SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 202
BAB I

                          PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah

      Untuk   memasuki   lingkungan   bisnis   yang   kompetitif,   manajemen

perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan

oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen

yang didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan

menggunakan system manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan

usaha maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

      Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting

bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk

menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan

dalam perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya

menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai

tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh

imbalan yang baik dari perusahaan.

      Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi

keuangan
akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat

dicapai   dengan   mengorbankan   kepentingan-kepentingan   jangka   panjang

perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam

jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-

investasi demi kekepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan

ini,

       Menurut Ali Muasowifin, maka diciptakan suatu metode pendekatan
       yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek
       yaitu aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
       proses belajar dan berkembang (Ali Mutasowifin, 2002 :245).

       Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan

dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan Balanced Scorecard.

Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan

mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai

saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingankepentingan masa yang

akan datang.

       Rumah Sakit adalah bentuk organisasi pengelola jasa pelayanan

kesehatan individual secara menyeluruh. Di dalam organisasinya terdapat

banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis

profesi, baik profesi medik, paramedik maupun non-medik. Untuk dapat

menjalankan fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh yang
dimulai dari proses perencanaan strategik (renstra), baik untuk jangka

panjang maupun jangka pendek. Suatu renstra dapat disebut baik apabila

perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti secara praktis ke dalam

program-program operasional yang berorientasi kepada economic - equity -

quality. Artinya rumah sakit dikelola secara efektif dan efisien, melayani

segala lapisan masyarakat dan berkualitas.

      Memasuki era globalisasi perdagangan antarnegara sejak 2003 ini,

pimpinan   rumah   sakit   di   Indonesia    perlu   memfokuskan   strategi

perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga

betul-betul siap dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era

tersebut, para konsumen bebas memilih rumah sakit mana yang mampu

memberikan pelayanan   memuaskan, profesional dengan harga bersaing,

sehingga strategi dan kinerja rumah sakit pun harus berorientasi pada

keinginan pelanggan tersebut. Untuk itu diterapkan balanced scorecard

(BSC) yang diharapkan menjawab tuntutan dan tantangan zaman.

      Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang sebagai salah satu rumah sakit

swasta yang berada di kota padang dalam era kesejagatan (globalisasi),

di satu pihak diperhadapkan pada kekuatan-kekuatan dan masalah-masalah

interen yang ada, sedangkan di lain pihak secara, bersamaan juga

diperhadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai faktor peluang dan
tantangan yang senantiasa berkembang dinamis. Oleh karena itu untuk

dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat perlu

disusun Visi Misi, Tujuan, Sasaran serta Indikator keberhasilan yang

dirampungkan        dalam   bentuk   Rencana     Stratejik    (RENSTRA).    Indikator

keberhasilan merupakan alat ukur yang harus dievaluasi secara periodik

berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam bentuk finansial tapi juga

dengan     indikatoryang      lain   seperti     pelangan,    bisnis   inernal   juga

pembelanjaran dan pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan bahan untuk

mengendalikan arah dan mutu pelayanan kesehatan agar visi yang telah

ditetapkan benar-benar dapat diwujudkan.

         Rumah Sakit Ibnu Sina Padang merupakan salah satu Rumah Sakit

swasta di Padang yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara

propesonalisme dan meningkatkan mutu terus-menerus. Memaksa pihak Rumah

Sakit Ibnu Sina Padang untuk selalu memperbaiki kinerjanya, agar dapat

menambah kepercayaan masyarakat atas Rumah Sakit Islam Ibnu Sina .

Kepercayaan        ini   sangatlah   penting,    mengingat    masyarakat    merupakan

pengguna jasanya. Diharapkan dengan peningkatan kepercayaan masyarakat

terhadap Rumah Sakit menpunyai dampak pada pendapatan Rumah Sakit.

         Melihat     fenomena   tersebut    di     atas,     maka   perlu   digunakan

alternative penilaian kinerja RSI Ibnu Sina Padang dengan menggunakan
Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur karena dalam

menilai kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan

saja, tetapi juga dinilai dari aspek nonkeuangan. Dari latar belakang

dan   uraian   di     atas,    maka   dalam   penelitian    ini    mengambil     judul

“PENERAPAN          BALANCED          SCORECARD     SEBAGAI         TOLOK        UKUR

PENILAIAN KINERJA PADA BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT

(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang)”.




1.2. Perumusan Masalah

      Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang akan dibahas dalam skipsi ini adalah :

   1. Bagaimana pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan di RSI

      Ibnu Sina Padang ?

   2. Bagaimana kinerja Rumah Sakit Ibnu Sina Padang jika diukur dengan

      system pengukuran Balanced Scorecard?




1.3. Tujuan Penelitian

      Tujuan   yang    ingin    dicapai   dalam   skripsi         ini   adalah   untuk

mengetahui kinerja Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang apabila diukur

dengan persfektif Balanced Scorcard.
1.4. Manfaat Penelitian

       Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan sebagai berikut :

a. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam

     menilai kinerja manajemen RSI Ibnu Sina Padang.

b. Menambah wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai pentingnya

     faktor-faktor nonfinancial yang mempengaruhi kinerja manajemen RSI

     Ibnu Sina Padang.

c.   Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan dan

     bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian yang

     menyangkut kinerja manajemen suatu badan usaha berbentuk Rumah

     Sakit.
1.4. Kerangka Pemikiran

Dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja dengan

menggunakan system pengukuran kinerja yang di sebut BALANCED

SCORECARD kepada sebuah perusahaan atau organisasi public yang belum

mengenal sistem pengukapan kinerja tersebut. BALANCED SCORECARD di

kembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai alat

yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk merefleksikan

pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas organisasi. BALANCED

SCORECARD merupakan solusi terbaik dalam pengukuran kinerja bisnis.

Empat perspekif utama di sorot melalui BALANCED SCORECARD

yaitu:

1. Perpektif keuangan

2. Perpektif konsumen atau pelanggan

3. Perpektif proses internal bisnis

4. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan
Dalam BALANCED SCORECARD. Keempat perspektif tersebut

menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan

indikator

pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan memiliki hubungan sebab

akibat.

Seperti yang telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi perusahan

jasa yang mempunyai kontak tinggi sangat dibutuhkan. Penelitian ini

bertujuan

22

untuk menerapkan konsep BALANCED SCORECARD pada Rumah Sakit

Kristen Tayu.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

Gambar 1.1.

Kerangka Pemikiran

23

Penerapan BSC pada

organisasi sektor swasta

Perspektif keuangan bukan merupakan

perspektif satu-satunya sebagai indikator

penilaian kinerja
Penerapan BSC pada organisasi sektor

publik (RSK Tayu Pati)

Keuangan

Pelanggan

Lap. keuangan perusahaan Pendukung non keuangan dan

menentukan tingkat pelayanan

Customer satisfaction, customer

profitabilitas dan pangsa pasar

Proses Bisnis Internal

Inovasi dan operasi

Pembelajaran dan

Pertumbuhan

Kemampuan karyawan,

kemampuan sistem informasi,

motivasi, pemberdayaan dan

keserasian individu perusahaan

Menentukan

pencapaian misi dan

visi

Menunjukkan atau memberikan

gambaran kinerja perusahaan

berdasarkan konsep Balanced

Scorecard

1.5. Definisi dan Pengukuran Variabel
Pada bab ini akan dijelaskan tentang variabel-variabel yang akan

digunakan dalam

mengukur   kinerja   masing-masing   perspektif.   Variabel-variabel   yang

digunakan :

1.5.1 Kinerja Perspektif Keuangan

Dalam perspektif keuangan, kinerja untuk mengukur apakah suatu strategi

perusahaan, implementasi dan pelaksanaan akan membawa perbaikan

perusahaan (Mun’im Azka. 2001). Terdiri dari rasio-rasio keuangan yang

sesuai dari Laporan Keuangan yaitu :

1. ROI (Return On Investment)

Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan akvita untuk menghasilkan laba bersih.

Pengukurannya dilakukan dengan membandingkan laba usaha dengan

total aktiva.

2. Rasio Efesiensi

Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien rumah sakit

24

mempergunakan aktivannya. Pengukurannya dengan membandingkan

penjualan dengan aktiva lancar.

1.5.2 Kinerja Perspektif Pelaggan
Kinerja ini untuk mengetahui keinginan konsumen atau pelanggan agar

konsumen atau pelanggan tidak beralih ke pihak pesaing. Perhitungan

kinerja

berdasarkan yang dipakai dalam perspektif konsumen ini menggunakan :

Kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction)

Yaitu mengukur seberapa jauh kepuasan konsumen atas pelayanan kesehatan

yang diberikan rumah sakit. Pengukurannya dari hasil survai terhadap

kepuasan konsumen yang dilakukan oleh perusahaan.

1.5.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis

Dalam perspektif ini, perusahaan mendesain dan mengembangkan apa

yang dibutuhkan oleh konsumen kemudian memasarkan dan melakukan

pelayanan purna jual (Mun’im Azka. 2001). Perspektif ini menggunakan

perhitungan :

Operasi

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

1. BTO (Bed Turn Over Ratio)

Prosentase tempat tidur yang tersisa.

2. GDR (Gross Death Rate)

Yaitu angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 pasien keluar.

3. NDR (Net Death Rate)
Yaitu angka kematian > 48 jam atau    hari setelah dirawat untuk tiap-

tiap

1000 pasien keluar.

1.5.4 Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang digunakan yaitu :

a. Produktivitas karyawan

Untuk mengetahui produktivitas karyawan dalam bekerja untuk periode

tertentu. Pengukurannya dengan membandingkan antara laba operasi

25

dengan jumlah karyawan.

b. Retensi karyawan

Untuk mengetahui perbandingan antara jumlah karyawan keluar dengan

total karyawan tahun berjalan.

c. Kepuasan karyawan

Penentu dari kedua pengukuran sebelumnya. Pengukurannya dilakukan

dengan survei kepuasan karyawan melalui kuesioner.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, definisi

operasional serta sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang teori-teori yang

digunakan yang sesuai dengan permasalahan.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang objek penelitian, definisi

operasional, populasi dan sampel, jenis data, metode

pengumpulan data, pengujian data, dan metode analisis.

BAB IV : Pembahasan

Dalam bab ini menguraikan tentang objek penelitian, dan

pembahasan serta analisis yang dilakukan dengan menggunakan

teknik analisis pada bab sebelumnya.

26

BAB V : Penutup

Dalam bab ini akan disebutkan kesimpulan dan saran yang

diambil setelah dilakukan pembahasan pada bab sebelumnya.
BAB II

     LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN



2.1 Penelitian Sebelumnya

1. Helen Livingston (1999) melakukan penelitian mengenai penerapan BSC

pada organisasi nirlaba dengan judul “Creating a BSC Tempalate : O

Frame Work For Strategic Planning and Management at Deakin University

Library”.

Hasil penelitian tersebut adalah untuk perkembangan jangka perpustakaan

Deakin selama tiga tahun terakhir memfokuskan pada perencanaan strategi

untuk menerapkan strategi tersebut. Perpustakaan harus mempunyai tolok

ukur yang jelas yang akan dikomunikasikan ke seluruh karyawan. Penerapan

BSC dalam lingkungan perpustakaan Deakin akan semakin relevan dengan

penambahan perspektif dari keempat perspektif yang ada yaitu perspektif

sumber informasi.

2. Dwi Cahyono (2000) melakukan penelitian mengenai penerapan BSC di

sektor publik. Penelitian tersebut mengambil judul “Pengukuran Kinerja

BSC Untuk Organisasi Sektor Publik”.

Hasil analisis tersebut adalah bahwa untuk kinerja organisasi sector

public diperlukan banyak pendekatan selain pendekatan keuangan yang
menjadi kendala. Jika pendekatan non keuangan dapat diterapkan di

organisasi ini. Sebenarnya secara tidak langsung organisasi sektor

publik sudah    menerapkan pengukuran kinerja BSC akan tetapi belum

mengetahui apa yang hendak dipakai dalam mengukur kinerjanya.



2.2 Landasan Teori

2.2.1 Penilaian Kinerja

      Menurut Fauzi,Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan
untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu
organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah
standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu
dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan
semacamnya (Fauzi, 1995 : 207).

      Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam

mencapai tujuan organisasi.

      Mulyadi (1997 : 419) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai
penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.

      Karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya

manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas

perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam

organisasi.    Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan
kontribusi untuk menjadikan organisasi sebagai suatu institusi yang

unggul di kelasnya.

         Jika keberhasilan organisasi untuk mengadakan institusi yang

unggul     ditentukan oleh berbagai      faktor maka berbagai faktor yang

menentukan    keberhasilan    perusahaan   (succes factor)    untuk   menjadikan

organisasi suatu      institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai

pengukur     keberhasilan    personal.   Dengan   demikian,   dibutuhkan   suatu

penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain

sistem penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan

dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi.




2.2.2 Penilaian Kinerja dengan Sistim Tradisional

         Dalam masyarakat tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan

adalah ukuran kinerja keuangan. Pengukuran kinerja ini mudah dilakukan

sehingga kinerja personel yang diukur hanyalah yang berkaitan dengan

keuangan. Namun ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang

menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan oleh organisasi dan lebih

memfokuskan pada pengerahan sumber daya organisasi untuk tujuan-tujuan

jangka pendek.
Ukuran keuangan yang biasa digunakan adalah rasio-rasio keuangan

yang meliputi :

1. Rasio   likuiditas     yang    mengukur    kemampuan    perusahaan      untuk

   memenuhikewajiban jangka pendek bila jatuh tempo.

2. Rasio leverage yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai

   oleh hutang.

3. Rasio   aktivitas    yang   mengukur   seberapa   efektif   manajemen   yang

   ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi

   perusahaan.

4. Rasio pertumbuhan yang mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan

   posisi ekonominya di dalam pertumbuhan ekonomi dan industri.

5. Rasio penilaian yang mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan

   nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi.

   Menurut Weston dan Copeland (1989) pengukuran kinerja dengan
   menggunakan rasio-rasio seperti diatas mempunyai keterbatasan-
   keterbatasan yaitu :
   1. Rasio ini disusun berdasarkan data akuntansi dan data ini
      dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa
      merupakan hasil manipulasi.
   2. Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang berbeda atau jika
      factor musiman merupakan pengaruh yang penting maka akan mempunyai
      pengaruh pada rasio-rasio perbandingannya.
   3. Analisis harus sangat hati-hati dalam menentukan baik buruknya
      suatu rasio dalam membentuk suatu penilaian menyeluruh dari
      perusahaan berdasarkan serangkaian rasio keuangan.
4.   Rasio yang sesuai dengan rata-rata industri tidak memberikan
        kepastianbahwa perusahaan berjalan normal dan memiliki manajemen
        yang baik.


   Sedangkan menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton kelemahan-
   kelemahan pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja
   keuangan
   yaitu :
   1. Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak
       (intangible Assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya
       manusia) perusahaan.
   2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu
       perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah
       yang lebih baik.


2.2.3 Balanced Scorecard

        Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang

diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan

secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk

mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di

seluruh organisasi.

        Menurut Amin Widjaja Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana
        perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin Widjaja
        Tunggal,2002 : 1).

        Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton
        (1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat
        perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif
        keuangan, perspektifpelanggan, perspektif proses bisnis internal
        dan perspektif pembelajaran danpertumbuhan.
Balanced Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangandan non

keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruhpegawai dari

semua tingkatan bagi organisasi.

      Menurut Tujuan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya
      penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang
      ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-
      down) berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi
      dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan
      pengukuran yang lebihnyata (Teuku Mirza, 1997 : 14).


2.2.4 Kinerja Perspektif Keuangan

      Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi perhatian,
      karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan konsekuensi
      ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan ekonomi
      yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15).

      Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah       strategi, sasaran

strategic, inisiatif strategic dan implementasinya mampu memberikan

kontribusi dalam menghasilkan laba bagi perusahaan,

      Kaplan & Norton (1996 : 48) mengidentifikasikan tiga tahapan dari
      siklus kehidupan bisnis yaitu :
      a. Pertumbuhan (growth)
      Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan
      bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa
      yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali
      atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak.
      Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasidalam
      arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal
      investasiyang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada
      pada tahap iniseharusnya menekankan pengukuran pada tingkat
      pertumbuhanpenerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.
b. Bertahan (Sustain Stage)
      Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih
      melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian
      yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan
      pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Secara
      konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada
      strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap
      ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi
      yang dilakukan.
      c. Menuai (Harvest)
      Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana
      perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada dua
      tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih
      jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan
      fasilitas,tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan
      baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang
      masuk ke perusahaan.

      Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu berkreasi

diperlukan keunggulan di bidang keuangan. Melalui keunggulan di bidang

ini, organisasi menguasai sumber daya yang sangat diperlukan untuk

mewujudkan tiga perspektif strategi lain yaitu perspektif pelanggan,

perspektif proses bisnis internal dan perspektif proses pertumbuhan dan

pembelajaran.




2.2.5 Kinerja Perspektif Konsumen

      Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya

jika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi dari pada pengorbanan

yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk mendapat produk dan jasa
itu. Produk atau jasa tersebut akan semakin mempunyai nilai apabila

manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari apa yang diharapkan oleh

konsumen.

      Menurut Kaplan dan Norton (1956) perusahaan diharapkan mampu
      membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target pasarnya yang
      paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan
      sumber daya dan rencana jangka panjang perusahaan.

Dalam perspektif konsumen terdapat 2 kelompok perusahaan yaitu :

1. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core measurement group)

a) Pangsa pasar (market share)

   Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh perusahaan

   dalam suatu segmen tertentu.

b) Kemampuan mempertahankan konsumen (customer retention)

   Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan dengan

   konsumennya    yang   mungkin    seberapa    besar   perusahaanberhasil

   mempertahankan pelanggan lama.

c) Kemampuan meraih konsumen baru (customer acquisition)

   Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik konsumen

   baru dalam pasar.

d) Tingkat kepuasan konsumen (customer satiffation)
Merupakan   suatu   tingkat    kepuasan   konsumen    terhadap   criteria

   kinerja/nilai tertentu yang diberikan oleh perusahaan.

e) Tingkat protabilitas konsumen (customer profitability)

   Mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan

   dari penjualan kepada konsumen/segmen pasar.

2. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value measement)

   Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk

   memahami pemicu-pemicu (driver).

   Dari kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen kelompok pengukuran

   nilai konsumen terdiri dari :

   a. Atribut-atribut produk dan jasa (product/service)

      Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya.

   b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship)

      Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi melalui pengisian

      produk/jasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu

      pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen

      setelah membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.

   c. Citra dan reputasi (image & reputation)

      Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen

      merasa tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara
personal (melalui pameran-pameran, door to door) maupun lewat media

         masa atau elektronik ataupun ungkapan-ungkapan yang mudah diingat

         oleh konsumen.




2.2.6 Perspektif Proses Internal Bisnis

         Dalam perspektif bisnis internal, perusahaan harus meng-
         dentifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan
         harus melakukannya dengan sebaikbaiknya. Karena proses internal
         tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan
         dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham
         (Ancella Hermawan, 1996 : 56).

         Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis

internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari

perspektif pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari

proses     kinerja   bisnis   internal    yang   diselenggarakan   perusahaan.

Perusahaan harus memilih proses dan kompetensi yang menjadi unggulannya

dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja-kinerja proses dan

kompetensi tersebut.

         Analisis atau proses bisnis internal perusahaan dilakukan melalui

analisis rantai nilai (value chain analysist) yang digambarkan sebagai

berikut :
Business process :

 Innovation process

 Product design

 Product development

 Operator process

 Manufacture

 Marketing

 Postable service

       Masing-masing perusahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan

nilai yang unik bagi pelanggannya.

       Secara umum Kaplan dan Norton (1996 : 96) membaginya menjadi tiga
      prinsip dasar yaitu :
      1. Inovasi
      Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang
      mendapatkan perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang
      dilakukan dalam proses operasi. Pada tahap ini perusahaan
      mengidentifikasikankeinginan dan kebutuhan para pelanggan di masa
      mendatang sertamerumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan
      kebutuhan tersebut.
      2. Operasi
      Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara nyata
      berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya dalam
      memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan mereka.
      Kegiatan operasional berasal dari penerimaan pesanan dari
      pelanggan dan berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada
      pelanggan. Kegiatan inilebih mudah diukur kejadiannya yang rutin
      dan terulang.
      3. Layanan pasca jual
Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan
     kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya dalam
     bentuk layanan pasca transaksi.


2.2.7 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

     Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk mendorong perusahaan
     menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus
     mendorong pertumbuhannya (Teuku Mirza, Usahawan, 1997).

