Manusia dipandang sebagai makhluk sosial oleh Stoa dan individualistik oleh Epicurean. Stoa meyakini manusia memiliki tanggung jawab bersama dan mencari kebahagiaan bersama, sedangkan Epicurean fokus pada kesenangan individu. Kedua aliran ini memandang dasar perilaku manusia berbeda: Stoa lebih optimis tentang sifat manusia, Epicurean lebih pesimis.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Pandangan kaum stoic dan epicurean
1.
2. Pendapat kaum Stoic &
Epicurean
I. Pandangan kaum stoic
APAKAH MANUSIA BERSIFAT SOSIAL?
Aliran filsafat Stoic muncul di Athena sekitar 300 SM.
Nama stoic berasal dari bahasa Yunani yang berarti
serambi. Konsep Stoic adalah “humanisme” yang
artinya suatu pandangan hidup yang menempatkan
individu sebagai fokus utamanya. Slogan humanisme
adalah “bagi umat manusia, manusia itu suci”. Kaum
stoic percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari
satu akal atau “logos”yang sama. Ini mendorong pada
pemikiran bahwa ada suatu kebenaran universal, yang
dinamakan hukum alam.
3. Mereka menyangkal adanya pertentangan antara “roh”
dan “materi”. Mereka menegaskan hanya ada satu
alam, dan mereka pun menekankan bahwa semua
proses alam mengikuti hukum alam yang tak pernah
lekang.
4. Pada akhirnya, pandangan yang terbentuk tentang
manusia menurut kaum Stoic adalah bagian dari
dunia keteraturan yang alamiah dan rasional sehingga
mempunyai tanggung jawab satu dengan yang lain
dan secara bersama-sama mengejar kebahagiaan.
Manusia bersifat kooperatif, etis, altruis (suka
menolong), dan penuh cinta kasih.
5. II.Pandangan Epicurean
Epicureanisme berakar dari Hedonisme. Hedonisme
adalah paradigma yang menganggap bahwa
kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan
utama hidup. Hedonisme dapat pula didefinisikan
sebagai sebuah doktrin (filsafat etika) bahwa tingkah
laku manusia digerakkan oleh keinginan atau hasrat
terhadap kesenangan dan menghindar dari segala
penderitaan.
6. Filosof Yunani yang dinilai punya peranan signifikan
dalam membangun epistemologi hedonisme adalah
Epicurus of Sámos (341-270 SM). Epicurus mendirikan
sebuah aliran filsafat di Athena. Prinsip-prinsip
ajarannya dikenal dengan Epicureanisme. Dia
mengembangkan Etika Kenikmatan Aristippus
dan menggabungkannya dengan Teori Atom
Democritus.
7. Aristippus merupakan murid Socrates, dia percaya
bahwa tujuan hidup adalah meraih kenikmatan
indrawi setinggi mungkin. Menurut
Aristippus, kebaikan tertinggi adalah kenikmatan dan
“Kejahatan tertinggi adalah penderitaan. Dilain
pihak, Democritus percaya tidak ada kehidupan
setelah kematian sebab ketika kita mati, “atom-atom
jiwa” menyebar ke seluruh penjuru.
8. Epicurus menekankan bahwa kenikmatan tidak lantas
berarti kenikmatan indrawi dan hasrat-hasrat
jasmaniah (contohnya adalah seks dan nafsu). Bagi
Epicurus, kenikmatan yang tertinggi adalah
tranquility (kesejahteraan dan bebas dari rasa takut)
yang hanya bisa diperoleh dari ”ilmu pengetahuan,
persahabatan dan hidup sederhana”. Lagi pula,
untuk menikmati hidup menurut cita-cita Yunani
kuno, diperlukan pengendalian diri, kesederhanaan,
dan ketulusan. Nafsu harus dikekang, dan
ketentraman hati akan membantu kita menahan
penderitaan.
9. Rasa takut kepada para dewa mendorong orang-orang
masuk ke taman Epicurus. Dalam kaitan ini, teori
atom dari Democratus merupakan obat penawar
doktrin agamis kematian. Untuk tujuan ini Epicurus
memanfaatkan teori Democritus tentang “atom jiwa.”
“Kematian tidak menakutkan kita,” Epicurus
mengatakan “sebab selama kita ada, kematian tidak
bersama kita dan ketika kematian datang, kita tidak
ada lagi.” Dengan demikian, tidak ada lagi rasa
khawatir akan kematian.
