
Dairy Microbiology. Methods of preservation of milk and Milk Products
Dairy Microbiology. Methods of preservation of milk and Milk ProductsDairy Microbiology. Methods of preservation of milk and Milk Products
Dairy Microbiology. Methods of preservation of milk and Milk Products
 

Ähnlich wie 5. proses thermal

Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahanMekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Widyalestarinurpratama
 
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasiSterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Ellie Sirait
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
adhisusilo2
 

Ähnlich wie 5. proses thermal (20)

tugas 2
tugas 2tugas 2
tugas 2
 
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahanMekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan PengeringanMata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
 
Clostridium
ClostridiumClostridium
Clostridium
 
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasiSterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
 
PPT SANITASI PENGOLAHAN IKAN KALENG.pptx
PPT SANITASI PENGOLAHAN IKAN KALENG.pptxPPT SANITASI PENGOLAHAN IKAN KALENG.pptx
PPT SANITASI PENGOLAHAN IKAN KALENG.pptx
 
Ppt 2
Ppt 2Ppt 2
Ppt 2
 
Ppt 2
Ppt 2Ppt 2
Ppt 2
 
Ppt 2
Ppt 2Ppt 2
Ppt 2
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganisme
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganisme
 
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil
3 bakteri thermofil, mesofil dan psikrofil
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
 
Penggunaan Suhu 2.pptx
Penggunaan Suhu 2.pptxPenggunaan Suhu 2.pptx
Penggunaan Suhu 2.pptx
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)
 
Pendinginan
PendinginanPendinginan
Pendinginan
 
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segar
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segarPenanganan pascapanen buah dan sayuran segar
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segar
 
4. Sterilisasi Termal
4. Sterilisasi Termal4. Sterilisasi Termal
4. Sterilisasi Termal
 

Mehr von University of Brawijaya

13. pengendalian mutu produk agroindustri
13. pengendalian mutu produk agroindustri13. pengendalian mutu produk agroindustri
13. pengendalian mutu produk agroindustri
University of Brawijaya
 
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
University of Brawijaya
 

Mehr von University of Brawijaya (20)

Perubahan pada pati
Perubahan pada patiPerubahan pada pati
Perubahan pada pati
 
Pertemuan ke 5 product management
Pertemuan ke 5 product managementPertemuan ke 5 product management
Pertemuan ke 5 product management
 
Pertemuan ke 4 injuries
Pertemuan ke 4 injuriesPertemuan ke 4 injuries
Pertemuan ke 4 injuries
 
Pertemuan ke 2 deterioration
Pertemuan ke 2 deteriorationPertemuan ke 2 deterioration
Pertemuan ke 2 deterioration
 
Pertemuan ke 1 quality of fresh produce
Pertemuan ke 1 quality of fresh producePertemuan ke 1 quality of fresh produce
Pertemuan ke 1 quality of fresh produce
 
15. analisa kelayakan
15. analisa kelayakan15. analisa kelayakan
15. analisa kelayakan
 
13. pengendalian mutu produk agroindustri
13. pengendalian mutu produk agroindustri13. pengendalian mutu produk agroindustri
13. pengendalian mutu produk agroindustri
 
13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan
 
12. pengendalian mutu agroindustri
12. pengendalian mutu agroindustri12. pengendalian mutu agroindustri
12. pengendalian mutu agroindustri
 
12 persediaan agroindustri
12 persediaan agroindustri12 persediaan agroindustri
12 persediaan agroindustri
 
11.manajemen perawatan
11.manajemen perawatan11.manajemen perawatan
11.manajemen perawatan
 
11. persediaan agroindustri
11. persediaan agroindustri11. persediaan agroindustri
11. persediaan agroindustri
 
10. perawatan mesin dan peralatan
10. perawatan mesin dan peralatan10. perawatan mesin dan peralatan
10. perawatan mesin dan peralatan
 
7. manajemen produksi agroindustri
7. manajemen produksi agroindustri7. manajemen produksi agroindustri
7. manajemen produksi agroindustri
 
7. manajemen persediaan
7. manajemen persediaan7. manajemen persediaan
7. manajemen persediaan
 
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
 
6. manajemen produksi
6. manajemen produksi6. manajemen produksi
6. manajemen produksi
 
5. teknologi produksi agroindustri
5. teknologi produksi agroindustri5. teknologi produksi agroindustri
5. teknologi produksi agroindustri
 
5. kapasitas produksi
5. kapasitas produksi5. kapasitas produksi
5. kapasitas produksi
 
2. perencanaan usaha agroindustri
2. perencanaan usaha agroindustri2. perencanaan usaha agroindustri
2. perencanaan usaha agroindustri
 