     Kaplan dan Norton membagi tolak ukur perspektif ini dalam tiga
     prinsip yaitu :
     1. People
     Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut
     untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses
     dan lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab
     itu, dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus
     berkaitan secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah
     perusahaan telah mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya
     manusia yang dimiliki.
     Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu
     ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard :
     a. Tingkat kepuasan karyawan
     Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi untuk meningkatkan
     produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen dan kecepatan
     bereaksi. Kepuasan karyawan menjadi hal yang penting khususnya
     bagi perusahaan jasa.
     b. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan)
     Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
     pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya.
     Perusahaan yang telah melakukan investasi dalam sumber daya
     manusia akan sia-sia apabila tidak mempertahankan karyawannya
     untuk terus berada dalam perusahaan.
     c. Produktivitas karyawan
     Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari
     peningkatan keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses
     internal, dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah
menghubungkan output yang dilakukan para pekerja terhadap jumlah
      keseluruhan pekerja.
      2. System
      Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk menunjang
      pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan apabila
      mereka tidak memiliki informasi yang memadai. Pegawai di bidang
      operasional memerlukan informasi yang memadai. Pegawai di bidang
      operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu dan
      akurat sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan
      suatu systeminformasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang
      memadai untukmemenuhi kebutuhan tersebut.
      3. Organizational Procedure
      Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan untuk
      mencapai suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan
      rutinitas harus diteruskan karena karyawan yang sempurna dengan
      informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada
      keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak
      selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak
      diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak.

2.8 Pengertian Rumah Sakit

      Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu
      organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir
      serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
      kedokteran asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis
      serta pengobatan penyakit yang diderita olehpasien (Azrul Anwar,
      1966).

      Sesuai dengan perkembangan rumah sakit dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis.

      Menurut Azrul Anwar, rumah sakit dibedaka menjadi empat macam

      yaitu :

      1. Menurut pemilik
Ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dibagi menjadi dua macam

yaitu :

a. Rumah sakit pemerintah

b. Rumah sakit swasta

2. Menurut filosofi yang dianut

Menurut filosofi yang dianut rumah sakit dibagi menjadi dua macam

yaitu :

a.   Rumah   sakit   yang   tidak   mencari   keuntungan   (non   profit

hospital). Salah satu faktor yang membedakan rumah sakit milik

pemerintah dengan swasta adalah terletak orientasinya terhadap

laba. Rumah sakit milik pemerintah merupakan organisasi nirlaba

yaitu organisasi yang orientasi utamanya bukan untuk mencari laba

tetapi lebihmengutamakan peningkatan pelayanan.

b. Rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital). Rumah sakit

swasta telah dikelola secara komersial serta berorientasi untuk

mencari keuntungan.

3. Mencari jenis pelayanan yang diselenggarakan

Jika dilihat dari sisi pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit

dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Rumah sakit umum (general hospital)
Disebut rumah sakit umum bila semua jenis pelayanan kesehatan

diselenggarakan.

b. Rumah sakit khusus (specialty hospital)

Jika hanya satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Menurut lokasi rumah sakit

Jika   ditinjau    dari   lokasinya   rumah   sakit   dibedakan   menjadi

beberapa macam tergantung dari sistem pemerintah yang dianut.

Contohnya rumah sakit pusat, jika lokasinya di ibu kota negara,

rumah sakit propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi.
III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Kristen

Tayu dengan alasan bahwa penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur

kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu merupakan langkah strategik yang

berdampak besar terhadap kemampuan manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu

dalam melipatgandakan kinerjanya, baik ditinjau dari aspek Keuangan

maupun

aspek Non-Keuangan dan diharapkan Rumah Sakit Kristen Tayu akan mampu

bersaing serta berkembang dengan baik.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai sifat atau kepentingan

yang sama (Sutrisno Hadi, 1997 : 220). Dalam penelitian ini populasi

adalah

para konsumen Rumah Sakit Kristen Tayu yang akan digunakan untuk

menilai kepuasan pada aspek konsumen dan karyawan Rumah Sakit Kristen
Tayu yang berjumlah 450 orang yang akan digunakan untuk menilai

kepuasan karyawan pada aspek pertumbuhan dan pembelajaran.

3.2.2 Sampel

Penentuan sempel yaitu yang menjadi responden adalah karyawan yang

terkait dengan penilaian yang akan dilaksanakan untuk mengetahui tingkat

kepuasan karyawan melalui penyebaran kuesioner. Sampel yang baik adalah

sampel   yang   mewakili   populasi   secara   keseluruhan.   Sampel   dalam

penelitian

ini adalah para responden yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

ada dalam kuesioner.

Sementara itu, metode pengambilan sampel untuk karyawan Rumah Sakit

Kristen Tayu adalah metode Non Random Sampling yaitu Convenience

45

Sampling dimana penentuan jumlah sampel dari elemen populasi yang

datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai

subjek adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk

memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur Indriantoro & Bambang,

1999 : 130). Penentuan besarnya sampel menggunakan rumus Slovin yaitu :

77,8 (dibulatkan menjadi 78 orang)

350.0,1 1
n 350

N.d 1

n N

2

2




keterangan :

N = populasi

n = sampel

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumbernya (Sutrisno Hadi,

1997 : 134).

Data primer ini berupa hasil jawaban responden mengenai

kepuasan karyawan tentang semagat kerja, motivasi, kondisi fisik tempat

kerja dan tentang rumah sakit secata umum.
2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa keterangan yang

ada hubungannya dengan penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data

primer (Sutrisno Hadi, 1997 : 134). Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa

data mengenai pelangan atau komsumen, rasio-rasio kinerja Rumah Sakit dan gambaram

umum Rumah Sakit Kristen Tayu selama tiga tahun.

46

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara yaitu dengan mengadakan Tanya jawab langsung dengan pihak

Rumah sakit.

2. Kuesoner yaitu melalui pengajuan kuessioner yang mengetahui seberapa

besar tingkat kepuasan karyawan Rumah Sakit.

3. Studi pustaka yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang

relevan

dengan penelitian guna memperoleh gambaran teoritis mengenai aplikasi

Balanced Scorecard pada suatu perusahaan, khususnya Rumah Sakit.

Metode ini di perlukan untuk menujang kelengkapan dan ketajaman

analisis.

3.5 Pengujian Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan perhitungan dan pengolahan dengan menggunakan
alat analisis, maka semua instrumen penelitian diuji terlebih dahulu

untuk

mengetahui apakah instrumen tersebut valid dan reliabel. Pengujian

instrumen

dilakukan dengan menggunakan :

a. Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur benar-benar cocok atau

sesuai sebagai alat ukur yang diinginkan. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji

apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden benar-benar cocok untuk digunakan

dalam penelitian ini.

Untuk menguji validitasnya menggunakan statistic factor analysis

47

significancy, nilai Loading Factor yang dipakai adalah 0,4.

Pengambilan Keputusan: (Augusty Ferdinand, 2002 : 133)

- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih besar atau sama

dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid

- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih kecil atau sama

dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam
mengukur suatu gejala atau kejadian. Pengujian reliabilitas dilakukan

untuk

mengetahui apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden benarbenar

stabil dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi

reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur

tersebut

dan sebaliknya jika reliabilitas pengukur tersebut rendah maka alat

tersebut

tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. Teknik pengujian reliabilitas

dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh

Cronbach Alpha ( ), dengan rumus sebagai berikut : (Imam Ghozali,

2001;129)

    = kr

kr

1 ( 1)

.




Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas

r = rata-rata korelasi antar butir
k = jumlah butir

Pengambilan Keputusan :

48

- Jika koefisien Cronbach Alpha ( ) < 0,6 maka butir pertanyaan

dinyatakan tidak reliabel.

- Jika koefisien Cronbach Alpha ( ) ≥ 0,6 maka butir pertanyaan

dinyatakan reliabel.

3.6 Metode Analisis

1. Analisis kualitatif meliputi klarifikasi visi, misi dan tujuan ke

dalam

rencana strategi perusahaan.

2. Analisis kuantitatif

Pengukuran kinerja masing-masing perspektif.

Rumusnya :

a. Mengukur kinerja perspektif keuangan

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

- ROI =

total aktiva

laba bersih

x 100%
- Rasio Efesiensi =

Aktiva Lancar

Penjualan

x 100%

b. Mengukur kinerja perspektif konsumen

Perspektif ini menggunakan perhitungan :

- Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan ini diketahui dari data sekunder yaitu survey

yang dilakukan oleh pihak manajemen Rumah Sakit. Mengukur

seberapa jauh kepuasan pelanggan atas pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh Rumah Sakit. Kepuasan konsumen mengukur rata-

49

rata kepuasan pelanggan dengan meberikan nilai pada jawaban

kuesinoer sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai

yang diberikan adalah:

1. 1: sangat tidak puas.

2. 2: tidak puas.

3. 3: ragu-ragu.

4. 4: puas.

5. 5: sangat puas.
Untuk mengetahui rata-rata kepuasan konsumen maka jumlah skor

jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah konsumen yang menjadi

responden.

Penentuan kreteria rata-rata kepusan pelanggan.

c. Mengukur kinerja perspektif proses internal bisnis.

Berdasarkan data sekunder yang diambil dari Rumah Sakit perspektif

ini menggunakan perhitungan :

- BTO (Bed Turn Over Rate)

BTO =

A

D

- GDR (Gross Death Rate)

GDR = x 1000 mil

D

Pm

- NDR (Net Death Rate)

- NDR = x 1000 mil

D

Pm   48 jam

50
Keterangan :

O = rerata tempat terisi dihitung dari jumlah tempat tidur yang terisi, kemudian

hasilnya dibagi jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan

D = jumlah pasien keluar (hidup/mati)

A = rerata tempat tidur yang siap dipakai

T = jumlah hari perhitungan (30/31/365)

Pm = pasien mati

d. Mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan perspektif

ini menggunakan perhitungan :

- Produktivitas karyawan = jumlah karyawan

laba operasi

- Perputaran karyawan =

x 100%

jml total karyawan pada thn berjalan

jumlah karyawan keluar

- Kepuasan karyawan

Dianggap sebagai penentu dari kedua pengukuran sebelumnya.

Pengukurannya dilakukan dengan survey kepuasan karyawan

melalui kuesioner. Kepuasan karyawan mengukur rata-rata

kepuasan karyawan dengan meberikan nilai pada jawaban kuesinoer

sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai yang
diberikan adalah:

1. 1: sangat tidak puas.

2. 2: tidak puas.

3. 3: ragu-ragu.

51

4. 4: puas.

5. 5: sangat puas.

Kepuasan karyawan = Total bobot

Jumlah karyawan x skor

x 100%

Untuk mengetahui rata-rata kepuasan karyawan maka jumlah skor

jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah karyawan yang menjadi

responden.

Penentuan kreteria rata-rata kepusan karyawan.

Tabulasi Perhitungan Keempat Perspektif Balanced Scarecard

Jenis Variabel Indikator Pengukuran

1. Perspektif

keuangan

- ROI

- Rasio Efesiensi
- Peningkatan Laba

Bersih

- Penurunan Biaya

Operasi

- Prosentase laba bersih terhadap

total aktiva

- Presentase penjualan bersih

terhadap aktiva lancar

2. Perspektif

pelanggan

- Kepuasan

pelanggan

- Peningkatan

kepuasan

pelanggan

- kuesuner terhadap kepuasan

pelanggan

3. Perspektif proses

internal bisnis

- BTO

- GDR
- NDR

- Peningkatan BTO

- Penurunan GDR

- Penurunan NDR

- Perbandingan antara jumlah pasien

keluar dengan tata tempat yang siap

pakai

- Perbandingan antara pasien mati

dengan jumlah untuk tiap 1000

pasien keluar

- Perbandingan antara pasien mati >

48 jam setelah dirawat dengan

jumlah untuk tiap-tiap 1.000 pasien

keluar

52

4. Perspektif

pembelajaran dan

pertumbuhan

- Produktivitas

karyawan

- Retensi
karyawan

- Kepuasan

karyawan

- Peningkatan

produktivitas

karyawan

- Penurunan jumlah

karyawan keluar

- Peningkatan

kepuasan

karyawan

- Perbandingan antara laba operasi

dengan total karyawan

- Perbandingan antara jumlah

karyawan keluar dengan total

karyawan tahun berjalan

- Kuesioner terhadap kepuasan

karyawan

53




BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.Gamabaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji kinerja menggunakan

Balance Scorecard yang diterapkan pada Badan Usaha berbentuk Rumah

Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Krinten Tayu Pati. Rumah Sakit

Kriten

Tayu Pati adalah Rumah Sakit Swasta Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai

unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan berdasarkan SK Gubernur No.

59/DH.TAP/1972, yang secara taknis fungsional bertanggung jawab kepada

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah dan secara taktis operasional

kepada

Bupati. Rumah Sakit Kristen Tayu Pati merupakan Rumah Sakit Kelas B

Non Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 93/Menkes/SK/1995 yang

struktur organisasinya dan tata kerjanya diatur melalui peraturan

Pemerintah

Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2003 yang mengatur Tugas

Pokok dan fungsi dengan uraian tugas pada masing-masing unit kegiatan.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati beridiri di atas tanah seluas 41.057

M2 dengan luas bangunan 13.064 M2 dengan 200 tempat tidur yang

memberikan pelayanan melalui Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap dan
Rawat Darurat serta pelayanan penunjang lainnya dalam tiga belas bidang

keahlian/spesifik dan menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan untuk daerah

Pati

dan sekitarnya.

41

4.2.Visi dan Misi

Rumah Sakit merupakan salah satu unit bisnis nir laba yang

didirikan dengan mempunyai Visi dan Misi yang hendak dicapai.

Adapun Visi dari didirikannya Rumah Sakit Kristen Tayu Pati adalah

terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat paripurna yang prima.

Sedangkan Misi yang hendak dicapai dari didirikannya rumah sakit

kristen Tayu Pati adalah :

.1 Menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia

.2 Mendukung sarana dan prasarana kesehatan yang berkualitas dan

bermanfaat secara optimal

.3 Kerjasama dengan mitra Rumah Sakit

.4 Memberikan pelayanan kesehatan yang Profesional

.5 Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit

.6 Meningkatkan Kesejahteraan karyawan

4.2.Tujuan
Adapun tujuan dari didirikannya Rumah Sakit Kristen Tayu Pati

yaitu memberikan pelayanan kesehatan masyarakat.

4.2.Bidang Usaha

Rumah sakit Krintes Tayu Pati merupakan entitas bisnis nir laba yang

bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan adapun jasa yang

ditawarkan dilayani yaitu meliputi :

.1 Pelayanan Medis

.2 Pelayanan Gawat Darurat

.3 Kamar Operasi

42

.4 Pelayanan Intensif

.5 Pelayanan Prinital Resiko Tinggi

.6 Pelayanan Keperawatan

.7 Pelayanan Anestesi

.8 Pelayanan Radiologi

.9 Pelayanan Farmasi

.10 Pelayanan Laboratorium

.11 Pelayanan Rehabilitasi Medis

.12 Pelayanan Gizi

.13 Rekam Medis
.14 Pengendalian Infeksi di RS

.15 Pelayanan Sterilisasi Sentral

.16 Keselamatan kerja, kebakaran dan kaewaspadaan berencana

.17 Pemeliharaan suasana

.18 Pelayanan lain

.19 Perpustakaan

4.2.Analisis Data

4.2.1 Kinerja Perspektif Keuangan

Kinerja perspektif keuangan adalah merupakan ikhtisar dari

konsekuensi ekonomi yang telah dilakukan oleh pihak manajemen. Pada

perspektif ini terdapat beberapa indikator yang dijadikan pengukuran

kinerja perspektif keuangan tahun 2004-2005 dengan mengacu pada

laporan keuangan Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Berdasarkan data

43

skunder yang diperoleh, laporan keuangan tersebut dapat dilihat pada

tabel

4.1 dan tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Neraca Rumah Sakit Kristen Tayu

Per 31 Desember 2004 dan 2005
AKTIVA

Akun Saldo 2004 (Rp) Saldo 2005 (Rp)

I Aktiva Lancar

Kas Rp 40.541.750 Rp 52.450.500

Piutang pasien Rp 15.580.000 Rp 25.855.000

Persediaan Rp 9.914.650 Rp 103.450.750

Total Aktiva lancar Rp 146.036.400 Rp 181.786.250

II Aktiva Tetap

Tanah Rp 67.850.000 Rp 80.850.000

Gedung dan Bangunan Rp 126.242.500 Rp 125.242.500

Akumulasi Penyusutan Rp 56.809.125 Rp 63.121.250

Alat Medik Rp 78.435.000 Rp 78.435.000

Akumulasi Penyusutan Rp 35.295.750 Rp 39.217.500

Mesin dan Instalasi Rp 85.750.000 Rp 85.750.000

Akumulasi Penyusutan Rp 38.587.500 Rp 42.875.000

Perabot Rp 45.625.000 Rp 45.625.000

Akumulasi Penyusutan Rp 20.531.250 Rp 22.812.500

Kendaraan Rp 124.850.000 Rp 124.850.000

Akumulasi Penyusutan Rp 56.182.500 Rp 62.425.000

Alat Kerja Rp 35.200.000 Rp 35.200.000
Akumulasi Penyusutan Rp 15.840.000 Rp 17.600.000

Total Aktiva Rp 486.742.775 Rp 510.687.500

HUTANG DAN EKUITAS

III Hutang Jangka Pendek

Hutang Pihak Ke III Rp 34.850.700 Rp 30.550.000

Total Hutang Jangka Pendek Rp 34.850.700 Rp 30.550.000

IV Ekuitas

Modal + Laba Rp 451.892.075 Rp 480.137.500

Total Modal Rp 451.892.075 Rp 480.137.500

Total Hutang dan Ekuitas Rp 486.742.775 Rp 510.687.500

44

Tabel 4.2

Laba-Rugi Rumah Sakit Kristen Tayu

Periode 2004 dan 2005

Akun Saldo 2004 (Rp) Saldo 2005 (Rp)

A Pendapatan

Rawat Inap Rp 705.833.600 Rp 823.334.500

Rawat Jalan Rp 450.853.000 Rp 503.415.000

Lain-lain Rp 6.362.200 Rp 8.448.800

Total Pendapatan Rp 1.163.048.800 Rp 1.335.198.300

B Biaya-biaya
Gaji dan tunjangan Rp 444.030.500 Rp 479.122.000

Pensiun Rp 64.470.600 Rp 77.882.400

Uang lelah Rp 168.065.300 Rp 172.261.200

Pemakaian dapur Rp 57.249.100 Rp 68.996.600

Pemakaian logistik Rp 76.353.050 Rp 86.412.200

Pemakaian obat Rp 84.364.350 Rp 87.457.300

Pemakaian alat RT, suplies, dll Rp 23.296.800 Rp 27.187.300

Pemeliharaan gedung Rp 6.474.300 Rp 4.897.500

Listrik Rp 21.806.700 Rp 37.226.800

Telpon Rp 11.761.225 Rp 15.004.900

BBM Rp 12.057.300 Rp 18.229.200

PMI Rp 23.840.000 Rp 25.360.000

Perjalanan Dinas Rp 12.273.200 Rp 15.092.800

Foto Copy Rp 2.574.300 Rp 1.297.500

Akses Rp 26.241.950 Rp 28.967.800

Penyusutan Rp 24.805.125 Rp 24.805.125

Lain-lain Rp 1.200.900 Rp 1.287.600

Total Biaya Rp 1.060.864.700 Rp 1.171.528.225

Laba (Rugi) kotor Rp 102.184.100 Rp 163.670.075

Pajak Rp 10.218.410 Rp 16.367.007
Laba (Rugu) bersih Rp 91.965.690 Rp 147.294.068

Sumber : Lampiran I dan II

45

Pada Tebel 4.3 berikut disajikan ukuran hasil dari kinerja perspektif

keuangan secara menyeluruh.

Tabel 4.3

Rasio-rasio Keuangan RS Kristen Tayu

PATI 2004-2005

UKURAN Tahun

2004 2005

ROI (%) 18,98 % 28,84%

Rasio Efesiensi 7,9 % 7,3 %

Sumber : Lampiran I-IV dan VII

A. Indikator ROI

Indikator ROI bertujuan untuk mengukur peningkatan laba bersih

yang dihasilkan dari Rumah Sakit Kristen Tayu Pati pada tahun 2004-

2005 yang diukur dengan membagi prosentase laba bersih dengan total

aktova.

ROI tahun 2004

ROI = .486.742.775
.91.956.690

Rp

Rp

x 100%

ROI = 18,98%

ROI tahun 2005

ROI = 510.687.500

.147.294.068

Rp

Rp

x 100%

ROI = 28,84 %

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.3 di atas, dapat dilihat bahwa nilai ROI dari tahun 2004-2005

mengalami peningkatas sebesar 9,86% (28,84%-18,98% = 9,86%). Hal ini

berarti bahwa tingkat pengembalian atas investasi/Return On Investment

(ROI) yang dilakukan mengalami peningkatan yang baik yaitu sebesar

9,86% karena berdasarkan penilaian kelayakan usaha, apabila

tingkat ROI lebih dari 5 % berarti telah dianggaplayak / baik

(www.depkes.go.it/kebijakan/rs/pusk/sistem)
46

B. Indikator Rasio Efesiensi

Indicator Rasio Efesiensi bertujuan untuk melihat penurunan biaya

operasi dalam hubungannya dengan pendapatan yang digunakan oleh

Rumah Sakit Kristen Tayu pada tahun 2004-2005, yang diukur dengan

membandingkan pendapatan aktiva lancar.