10. Pada perkembangan selanjutnya, banyak Epicurean
yang mengembangkan pemanjaan diri yang
berlebihan. Motto mereka adalah “Hidup untuk saat
ini!” Makna kata “epicurean” bergeser ke pengertian
negatif, yaitu menggambarkan seseorang yang hidup
hanya demi kesenangan. Bagi para penganut paham
ini, kesenangan merupakan satu-satunya manfaat atau
kebaikan tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi
orang lain.
11. Pada akhirnya terbentuklah pandangan bahwa
Manusia pada dasarnya hedonistik, tertarik apa
interesan dan ingin menang sendiri. Terbentuknya
masyarakat bukanlah sesuatu yang alami, melainkan
terbentuk oleh ketertarikan individu untuk bergabung
demi keamanan dirinya sendiri dan demi kehidupan
ekonomi yang lebih baik. Manusia dipandang sebagai
makhluk yang kompetitif, hedonistik, dan pencari
kesenangan.
12. HAKIKAT MANUSIA manusia
Terdapat banyak rumusan hakikat
dikonsepkan menurut masingmasing sudut pandang
di setiap cabang ilmu pengetahuan. Pada kesempatan
ini, akan dibahas hakikat manusia dari sudut pandang
Psikologi Sosial dan sudut pandang yang berkaitan
dengan. Dalam pandangan ilmu psikologi manusia
adalah individu yang belajar dan dalam pandangan
ilmu sosiologi manusia adalah makhluk yang
bermasyarakat (animal sosiale).
13. Manusia adalah makhluk yang dalam proses
perkembangan yang tidak pernah pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya, dipengaruhi oleh
lingkungan, dan mempengaruhi lingkungannya
turutama lingkungan sosialnya, bahkan ia tidak dapat
berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
14. David Schneider menggolongkan pendapat-pendapat
tentang hakikat manusia yang dikemukakan oleh para
tokoh tentang hakikat manusia sebagai berikut:
I. Manusia sebagai hewan
Sebagai hewan, manusia mempunyai berbagai naluri-
naluri dasar yang mengendalikan dan mengarahkan
perilakunya agar dapat bertahan dalam menghadapi
segala ancaman. Naluri-naluri itu adalah naluri
seks, naluri makan, naluri pertahanan diri, dan naluri
pertahanan kelompok terhadap serangan dari luar.
Menurut Sigmund Freud, terdapat dua jenis naluri:
15. Naluri Seksual (libido) yang berkaitan dengan
kelangsungan keturunan dankelangsungan jenis.
Naluri Ego yang berkaitan dengan kelangsungan
hidup, misalnya insting lapar dan haus. Dalam
perkembangan selanjutnya (shaffer 1994), kedua
insting itu masing-masing dinamai insting kehidupan
(eros) dan insting kematian (agresi atau tanatos)
16. Mc Dougall mengakui keberadaan banyak insting dan
menurutnya insting adalah disposisi bawaan (bakat)
yang mengarahkan perhatian, perasaan dan
perilakudalam cara tertentu. Arah dari insting itu
adalah tujuan perilaku dan tidak ada perilaku tanpa
tujuan.
17. Selain Teori insting, berlaku pula teori lain. Di
antaranya Teori dorongan yang dikemukakan oleh
Clark Hull pada tahun 1943. Konsep dorongan
berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, misalnya
lapar. Dorongan yang menggerakkan perilaku
dinamakan daya (force) dan gabungan berbagai daya
dinamakan dorongan besar (big drive). Manusia
belajar memenuhi berbagai dorongan dan
mengembangkan dorongan tingkat kedua (secondary
drive) yang dipelajari dari pengalaman.Pada umumnya
perilaku sosial terbentuk karena adanya perilaku
kedua ini.
18. II. Manusia Sebagai Pencari
Keuntungan
Doktrin bahwa manusia megejar kesenangan dan
menghindari kesakitan disebut hedonisme. Doktrin
ini dianut oleh kaum Epicurean dan menjadi dasar
analisis psikologi. Thibaut dan Kelley
mengembangkan teori tentang hukum ekonomi
dalam psikologi, yang disebut dengan Teori timbal
balik (Exchange Theory). Teori ini menjelaskan adanya
prinsip untung rugi (reward-cost ratio) dalam interaksi
manusia.
19. III. Manusia Sebagai Salah Satu
Unsur Dalam Lingkungan Fisika
Thomas Hobbes mengemukakan pandangan bahwa
setiap gerak tubuh manusia merupakan refleksi dari
operasi gabungan berbagai daya yang ada di lapangan.
Menurut Hobbes, motivasi adalah gerak miniatur
(miniature motion) didalam tubuh.