5. proses thermal

  • 1. ProsesThermal Arie Febrianto Mulyadi JurTIP-FTP-Univ. Brawijaya arie_febrianto@ub.ac.id ariefm.lecture.ub.ac.id
  • 2.  Pengolahan dengan suhu tinggi melibatkan proses pemanasan pada berbagai variasi suhu dan waktu. Prosesnya sendiri dapat dilakukan dalam sistem batch (in-container sterilization) atau dengan sistem kontinyu (aseptic processing).  Tujuan utama dari proses pengolahan dengan suhu tinggi ini adalah untuk memperpanjang daya awet produk pangan yang mudah rusak dan meningkatkan keamanannya selama disimpan dalam jangka waktu tertentu.
  • 3. Jenis dan Tujuan Proses Termal Blansir  Blansir adalah perlakuan panas pendahuluan yang sering dilakukan dalam proses pengalengan makanan buah dan sayuran dengan tujuan untuk memperbaiki mutunya sebelum dikenai proses lanjutan.  Dengan demikian, proses blansir bukan ditujukan untuk proses pengawetan.
  • 4. Tujuan perlakuan blansir :  Menginaktifasi enzim,  Mengurangi jumlah mikroba awal (terutama mikroba pada permukaan bahan pangan, buah dan sayuran),  Melunakkan tekstur buah dan sayuran sehingga mempermudah proses pengisian buah/sayuran dalam wadah,  Mengeluarkan udara yang terperangkap pada jaringan buah/sayuran yang akan mengurangi kerusakan oksidasi dan membantu proses pengalengan dengan terbentuknya head space yang baik.
  • 5.  Selama penyimpanan produk buah/sayur, beberapa enzim, seperti lipoksigenase, polifenolase, poligalakturonas e dan klorofilase, akan menurunkan mutu sensori dan gizi produk.  Proses blansir yang dilanjutkan dengan proses pasteurisasi/sterilisasi makanan kaleng, menyebabkan enzim pun akan inaktif dan tidak mempengaruhi perubahan mutu produk selama penyimpanan
  • 6. Pasteurisasi  Proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang suhunya relatif cukup rendah (umumnya dilakukan pada suhu di bawah 100oC)  Tujuan untuk mengurangi populasi mikroorganisme pembusuk sehingga bahan pangan yang dipasteurisasi tersebut akan mempunyai daya awet beberapa hari (seperti produk susu pasteurisasi) sampai beberapa bulan (seperti produk sari buah pasteurisasi).
  • 7. Pasteurisasi ini sering diaplikasikan terutama jika:  Dikhawatirkan bahwa penggunaan panas yang lebih tinggi akan menyebabkan terjadinya kerusakan mutu (misalnya pada susu),  Tujuan utama proses pemanasan hanyalah untuk membunuh mikroorganisme patogen (penyebab penyakit, misalnya pada susu) atau inaktivasi enzim-enzim yang dapat merusak mutu (misalnya pada saribuah),  Diketahui bahwa mikroorganisme penyebab kebusukan yang utama adalah mikroorganisme yang sensitif terhadap panas (misalnya khamir/ragi pada sari buah),
  • 8.  Biasanya cara atau metode pengawetan lainnya dikombinasikan dengan proses pasteurisasi, sehingga sisa mikroorganisme yang masih ada setelah proses pasteurisasi dapat dikendalikan dengan metode pengawetan tersebut  Misalnya pasteurisasi dikombinasikan dengan pendinginan, pengemasan yang rapat tertutup, penambahan gula dan/atau asam, dan lain-lain).
  • 9. Secara umum tujuan utama pasteurisasi  Untuk memusnahkan sel-sel vegetatif dari mikroba patogen, pembentuk toksin dan pembusuk.  Beberapa mikroba yang dapat dimusnahkan dengan perlakuan pasteurisasi adalah bakteri penyebab penyakit, seperti Mycobacterium tuberculosis (penyebab penyakitTBC), Salmonella (penyebab kolera dan tifus) serta Shigella dysenteriae (penyebab disentri).  Di samping itu, pasteurisasi juga dapat memusnahkan bakteri pembusuk yang tidak berspora, seperti Pseudomonas,Achromobater, Lactobacillus, Leucon ostoc, Proteus, Micrococcus dan Aerobacter serta kapang dan khamir.
  • 10. Jenis Pasteurisasi  High temperature short time [HTST] pasteurization, yaitu pada suhu 73o C selama 15 detik.  Flash pasteurization, yaitu pada suhu 85oC- 95oC selama 2-3 detik.
  • 11. Sterilisasi Komersial  Pengertian steril absolut menunjukkan suatu kondisi yang suci hama, yaitu kondisi yang bebas dari mikroorganisme.  Pada proses sterilisasi produk pangan, kondisi steril absolut sulit dicapai, karena itulah digunakan istilah sterilisasi komersial atau sterilisasi praktikal.  Sterilisasi komersial yaitu suatu kondisi yang diperoleh dari pengolahan pangan dengan menggunakan suhu tinggi dalam periode waktu yang cukup lama sehingga tidak ada lagi terdapat mikroorganisme hidup.
  • 12. sterilisasi komersial  Pengertian ini menunjukkan bahwa bahan pangan yang telah mengalami proses sterilisasi mungkin masih mengandung spora bakteri (terutama bakteri non- patogen), namun setelah proses pemanasan tersebut spora bakteri non-patogen tersebut bersifat dorman (tidak dalam kondisi aktif bereproduksi), sehingga keberadaannya tidak membahayakan kalau produk tersebut disimpan pada kondisi normal.  Sterilisasi komersial atau stabilitas penyimpanan adalah kondisi bebas dari mikroba yang dapat berkembang biak dalam makanan pada kondisi penyimpanan atau distribusi yang normal tanpa bantuan pendingin.