Rasio Efesiensi tahun 2004

Rasio Efesiensi = .146.036.400

.1.163.048.800

Rp

Rp

x 100%

ROI = 18,98%

Rasio Efesiensi tahun 2005

Rasio Efesiensi = 181.786.250

.1.335.198.300

Rp

Rp

x 100%

ROI = 28,84 %
Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 4.3 di

atas dapat dilihat bahwa nilai rasio efesiensi dari tahun 2004-2005

mengalami peningkatan sebesr 0,6%( 7,9% - 7,3% = 0,6%). Hal ini berarti

bahwa rasio efesiensi Rumah Sakit menurun sehingga biaya operasi dapat

ditekan.

4.22. Kinerja Perspektif Konsumen

Basisi dari perspektif ini adalah menciptakan konsumen yang mampu

menghasilkan financial return tinggi. Hal tersebut dapat terwujud jika

perusahaan memperhatikan proses (aspek waktu, kualitas, kinerja dan

layanan) dan hasilnya berupa ukuran hasil (Out Come Measure) sebagai

parameter perspektif ini. Tetapi Rumah Sakit Kristen Tayu didirikan

bukan

sebagai    Unit   Usaha   yang   beroreintasi   (Profit   Oriented).   Kinerja

Perspektif

konsumen (pasien) diukur denganmenggunakanindikator kepuasan pasien

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati.

A. Indikator Kepuasan Pelanggan

47

Indicator kepuasan pelanggan bertujuan untuk mmengukur

peningkatan kepuasan pelanggan (pasien), pelanggan adalah orang yang
melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Kristen Tayu, yang diukur

idukur dengan mengisi daftar pertanyaan kusioner yang telah

disediakan. Pasien yang telah menjadi responden sebanyak 100 orang

pasien. Hal yang khusus dan mutlak yang harus dilakukan dari

kuesioner adalah jawaban dari kuesioner tersebut harus diuji validitas

dan reliabilitas. Pengujian tersebut diperlukan agar jawaban yang

diberikan benar-benar dapat mengukur apa yang hendak kita ukur.

 Uji Validitas


Suatu instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa

yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya

diukur. Bila instrument tidak valid, maka instrument tersebut tidak

bermanfaat bagi peniliti, karena tidak mengukur atau melakukan apa

yan seharusnya dilakukan.

Untuk melakukan uji validitas instrument penelitian digunakan

stsatistic factor analysis isgnificancy, nilai Loading Factor yang

dipakai adalah 0,4. Apabila nilai Loading Factor menunjukkan nilai

lebih besar dari 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid (Augusty

Feerdinand, 2002 :133). Pada tabel 4.4 berikut disajikan hasil uji

validitas untuk item-item pernyataan tentang Kepuasan Pasien.
Tebl 4.4

Hasil Uji Validitas – Dimensi Kepuasan Pasien

48

Pernyataan Loading Factor Validiy Keterangan

K1 0,721 0,4 valid

K2 0,688 0,4 valid

K3 0,690 0,4 valid

K4 0,622 0,4 valid

K5 0,791 0,4 valid

K6 0,687 0,4 valid

K7 0,547 0,4 valid

K8 0,609 0,4 valid

K9 0,594 0,4 valid

K10 0,736 0,4 valid

K11 0,606 0,4 valid

K12 0,585 0,4 valid

K13 0,730 0,4 valid

K14 0,717 0,4 valid

K15 0,612 0,4 valid

K16 0,664 0,4 valid
K17 0,696 0,4 valid

K18 0,668 0,4 valid

Sumber : Lampiran XXII

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 4.4 diatas dapat

dilihat bahwa nilai Loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai

kepuasan pasien memiliki nilsi loading factor di atas atau lebi besar

dari 0,4. sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing

pertanyaan mengenai Kepuasan Pasien dapat dikategorikan valid dan

memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reliabilitas dan

pengujian hipotesis

 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur dapat idpercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun,

1989:140). Teknik pengujian reliabilitas dalam penlitian ini

49

menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh Cronbach

Alpha (   )

Uji relibilitas dilakukan dengan melihat hasil Cronbach`s alpha

coefficientlebih besar dari 0,6 maka instrument penelitian dari
konstruk tersebut dapat dikatakan reliable (Ima Ghozali, 2001). Pada

tebel 4.5 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas untuk item-item

pernyataan mengenai kepuasan pasien.

Tebel 4.5

Hasil Uji Reliabilitas

Dimensi

Cronback`s

alpha

Reliability Keteranga

Kepuasan Pasien 0,9167 0,6 Reliabel

Sumber : Lampiran XXIII

Dari hasil uji reliabilitas yang disajikan pada tebel 4.5 di atas

diperoleh nilai cronbach`s alpha untuk dimensi kepuasan pasien sebesar

0,916>0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan

untuk kepuasan pasien adalah reliable. Pada tebl 4.7 berikut disajikan

ringkasan jawaban / tanggapan responden terhadap pelayanan rumah sakit.

Table 4.7

Statistic deskriptif kepuasan pasien

Variable Kisaran

teoritis
Kisaran

aktual Rata-rata Median

teoritis

Kepuasan

pasien 18 - 90 63 - 90 69,9800 54,000

Pengukuran variable tingkat kepuasan pasien menggunakan

50

instrumen Mun`im Azka (2001), terdiri dari 18 pertanyaan dengan skor 1

sampai 5. Tingkat kepuasan pasien tinggi dengan skala tinggi dan tingkat

kepuasan pasien rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil

pengukuran variabel tingkat kepuasan pasien, skor jawaban responden

berkisar 63-90 dengan kisaran teoritis 18 – 90. Dari tabel statistik

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepuasan pasien

sebesar 54 dan nilai rata-ratanya sebesar 63,9800, sehingga data

diketahui

bahwa tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini dalam kondisi yang

tinggi.

4.2.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis

Kinerja perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan

tiga indikator yaitu : Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR)
dan Net Death Rate (NDR). Hasil perhitungan dari ketiga indikator

perspektif proses bisnis internal dapat dilihat pada tabel 4. 8 berikut

:

Tabel 4.8

Kinerja Proses Internal RS Kristen Tayu

Pati 2004-2005

UKURAN Tahun

2004 2005

BTO (kali) 16,58 kali 19,39 kali

GDR (Permil) 45,8 permil 47,4 permil

NDR (Permil) 44,63 permil 30,03 permil

A. Indikator Bed Turnover Ratio (BTO)

Indikator Bed Turnover Ratio (BTO) bertujuan untuk mengukur

peningkatan Bed Turnover Ratio (BTO), yang diukur dengan

perbandingan antara jumlah pasien yang keluar dengan tempat tidur

yang siap pakai.

51

BTO tahun 2004

BTO =

200
3316

(kali)

BTO = 16,58 KALI

BTO tahun 2005

BTO =

200

3878

(kali)

BTO = 19,39 kali

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Bed Turnover ratio dari tahun

2004-

2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali (19,39 kali – 16,58 kali =

2,81 kali). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran tempat tidur

yang terisi terus meningkat, artinya jumlah pasien yang dapat tertangani

oleh rumah sakit Kristen Tayu semakin banyak, karena pada tahun 2005

terjadi peningkatan pasien sebesar 2,81 kali jika dibanding dengan tahun

2004

B. Indikator Gross Death Rate (GDR)

Indikator Gross Death Rate (GDR) bertujuan untuk mengukur
penurunan jumlah pasien yang meninggal dunia di rumah sakit tersebut,

yang diukur dengan membandingkan antara pasien meninggal dunia

dengan jumlah untuk tiap pasien keluar.

GDR tahun 2004

GDR =

3316

152

x 1000 permil

GDR = 45,8 permil

GDR tahun 2005

GDR =

3878

184

x 1000 permil

GDR = 47,4 permil

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai Gross Death Rate (GDR) dari tahun

2004-2005 mengalami peningkatan sebesar 1,6 permil (47,4 permil-45,8

permil = 1,6 permil). Hal ini berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan

rumah sakit Kristen Tayu baik dalam hal perawatan, pencegahan,
kecepatan serta keamanan terhadap pasien kurang memuaskan karena

52

jumlah pasien yang meninggal belum dapat diminimalisir.

C. Indikator Net Death Rate (NDR)

Indikator Net Death Rate (NDR) bertujuan untuk mengukur

penurunan jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit

tersebut, yang diukur dengan membandingkan antara jumlah pasien yang

meninggal setelah dirawat di rumah sakit selama lebih 48 jam dengan

tiap-tiap 1000 pasien yang keluar dari rumah sakit.

NDR tahun 2004

NDR =

3316

148

x 1000 permil

NDR = 44,63 permil

NDR tahun 2005

NDR =

3878

132

x 1000 permil
NDR = 34,03 permil

Berdasarkan data dan hasilperhitungan yang disajikan pada tabel

4.8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Net Death Rate (NDR) dari tahun

2004-2005 mengalami penurunan sebesar 1,04 permil (44,63 permil –

34,03 permil = 1,04 permil). Hal ini berarti bahwa kinerja yang

ditunjukkan rumah sakit Kristen Tayu dalam hal perawatan intensif dan

keamanan terhadap pasien cukup memuaskan karena jumlah pasien yang

meninggal setelah dirawat di rumah sakit selama lebih dari 48 jam sudah

dapat diminimalisir.

4.2.4 Kinerja Perspektif pertumbuhan dan Pembelajaran

Pengukuran kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

merupakan perspektif yang paling mendasar dalam Balance Scorecard.

Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diukur dengan

53

menggunakan indikator tiga indikator yaitu : Produktifitas karyawan,

Retensi Karyawan dan kepuasan karyawan. Produktifitas karyawan

ditentukan oleh kompetensi dan ketersediaan baik sarana maupun prasarana

untuk menjalankan aktifitasnya. Karyawan yang berkomitmen ditentukan

oleh kualitas lingkungan kinerjanya, yang tercermin dalam kepuasan

karyawan terhadap seluruh aspek oraganisasi. Sedangkan kepuasan
karyawan merupakan factor yang mempengaruhi tingkat produktifitas

karyawan.

Hasil perhitungan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

yang diukur dengan indikator produktifitas karyawan dan retensi karyawan

dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9

Kinerja Pertumbuhan dan Pembelajaran RS Kristen Tayu

Pati 2004-2005

UKURAN Tahun

2004 2005

Produktifitas karyawan Rp 282.276,51/karyawan Rp 429.580,24/karyawan

Retensi karyawa 2,2 % 2,8 %

Kepuasan karyawan - -

Sumber : Lampiran X, VI dan I-II

A. Indikator Produktifitas Karyawan

Indikator produktifitas karyawan bertujuan untuk mengukur

peningkatan produktifitas karyawan, yang diukur dengan

membandingkan laba operasi dengan total karyawan.

Produktifitas karyawan 2004

Produktifitas karyawan =
362

Rp102.184.100

Produktifitas karyawan = Rp 282.276,51 perkaryawan

54

Produktifitas karyawan 2005

Produktifitas karyawan =

381

Rp163.670,075

Produktifitas karyawan = Rp 429.580,24

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai produktifitas karyawan mengalami

peningkatan dari tahun 2004-2005 sebesar 147.303,73 perkaryawan

(429.580,24-282.276,51 = Rp 147.303,73 perkaryawan). Hal ini berarti

bahwa karyawan rumah sakit memiliki semangat dan etos kerja tinggi

dalam menjalankan tanggung jawab yang telah dibebankan.

B. Indikator Retensi Karyawan

Indikator Retensi karyawan bertujuan untuk mengukur penurunan

jumlah karyawan yang keluar, yang diukur dengan membandingkan

antara jumlah karyawan dengan total karyawan.

Retensi Karyawan tahun 2004
Retensi Karyawan =

362

8

x 100%

Retensi Karyawan = 2,2 %

Retensi Karyawan tahun 2005

Retensi Karyawan =

381

11

x 100%

Retensi Karyawan = 2,8 %

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel

4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai retensi karyawan dari tahun 2004-

2005 mengalami peningkatan sebesar 0,6% (2,8%-2,2% = 0,6%). Hal ini

berarti bahwa kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan

55

hubungan yang baik dengan karyawan dapat dikategorikan belum

berhasil. Hali ini dikarenakan jumlah karyawan yang kelaur bekerja dari

rumah sakit tidak mengalami penurunan.

C. Kepuasan Karyawan
Indikator kepuasan karyawan bertujuan untuk mengukur

peningkatan kepuasan karyawan, yang diukur dengan mengisi daftar

pertanyaan kuesioner yang telah disediakan. Karyawan yang menjadi

responden sebanyak 78 karyawan.

 Uji Validitas


Pada tebel 4.10 berikut disajikan hasil uji validitas untuk item-item

pernyataan tentang semangat kerja.

Tabel.4.10

Hasil Uji Validitas-Dimensi Semangat Kerja

Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan

SK1 0,870 0,4 Valid

SK2 0,870 0,4 Valid

Sumber : lampiran XIII

Hasil uji validitas pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai semangat

kerja memiliki nilai loading factor di atas atau lebih besar dari 0,4.

sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pertanyaan

mengenai semangat kerja karyawan dapat dikatergorikan valid dan

memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reliabilitas dan

pengujian hipotesis.
Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas-Dimensi Kepemimpinan

56

Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan

KP1 0,691 0,4 Valid

KP2 0,717 0,4 Valid

KP3 0,812 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XIII

Hasil uji validitas pada tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai

kepemimpinan memiliki nilai loading factor di atas atau lebih besar

dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing

pertanyaan mengenai kepemimpinan karyawan dapat dikategorikan

valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas

dan pengujian hipotesis.

Tabel 4.12

Hasil Uji Validitas – Dimensi Motivasi

Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan

MV1 0,770 0,4 Valid

MV2 0,909 0,4 Valid
MV3 0,784 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XIV

Hasil Uji validitas pada tebel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai motivasi

memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai

motivasi karyawan dapat dikategorikan valid dan memenuhi syarat

untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian hepotesis.

Tabel 4.13

Hasil Validitas-Dimensi Komunikasi

Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan

57

K1 0,671 0,4 Valid

K2 0,820 0,4 Valid

K3 0,763 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XIV

Hasil Uji validitas pada tebel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai komunikasi

memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai
komunikasi karyawan dapat dikategorikan valid dan memenuhi

syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian

hepotesis.

Tabel 4.14

Hasil Validitas-Dimensi Kondisi fisik tempat kerja

Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan

K1 0,671 0,4 Valid

K2 0,820 0,4 Valid

K3 0,763 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XV

Hasil Uji validitas pada tebel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai kondisi fisik

tempat kerja memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan

mengenai kondisi fisik tempat kerja dapat dikategorikan valid dan

memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan

pengujian hepotesis.

Tabel 4.15

Hasil Validitas-Dimensi tanggapan keputusan karyawan total

terhadap rumah sakit
58

Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan

KKT1 0,759 0,4 Valid

KKT2 0,620 0,4 Valid

KKT3 0,859 0,4 Valid

KKT4 0,806 0,4 Valid

KKT5 0,845 0,4 Valid

Sumber : Lampiran XV

Hasil Uji Validitas pada tebel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa

nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai tanggapan

keputusan karyawan total terhadap rumah sakit memiliki nilai

loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai tanggapan

keputusan karyawan total terhadap rumah sakit dapat dikategorikan

valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas

dan pengujian hepotesis

 Uji Reliabilitas


Pada tabel 4.16 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas itemitem

pernyataan dari semua dimensi.
Tabel 4.16

Hasil Uji Reliabilitas

Dimensi

Cronbach`s

alpha

Reliability Keterangan

Semangat kerja 0,6748 0,6 Reliabel

Kepemimpinan 0,7285 0,6 Reliabel

Motivasi 0,7605 0,6 Reliabel

Komunikasi 0,6024 0,6 Reliabel

Kondisi fisik tmp kerja 0,7203 0,6 Reliabel

Keputusan karyawan total 0,8398 0,6 Reliabel

Sumber : Lampiran XVI-XXI

59

Dari hasil uji reabilitas yang dsiajikan dalam tabel 4.16 di atas

diperoleh nilai Cronbach`s alpha untuk seluruh dimensi kepuasan

karyawan sebesar lebih dari 0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

seluruh butir pernyataan untuk kepuasan karyawan adalah Reliabel.

Hasil Pengujian Hipotesis

Statistik Deskriptif
Analisis stastistik deskriptf dilakukan berdasarkan jawaban dari 78

responden melalui kuestioner, untuk memberikan gambaran

mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu semangat

kerja, kepuasan karyawan. Hasil pengolahan data mengenai statistic

deskriptif disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.16

Statistik Deskriptif Variabel

Variabel

Kisaran

teoritis

Kisaran

aktual

Rata-rata

Median

teoritis

Semangat kerja 2 – 10 6 – 10 8,1282 6,0000

Kepemimpinan 3 – 15 9 – 15 13,1410 9,0000

Motivasi 3 – 15 13 – 15 12,2179 9,0000

Komunikasi 3 – 15 9 – 14 12,3205 9,0000

Kondisi fisik tempat kerja 3 – 15 9 – 14 12,1262 9,0000
Keputusan karyawan 5 – 25 14 – 24 20,5000 15,0000

Pengukuran variabel tingkat semangat kerja menggunakan

instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 2 pernyataan dengan

skor 1 sampai 5. tingkat semangat kerja tinggi dengan skala tinggi

60

dan tingkat semangat rendah dengan skala renadah. Berdasarkan

hasil pengukuran variabel tingkat semangat kerja sebesar 6 – 10

dengan kisaran teoritis 2-10. dari tebel statistic deskriptif, nilai

median teoritis untuk variabel tingkat semangat kerja sebesar 6 dan

nilai rata-ratanya sebesar 8.1282, sehingga data diketahui bahwa

tingkat semangat kerja dalam penelitian ini dalam kondisi yang

tinggi.

Pengukuran variabel tingkat semangat kerja menggunakan

instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan

skor 1 sampai 5. tingkat kepemimpinan tinggi dengan skala tinggi

dan tingkat kepemimpinan rendah dengan skala rendah. Berdasarkan

hasil pengukuran variabel kepemimpinan skor jawaban responden

berkisar 9-15 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepemimpinan

sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 13.1410, sehingga data
diketahui bahwa tingkat kepemimpinan dalam penelitian ini dalam

kondisi yang tinggi.

Pengukuran variabel tingkat motivasi menggunakan

instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan

skor 1 sampai 5. tingkat motivasi tinggi dengan skala tinggi dan

tingkat motivasi rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil

pengukuran variabel tingkat motivasi skor jawaban responden

berkisar 13-15 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik

61

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat motivasi

sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.21779, sehingga data

diketahui bahwa tingkat komunikasi dalam penelitian ini dalam

kondisi yang tinggi.

Pengukuran variabel tingkat komuniasi menggunakan

instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan

skor 1 sampai 5. tingkat komuniasi tinggi dengan skala tinggi dan

tingkat komuniasi rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil

pengukuran variabel tingkat komuniasi skor jawaban responden

berkisar 9 -14 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik

deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat komuniasi
sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.3205, sehingga data

diketahui bahwa tingkat komuniasi dalam penelitian ini dalam

kondisi yang tinggi.

Pengukuran variabel tingkat kondisi fisik tempat kerja

menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3

pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat kondisi fisik tempat kerja

tinggi dengan skala tinggi dan tingkat kondisi fisik tempat kerja

rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel

tingkat kondisi fisik tempat kerja skor jawaban responden berkisar 9

-14 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik deskriptif, nilai

median teoritis untuk variabel tingkat kondisi fisik tempat kerja

sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.1229, sehingga data

62

diketahui bahwa tingkat kondisi fisik tempat kerja dalam penelitian

ini dalam kondisi yang tinggi.

Pengukuran variabel tingkat kepuasan karyawan

menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 5

pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat kepuasan karyawan

tinggi dengan skala tinggi dan tingkat kepuasan karyawan rendah

dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tingkat
kepuasan karyawan skor jawaban responden berkisar 14 -24 dengan

kisaran teoritis 5-25. dari tebel statistik deskriptif, nilai median

teoritis untuk variabel tingkat kepuasan karyawan sebesar 15 dan

nilai rata-ratanya sebesar 20.5000, sehingga data diketahui bahwa

tingkat kepuasan karyawan dalam penelitian ini dalam kondisi yang

tinggi.

4.2.5 Hasil Keseluruhan Analisis Balance Scorecard

Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang

sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami

peningkatan pada tahun 2005 sebesar 9,86% dan indikator rasio efesiensi

yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 % peningkatan kedua

indikator tersebut telah melebihi keukuran kelayakan usaha.