20. Kurt Lewin mengembangkan paham ini dengan mengemukakan
Teori Lapangan (Field Theory). Unit analisanya adalah manusia
dalam lingkunagan yang konkret , yaitu ruang kehidupan (life
space) yang berisi pribadi itu sendiri, orang lain dan lingkungan
fisik lainnya. Lewin percaya bahwa bukan masa lalu yang
menentukan perilaku, melainkan hanya daya-daya masa kini
yang (current force). Menurut Lewins, segala sesuatu yang
terdapat dalam ruang kehidupan seseorang terwakili dalam alam
kesadaran (Psichological Field) orang tersebut dari saat ke saat
bagian dari lapangan psikologis iitu dapat dapan mempunyai
daya tarik atau daya tolak yang besarnya berubah-ubah.
Perbuatan mendekat atau menghindar akibat dorongan dalam
lapangan psikologis itu disebut lokomosi (locomotion)
21. Dalam teori yang dikemukakan oleh Lewin ini, diuraikan
pula tentang konflik yang terjadi dalam diri seseorang
karena adanya satu hal yang memiliki daya tarik maupun
tolak sekaligus atau lebih dari satu hal yang masing-
masing memiliki daya tarik atau tolak. Ada tiga jenis
konflik, yaitu ’mendekat – mendekat’ (approach –
approach) , ’menjauh – mendekat’ (avoidance –
approach), dan ’menjauh – menjauh’ (avoidance –
avoidance). Jika konflik-konflik ini dibiarkan berlangsug
berlarur-larut dalam diri seseorang, akan timbul berbagai
masalah bagi orang yang bersangkutan.
22. IV. Manusia Sebagai manusia
Pandangan ini berpendapat bahwa
Ilmuwan
cenderung ingin mengerti, meramalkan dan
mengendalikan lingkungan fisik dan sosialnya.
Dengan demikan manusia cendering berpikir tentang
sebab dan akibat dan menggolongkan segalanya
berdasarkan kriteria-kriterua tertentu. Jika
lingkungannya tidak dapat
dimengerti, diramalkan, dan dikendalikan, akan
timbul keadaaan yang disebut disonasi kognotif
(cognitive dissonance). Keadaan disonansi harus
segera diatasi untuk menimbulkan keadaan konsonan
kognitif (cognitive consonance). Pandangan ini antara
lain dikemukakan antara lain oleh aliran Psikologi
Kognitif.
23. PENGERTIANdilakukan oleh manusia selalu di
Setiap tindakan yang
MOTIVASI
mulai dengamotivasi. Menurut Wexley & Yukl (dalam
As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau
penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau
keadaan yang menjadi motif. Gray (dalam Winardi,
2002) merumuskan pengertian motivasi sebagai
sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal
bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi, dalam
melaksanakan
kegiatan- kegiatan tertentu.
24. Menurut M. Sherif dan C.W. Sherif (1956), motivasi
dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
asalnya, yaitu:
Motif Biogenik
Motif ini berasal dari proses fisiologis dalam tubuh yag
dasarnya adalah mempertahankan ekuilibrium dalam
tubuh sampai batas-batas tertentu. Proses ini disebut
”homeositas”.
Motif Sosiogenik
motif ini timbul karena adanya perkembangann
individu dalam tatanan sosialnya dan terbentuk
karena hubungan antar pribadi, hubungan antar
kelompok atau nilai-nilai sosial, dan pranata-pranata
25. Tidak ada hierarki tertentu di antara keduanya.
Keduanya tergantung situasi karena tidak motif dapat
berfungsi sendiri melainkan selalu terkait dengan
faktor-faktor lain. Melalui prosees belajar dui
kehidupan sosialnya, individu memilih yang disukai
dan meninggalkan yang dihindari. Motif Sosiogenik
sangat ditentukan oleh proses belajar individu. Motif
Sosiogenik bermula dari motif biogenik. Morgan
(dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa
motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus
merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal
tersebut adalah sebagai berikut.
26. Keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating
states ),
Tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (
motivated behavior ),
Tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends
of such behavior ).
27. BEBERAPA PENDEKATAN DASAR
TERHADAP MOTIVASI
I. Teori Insting
Perilaku dijelaskan dengan merujuk pada insting. Teori
insting masih berlaku untuk perilaku yang
diturunkan, tidak melalui proses pembelajaran dan
universal pada makhluk tertentu.
II. Konsep Dorongan (Drive)
Pada umumnya dorongan menyangkut perilaku yang
bersifat biologis dan fisologis, antara
lain, makan, minum, tudur, dan seks. E.C. Tolman
membagi dorongan menjadi dua jenis, yaitu:
hasrat (apetites): lapar, haus, seks, dsb.
pengingkaran (aversion) seperti menghindari rasa sakit dan
penderitaan.