  • 13.  Pada produk steril komersial yang berasam rendah, terdapat resiko keamanan pangan yang cukup tinggi.  Pada kondisi penyimpanan normal tanpa pendinginan, pangan berasam rendah yang belum mencapai kecukupan proses steril komersial akan beresiko ditumbuhi mikroba.  Spora yang tertinggal di dalam makanan tersebut dapat bergerminasi kembali dan menyebabkan kebusukan atau kerusakan makanan.
  • 14.  Penggunaan suhu yang tinggi pada proses sterilisasi produk pangan secara berlebihan, memungkinkan terjadinya kerusakan nilai gizi maupun organoleptik produk pangan
  • 15. Produksi pangan steril komersial mencakup dua operasi yang esensial 1. Bahan pangan harus dipanaskan secara cukup (pada suhu yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama) untuk memastikan bahwa kondisi steril komersial telah tercapai. 2. Pangan yang telah disterilisasi komersial harus dikemas dan ditutup dengan menggunakan wadah yang hermetik atau kedap udara (seperti kaleng, gelas, alumnium foil, retort pouch, dll), sehingga mampu mencegah timbulnya rekontaminasi setelah produk tersebut disterilkan.
  • 16.  Spora bakteri umumnya mempunyai ketahanan panas yang lebih tinggi daripada sel vegetatifnya. Karena itulah, proses pemanasan pada sterilisasi komersial bertujuan untuk menginaktifkan spora bakteri, terutama spora bakteri patogen yang tahan panas.
  • 17.  Kondisi proses sterilisasi komersial tersebut sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain kondisi produk pangan yang disterilisasikan (nilai pH, jumlah mikroorganisme awal, dll), jenis dan ketahanan panas mikroorganisme yang ada dalam bahan pangan, karakteristik pindah panas pada bahan pangan dan wadah (kaleng), medium pemanas, dan kondisi penyimpanan setelah sterilisasi.
  • 18.  Produk pangan yang telah mengalami sterilisasi dikemas dengan kemasan yang kedap udara untuk mencegah terjadinya rekontaminasi.  Kondisi pengemasan kedap udara ini menyebabkan terbatasnya jumlah udara (oksigen) yang rendah, sehingga mikroorganisme yang bersifat obligat aerob tidak akan mampu tumbuh pada produk pangan tersebut.  Namun yang perlu diperhatikan adalah mikroorganisme (terutama spora) yang bersifat fakultatif atau obligat anaerob yang akan mampu menyebabkan terjadinya kebusukan.
  • 19. Produk pangan dikatakan sudah steril komersial apabila: (a) produk telah mengalami proses pemanasan lebih dari 100 oC; (b) bebas dari mikroba patogen dan pembentuk racun; (c) bebas mikroba yang dalam kondisi penyimpanan dan penanganan normal dapat menyebabkan kebusukan; (d) awet (dapat disimpan pada kondisi normal tanpa refrigerasi).
  • 20. Kondisi anaerobik memberikan beberapa keuntungan Dapat mengurangi reaksi oksidasi yang mungkin terjadi baik selama pemanasan maupun selama penyimpanan setelah diproses. Untuk mempertahankan kondisi anaerobik ini, bahan pangan perlu dikemas dalam kemasan kedap udara (hermetis) seperti kaleng, gelas, kantong plastik atau alumunium foil.
  • 21. Berdasarkan prosesnya, sterilisasi dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut : (1) Proses pengalengan konvensional, dimana produk dimasukkan dalam kaleng, lalu ditutup secara hermetis, dan setelah itu produk dalam kaleng dipanaskan/disterilisasikan dengan menggunakan retort. Setelah kecukupan panas yang diperlukan tercapai, produk dalam kaleng tersebut didinginkan. (2) Proses aseptis, yaitu suatu proses dimana produk dan kemasan disterilisasi secara terpisah, kemudian produk steril tersebut diisikan ke dalam wadah steril pada suatu ruangan yang steril.
  • 22. Hot-filling  Hot-filling adalah teknik proses termal yang banyak diterapkan untuk produk pangan berbentuk cair, seperti saus, jam, dan sambal. Dari segi tujuan proses, hot-filling banyak dilakukan untuk produk pangan yang memiliki pH rendah (pangan asam/diasamkan) untuk tujuan pasteurisasi.  Pengertian hot-filling adalah melakukan pengemasan bahan dalam kondisi panas setelah proses pasteurisasi ke dalam kemasan steril (misalnya botol atau gelas jar), lalu ditutup rapat (hermetis) dan didinginkan.
  • 23.  Biasanya proses hot-filling dikombinasikan dengan teknik pengawetan lain, misalnya penambahan gula, garam, bahan pengawet atau pendinginan.  Di antara produk pangan yang dapat diproses dengan hot-filling adalah saus, sambal, jem, dsb.