Kinerja yang diperlihatkan pada perspektif konsumen (pasien) secara

umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban atau tanggapan rata-rata pasien 69,9800 ini masuk pada ketegori

tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit Kristen Tayu

63

sudah memperhatikan kepuasan pelanggan labih baik lagi.

Hasil kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang diukur

dengan tiga indikator yaitu BTO, NDR, dan GDR secara umum
memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan terhadap meningkatnya

kepercayaan konsumen (pasien) untuk berobat di rumah sakit yang sangat

cepat dan efektif. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai BTO tahun

2004-

2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah

pasien rawat inap yang telah dirawat lebihd dari 48 jam sudah memuaskan,

hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar 1,04%. Meskipun nilai

GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan 3 indikator yaitu produktifitas karyawan, retensi karyawan

dan kepuasan karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik,

hal ini juga dapat berdampak pada peningkatan kualitas karyawan yang

ujungnya bermuara pada kepuasan pelanggan dalam melayani pelanggan.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktifitas karyawan yang mengalami

peningkatan sebesar 147.303,73 dan hasil survei terhadap karyawan rasa

puas mereka terhadap kebijaksanaan rumah sakit. Retensi karyawan

mengalami peningkatan sebesar 0,6 % berarti bahwa kemampuan rumah skit

untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat

dikatakan belum berhasil hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas

dan
tingkat produktifitas karyawan.

64

65

66

Tabel 4.23

Tabulasi Perbandingan Hasil Perhitungan Balance Scorecard

Jenis Variabel Hasil Selama

Tahun 2004-2005

Tahun

2004 2005 Keterangan

Perspektif Keuangan Baik

ROI Peningkatan ROI 9,86 % 18,98 % 28,84 % Peningkatan ROI berarti

Pengembalian tingkat investasi

meningkat, hal ini berarti

pengelolaan keuangan atas

investasi investor dapat

dikategorikan baik atau efisien.

Rasio Efisiensi Peningkatan Rasio Efisiensi

3,13%

7,9 % 11,03 %
Prespektif Konsumen Baik

Kepuasan Pasien Kepuasan Pasien tinggi ratarata

69,98 dengan

medienteoritis 54

- Tinggi Kepuasan pasien yang tinggi

menunjukkan pasien merasa

puas terhadap pelayanan Rumah

Sakit. Hal ini berarti Rumah

sakit sudah mampu melayani

pelanggan secara maksimal

Prespektif Proses Bisnis

Internal

Baik

BTO Peningkatan BTO 2.81 kali 16,58 kali 19,39 kali Peningkatan BTO ini

mengakibatkan Semakin banyak

Pasien berobat ke rumah sakit.

Hal ini berarti tingkat

keparcayaan pasien terhadap

pelayanan rumah sakit

meningkat
66

41

GDR Peningkatan GDR 1,6 permil 45,8 Permil 47,4 Permil Pelayanan

pencegahan dan

kecepatan kurang memadai. Hal

ini berarti bahwa ruhah sakit perlu

meningkatkan kinerja kualitas

pelayanan dalam hal penanganan

dini.

NDR Penurunan NDR 1,04 Permil 44,63 Permil 30,03 Permil Perawatan

intensif dan keamanan

memadai. Hal ini berarti kualitas

perawatan intensif mengalami

peningkatan.

Perspektif Pertumbuhan dan

Pembelajaran

67 42




Baik

Produktifitas
Karyawan

Peningkatan Produktifitas

Karyawan

Rp. 147.303,73

per karyawan

Rp. 282.267,51

per karyawan

Rp.429.580,24

per karyawan

Memiliki semangat dan etos

kerja yang tinggi dan

berkualitas

Retensi Karyawan Peningkatan Retensi

Karyawan 0,6%

2,2% 2,8% Belum mampu

mempertahankan hubungan

baik antar karyawan

Kepuasan

Karyawan

Kepuasan Karyawan
bernilai 4,11

- Puas Karyawan merasa puas

dengan kebijakan manjemen

yang berlaku

Kesimpulan Balance

Scorecard

Secara   keseluruhan   penilaian   kinerja       rumah   sakit   Kristen   Tayu

menggunakan analisis balance

scorecard menunjukkan hasil yang baik karena tiap perspektif menunjukkan

hasil yang baik,

tetapi   perlu   dilakukan   pembenahan   atau     peningkatan   kinerja   pada

indikator perspektif yang belum

menunjukkan kinerja yang maksimal.

68

BAB V

KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja Perspektif Keuangan dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan dua indikator rasio keuangan yaitu: Return On Invesment

(ROI) dan Rasio Efesiensi. Secara umum pada perspektif keuangan

menunjukkan hasil yang sudah maksimal. Hal ini dapat dilihat dari

indikator ROI yang mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar

9,86 % dan indikator Rasio Efesiensi yang juga mengalami peningkatan

sebesar 0,6 % meskipun peningkatan kedua indikator tersebut tidak

terlalu signifikan.dikarenakan rumah sakit Kristen tayu 50% pasiennya

adalah pasien dankin (dana kemiskinan) oleh pemeruntah.

2. Kinerja Perspektif konsumen (pasien) diukur dengan menggunakan

indikator kepuasan pasien Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Berdasarkan

hasil survey pada 100 pasien rumah sakit dapat diketahui bahwa secara

umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat

dari jawaban/tanggapan pasien menunjukkan nilai sebesar 3,88, nilai

masuk kategori ragu-ragu. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum

Rumah Sakit Kristen Tayu belum benar-benar memperhatikan kepuasan

pelanggan dan diharapkan prestasi ini dapat lebih ditingkatkan.

69

3. Kinerja Perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan

indikator tiga indikator yaitu: Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death

Rate (GDR) dan Net Death Rate (NDR) secara umum memperlihatkan
bahwa kinerja pelayanan terhadap pasien semakin baik. Hal ini dapat

dilihat bahwa dari nilai Bed Turnover Ratio dari tahun 2004-2005

mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah

pasien yang dapat tertangani oleh rumah sakit Kristen Tayu semakin

banyak dan pasien rawat inap yang telah dirawat lebih dari 48 jam

sudah memuaskan, hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar

1,04 %. Meskipun Nilai GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan

yang cukup signifikan.

4. Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran diukur dengan

menggunakan indikator tiga indikator yaitu: Produktifitas karyawan,

Retensi Karyawan dan Kepuasan Karyawan secara umum telah

menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

produktivitas karyawan yang mengalami peningkatan sebesar

Rp.147.303,73 per karyawan dan hasil survey terhadap karyawan yang

juga menunjukkan rasa puas mereka terhadap kebijakan rumah sakit

selama mereka bekerja. Meskipun jika dilihat dari indikator rentensi

karyawan mengalami peningkatan sebesar 0,6 % yang berarti bahwa

kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan hubungan yang baik

dengan karyawan dapat dikategorikan belum berhasil. Dalam hal ini

pihak manajemen rumah sakit perlu mengadakan evaluasi dan mencari
70

informasi, perihal apa yang menyebabkan tingkat retensi karyawan

mengalami peningkatan. Sehingga diharapkan dimasa yang akan

datang tingkat retensi karyawan dapat menurun yang berarti bahwa

keharmonisan hubungan dengan karyawan semakin meningkat. Hal ini

akan berdampak pada tingkat loyalitas dan tingkat produktivitas

karyawan yang tinggi.

5.2. Keterbatasan

Adapun keterbatasan pada penelitian ini yaitu :

1. Jangka waktu pengamatan penelitian ini hanya dua tahun, sehingga

kurang menggambarkan kondisi dalam jangka panjang.

2. Pengukuran kinerja pada penelitian ini hanya mendasarkan pada

indikator-indikator yang terbatas pada tersedianya data yang digunakan.

5.3. Saran

Dari kesimpulan dan keterbatasan yang telah diuraikan di atas, ada

beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak rumah sakit

Kristen Tayu Pati, yaitu :

1. Pihak manajemen khususnya Sub. Bag Keuangan harus lebih

meningkatkan kinerja keuangan, dengan lebih menekan biaya-biaya

operasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal. Meskipun
rumah sakit bukan merupakan lembaga yang berorientasi pada profit,

tetapi kinerja keuangan harus tetap diperhatikan dan ditingkatkan demi

kelangsungan hidup rumah sakit.

71

2. Pada perspektif bisnis internal khususnya yang diproksi dengan Gross

Death Rate (GDR) masih velum menunjukkan kinerja yang maksimal,

oleh karena itu pihak rumah sakit harus lebih meningkatkan kualitas

pelayanan dan profesionalitas dengan memberikan pelatihan dan

pendidikan intensif, agar dalam menangani pasien lebih efektif dan

efisien sehingga angka Gross Death Rate dapat menurun..

3. Kinerja perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran rumah sakit perlu

lebih ditingkatkan khususnya yang diukur dengan retensi karyawan

yang masih belum belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal

ini pihak rumah sakit perlu lebih meningkatkan kompetensi akryawan

dan melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan manajemen,

demi menjaga hubungan baik antar karyawan dan meningkatkan

kualitas dan pelayanan.

4. Kinerja perspektif pelanggan juga masih belum menunjukkan hasil yang

optimal. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit perlu lebih

meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalismenya dan mencari
sebab-sebab mengapa maupun dalam hal apa yang menyebabkan

pelanggan (pasien) merasa kurang puas dengan pelayanan rumah sakit

selama ini mengingat rumah sakit merupakan bidang pelayanan jasa

kesehatan dan wajib memperhatikan kepuasan pelanggannya.

72

SUMMARY

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI

TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA

BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT

(Studi Kasusu Pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati)

Disusun Oleh :

Nama : Aji Dwi Prihananto

NIM : 99.60.0657

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2006

73
74

ABSTRAKSI

Pengukuran kinerja merupakan suatu hal penting

bagi sebuah unit bisnis. Pengukuran kinerja

Balance

Scorecard menyangkut empat perspektif yaitu :

Perspektif   Keuangan,   Perspektif   Pelanggan,

Perspektif

Proses Bisnis Internal dan Perspektif Belajar

dan

Berkembang. Penulis memilih menggunakan Rumah

Sakit Kristen Tayu karena selama ini pengukuran

kinerja yang dilakukan perusahaan masih menitik

beratkan pada aspek keuangan. Metode pengujian
instrument   penelitian   yang   digunakan    yaitu

pengujian

validitas dan pengujian realibilitas.Berdasarkan

hasil

penelitian yang sudah dilakukan penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut,Perspektif

Keuangan,pertumbuhan ROI dan Rasio Efisiensi

mengalami peningkatan, menujukan keuangan

meningkat. Perspektif Pelanggan, mampu

mempertahankan dan menarik minat pelanggan dan

mampu memuaskan pelanggan. Perspktif Proses

Bisnis Internal, mampu memberikan fasilitas
pelayanan             yang         baik      walaupun           pelayanan

pencegahan

dan kecepatan kurang memadai. Perspektif Belajar

dan

Berkembang, mampu mempertahankan karyawan dan

mampu memuaskan karyawan.

75

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan

yang   baik   merupakan   faktor   penting   yang   harus   diperhatikan   oleh

perusahaan.

Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang didesain

sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan menggunakan

sistem manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan usaha maka
perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting

bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk

menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan

dalam perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya

menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai

tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh

imbalan yang baik dari perusahaan.

Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi

keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat

ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka

panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik

dalam   jangka   pendek   dapat   terjadi   karena   perusahaan   melakukan

investasiinvestasi

demi kekepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan

ini, maka diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja

perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan,

pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang

(Ali

Mutasowifin, 2002 : 245).
Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek

keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan

76

Balanced Scorecard. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para

manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka

melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan

kepentingan-kepentingan masa yang akan datang.

Rumah Sakit adalah bentuk organisasi pengelola jasa pelayanan

kesehatan individual secara menyeluruh. Di dalam organisasinya terdapat

banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis

profesi,

baik profesi medik, paramedik maupun non-medik. Untuk dapat

menjalankan fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh

yang dimulai dari proses perencanaan strategik (renstra), baik untuk

jangka

panjang maupun jangka pendek. Suatu renstra dapat disebut baik apabila

perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti secara praktis ke dalam

programprogram

operasional yang berorientasi kepada economic - equity - quality.

Artinya rumah sakit dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala
lapisan masyarakat dan berkualitas.

Memasuki era globalisasi perdagangan antarnegara sejak 2003 ini,

pimpinan rumah sakit di Indonesia perlu memfokuskan strategi

perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga

betul-betul siap dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era

tersebut,

para konsumen bebas memilih rumah sakit mana yang mampu memberikan

pelayanan   memuaskan,   profesional   dengan   harga   bersaing,   sehingga

strategi

dan kinerja rumah sakit pun harus berorientasi pada keinginan pelanggan

tersebut. Untuk itu diterapkan balanced scorecard (BSC) yang diharapkan

menjawab tuntutan dan tantangan zaman.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati sebagai rumah sakit rujukan

pelayanan kesehatan di daerah sekitar murya dalam era kesejagatan

(globalisasi), disatu pihak diperhadapkan pada kekuatan-kekuatan dan

masalah-masalah interen yang ada, sedangkan di lain pihak secara,

bersamaan juga diperhadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai

faktor peluang dan tantangan yang senantiasa berkembang dinamis. Oleh

karena itu untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi

77
masyarakat perlu disusun Visi Misi, Tujuan, Sasaran serta Indikator

keberhasilan yang dirampungkan dalam bentuk Rencana Stratejik

(RENSTRA). Indikator keberhasilan merupakan alat ukur yang harus

dievaluasi secara periodik berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam

bentuk finansial tapi juga dengan indikatoryang lain seperti pelangan,

bisnis

inernal juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan

bahan untuk mengendalikan arah dan mutu pelayanan kesehatan agar visi

yang telah ditetapkan benar-benar dapat diwujudkan.

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati merupakan salah satu Rumah Sakit

Umum di Tayu yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara

propesonalisme dan meningkatkan mutu terus-menerus. Memaksa pihak

Rumah Sakit Kristen Tayu Pati untuk selalu memperbaiki kinerjanya, agar

dapat menambah kepercayaan masyarakat atas Rumah Sakit Kristen Tayu

Pati. Kepercayaan ini sangatlah penting, mengingat masyarakat merupakan

pengguna jasanya. Diharapkan dengan peningkatan kepercayaan

masyarakat terhadap Rumah Sakit menpunyai dampak pada pendapatan

Rumah Sakit.

Melihat fenomena tersebut di atas, maka perlu digunakan alternatif

penilaian kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu dengan menggunakan
Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur karena dalam

menilai kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan

saja, tetapi juga dinilai dari aspek nonkeuangan.

Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dalam penelitian ini

mengambil judul “PENERAPAN BALANCED SCORECARD

SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA BADAN

USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah

Sakit Kristen Tayu Pati)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja

manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu diukur dengan menggunakan

78

Balanced Scorecard ?

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah oleh peneliti dengan maksud agar pembahasan

dapat lebih terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai

penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja manajemen Rumah

Sakit Kristen Tayu ditinjau dari 4 aspek yaitu aspek keuangan (ROI dan

Profit Margin), Pelanggan (kepuasan pelanggan), Proses Bisnis Internal
(BTO, GDR, NDR), serta pembelajaran dan Pertumbuhan (Produktivitas

karyawan, Rentensi karyawan, Kepuasan karyawan) tahun 2004 – 2005.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran penggunaan Balanced Scorecard terhadap

penilaian kinerja rumah sakit.

2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana penerapan Balanced Scorecard

sebagai alat analisis yang komprehensif dan koheren pada suatu

perusahaan.

3. Memberikan suatu alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang

memperhatikan aspek finasial dan aspek nonfinasial.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan sebagai berikut :

a. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam

menilai kinerja manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu.

b. Menambah wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai

pentingnya faktor-faktor nonfinancial yang mempengaruhi kinerja

manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan

dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian

yang menyangkut kinerja manajemen suatu badan usaha berbentuk

79

Rumah Sakit Kristen Tayu.

1.4. Kerangka Pemikiran

Dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja dengan

menggunakan system pengukuran kinerja yang di sebut BALANCED

SCORECARD kepada sebuah perusahaan atau organisasi public yang belum

mengenal sistem pengukapan kinerja tersebut. BALANCED SCORECARD

di kembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai

alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk

merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas

organisasi. BALANCED SCORECARD merupakan solusi terbaik dalam

pengukuran kinerja bisnis.

Empat perspekif utama di sorot melalui BALANCED SCORECARD

yaitu:

1. Perpektif keuangan

2. Perpektif konsumen atau pelanggan

3. Perpektif proses internal bisnis
4. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan

Dalam BALANCED SCORECARD. Keempat perspektif tersebut

menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan

indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan memiliki

hubungan sebab akibat.

Seperti yang telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi

perusahan     jasa   yang   mempunyai   kontak   tinggi   sangat   dibutuhkan.

Penelitian

ini bertujuan untuk menerapkan konsep BALANCED SCORECARD pada

Rumah Sakit Kristen Tayu.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

Gambar 1.1.

Kerangka Pemikiran

80

1.1. BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penilaian Kinerja

Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau
seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

periode, seiring

dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu

atau yang

Penerapan BSC pada

organisasi sektor swasta

Perspektif keuangan bukan merupakan

perspektif satu-satunya sebagai indikator

penilaian kinerja

Penerapan BSC pada organisasi sektor

publik (RSK Tayu Pati)

Keuangan

Pelanggan

Lap. keuangan perusahaan Pendukung non keuangan dan

menentukan tingkat pelayanan

Customer satisfaction, customer

profitabilitas dan pangsa pasar

Proses Bisnis Internal

Inovasi dan operasi

Pembelajaran dan

Pertumbuhan

Kemampuan karyawan,

kemampuan sistem informasi,
motivasi, pemberdayaan dan

keserasian individu perusahaan

Menentukan

pencapaian misi dan

visi

Menunjukkan atau memberikan

gambaran kinerja perusahaan

berdasarkan konsep Balanced

Scorecard

81

diproyeksikan,        suatu   dasar   efisiensi,   pertanggung     jawaban   atau

akuntabilitas

manajemen dan semacamnya (Fauzi, 1995 : 207).

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam

mencapai     tujuan    organisasi.    Mulyadi   (1997   :   419)   mendefinisikan

penilaian

kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu

organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar

dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada

dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja

sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam
melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan kontribusi

untuk menjadikan organisasi sebagai suatu institusi yang unggul di

kelasnya. Jika keberhasilan organisasi untuk mengadakan institusi yang

unggul ditentukan oleh berbagai faktor maka berbagai faktor yang

menentukan keberhasilan perusahaan (succes factor) untuk menjadikan

organisasi suatu institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai

pengukur

keberhasilan personal. Dengan demikian, dibutuhkan suatu penilaian

kinerja

yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem

penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan

kinerja yang diharapkan oleh organisasi.

2.2 Balanced Scorecard

Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi

yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi

perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara

untuk mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer

di seluruh organisasi. Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana

perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin Widjaja
Tunggal, 2002 : 1).

Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton

(1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat

perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan,

82

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard menekankan bahwa

pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari

informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi.

Tujuan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya

penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada,

melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down)

berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi

tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih

nyata

(Teuku Mirza, 1997 : 14).

Sumber : Mulyadi & Setyawan 1999. Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen

Gambar 2.1

Penjabaran visi ke dalam tujuan dan sasaran strategi

1. Komunikasi & hubungan
Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan

apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi

keinginan para pemegang saham konsumen karena untuk tujuan tersebut

dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu Scorecard

menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari 3 kegiatan :

a. Communicating dan education

b. Setting goal

c. Linking reward to performance measure

2. Rencana Bisnis

Visi

Tujuan

(goal)

Tujuan

(goal)

Tujuan

(goal)

Sasaran Strategik

(strategic objectives)

Sasaran Strategik

(strategic objectives)
Sasaran Strategik

(strategic objectives)

83

Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan

antara bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi

pada saat ini mengimplementasikan berbagai macam program yang

mempunyai keunggulan masing-masing yang saling bersaing antara satu

dengan yang lain, sehingga akan menyulitkan manajer untuk

mengintegrasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap

departemen. Dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai dasar

untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih

penting untuk diprioritaskan akan menggerakkan mereka ke arah tujuan

jangka panjang perusahaan menyeluruh.

3. Umpan balik dan pembelajaran

Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat system manajemen

perusahaan maka perusahaan tersebut akan dapat melakukan monitor

terhadap apa yang dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek dari

tiga perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard yaitu konsumen,

proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan akan

dijadikan sebagai umpan balik dalam mengevaluasi strategi dalam
kinerja.

2.3 Kinerja Perspektif Keuangan

Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi

perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan

konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan

ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15).

Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran strategic,

inisiatif strategic dan implementasinya mampu memberikan kontribusi

dalam

menghasilkan laba bagi perusahaan, Kaplan & Norton (1996 : 48)

mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu :

a. Pertumbuhan (growth)

Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus

84

kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau

jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik

sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak.

Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasi

dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal

investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada
tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat

pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

b. Bertahan (Sustain Stage)

Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih

melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian

yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan

pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin.

Secara konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada

strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini

diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang

dilakukan.

c. Menuai (Harvest)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap

dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat

pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi

lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan

fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan

baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang

masuk ke perusahaan.

Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy
Proposal rosy

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Balanced score card
Balanced score cardBalanced score card
Balanced score card
ahmadbijan
 
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Agus Witono
 
Gcg penelitian kualittif dan resear library
Gcg penelitian kualittif dan resear libraryGcg penelitian kualittif dan resear library
Gcg penelitian kualittif dan resear library
gustinam7808
 
Persentase spm
Persentase spmPersentase spm
Persentase spm
re04
 
Maklah evaluasi kinerja uts mirna baru
Maklah evaluasi kinerja uts mirna baruMaklah evaluasi kinerja uts mirna baru
Maklah evaluasi kinerja uts mirna baru
Mirna Angia
 
3. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
3. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...3. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
3. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
Ryan Isni
 

Was ist angesagt? (20)

2 4-1-pb
2 4-1-pb2 4-1-pb
2 4-1-pb
 
2691 6997-1-pb
2691 6997-1-pb2691 6997-1-pb
2691 6997-1-pb
 
833 2803-1-sm
833 2803-1-sm833 2803-1-sm
833 2803-1-sm
 
Balanced score card
Balanced score cardBalanced score card
Balanced score card
 
Balanced scorecard
Balanced scorecardBalanced scorecard
Balanced scorecard
 
Memahami Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORING
Memahami  Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORINGMemahami  Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORING
Memahami Perspektif BALANCE SCORECARD (BSC) _Materi Training CREDIT SCORING
 
Makalah bsc
Makalah bscMakalah bsc
Makalah bsc
 
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
Ferdinandus agung balanced_scorecard_sebagai_alat_pengukuran_kinerja_manajeme...
 
Memahami 4 Perspektif BALANCED SCORECARD
Memahami  4 Perspektif BALANCED SCORECARDMemahami  4 Perspektif BALANCED SCORECARD
Memahami 4 Perspektif BALANCED SCORECARD
 
Balance Scorecard
Balance ScorecardBalance Scorecard
Balance Scorecard
 
Tugas akmen2
Tugas akmen2Tugas akmen2
Tugas akmen2
 
Gcg penelitian kualittif dan resear library
Gcg penelitian kualittif dan resear libraryGcg penelitian kualittif dan resear library
Gcg penelitian kualittif dan resear library
 
Makalah pak ade smstr 2 uas
Makalah pak ade smstr 2 uasMakalah pak ade smstr 2 uas
Makalah pak ade smstr 2 uas
 
Makalah evaluasi kinerja &amp; kompensasi 2
Makalah evaluasi kinerja &amp; kompensasi 2Makalah evaluasi kinerja &amp; kompensasi 2
Makalah evaluasi kinerja &amp; kompensasi 2
 
Persentase spm
Persentase spmPersentase spm
Persentase spm
 
Taufiq (framework)
Taufiq (framework)Taufiq (framework)
Taufiq (framework)
 
Analisi visi bank permata
Analisi visi bank permataAnalisi visi bank permata
Analisi visi bank permata
 
Maklah evaluasi kinerja uts mirna baru
Maklah evaluasi kinerja uts mirna baruMaklah evaluasi kinerja uts mirna baru
Maklah evaluasi kinerja uts mirna baru
 
3. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
3. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...3. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
3. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
 
4.audit sdm
4.audit sdm4.audit sdm
4.audit sdm
 

Andere mochten auch

Descriptive analysis
Descriptive analysisDescriptive analysis
Descriptive analysis
tandurpaica
 
Jurnal 12763
Jurnal 12763Jurnal 12763
Jurnal 12763
ranti1986
 
Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Organisasi Publik
Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Organisasi PublikPerencanaan Sumber Daya Manusia pada Organisasi Publik
Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Organisasi Publik
Sansan Santika Rizki
 
Perencanaan sdm-1226716100030190-8
Perencanaan sdm-1226716100030190-8Perencanaan sdm-1226716100030190-8
Perencanaan sdm-1226716100030190-8
Mizuhashi Yuki
 
Perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusiaPerencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusia
Adrian Tabeney
 
Strategi perencanaan sumber daya manusia yang efektif
Strategi perencanaan sumber daya manusia yang efektifStrategi perencanaan sumber daya manusia yang efektif
Strategi perencanaan sumber daya manusia yang efektif
tandurpaica
 
Contoh business plan
Contoh business planContoh business plan
Contoh business plan
Uraura Ura
 

Andere mochten auch (20)

Descriptive analysis
Descriptive analysisDescriptive analysis
Descriptive analysis
 
perencanaan SDM
perencanaan SDMperencanaan SDM
perencanaan SDM
 
Jurnal 12763
Jurnal 12763Jurnal 12763
Jurnal 12763
 
Transformasi bisnis tradisional menuju e commerce
Transformasi bisnis tradisional menuju e commerceTransformasi bisnis tradisional menuju e commerce
Transformasi bisnis tradisional menuju e commerce
 
Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Organisasi Publik
Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Organisasi PublikPerencanaan Sumber Daya Manusia pada Organisasi Publik
Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Organisasi Publik
 
Perencanaan sdm-1226716100030190-8
Perencanaan sdm-1226716100030190-8Perencanaan sdm-1226716100030190-8
Perencanaan sdm-1226716100030190-8
 
perencanaan SDM
perencanaan SDMperencanaan SDM
perencanaan SDM
 
Bank mandiri
Bank mandiriBank mandiri
Bank mandiri
 
Perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusiaPerencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusia
 
Ika indomaret
Ika indomaretIka indomaret
Ika indomaret
 
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor PublikManajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publik
 
makalah analisis jabatan
makalah analisis jabatanmakalah analisis jabatan
makalah analisis jabatan
 
Makalah perencanaan sumber daya manusia
Makalah perencanaan sumber daya manusiaMakalah perencanaan sumber daya manusia
Makalah perencanaan sumber daya manusia
 
Makalah Perencanaan Sumber Daya Manusia
Makalah Perencanaan Sumber Daya ManusiaMakalah Perencanaan Sumber Daya Manusia
Makalah Perencanaan Sumber Daya Manusia
 
Perencanaan Sdm
Perencanaan SdmPerencanaan Sdm
Perencanaan Sdm
 
Perencanaan SDM
Perencanaan SDMPerencanaan SDM
Perencanaan SDM
 
Tantangan Rekrutmen dan Seleksi di Masa Depan
Tantangan Rekrutmen dan Seleksi di Masa DepanTantangan Rekrutmen dan Seleksi di Masa Depan
Tantangan Rekrutmen dan Seleksi di Masa Depan
 
Perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusiaPerencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusia
 
Strategi perencanaan sumber daya manusia yang efektif
Strategi perencanaan sumber daya manusia yang efektifStrategi perencanaan sumber daya manusia yang efektif
Strategi perencanaan sumber daya manusia yang efektif
 
Contoh business plan
Contoh business planContoh business plan
Contoh business plan
 

Ähnlich wie Proposal rosy

Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi dan...
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi   dan...Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi   dan...
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi dan...
Daniel Panuturi Marbun
 
balanced scorecard dan manajemen strategik
balanced scorecard dan manajemen strategikbalanced scorecard dan manajemen strategik
balanced scorecard dan manajemen strategik
Erna NaaNoo
 
Jurnal balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Jurnal   balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja danJurnal   balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Jurnal balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Ratzman III
 

Ähnlich wie Proposal rosy (20)

Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi dan...
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi   dan...Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi   dan...
Penerapan balanced scorecard dalam pengukuran sistem kinerja organisasi dan...
 
PPT KELOMPOK 5 PAK RICARD.pptx
PPT KELOMPOK 5 PAK RICARD.pptxPPT KELOMPOK 5 PAK RICARD.pptx
PPT KELOMPOK 5 PAK RICARD.pptx
 
15665 15663-1-pb
15665 15663-1-pb15665 15663-1-pb
15665 15663-1-pb
 
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat iniJenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
 
balanced scorecard dan manajemen strategik
balanced scorecard dan manajemen strategikbalanced scorecard dan manajemen strategik
balanced scorecard dan manajemen strategik
 
Jurnal balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Jurnal   balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja danJurnal   balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
Jurnal balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dan
 
JFS_20230325070222_0.pptx
JFS_20230325070222_0.pptxJFS_20230325070222_0.pptx
JFS_20230325070222_0.pptx
 
220204-penerapan-balanced-scorecard-sebagai-ala.pdf
220204-penerapan-balanced-scorecard-sebagai-ala.pdf220204-penerapan-balanced-scorecard-sebagai-ala.pdf
220204-penerapan-balanced-scorecard-sebagai-ala.pdf
 
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
 
341-854-1-PB.pdf
341-854-1-PB.pdf341-854-1-PB.pdf
341-854-1-PB.pdf
 
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)
Tugas kelompok manajemen kualitas ( balanced scorecard)
 
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives _ Training "FINANCE F...
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives  _ Training "FINANCE F...Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives  _ Training "FINANCE F...
Balance Scorecard (BSC); Fungsi BSC & BSC Perspectives _ Training "FINANCE F...
 
Analisis balanced scorecard final
Analisis balanced scorecard finalAnalisis balanced scorecard final
Analisis balanced scorecard final
 
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja
Balanced Scorecard - Pengukuran KinerjaBalanced Scorecard - Pengukuran Kinerja
Balanced Scorecard - Pengukuran Kinerja
 
1593 6490-3-pb
1593 6490-3-pb1593 6490-3-pb
1593 6490-3-pb
 
146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode peneliti...
146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode peneliti...146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode peneliti...
146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode peneliti...
 
146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode peneliti...
146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode peneliti...146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode peneliti...
146020300111009 sri apriyanti husain proposal uts_mata kuliah metode peneliti...
 
proses penyusunan balanced scorecard.pptx
proses penyusunan balanced scorecard.pptxproses penyusunan balanced scorecard.pptx
proses penyusunan balanced scorecard.pptx
 
PERTEMUAN 6 BSC.ppt
PERTEMUAN 6 BSC.pptPERTEMUAN 6 BSC.ppt
PERTEMUAN 6 BSC.ppt
 
Balanced Scorecard
Balanced ScorecardBalanced Scorecard
Balanced Scorecard
 

Proposal rosy

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan menggunakan system manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan usaha maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan dalam perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan. Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi keuangan
  • 2. akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi- investasi demi kekepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan ini, Menurut Ali Muasowifin, maka diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang (Ali Mutasowifin, 2002 :245). Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan Balanced Scorecard. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingankepentingan masa yang akan datang. Rumah Sakit adalah bentuk organisasi pengelola jasa pelayanan kesehatan individual secara menyeluruh. Di dalam organisasinya terdapat banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis profesi, baik profesi medik, paramedik maupun non-medik. Untuk dapat menjalankan fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh yang
  • 3. dimulai dari proses perencanaan strategik (renstra), baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Suatu renstra dapat disebut baik apabila perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti secara praktis ke dalam program-program operasional yang berorientasi kepada economic - equity - quality. Artinya rumah sakit dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala lapisan masyarakat dan berkualitas. Memasuki era globalisasi perdagangan antarnegara sejak 2003 ini, pimpinan rumah sakit di Indonesia perlu memfokuskan strategi perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga betul-betul siap dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era tersebut, para konsumen bebas memilih rumah sakit mana yang mampu memberikan pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi dan kinerja rumah sakit pun harus berorientasi pada keinginan pelanggan tersebut. Untuk itu diterapkan balanced scorecard (BSC) yang diharapkan menjawab tuntutan dan tantangan zaman. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang sebagai salah satu rumah sakit swasta yang berada di kota padang dalam era kesejagatan (globalisasi), di satu pihak diperhadapkan pada kekuatan-kekuatan dan masalah-masalah interen yang ada, sedangkan di lain pihak secara, bersamaan juga diperhadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai faktor peluang dan
  • 4. tantangan yang senantiasa berkembang dinamis. Oleh karena itu untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat perlu disusun Visi Misi, Tujuan, Sasaran serta Indikator keberhasilan yang dirampungkan dalam bentuk Rencana Stratejik (RENSTRA). Indikator keberhasilan merupakan alat ukur yang harus dievaluasi secara periodik berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam bentuk finansial tapi juga dengan indikatoryang lain seperti pelangan, bisnis inernal juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan bahan untuk mengendalikan arah dan mutu pelayanan kesehatan agar visi yang telah ditetapkan benar-benar dapat diwujudkan. Rumah Sakit Ibnu Sina Padang merupakan salah satu Rumah Sakit swasta di Padang yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara propesonalisme dan meningkatkan mutu terus-menerus. Memaksa pihak Rumah Sakit Ibnu Sina Padang untuk selalu memperbaiki kinerjanya, agar dapat menambah kepercayaan masyarakat atas Rumah Sakit Islam Ibnu Sina . Kepercayaan ini sangatlah penting, mengingat masyarakat merupakan pengguna jasanya. Diharapkan dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit menpunyai dampak pada pendapatan Rumah Sakit. Melihat fenomena tersebut di atas, maka perlu digunakan alternative penilaian kinerja RSI Ibnu Sina Padang dengan menggunakan
  • 5. Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur karena dalam menilai kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan saja, tetapi juga dinilai dari aspek nonkeuangan. Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dalam penelitian ini mengambil judul “PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang)”. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam skipsi ini adalah : 1. Bagaimana pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan di RSI Ibnu Sina Padang ? 2. Bagaimana kinerja Rumah Sakit Ibnu Sina Padang jika diukur dengan system pengukuran Balanced Scorecard? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui kinerja Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang apabila diukur dengan persfektif Balanced Scorcard.
  • 6. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan sebagai berikut : a. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam menilai kinerja manajemen RSI Ibnu Sina Padang. b. Menambah wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai pentingnya faktor-faktor nonfinancial yang mempengaruhi kinerja manajemen RSI Ibnu Sina Padang. c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian yang menyangkut kinerja manajemen suatu badan usaha berbentuk Rumah Sakit.
  • 7. 1.4. Kerangka Pemikiran Dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan system pengukuran kinerja yang di sebut BALANCED SCORECARD kepada sebuah perusahaan atau organisasi public yang belum mengenal sistem pengukapan kinerja tersebut. BALANCED SCORECARD di kembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas organisasi. BALANCED SCORECARD merupakan solusi terbaik dalam pengukuran kinerja bisnis. Empat perspekif utama di sorot melalui BALANCED SCORECARD yaitu: 1. Perpektif keuangan 2. Perpektif konsumen atau pelanggan 3. Perpektif proses internal bisnis 4. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan
  • 8. Dalam BALANCED SCORECARD. Keempat perspektif tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan memiliki hubungan sebab akibat. Seperti yang telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi perusahan jasa yang mempunyai kontak tinggi sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan 22 untuk menerapkan konsep BALANCED SCORECARD pada Rumah Sakit Kristen Tayu. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut. Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran 23 Penerapan BSC pada organisasi sektor swasta Perspektif keuangan bukan merupakan perspektif satu-satunya sebagai indikator penilaian kinerja
  • 9. Penerapan BSC pada organisasi sektor publik (RSK Tayu Pati) Keuangan Pelanggan Lap. keuangan perusahaan Pendukung non keuangan dan menentukan tingkat pelayanan Customer satisfaction, customer profitabilitas dan pangsa pasar Proses Bisnis Internal Inovasi dan operasi Pembelajaran dan Pertumbuhan Kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, motivasi, pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan Menentukan pencapaian misi dan visi Menunjukkan atau memberikan gambaran kinerja perusahaan berdasarkan konsep Balanced Scorecard 1.5. Definisi dan Pengukuran Variabel
  • 10. Pada bab ini akan dijelaskan tentang variabel-variabel yang akan digunakan dalam mengukur kinerja masing-masing perspektif. Variabel-variabel yang digunakan : 1.5.1 Kinerja Perspektif Keuangan Dalam perspektif keuangan, kinerja untuk mengukur apakah suatu strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaan akan membawa perbaikan perusahaan (Mun’im Azka. 2001). Terdiri dari rasio-rasio keuangan yang sesuai dari Laporan Keuangan yaitu : 1. ROI (Return On Investment) Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan akvita untuk menghasilkan laba bersih. Pengukurannya dilakukan dengan membandingkan laba usaha dengan total aktiva. 2. Rasio Efesiensi Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien rumah sakit 24 mempergunakan aktivannya. Pengukurannya dengan membandingkan penjualan dengan aktiva lancar. 1.5.2 Kinerja Perspektif Pelaggan
  • 11. Kinerja ini untuk mengetahui keinginan konsumen atau pelanggan agar konsumen atau pelanggan tidak beralih ke pihak pesaing. Perhitungan kinerja berdasarkan yang dipakai dalam perspektif konsumen ini menggunakan : Kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) Yaitu mengukur seberapa jauh kepuasan konsumen atas pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit. Pengukurannya dari hasil survai terhadap kepuasan konsumen yang dilakukan oleh perusahaan. 1.5.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis Dalam perspektif ini, perusahaan mendesain dan mengembangkan apa yang dibutuhkan oleh konsumen kemudian memasarkan dan melakukan pelayanan purna jual (Mun’im Azka. 2001). Perspektif ini menggunakan perhitungan : Operasi Perspektif ini menggunakan perhitungan : 1. BTO (Bed Turn Over Ratio) Prosentase tempat tidur yang tersisa. 2. GDR (Gross Death Rate) Yaitu angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 pasien keluar. 3. NDR (Net Death Rate)
  • 12. Yaitu angka kematian > 48 jam atau hari setelah dirawat untuk tiap- tiap 1000 pasien keluar. 1.5.4 Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang digunakan yaitu : a. Produktivitas karyawan Untuk mengetahui produktivitas karyawan dalam bekerja untuk periode tertentu. Pengukurannya dengan membandingkan antara laba operasi 25 dengan jumlah karyawan. b. Retensi karyawan Untuk mengetahui perbandingan antara jumlah karyawan keluar dengan total karyawan tahun berjalan. c. Kepuasan karyawan Penentu dari kedua pengukuran sebelumnya. Pengukurannya dilakukan dengan survei kepuasan karyawan melalui kuesioner. 1.6. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan
  • 13. dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, definisi operasional serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Dalam bab ini penulis menguraikan tentang teori-teori yang digunakan yang sesuai dengan permasalahan. BAB III : Metode Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang objek penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, jenis data, metode pengumpulan data, pengujian data, dan metode analisis. BAB IV : Pembahasan Dalam bab ini menguraikan tentang objek penelitian, dan pembahasan serta analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis pada bab sebelumnya. 26 BAB V : Penutup Dalam bab ini akan disebutkan kesimpulan dan saran yang diambil setelah dilakukan pembahasan pada bab sebelumnya.
  • 14. BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 2.1 Penelitian Sebelumnya 1. Helen Livingston (1999) melakukan penelitian mengenai penerapan BSC pada organisasi nirlaba dengan judul “Creating a BSC Tempalate : O Frame Work For Strategic Planning and Management at Deakin University Library”. Hasil penelitian tersebut adalah untuk perkembangan jangka perpustakaan Deakin selama tiga tahun terakhir memfokuskan pada perencanaan strategi untuk menerapkan strategi tersebut. Perpustakaan harus mempunyai tolok ukur yang jelas yang akan dikomunikasikan ke seluruh karyawan. Penerapan BSC dalam lingkungan perpustakaan Deakin akan semakin relevan dengan penambahan perspektif dari keempat perspektif yang ada yaitu perspektif sumber informasi. 2. Dwi Cahyono (2000) melakukan penelitian mengenai penerapan BSC di sektor publik. Penelitian tersebut mengambil judul “Pengukuran Kinerja BSC Untuk Organisasi Sektor Publik”. Hasil analisis tersebut adalah bahwa untuk kinerja organisasi sector public diperlukan banyak pendekatan selain pendekatan keuangan yang
  • 15. menjadi kendala. Jika pendekatan non keuangan dapat diterapkan di organisasi ini. Sebenarnya secara tidak langsung organisasi sektor publik sudah menerapkan pengukuran kinerja BSC akan tetapi belum mengetahui apa yang hendak dipakai dalam mengukur kinerjanya. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Penilaian Kinerja Menurut Fauzi,Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Fauzi, 1995 : 207). Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997 : 419) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan
  • 16. kontribusi untuk menjadikan organisasi sebagai suatu institusi yang unggul di kelasnya. Jika keberhasilan organisasi untuk mengadakan institusi yang unggul ditentukan oleh berbagai faktor maka berbagai faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan (succes factor) untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai pengukur keberhasilan personal. Dengan demikian, dibutuhkan suatu penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi. 2.2.2 Penilaian Kinerja dengan Sistim Tradisional Dalam masyarakat tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah ukuran kinerja keuangan. Pengukuran kinerja ini mudah dilakukan sehingga kinerja personel yang diukur hanyalah yang berkaitan dengan keuangan. Namun ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan oleh organisasi dan lebih memfokuskan pada pengerahan sumber daya organisasi untuk tujuan-tujuan jangka pendek.
  • 17. Ukuran keuangan yang biasa digunakan adalah rasio-rasio keuangan yang meliputi : 1. Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhikewajiban jangka pendek bila jatuh tempo. 2. Rasio leverage yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. 3. Rasio aktivitas yang mengukur seberapa efektif manajemen yang ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. 4. Rasio pertumbuhan yang mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di dalam pertumbuhan ekonomi dan industri. 5. Rasio penilaian yang mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Menurut Weston dan Copeland (1989) pengukuran kinerja dengan menggunakan rasio-rasio seperti diatas mempunyai keterbatasan- keterbatasan yaitu : 1. Rasio ini disusun berdasarkan data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 2. Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang berbeda atau jika factor musiman merupakan pengaruh yang penting maka akan mempunyai pengaruh pada rasio-rasio perbandingannya. 3. Analisis harus sangat hati-hati dalam menentukan baik buruknya suatu rasio dalam membentuk suatu penilaian menyeluruh dari perusahaan berdasarkan serangkaian rasio keuangan.
  • 18. 4. Rasio yang sesuai dengan rata-rata industri tidak memberikan kepastianbahwa perusahaan berjalan normal dan memiliki manajemen yang baik. Sedangkan menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton kelemahan- kelemahan pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan yaitu : 1. Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible Assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. 2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik. 2.2.3 Balanced Scorecard Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh organisasi. Menurut Amin Widjaja Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin Widjaja Tunggal,2002 : 1). Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan, perspektifpelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran danpertumbuhan.
  • 19. Balanced Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangandan non keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruhpegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Menurut Tujuan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top- down) berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebihnyata (Teuku Mirza, 1997 : 14). 2.2.4 Kinerja Perspektif Keuangan Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15). Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran strategic, inisiatif strategic dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, Kaplan & Norton (1996 : 48) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu : a. Pertumbuhan (growth) Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak. Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasidalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal investasiyang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada tahap iniseharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhanpenerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.
  • 20. b. Bertahan (Sustain Stage) Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Secara konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. c. Menuai (Harvest) Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas,tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang masuk ke perusahaan. Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu berkreasi diperlukan keunggulan di bidang keuangan. Melalui keunggulan di bidang ini, organisasi menguasai sumber daya yang sangat diperlukan untuk mewujudkan tiga perspektif strategi lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran. 2.2.5 Kinerja Perspektif Konsumen Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi dari pada pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk mendapat produk dan jasa
  • 21. itu. Produk atau jasa tersebut akan semakin mempunyai nilai apabila manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen. Menurut Kaplan dan Norton (1956) perusahaan diharapkan mampu membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan sumber daya dan rencana jangka panjang perusahaan. Dalam perspektif konsumen terdapat 2 kelompok perusahaan yaitu : 1. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core measurement group) a) Pangsa pasar (market share) Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh perusahaan dalam suatu segmen tertentu. b) Kemampuan mempertahankan konsumen (customer retention) Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan dengan konsumennya yang mungkin seberapa besar perusahaanberhasil mempertahankan pelanggan lama. c) Kemampuan meraih konsumen baru (customer acquisition) Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik konsumen baru dalam pasar. d) Tingkat kepuasan konsumen (customer satiffation)
  • 22. Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap criteria kinerja/nilai tertentu yang diberikan oleh perusahaan. e) Tingkat protabilitas konsumen (customer profitability) Mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen/segmen pasar. 2. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value measement) Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk memahami pemicu-pemicu (driver). Dari kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen kelompok pengukuran nilai konsumen terdiri dari : a. Atribut-atribut produk dan jasa (product/service) Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya. b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship) Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi melalui pengisian produk/jasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen setelah membeli produk atau jasa perusahaan tersebut. c. Citra dan reputasi (image & reputation) Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen merasa tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara
  • 23. personal (melalui pameran-pameran, door to door) maupun lewat media masa atau elektronik ataupun ungkapan-ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen. 2.2.6 Perspektif Proses Internal Bisnis Dalam perspektif bisnis internal, perusahaan harus meng- dentifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan harus melakukannya dengan sebaikbaiknya. Karena proses internal tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham (Ancella Hermawan, 1996 : 56). Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari perspektif pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari proses kinerja bisnis internal yang diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus memilih proses dan kompetensi yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja-kinerja proses dan kompetensi tersebut. Analisis atau proses bisnis internal perusahaan dilakukan melalui analisis rantai nilai (value chain analysist) yang digambarkan sebagai berikut :
  • 24. Business process : Innovation process Product design Product development Operator process Manufacture Marketing Postable service Masing-masing perusahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum Kaplan dan Norton (1996 : 96) membaginya menjadi tiga prinsip dasar yaitu : 1. Inovasi Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang mendapatkan perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang dilakukan dalam proses operasi. Pada tahap ini perusahaan mengidentifikasikankeinginan dan kebutuhan para pelanggan di masa mendatang sertamerumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. 2. Operasi Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan mereka. Kegiatan operasional berasal dari penerimaan pesanan dari pelanggan dan berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada pelanggan. Kegiatan inilebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan terulang. 3. Layanan pasca jual
  • 25. Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya dalam bentuk layanan pasca transaksi. 2.2.7 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk mendorong perusahaan menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus mendorong pertumbuhannya (Teuku Mirza, Usahawan, 1997). Kaplan dan Norton membagi tolak ukur perspektif ini dalam tiga prinsip yaitu : 1. People Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu, dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan telah mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki. Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard : a. Tingkat kepuasan karyawan Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen dan kecepatan bereaksi. Kepuasan karyawan menjadi hal yang penting khususnya bagi perusahaan jasa. b. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan) Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya. Perusahaan yang telah melakukan investasi dalam sumber daya manusia akan sia-sia apabila tidak mempertahankan karyawannya untuk terus berada dalam perusahaan. c. Produktivitas karyawan Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari peningkatan keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses internal, dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah
  • 26. menghubungkan output yang dilakukan para pekerja terhadap jumlah keseluruhan pekerja. 2. System Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk menunjang pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan apabila mereka tidak memiliki informasi yang memadai. Pegawai di bidang operasional memerlukan informasi yang memadai. Pegawai di bidang operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu dan akurat sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan suatu systeminformasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang memadai untukmemenuhi kebutuhan tersebut. 3. Organizational Procedure Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan rutinitas harus diteruskan karena karyawan yang sempurna dengan informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak. 2.8 Pengertian Rumah Sakit Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita olehpasien (Azrul Anwar, 1966). Sesuai dengan perkembangan rumah sakit dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Azrul Anwar, rumah sakit dibedaka menjadi empat macam yaitu : 1. Menurut pemilik
  • 27. Ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dibagi menjadi dua macam yaitu : a. Rumah sakit pemerintah b. Rumah sakit swasta 2. Menurut filosofi yang dianut Menurut filosofi yang dianut rumah sakit dibagi menjadi dua macam yaitu : a. Rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non profit hospital). Salah satu faktor yang membedakan rumah sakit milik pemerintah dengan swasta adalah terletak orientasinya terhadap laba. Rumah sakit milik pemerintah merupakan organisasi nirlaba yaitu organisasi yang orientasi utamanya bukan untuk mencari laba tetapi lebihmengutamakan peningkatan pelayanan. b. Rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital). Rumah sakit swasta telah dikelola secara komersial serta berorientasi untuk mencari keuntungan. 3. Mencari jenis pelayanan yang diselenggarakan Jika dilihat dari sisi pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit dibedakan menjadi dua macam yaitu : a. Rumah sakit umum (general hospital)
  • 28. Disebut rumah sakit umum bila semua jenis pelayanan kesehatan diselenggarakan. b. Rumah sakit khusus (specialty hospital) Jika hanya satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. 4. Menurut lokasi rumah sakit Jika ditinjau dari lokasinya rumah sakit dibedakan menjadi beberapa macam tergantung dari sistem pemerintah yang dianut. Contohnya rumah sakit pusat, jika lokasinya di ibu kota negara, rumah sakit propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi.
  • 29. III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Kristen Tayu dengan alasan bahwa penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu merupakan langkah strategik yang berdampak besar terhadap kemampuan manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu dalam melipatgandakan kinerjanya, baik ditinjau dari aspek Keuangan maupun aspek Non-Keuangan dan diharapkan Rumah Sakit Kristen Tayu akan mampu bersaing serta berkembang dengan baik. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai sifat atau kepentingan yang sama (Sutrisno Hadi, 1997 : 220). Dalam penelitian ini populasi adalah para konsumen Rumah Sakit Kristen Tayu yang akan digunakan untuk menilai kepuasan pada aspek konsumen dan karyawan Rumah Sakit Kristen
  • 30. Tayu yang berjumlah 450 orang yang akan digunakan untuk menilai kepuasan karyawan pada aspek pertumbuhan dan pembelajaran. 3.2.2 Sampel Penentuan sempel yaitu yang menjadi responden adalah karyawan yang terkait dengan penilaian yang akan dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan melalui penyebaran kuesioner. Sampel yang baik adalah sampel yang mewakili populasi secara keseluruhan. Sampel dalam penelitian ini adalah para responden yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Sementara itu, metode pengambilan sampel untuk karyawan Rumah Sakit Kristen Tayu adalah metode Non Random Sampling yaitu Convenience 45 Sampling dimana penentuan jumlah sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai subjek adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur Indriantoro & Bambang, 1999 : 130). Penentuan besarnya sampel menggunakan rumus Slovin yaitu : 77,8 (dibulatkan menjadi 78 orang) 350.0,1 1
  • 31. n 350 N.d 1 n N 2 2 keterangan : N = populasi n = sampel 3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumbernya (Sutrisno Hadi, 1997 : 134). Data primer ini berupa hasil jawaban responden mengenai kepuasan karyawan tentang semagat kerja, motivasi, kondisi fisik tempat kerja dan tentang rumah sakit secata umum.
  • 32. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa keterangan yang ada hubungannya dengan penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data primer (Sutrisno Hadi, 1997 : 134). Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa data mengenai pelangan atau komsumen, rasio-rasio kinerja Rumah Sakit dan gambaram umum Rumah Sakit Kristen Tayu selama tiga tahun. 46 3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara yaitu dengan mengadakan Tanya jawab langsung dengan pihak Rumah sakit. 2. Kuesoner yaitu melalui pengajuan kuessioner yang mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan karyawan Rumah Sakit. 3. Studi pustaka yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang relevan dengan penelitian guna memperoleh gambaran teoritis mengenai aplikasi Balanced Scorecard pada suatu perusahaan, khususnya Rumah Sakit. Metode ini di perlukan untuk menujang kelengkapan dan ketajaman analisis. 3.5 Pengujian Instrumen Penelitian Sebelum dilakukan perhitungan dan pengolahan dengan menggunakan
  • 33. alat analisis, maka semua instrumen penelitian diuji terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tersebut valid dan reliabel. Pengujian instrumen dilakukan dengan menggunakan : a. Uji Validitas Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur benar-benar cocok atau sesuai sebagai alat ukur yang diinginkan. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden benar-benar cocok untuk digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji validitasnya menggunakan statistic factor analysis 47 significancy, nilai Loading Factor yang dipakai adalah 0,4. Pengambilan Keputusan: (Augusty Ferdinand, 2002 : 133) - Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih besar atau sama dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid - Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih kecil atau sama dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut tidak valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam
  • 34. mengukur suatu gejala atau kejadian. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden benarbenar stabil dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut dan sebaliknya jika reliabilitas pengukur tersebut rendah maka alat tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. Teknik pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh Cronbach Alpha ( ), dengan rumus sebagai berikut : (Imam Ghozali, 2001;129) = kr kr 1 ( 1) . Keterangan : α = Koefisien reliabilitas r = rata-rata korelasi antar butir
  • 35. k = jumlah butir Pengambilan Keputusan : 48 - Jika koefisien Cronbach Alpha ( ) < 0,6 maka butir pertanyaan dinyatakan tidak reliabel. - Jika koefisien Cronbach Alpha ( ) ≥ 0,6 maka butir pertanyaan dinyatakan reliabel. 3.6 Metode Analisis 1. Analisis kualitatif meliputi klarifikasi visi, misi dan tujuan ke dalam rencana strategi perusahaan. 2. Analisis kuantitatif Pengukuran kinerja masing-masing perspektif. Rumusnya : a. Mengukur kinerja perspektif keuangan Perspektif ini menggunakan perhitungan : - ROI = total aktiva laba bersih x 100%
  • 36. - Rasio Efesiensi = Aktiva Lancar Penjualan x 100% b. Mengukur kinerja perspektif konsumen Perspektif ini menggunakan perhitungan : - Kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan ini diketahui dari data sekunder yaitu survey yang dilakukan oleh pihak manajemen Rumah Sakit. Mengukur seberapa jauh kepuasan pelanggan atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit. Kepuasan konsumen mengukur rata- 49 rata kepuasan pelanggan dengan meberikan nilai pada jawaban kuesinoer sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai yang diberikan adalah: 1. 1: sangat tidak puas. 2. 2: tidak puas. 3. 3: ragu-ragu. 4. 4: puas. 5. 5: sangat puas.
  • 37. Untuk mengetahui rata-rata kepuasan konsumen maka jumlah skor jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah konsumen yang menjadi responden. Penentuan kreteria rata-rata kepusan pelanggan. c. Mengukur kinerja perspektif proses internal bisnis. Berdasarkan data sekunder yang diambil dari Rumah Sakit perspektif ini menggunakan perhitungan : - BTO (Bed Turn Over Rate) BTO = A D - GDR (Gross Death Rate) GDR = x 1000 mil D Pm - NDR (Net Death Rate) - NDR = x 1000 mil D Pm 48 jam 50
  • 38. Keterangan : O = rerata tempat terisi dihitung dari jumlah tempat tidur yang terisi, kemudian hasilnya dibagi jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan D = jumlah pasien keluar (hidup/mati) A = rerata tempat tidur yang siap dipakai T = jumlah hari perhitungan (30/31/365) Pm = pasien mati d. Mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan perspektif ini menggunakan perhitungan : - Produktivitas karyawan = jumlah karyawan laba operasi - Perputaran karyawan = x 100% jml total karyawan pada thn berjalan jumlah karyawan keluar - Kepuasan karyawan Dianggap sebagai penentu dari kedua pengukuran sebelumnya. Pengukurannya dilakukan dengan survey kepuasan karyawan melalui kuesioner. Kepuasan karyawan mengukur rata-rata kepuasan karyawan dengan meberikan nilai pada jawaban kuesinoer sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai yang
  • 39. diberikan adalah: 1. 1: sangat tidak puas. 2. 2: tidak puas. 3. 3: ragu-ragu. 51 4. 4: puas. 5. 5: sangat puas. Kepuasan karyawan = Total bobot Jumlah karyawan x skor x 100% Untuk mengetahui rata-rata kepuasan karyawan maka jumlah skor jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah karyawan yang menjadi responden. Penentuan kreteria rata-rata kepusan karyawan. Tabulasi Perhitungan Keempat Perspektif Balanced Scarecard Jenis Variabel Indikator Pengukuran 1. Perspektif keuangan - ROI - Rasio Efesiensi
  • 40. - Peningkatan Laba Bersih - Penurunan Biaya Operasi - Prosentase laba bersih terhadap total aktiva - Presentase penjualan bersih terhadap aktiva lancar 2. Perspektif pelanggan - Kepuasan pelanggan - Peningkatan kepuasan pelanggan - kuesuner terhadap kepuasan pelanggan 3. Perspektif proses internal bisnis - BTO - GDR
  • 41. - NDR - Peningkatan BTO - Penurunan GDR - Penurunan NDR - Perbandingan antara jumlah pasien keluar dengan tata tempat yang siap pakai - Perbandingan antara pasien mati dengan jumlah untuk tiap 1000 pasien keluar - Perbandingan antara pasien mati > 48 jam setelah dirawat dengan jumlah untuk tiap-tiap 1.000 pasien keluar 52 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan - Produktivitas karyawan - Retensi
  • 42. karyawan - Kepuasan karyawan - Peningkatan produktivitas karyawan - Penurunan jumlah karyawan keluar - Peningkatan kepuasan karyawan - Perbandingan antara laba operasi dengan total karyawan - Perbandingan antara jumlah karyawan keluar dengan total karyawan tahun berjalan - Kuesioner terhadap kepuasan karyawan 53 BAB IV
  • 43. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.2.Gamabaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji kinerja menggunakan Balance Scorecard yang diterapkan pada Badan Usaha berbentuk Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Krinten Tayu Pati. Rumah Sakit Kriten Tayu Pati adalah Rumah Sakit Swasta Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan berdasarkan SK Gubernur No. 59/DH.TAP/1972, yang secara taknis fungsional bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah dan secara taktis operasional kepada Bupati. Rumah Sakit Kristen Tayu Pati merupakan Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 93/Menkes/SK/1995 yang struktur organisasinya dan tata kerjanya diatur melalui peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2003 yang mengatur Tugas Pokok dan fungsi dengan uraian tugas pada masing-masing unit kegiatan. Rumah Sakit Kristen Tayu Pati beridiri di atas tanah seluas 41.057 M2 dengan luas bangunan 13.064 M2 dengan 200 tempat tidur yang memberikan pelayanan melalui Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap dan
  • 44. Rawat Darurat serta pelayanan penunjang lainnya dalam tiga belas bidang keahlian/spesifik dan menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan untuk daerah Pati dan sekitarnya. 41 4.2.Visi dan Misi Rumah Sakit merupakan salah satu unit bisnis nir laba yang didirikan dengan mempunyai Visi dan Misi yang hendak dicapai. Adapun Visi dari didirikannya Rumah Sakit Kristen Tayu Pati adalah terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat paripurna yang prima. Sedangkan Misi yang hendak dicapai dari didirikannya rumah sakit kristen Tayu Pati adalah : .1 Menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia .2 Mendukung sarana dan prasarana kesehatan yang berkualitas dan bermanfaat secara optimal .3 Kerjasama dengan mitra Rumah Sakit .4 Memberikan pelayanan kesehatan yang Profesional .5 Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit .6 Meningkatkan Kesejahteraan karyawan 4.2.Tujuan
  • 45. Adapun tujuan dari didirikannya Rumah Sakit Kristen Tayu Pati yaitu memberikan pelayanan kesehatan masyarakat. 4.2.Bidang Usaha Rumah sakit Krintes Tayu Pati merupakan entitas bisnis nir laba yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan adapun jasa yang ditawarkan dilayani yaitu meliputi : .1 Pelayanan Medis .2 Pelayanan Gawat Darurat .3 Kamar Operasi 42 .4 Pelayanan Intensif .5 Pelayanan Prinital Resiko Tinggi .6 Pelayanan Keperawatan .7 Pelayanan Anestesi .8 Pelayanan Radiologi .9 Pelayanan Farmasi .10 Pelayanan Laboratorium .11 Pelayanan Rehabilitasi Medis .12 Pelayanan Gizi .13 Rekam Medis
  • 46. .14 Pengendalian Infeksi di RS .15 Pelayanan Sterilisasi Sentral .16 Keselamatan kerja, kebakaran dan kaewaspadaan berencana .17 Pemeliharaan suasana .18 Pelayanan lain .19 Perpustakaan 4.2.Analisis Data 4.2.1 Kinerja Perspektif Keuangan Kinerja perspektif keuangan adalah merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang telah dilakukan oleh pihak manajemen. Pada perspektif ini terdapat beberapa indikator yang dijadikan pengukuran kinerja perspektif keuangan tahun 2004-2005 dengan mengacu pada laporan keuangan Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Berdasarkan data 43 skunder yang diperoleh, laporan keuangan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.1 Neraca Rumah Sakit Kristen Tayu Per 31 Desember 2004 dan 2005
  • 47. AKTIVA Akun Saldo 2004 (Rp) Saldo 2005 (Rp) I Aktiva Lancar Kas Rp 40.541.750 Rp 52.450.500 Piutang pasien Rp 15.580.000 Rp 25.855.000 Persediaan Rp 9.914.650 Rp 103.450.750 Total Aktiva lancar Rp 146.036.400 Rp 181.786.250 II Aktiva Tetap Tanah Rp 67.850.000 Rp 80.850.000 Gedung dan Bangunan Rp 126.242.500 Rp 125.242.500 Akumulasi Penyusutan Rp 56.809.125 Rp 63.121.250 Alat Medik Rp 78.435.000 Rp 78.435.000 Akumulasi Penyusutan Rp 35.295.750 Rp 39.217.500 Mesin dan Instalasi Rp 85.750.000 Rp 85.750.000 Akumulasi Penyusutan Rp 38.587.500 Rp 42.875.000 Perabot Rp 45.625.000 Rp 45.625.000 Akumulasi Penyusutan Rp 20.531.250 Rp 22.812.500 Kendaraan Rp 124.850.000 Rp 124.850.000 Akumulasi Penyusutan Rp 56.182.500 Rp 62.425.000 Alat Kerja Rp 35.200.000 Rp 35.200.000
  • 48. Akumulasi Penyusutan Rp 15.840.000 Rp 17.600.000 Total Aktiva Rp 486.742.775 Rp 510.687.500 HUTANG DAN EKUITAS III Hutang Jangka Pendek Hutang Pihak Ke III Rp 34.850.700 Rp 30.550.000 Total Hutang Jangka Pendek Rp 34.850.700 Rp 30.550.000 IV Ekuitas Modal + Laba Rp 451.892.075 Rp 480.137.500 Total Modal Rp 451.892.075 Rp 480.137.500 Total Hutang dan Ekuitas Rp 486.742.775 Rp 510.687.500 44 Tabel 4.2 Laba-Rugi Rumah Sakit Kristen Tayu Periode 2004 dan 2005 Akun Saldo 2004 (Rp) Saldo 2005 (Rp) A Pendapatan Rawat Inap Rp 705.833.600 Rp 823.334.500 Rawat Jalan Rp 450.853.000 Rp 503.415.000 Lain-lain Rp 6.362.200 Rp 8.448.800 Total Pendapatan Rp 1.163.048.800 Rp 1.335.198.300 B Biaya-biaya
  • 49. Gaji dan tunjangan Rp 444.030.500 Rp 479.122.000 Pensiun Rp 64.470.600 Rp 77.882.400 Uang lelah Rp 168.065.300 Rp 172.261.200 Pemakaian dapur Rp 57.249.100 Rp 68.996.600 Pemakaian logistik Rp 76.353.050 Rp 86.412.200 Pemakaian obat Rp 84.364.350 Rp 87.457.300 Pemakaian alat RT, suplies, dll Rp 23.296.800 Rp 27.187.300 Pemeliharaan gedung Rp 6.474.300 Rp 4.897.500 Listrik Rp 21.806.700 Rp 37.226.800 Telpon Rp 11.761.225 Rp 15.004.900 BBM Rp 12.057.300 Rp 18.229.200 PMI Rp 23.840.000 Rp 25.360.000 Perjalanan Dinas Rp 12.273.200 Rp 15.092.800 Foto Copy Rp 2.574.300 Rp 1.297.500 Akses Rp 26.241.950 Rp 28.967.800 Penyusutan Rp 24.805.125 Rp 24.805.125 Lain-lain Rp 1.200.900 Rp 1.287.600 Total Biaya Rp 1.060.864.700 Rp 1.171.528.225 Laba (Rugi) kotor Rp 102.184.100 Rp 163.670.075 Pajak Rp 10.218.410 Rp 16.367.007
  • 50. Laba (Rugu) bersih Rp 91.965.690 Rp 147.294.068 Sumber : Lampiran I dan II 45 Pada Tebel 4.3 berikut disajikan ukuran hasil dari kinerja perspektif keuangan secara menyeluruh. Tabel 4.3 Rasio-rasio Keuangan RS Kristen Tayu PATI 2004-2005 UKURAN Tahun 2004 2005 ROI (%) 18,98 % 28,84% Rasio Efesiensi 7,9 % 7,3 % Sumber : Lampiran I-IV dan VII A. Indikator ROI Indikator ROI bertujuan untuk mengukur peningkatan laba bersih yang dihasilkan dari Rumah Sakit Kristen Tayu Pati pada tahun 2004- 2005 yang diukur dengan membagi prosentase laba bersih dengan total aktova. ROI tahun 2004 ROI = .486.742.775
  • 51. .91.956.690 Rp Rp x 100% ROI = 18,98% ROI tahun 2005 ROI = 510.687.500 .147.294.068 Rp Rp x 100% ROI = 28,84 % Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa nilai ROI dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatas sebesar 9,86% (28,84%-18,98% = 9,86%). Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian atas investasi/Return On Investment (ROI) yang dilakukan mengalami peningkatan yang baik yaitu sebesar 9,86% karena berdasarkan penilaian kelayakan usaha, apabila tingkat ROI lebih dari 5 % berarti telah dianggaplayak / baik (www.depkes.go.it/kebijakan/rs/pusk/sistem)
  • 52. 46 B. Indikator Rasio Efesiensi Indicator Rasio Efesiensi bertujuan untuk melihat penurunan biaya operasi dalam hubungannya dengan pendapatan yang digunakan oleh Rumah Sakit Kristen Tayu pada tahun 2004-2005, yang diukur dengan membandingkan pendapatan aktiva lancar. Rasio Efesiensi tahun 2004 Rasio Efesiensi = .146.036.400 .1.163.048.800 Rp Rp x 100% ROI = 18,98% Rasio Efesiensi tahun 2005 Rasio Efesiensi = 181.786.250 .1.335.198.300 Rp Rp x 100% ROI = 28,84 %
  • 53. Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai rasio efesiensi dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatan sebesr 0,6%( 7,9% - 7,3% = 0,6%). Hal ini berarti bahwa rasio efesiensi Rumah Sakit menurun sehingga biaya operasi dapat ditekan. 4.22. Kinerja Perspektif Konsumen Basisi dari perspektif ini adalah menciptakan konsumen yang mampu menghasilkan financial return tinggi. Hal tersebut dapat terwujud jika perusahaan memperhatikan proses (aspek waktu, kualitas, kinerja dan layanan) dan hasilnya berupa ukuran hasil (Out Come Measure) sebagai parameter perspektif ini. Tetapi Rumah Sakit Kristen Tayu didirikan bukan sebagai Unit Usaha yang beroreintasi (Profit Oriented). Kinerja Perspektif konsumen (pasien) diukur denganmenggunakanindikator kepuasan pasien Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. A. Indikator Kepuasan Pelanggan 47 Indicator kepuasan pelanggan bertujuan untuk mmengukur peningkatan kepuasan pelanggan (pasien), pelanggan adalah orang yang
  • 54. melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Kristen Tayu, yang diukur idukur dengan mengisi daftar pertanyaan kusioner yang telah disediakan. Pasien yang telah menjadi responden sebanyak 100 orang pasien. Hal yang khusus dan mutlak yang harus dilakukan dari kuesioner adalah jawaban dari kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut diperlukan agar jawaban yang diberikan benar-benar dapat mengukur apa yang hendak kita ukur.  Uji Validitas Suatu instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila instrument tidak valid, maka instrument tersebut tidak bermanfaat bagi peniliti, karena tidak mengukur atau melakukan apa yan seharusnya dilakukan. Untuk melakukan uji validitas instrument penelitian digunakan stsatistic factor analysis isgnificancy, nilai Loading Factor yang dipakai adalah 0,4. Apabila nilai Loading Factor menunjukkan nilai lebih besar dari 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid (Augusty Feerdinand, 2002 :133). Pada tabel 4.4 berikut disajikan hasil uji validitas untuk item-item pernyataan tentang Kepuasan Pasien.
  • 55. Tebl 4.4 Hasil Uji Validitas – Dimensi Kepuasan Pasien 48 Pernyataan Loading Factor Validiy Keterangan K1 0,721 0,4 valid K2 0,688 0,4 valid K3 0,690 0,4 valid K4 0,622 0,4 valid K5 0,791 0,4 valid K6 0,687 0,4 valid K7 0,547 0,4 valid K8 0,609 0,4 valid K9 0,594 0,4 valid K10 0,736 0,4 valid K11 0,606 0,4 valid K12 0,585 0,4 valid K13 0,730 0,4 valid K14 0,717 0,4 valid K15 0,612 0,4 valid K16 0,664 0,4 valid
  • 56. K17 0,696 0,4 valid K18 0,668 0,4 valid Sumber : Lampiran XXII Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai Loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai kepuasan pasien memiliki nilsi loading factor di atas atau lebi besar dari 0,4. sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pertanyaan mengenai Kepuasan Pasien dapat dikategorikan valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reliabilitas dan pengujian hipotesis  Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat idpercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989:140). Teknik pengujian reliabilitas dalam penlitian ini 49 menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh Cronbach Alpha ( ) Uji relibilitas dilakukan dengan melihat hasil Cronbach`s alpha coefficientlebih besar dari 0,6 maka instrument penelitian dari
  • 57. konstruk tersebut dapat dikatakan reliable (Ima Ghozali, 2001). Pada tebel 4.5 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas untuk item-item pernyataan mengenai kepuasan pasien. Tebel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Dimensi Cronback`s alpha Reliability Keteranga Kepuasan Pasien 0,9167 0,6 Reliabel Sumber : Lampiran XXIII Dari hasil uji reliabilitas yang disajikan pada tebel 4.5 di atas diperoleh nilai cronbach`s alpha untuk dimensi kepuasan pasien sebesar 0,916>0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan untuk kepuasan pasien adalah reliable. Pada tebl 4.7 berikut disajikan ringkasan jawaban / tanggapan responden terhadap pelayanan rumah sakit. Table 4.7 Statistic deskriptif kepuasan pasien Variable Kisaran teoritis
  • 58. Kisaran aktual Rata-rata Median teoritis Kepuasan pasien 18 - 90 63 - 90 69,9800 54,000 Pengukuran variable tingkat kepuasan pasien menggunakan 50 instrumen Mun`im Azka (2001), terdiri dari 18 pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. Tingkat kepuasan pasien tinggi dengan skala tinggi dan tingkat kepuasan pasien rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tingkat kepuasan pasien, skor jawaban responden berkisar 63-90 dengan kisaran teoritis 18 – 90. Dari tabel statistik deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepuasan pasien sebesar 54 dan nilai rata-ratanya sebesar 63,9800, sehingga data diketahui bahwa tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini dalam kondisi yang tinggi. 4.2.3 Kinerja Perspektif Proses Internal Bisnis Kinerja perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu : Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR)
  • 59. dan Net Death Rate (NDR). Hasil perhitungan dari ketiga indikator perspektif proses bisnis internal dapat dilihat pada tabel 4. 8 berikut : Tabel 4.8 Kinerja Proses Internal RS Kristen Tayu Pati 2004-2005 UKURAN Tahun 2004 2005 BTO (kali) 16,58 kali 19,39 kali GDR (Permil) 45,8 permil 47,4 permil NDR (Permil) 44,63 permil 30,03 permil A. Indikator Bed Turnover Ratio (BTO) Indikator Bed Turnover Ratio (BTO) bertujuan untuk mengukur peningkatan Bed Turnover Ratio (BTO), yang diukur dengan perbandingan antara jumlah pasien yang keluar dengan tempat tidur yang siap pakai. 51 BTO tahun 2004 BTO = 200
  • 60. 3316 (kali) BTO = 16,58 KALI BTO tahun 2005 BTO = 200 3878 (kali) BTO = 19,39 kali Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Bed Turnover ratio dari tahun 2004- 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali (19,39 kali – 16,58 kali = 2,81 kali). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran tempat tidur yang terisi terus meningkat, artinya jumlah pasien yang dapat tertangani oleh rumah sakit Kristen Tayu semakin banyak, karena pada tahun 2005 terjadi peningkatan pasien sebesar 2,81 kali jika dibanding dengan tahun 2004 B. Indikator Gross Death Rate (GDR) Indikator Gross Death Rate (GDR) bertujuan untuk mengukur
  • 61. penurunan jumlah pasien yang meninggal dunia di rumah sakit tersebut, yang diukur dengan membandingkan antara pasien meninggal dunia dengan jumlah untuk tiap pasien keluar. GDR tahun 2004 GDR = 3316 152 x 1000 permil GDR = 45,8 permil GDR tahun 2005 GDR = 3878 184 x 1000 permil GDR = 47,4 permil Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai Gross Death Rate (GDR) dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatan sebesar 1,6 permil (47,4 permil-45,8 permil = 1,6 permil). Hal ini berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan rumah sakit Kristen Tayu baik dalam hal perawatan, pencegahan,
  • 62. kecepatan serta keamanan terhadap pasien kurang memuaskan karena 52 jumlah pasien yang meninggal belum dapat diminimalisir. C. Indikator Net Death Rate (NDR) Indikator Net Death Rate (NDR) bertujuan untuk mengukur penurunan jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit tersebut, yang diukur dengan membandingkan antara jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit selama lebih 48 jam dengan tiap-tiap 1000 pasien yang keluar dari rumah sakit. NDR tahun 2004 NDR = 3316 148 x 1000 permil NDR = 44,63 permil NDR tahun 2005 NDR = 3878 132 x 1000 permil
  • 63. NDR = 34,03 permil Berdasarkan data dan hasilperhitungan yang disajikan pada tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Net Death Rate (NDR) dari tahun 2004-2005 mengalami penurunan sebesar 1,04 permil (44,63 permil – 34,03 permil = 1,04 permil). Hal ini berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan rumah sakit Kristen Tayu dalam hal perawatan intensif dan keamanan terhadap pasien cukup memuaskan karena jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit selama lebih dari 48 jam sudah dapat diminimalisir. 4.2.4 Kinerja Perspektif pertumbuhan dan Pembelajaran Pengukuran kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran merupakan perspektif yang paling mendasar dalam Balance Scorecard. Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diukur dengan 53 menggunakan indikator tiga indikator yaitu : Produktifitas karyawan, Retensi Karyawan dan kepuasan karyawan. Produktifitas karyawan ditentukan oleh kompetensi dan ketersediaan baik sarana maupun prasarana untuk menjalankan aktifitasnya. Karyawan yang berkomitmen ditentukan oleh kualitas lingkungan kinerjanya, yang tercermin dalam kepuasan karyawan terhadap seluruh aspek oraganisasi. Sedangkan kepuasan
  • 64. karyawan merupakan factor yang mempengaruhi tingkat produktifitas karyawan. Hasil perhitungan kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang diukur dengan indikator produktifitas karyawan dan retensi karyawan dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Kinerja Pertumbuhan dan Pembelajaran RS Kristen Tayu Pati 2004-2005 UKURAN Tahun 2004 2005 Produktifitas karyawan Rp 282.276,51/karyawan Rp 429.580,24/karyawan Retensi karyawa 2,2 % 2,8 % Kepuasan karyawan - - Sumber : Lampiran X, VI dan I-II A. Indikator Produktifitas Karyawan Indikator produktifitas karyawan bertujuan untuk mengukur peningkatan produktifitas karyawan, yang diukur dengan membandingkan laba operasi dengan total karyawan. Produktifitas karyawan 2004 Produktifitas karyawan =
  • 65. 362 Rp102.184.100 Produktifitas karyawan = Rp 282.276,51 perkaryawan 54 Produktifitas karyawan 2005 Produktifitas karyawan = 381 Rp163.670,075 Produktifitas karyawan = Rp 429.580,24 Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai produktifitas karyawan mengalami peningkatan dari tahun 2004-2005 sebesar 147.303,73 perkaryawan (429.580,24-282.276,51 = Rp 147.303,73 perkaryawan). Hal ini berarti bahwa karyawan rumah sakit memiliki semangat dan etos kerja tinggi dalam menjalankan tanggung jawab yang telah dibebankan. B. Indikator Retensi Karyawan Indikator Retensi karyawan bertujuan untuk mengukur penurunan jumlah karyawan yang keluar, yang diukur dengan membandingkan antara jumlah karyawan dengan total karyawan. Retensi Karyawan tahun 2004
  • 66. Retensi Karyawan = 362 8 x 100% Retensi Karyawan = 2,2 % Retensi Karyawan tahun 2005 Retensi Karyawan = 381 11 x 100% Retensi Karyawan = 2,8 % Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai retensi karyawan dari tahun 2004- 2005 mengalami peningkatan sebesar 0,6% (2,8%-2,2% = 0,6%). Hal ini berarti bahwa kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan 55 hubungan yang baik dengan karyawan dapat dikategorikan belum berhasil. Hali ini dikarenakan jumlah karyawan yang kelaur bekerja dari rumah sakit tidak mengalami penurunan. C. Kepuasan Karyawan
  • 67. Indikator kepuasan karyawan bertujuan untuk mengukur peningkatan kepuasan karyawan, yang diukur dengan mengisi daftar pertanyaan kuesioner yang telah disediakan. Karyawan yang menjadi responden sebanyak 78 karyawan.  Uji Validitas Pada tebel 4.10 berikut disajikan hasil uji validitas untuk item-item pernyataan tentang semangat kerja. Tabel.4.10 Hasil Uji Validitas-Dimensi Semangat Kerja Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan SK1 0,870 0,4 Valid SK2 0,870 0,4 Valid Sumber : lampiran XIII Hasil uji validitas pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai semangat kerja memiliki nilai loading factor di atas atau lebih besar dari 0,4. sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pertanyaan mengenai semangat kerja karyawan dapat dikatergorikan valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reliabilitas dan pengujian hipotesis.
  • 68. Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas-Dimensi Kepemimpinan 56 Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan KP1 0,691 0,4 Valid KP2 0,717 0,4 Valid KP3 0,812 0,4 Valid Sumber : Lampiran XIII Hasil uji validitas pada tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai kepemimpinan memiliki nilai loading factor di atas atau lebih besar dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pertanyaan mengenai kepemimpinan karyawan dapat dikategorikan valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian hipotesis. Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas – Dimensi Motivasi Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan MV1 0,770 0,4 Valid MV2 0,909 0,4 Valid
  • 69. MV3 0,784 0,4 Valid Sumber : Lampiran XIV Hasil Uji validitas pada tebel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai motivasi memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai motivasi karyawan dapat dikategorikan valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian hepotesis. Tabel 4.13 Hasil Validitas-Dimensi Komunikasi Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan 57 K1 0,671 0,4 Valid K2 0,820 0,4 Valid K3 0,763 0,4 Valid Sumber : Lampiran XIV Hasil Uji validitas pada tebel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai komunikasi memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai
  • 70. komunikasi karyawan dapat dikategorikan valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian hepotesis. Tabel 4.14 Hasil Validitas-Dimensi Kondisi fisik tempat kerja Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan K1 0,671 0,4 Valid K2 0,820 0,4 Valid K3 0,763 0,4 Valid Sumber : Lampiran XV Hasil Uji validitas pada tebel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai kondisi fisik tempat kerja memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai kondisi fisik tempat kerja dapat dikategorikan valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian hepotesis. Tabel 4.15 Hasil Validitas-Dimensi tanggapan keputusan karyawan total terhadap rumah sakit
  • 71. 58 Pernyataan Loading Factor Validity Keterangan KKT1 0,759 0,4 Valid KKT2 0,620 0,4 Valid KKT3 0,859 0,4 Valid KKT4 0,806 0,4 Valid KKT5 0,845 0,4 Valid Sumber : Lampiran XV Hasil Uji Validitas pada tebel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa nilai loading factor untuk dimensi pernyataan mengenai tanggapan keputusan karyawan total terhadap rumah sakit memiliki nilai loading factor di atas atau lebih dari 0,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir masing-masing pernyataan mengenai tanggapan keputusan karyawan total terhadap rumah sakit dapat dikategorikan valid dan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis uji reabilitas dan pengujian hepotesis  Uji Reliabilitas Pada tabel 4.16 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas itemitem pernyataan dari semua dimensi.
  • 72. Tabel 4.16 Hasil Uji Reliabilitas Dimensi Cronbach`s alpha Reliability Keterangan Semangat kerja 0,6748 0,6 Reliabel Kepemimpinan 0,7285 0,6 Reliabel Motivasi 0,7605 0,6 Reliabel Komunikasi 0,6024 0,6 Reliabel Kondisi fisik tmp kerja 0,7203 0,6 Reliabel Keputusan karyawan total 0,8398 0,6 Reliabel Sumber : Lampiran XVI-XXI 59 Dari hasil uji reabilitas yang dsiajikan dalam tabel 4.16 di atas diperoleh nilai Cronbach`s alpha untuk seluruh dimensi kepuasan karyawan sebesar lebih dari 0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan untuk kepuasan karyawan adalah Reliabel. Hasil Pengujian Hipotesis Statistik Deskriptif
  • 73. Analisis stastistik deskriptf dilakukan berdasarkan jawaban dari 78 responden melalui kuestioner, untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu semangat kerja, kepuasan karyawan. Hasil pengolahan data mengenai statistic deskriptif disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.16 Statistik Deskriptif Variabel Variabel Kisaran teoritis Kisaran aktual Rata-rata Median teoritis Semangat kerja 2 – 10 6 – 10 8,1282 6,0000 Kepemimpinan 3 – 15 9 – 15 13,1410 9,0000 Motivasi 3 – 15 13 – 15 12,2179 9,0000 Komunikasi 3 – 15 9 – 14 12,3205 9,0000 Kondisi fisik tempat kerja 3 – 15 9 – 14 12,1262 9,0000
  • 74. Keputusan karyawan 5 – 25 14 – 24 20,5000 15,0000 Pengukuran variabel tingkat semangat kerja menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 2 pernyataan dengan skor 1 sampai 5. tingkat semangat kerja tinggi dengan skala tinggi 60 dan tingkat semangat rendah dengan skala renadah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tingkat semangat kerja sebesar 6 – 10 dengan kisaran teoritis 2-10. dari tebel statistic deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat semangat kerja sebesar 6 dan nilai rata-ratanya sebesar 8.1282, sehingga data diketahui bahwa tingkat semangat kerja dalam penelitian ini dalam kondisi yang tinggi. Pengukuran variabel tingkat semangat kerja menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat kepemimpinan tinggi dengan skala tinggi dan tingkat kepemimpinan rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel kepemimpinan skor jawaban responden berkisar 9-15 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepemimpinan sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 13.1410, sehingga data
  • 75. diketahui bahwa tingkat kepemimpinan dalam penelitian ini dalam kondisi yang tinggi. Pengukuran variabel tingkat motivasi menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat motivasi tinggi dengan skala tinggi dan tingkat motivasi rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tingkat motivasi skor jawaban responden berkisar 13-15 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik 61 deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat motivasi sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.21779, sehingga data diketahui bahwa tingkat komunikasi dalam penelitian ini dalam kondisi yang tinggi. Pengukuran variabel tingkat komuniasi menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat komuniasi tinggi dengan skala tinggi dan tingkat komuniasi rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tingkat komuniasi skor jawaban responden berkisar 9 -14 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat komuniasi
  • 76. sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.3205, sehingga data diketahui bahwa tingkat komuniasi dalam penelitian ini dalam kondisi yang tinggi. Pengukuran variabel tingkat kondisi fisik tempat kerja menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 3 pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat kondisi fisik tempat kerja tinggi dengan skala tinggi dan tingkat kondisi fisik tempat kerja rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tingkat kondisi fisik tempat kerja skor jawaban responden berkisar 9 -14 dengan kisaran teoritis 3-15. dari tebel statistik deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kondisi fisik tempat kerja sebesar 9 dan nilai rata-ratanya sebesar 12.1229, sehingga data 62 diketahui bahwa tingkat kondisi fisik tempat kerja dalam penelitian ini dalam kondisi yang tinggi. Pengukuran variabel tingkat kepuasan karyawan menggunakan instrument Mun`im Azka (2001), terdiri dari 5 pertanyaan dengan skor 1 sampai 5. tingkat kepuasan karyawan tinggi dengan skala tinggi dan tingkat kepuasan karyawan rendah dengan skala rendah. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tingkat
  • 77. kepuasan karyawan skor jawaban responden berkisar 14 -24 dengan kisaran teoritis 5-25. dari tebel statistik deskriptif, nilai median teoritis untuk variabel tingkat kepuasan karyawan sebesar 15 dan nilai rata-ratanya sebesar 20.5000, sehingga data diketahui bahwa tingkat kepuasan karyawan dalam penelitian ini dalam kondisi yang tinggi. 4.2.5 Hasil Keseluruhan Analisis Balance Scorecard Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 9,86% dan indikator rasio efesiensi yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 % peningkatan kedua indikator tersebut telah melebihi keukuran kelayakan usaha. Kinerja yang diperlihatkan pada perspektif konsumen (pasien) secara umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban atau tanggapan rata-rata pasien 69,9800 ini masuk pada ketegori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit Kristen Tayu 63 sudah memperhatikan kepuasan pelanggan labih baik lagi. Hasil kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang diukur dengan tiga indikator yaitu BTO, NDR, dan GDR secara umum
  • 78. memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan terhadap meningkatnya kepercayaan konsumen (pasien) untuk berobat di rumah sakit yang sangat cepat dan efektif. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai BTO tahun 2004- 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah pasien rawat inap yang telah dirawat lebihd dari 48 jam sudah memuaskan, hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar 1,04%. Meskipun nilai GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang diukur dengan menggunakan 3 indikator yaitu produktifitas karyawan, retensi karyawan dan kepuasan karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik, hal ini juga dapat berdampak pada peningkatan kualitas karyawan yang ujungnya bermuara pada kepuasan pelanggan dalam melayani pelanggan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktifitas karyawan yang mengalami peningkatan sebesar 147.303,73 dan hasil survei terhadap karyawan rasa puas mereka terhadap kebijaksanaan rumah sakit. Retensi karyawan mengalami peningkatan sebesar 0,6 % berarti bahwa kemampuan rumah skit untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat dikatakan belum berhasil hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan
  • 79. tingkat produktifitas karyawan. 64 65 66 Tabel 4.23 Tabulasi Perbandingan Hasil Perhitungan Balance Scorecard Jenis Variabel Hasil Selama Tahun 2004-2005 Tahun 2004 2005 Keterangan Perspektif Keuangan Baik ROI Peningkatan ROI 9,86 % 18,98 % 28,84 % Peningkatan ROI berarti Pengembalian tingkat investasi meningkat, hal ini berarti pengelolaan keuangan atas investasi investor dapat dikategorikan baik atau efisien. Rasio Efisiensi Peningkatan Rasio Efisiensi 3,13% 7,9 % 11,03 %
  • 80. Prespektif Konsumen Baik Kepuasan Pasien Kepuasan Pasien tinggi ratarata 69,98 dengan medienteoritis 54 - Tinggi Kepuasan pasien yang tinggi menunjukkan pasien merasa puas terhadap pelayanan Rumah Sakit. Hal ini berarti Rumah sakit sudah mampu melayani pelanggan secara maksimal Prespektif Proses Bisnis Internal Baik BTO Peningkatan BTO 2.81 kali 16,58 kali 19,39 kali Peningkatan BTO ini mengakibatkan Semakin banyak Pasien berobat ke rumah sakit. Hal ini berarti tingkat keparcayaan pasien terhadap pelayanan rumah sakit meningkat
  • 81. 66 41 GDR Peningkatan GDR 1,6 permil 45,8 Permil 47,4 Permil Pelayanan pencegahan dan kecepatan kurang memadai. Hal ini berarti bahwa ruhah sakit perlu meningkatkan kinerja kualitas pelayanan dalam hal penanganan dini. NDR Penurunan NDR 1,04 Permil 44,63 Permil 30,03 Permil Perawatan intensif dan keamanan memadai. Hal ini berarti kualitas perawatan intensif mengalami peningkatan. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran 67 42 Baik Produktifitas
  • 82. Karyawan Peningkatan Produktifitas Karyawan Rp. 147.303,73 per karyawan Rp. 282.267,51 per karyawan Rp.429.580,24 per karyawan Memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi dan berkualitas Retensi Karyawan Peningkatan Retensi Karyawan 0,6% 2,2% 2,8% Belum mampu mempertahankan hubungan baik antar karyawan Kepuasan Karyawan Kepuasan Karyawan
  • 83. bernilai 4,11 - Puas Karyawan merasa puas dengan kebijakan manjemen yang berlaku Kesimpulan Balance Scorecard Secara keseluruhan penilaian kinerja rumah sakit Kristen Tayu menggunakan analisis balance scorecard menunjukkan hasil yang baik karena tiap perspektif menunjukkan hasil yang baik, tetapi perlu dilakukan pembenahan atau peningkatan kinerja pada indikator perspektif yang belum menunjukkan kinerja yang maksimal. 68 BAB V KESIMPULAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja Perspektif Keuangan dalam penelitian ini diukur dengan
  • 84. menggunakan dua indikator rasio keuangan yaitu: Return On Invesment (ROI) dan Rasio Efesiensi. Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang sudah maksimal. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 9,86 % dan indikator Rasio Efesiensi yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,6 % meskipun peningkatan kedua indikator tersebut tidak terlalu signifikan.dikarenakan rumah sakit Kristen tayu 50% pasiennya adalah pasien dankin (dana kemiskinan) oleh pemeruntah. 2. Kinerja Perspektif konsumen (pasien) diukur dengan menggunakan indikator kepuasan pasien Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Berdasarkan hasil survey pada 100 pasien rumah sakit dapat diketahui bahwa secara umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban/tanggapan pasien menunjukkan nilai sebesar 3,88, nilai masuk kategori ragu-ragu. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum Rumah Sakit Kristen Tayu belum benar-benar memperhatikan kepuasan pelanggan dan diharapkan prestasi ini dapat lebih ditingkatkan. 69 3. Kinerja Perspektif proses bisnis internal diukur dengan menggunakan indikator tiga indikator yaitu: Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR) dan Net Death Rate (NDR) secara umum memperlihatkan
  • 85. bahwa kinerja pelayanan terhadap pasien semakin baik. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai Bed Turnover Ratio dari tahun 2004-2005 mengalami peningkatan sebesar 2,81 kali, yang berarti bahwa jumlah pasien yang dapat tertangani oleh rumah sakit Kristen Tayu semakin banyak dan pasien rawat inap yang telah dirawat lebih dari 48 jam sudah memuaskan, hal ini dapat dilihat dari penurunan NDR sebesar 1,04 %. Meskipun Nilai GDR pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 4. Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran diukur dengan menggunakan indikator tiga indikator yaitu: Produktifitas karyawan, Retensi Karyawan dan Kepuasan Karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktivitas karyawan yang mengalami peningkatan sebesar Rp.147.303,73 per karyawan dan hasil survey terhadap karyawan yang juga menunjukkan rasa puas mereka terhadap kebijakan rumah sakit selama mereka bekerja. Meskipun jika dilihat dari indikator rentensi karyawan mengalami peningkatan sebesar 0,6 % yang berarti bahwa kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat dikategorikan belum berhasil. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit perlu mengadakan evaluasi dan mencari
  • 86. 70 informasi, perihal apa yang menyebabkan tingkat retensi karyawan mengalami peningkatan. Sehingga diharapkan dimasa yang akan datang tingkat retensi karyawan dapat menurun yang berarti bahwa keharmonisan hubungan dengan karyawan semakin meningkat. Hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan tingkat produktivitas karyawan yang tinggi. 5.2. Keterbatasan Adapun keterbatasan pada penelitian ini yaitu : 1. Jangka waktu pengamatan penelitian ini hanya dua tahun, sehingga kurang menggambarkan kondisi dalam jangka panjang. 2. Pengukuran kinerja pada penelitian ini hanya mendasarkan pada indikator-indikator yang terbatas pada tersedianya data yang digunakan. 5.3. Saran Dari kesimpulan dan keterbatasan yang telah diuraikan di atas, ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak rumah sakit Kristen Tayu Pati, yaitu : 1. Pihak manajemen khususnya Sub. Bag Keuangan harus lebih meningkatkan kinerja keuangan, dengan lebih menekan biaya-biaya operasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal. Meskipun
  • 87. rumah sakit bukan merupakan lembaga yang berorientasi pada profit, tetapi kinerja keuangan harus tetap diperhatikan dan ditingkatkan demi kelangsungan hidup rumah sakit. 71 2. Pada perspektif bisnis internal khususnya yang diproksi dengan Gross Death Rate (GDR) masih velum menunjukkan kinerja yang maksimal, oleh karena itu pihak rumah sakit harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalitas dengan memberikan pelatihan dan pendidikan intensif, agar dalam menangani pasien lebih efektif dan efisien sehingga angka Gross Death Rate dapat menurun.. 3. Kinerja perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran rumah sakit perlu lebih ditingkatkan khususnya yang diukur dengan retensi karyawan yang masih belum belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal ini pihak rumah sakit perlu lebih meningkatkan kompetensi akryawan dan melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan manajemen, demi menjaga hubungan baik antar karyawan dan meningkatkan kualitas dan pelayanan. 4. Kinerja perspektif pelanggan juga masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit perlu lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalismenya dan mencari
  • 88. sebab-sebab mengapa maupun dalam hal apa yang menyebabkan pelanggan (pasien) merasa kurang puas dengan pelayanan rumah sakit selama ini mengingat rumah sakit merupakan bidang pelayanan jasa kesehatan dan wajib memperhatikan kepuasan pelanggannya. 72 SUMMARY PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasusu Pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati) Disusun Oleh : Nama : Aji Dwi Prihananto NIM : 99.60.0657 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2006 73
  • 89. 74 ABSTRAKSI Pengukuran kinerja merupakan suatu hal penting bagi sebuah unit bisnis. Pengukuran kinerja Balance Scorecard menyangkut empat perspektif yaitu : Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal dan Perspektif Belajar dan Berkembang. Penulis memilih menggunakan Rumah Sakit Kristen Tayu karena selama ini pengukuran kinerja yang dilakukan perusahaan masih menitik beratkan pada aspek keuangan. Metode pengujian
  • 90. instrument penelitian yang digunakan yaitu pengujian validitas dan pengujian realibilitas.Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut,Perspektif Keuangan,pertumbuhan ROI dan Rasio Efisiensi mengalami peningkatan, menujukan keuangan meningkat. Perspektif Pelanggan, mampu mempertahankan dan menarik minat pelanggan dan mampu memuaskan pelanggan. Perspktif Proses Bisnis Internal, mampu memberikan fasilitas
  • 91. pelayanan yang baik walaupun pelayanan pencegahan dan kecepatan kurang memadai. Perspektif Belajar dan Berkembang, mampu mempertahankan karyawan dan mampu memuaskan karyawan. 75 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan menggunakan sistem manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan usaha maka
  • 92. perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan dalam perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan. Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasiinvestasi demi kekepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang (Ali Mutasowifin, 2002 : 245).
  • 93. Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan 76 Balanced Scorecard. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Rumah Sakit adalah bentuk organisasi pengelola jasa pelayanan kesehatan individual secara menyeluruh. Di dalam organisasinya terdapat banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis profesi, baik profesi medik, paramedik maupun non-medik. Untuk dapat menjalankan fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh yang dimulai dari proses perencanaan strategik (renstra), baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Suatu renstra dapat disebut baik apabila perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti secara praktis ke dalam programprogram operasional yang berorientasi kepada economic - equity - quality. Artinya rumah sakit dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala
  • 94. lapisan masyarakat dan berkualitas. Memasuki era globalisasi perdagangan antarnegara sejak 2003 ini, pimpinan rumah sakit di Indonesia perlu memfokuskan strategi perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga betul-betul siap dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era tersebut, para konsumen bebas memilih rumah sakit mana yang mampu memberikan pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi dan kinerja rumah sakit pun harus berorientasi pada keinginan pelanggan tersebut. Untuk itu diterapkan balanced scorecard (BSC) yang diharapkan menjawab tuntutan dan tantangan zaman. Rumah Sakit Kristen Tayu Pati sebagai rumah sakit rujukan pelayanan kesehatan di daerah sekitar murya dalam era kesejagatan (globalisasi), disatu pihak diperhadapkan pada kekuatan-kekuatan dan masalah-masalah interen yang ada, sedangkan di lain pihak secara, bersamaan juga diperhadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai faktor peluang dan tantangan yang senantiasa berkembang dinamis. Oleh karena itu untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi 77
  • 95. masyarakat perlu disusun Visi Misi, Tujuan, Sasaran serta Indikator keberhasilan yang dirampungkan dalam bentuk Rencana Stratejik (RENSTRA). Indikator keberhasilan merupakan alat ukur yang harus dievaluasi secara periodik berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam bentuk finansial tapi juga dengan indikatoryang lain seperti pelangan, bisnis inernal juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan bahan untuk mengendalikan arah dan mutu pelayanan kesehatan agar visi yang telah ditetapkan benar-benar dapat diwujudkan. Rumah Sakit Kristen Tayu Pati merupakan salah satu Rumah Sakit Umum di Tayu yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara propesonalisme dan meningkatkan mutu terus-menerus. Memaksa pihak Rumah Sakit Kristen Tayu Pati untuk selalu memperbaiki kinerjanya, agar dapat menambah kepercayaan masyarakat atas Rumah Sakit Kristen Tayu Pati. Kepercayaan ini sangatlah penting, mengingat masyarakat merupakan pengguna jasanya. Diharapkan dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit menpunyai dampak pada pendapatan Rumah Sakit. Melihat fenomena tersebut di atas, maka perlu digunakan alternatif penilaian kinerja Rumah Sakit Kristen Tayu dengan menggunakan
  • 96. Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur karena dalam menilai kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan saja, tetapi juga dinilai dari aspek nonkeuangan. Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dalam penelitian ini mengambil judul “PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA BADAN USAHA BERBENTUK RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati)”. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu diukur dengan menggunakan 78 Balanced Scorecard ? Pembatasan Masalah Pembatasan masalah oleh peneliti dengan maksud agar pembahasan dapat lebih terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu ditinjau dari 4 aspek yaitu aspek keuangan (ROI dan Profit Margin), Pelanggan (kepuasan pelanggan), Proses Bisnis Internal
  • 97. (BTO, GDR, NDR), serta pembelajaran dan Pertumbuhan (Produktivitas karyawan, Rentensi karyawan, Kepuasan karyawan) tahun 2004 – 2005. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran penggunaan Balanced Scorecard terhadap penilaian kinerja rumah sakit. 2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana penerapan Balanced Scorecard sebagai alat analisis yang komprehensif dan koheren pada suatu perusahaan. 3. Memberikan suatu alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang memperhatikan aspek finasial dan aspek nonfinasial. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan sebagai berikut : a. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam menilai kinerja manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu. b. Menambah wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai pentingnya faktor-faktor nonfinancial yang mempengaruhi kinerja manajemen Rumah Sakit Kristen Tayu.
  • 98. c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian yang menyangkut kinerja manajemen suatu badan usaha berbentuk 79 Rumah Sakit Kristen Tayu. 1.4. Kerangka Pemikiran Dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan system pengukuran kinerja yang di sebut BALANCED SCORECARD kepada sebuah perusahaan atau organisasi public yang belum mengenal sistem pengukapan kinerja tersebut. BALANCED SCORECARD di kembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas organisasi. BALANCED SCORECARD merupakan solusi terbaik dalam pengukuran kinerja bisnis. Empat perspekif utama di sorot melalui BALANCED SCORECARD yaitu: 1. Perpektif keuangan 2. Perpektif konsumen atau pelanggan 3. Perpektif proses internal bisnis
  • 99. 4. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan Dalam BALANCED SCORECARD. Keempat perspektif tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan memiliki hubungan sebab akibat. Seperti yang telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi perusahan jasa yang mempunyai kontak tinggi sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan konsep BALANCED SCORECARD pada Rumah Sakit Kristen Tayu. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut. Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran 80 1.1. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penilaian Kinerja Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau
  • 100. seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang Penerapan BSC pada organisasi sektor swasta Perspektif keuangan bukan merupakan perspektif satu-satunya sebagai indikator penilaian kinerja Penerapan BSC pada organisasi sektor publik (RSK Tayu Pati) Keuangan Pelanggan Lap. keuangan perusahaan Pendukung non keuangan dan menentukan tingkat pelayanan Customer satisfaction, customer profitabilitas dan pangsa pasar Proses Bisnis Internal Inovasi dan operasi Pembelajaran dan Pertumbuhan Kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi,
  • 101. motivasi, pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan Menentukan pencapaian misi dan visi Menunjukkan atau memberikan gambaran kinerja perusahaan berdasarkan konsep Balanced Scorecard 81 diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Fauzi, 1995 : 207). Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997 : 419) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam
  • 102. melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan kontribusi untuk menjadikan organisasi sebagai suatu institusi yang unggul di kelasnya. Jika keberhasilan organisasi untuk mengadakan institusi yang unggul ditentukan oleh berbagai faktor maka berbagai faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan (succes factor) untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai pengukur keberhasilan personal. Dengan demikian, dibutuhkan suatu penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi. 2.2 Balanced Scorecard Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh organisasi. Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin Widjaja
  • 103. Tunggal, 2002 : 1). Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan, 82 perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Tujuan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down) berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata (Teuku Mirza, 1997 : 14). Sumber : Mulyadi & Setyawan 1999. Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen Gambar 2.1 Penjabaran visi ke dalam tujuan dan sasaran strategi 1. Komunikasi & hubungan
  • 104. Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham konsumen karena untuk tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu Scorecard menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari 3 kegiatan : a. Communicating dan education b. Setting goal c. Linking reward to performance measure 2. Rencana Bisnis Visi Tujuan (goal) Tujuan (goal) Tujuan (goal) Sasaran Strategik (strategic objectives) Sasaran Strategik (strategic objectives)
  • 105. Sasaran Strategik (strategic objectives) 83 Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi pada saat ini mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai keunggulan masing-masing yang saling bersaing antara satu dengan yang lain, sehingga akan menyulitkan manajer untuk mengintegrasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan akan menggerakkan mereka ke arah tujuan jangka panjang perusahaan menyeluruh. 3. Umpan balik dan pembelajaran Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat system manajemen perusahaan maka perusahaan tersebut akan dapat melakukan monitor terhadap apa yang dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek dari tiga perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard yaitu konsumen, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan akan dijadikan sebagai umpan balik dalam mengevaluasi strategi dalam
  • 106. kinerja. 2.3 Kinerja Perspektif Keuangan Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15). Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran strategic, inisiatif strategic dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, Kaplan & Norton (1996 : 48) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu : a. Pertumbuhan (growth) Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus 84 kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak. Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasi dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada
  • 107. tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan. b. Bertahan (Sustain Stage) Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Secara konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. c. Menuai (Harvest) Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang masuk ke perusahaan. Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu