Presentasi no 4 6_peningkatan sifat pada jagung dan kedelai hasil proses transgenik
1. PENINGKATAN SIFAT PADA JAGUNG
DAN KEDELAI HASIL PROSES
TRANSGENIK
Kelompok 7
Putri Eka Risti 150110080080
Amalia Purlianti 150110080122
Raden Bondan E B 150110080162
Herdian Satrya 150110080205
2. Jagung Bt
Gen Bacillus thurigiensis
Kedelai Transgenik
Pendahuluan Bahan dan Perakitan Plasmid
Metode
Inisiasi &
Metode Elektroforasi Perkembangan Kultur
Transfer Gen
Penembakan Transformasi Media
Partikel Whisker
Tujuan
Karbid Transformasi Media
Silikon Bombardement
Seleksi dan Regenerasi
Tanaman, GFD, PCR
dan Southernblot
3. Pendahuluan
• Tanaman transgenik adalah tanaman hasil
rekayasa genetika dengan upaya pemanfaatan
bioteknologi, mengandung gen (pembawa
sifat tanaman) yang berasal dari luar tanaman
yang secara sengaja dan terencana dipindahkan
dengan teknologi canggih tersebut
4. Metode Tranfer Gen
• Elektroforasi (electroporation)
Metode ini menggunakan protoplas sebagai inang. Dengan bantuan
polyetilen glikol (PEG), DNA interes terpresipitasi dengan mudah
dan kontak dengan protoplas.
• Penembakan partikel (Particle bombardment), yaitu teknologi
yang menggunakan metode penembakan partikel atau gen gun.
DNA yang melapisi partikel ditembakkan secara langsung ke dalam
sel atau jaringan tanaman (Klein et al.1988). Partikel yang
mengandung DNA tersebut menembus dinding sel dan membran,
kemudian DNA berdifusi dan menyebar di dalam sel secara
independen.
• Karbid silikon (silicon carbide), yaitu teknologi transfer gen di
mana suspensi sel tanaman inang dicampur dengan serat karbid
silikon yang mengandung DNA plasmid dari gen interes, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung mikro dan dilakukan pemutaran
dengan vortex. Serat silikon karbida berfungsi sebagai jarum injeksi
mikro (micro injection) untuk memudahkan perpindahan DNA ke
dalam sel tanaman.
5. Tujuan
• Memindahkan gen tersebut untuk
mendapatkan organisme baru yang memiliki
sifat lebih baik. Misalnya jagung, kentang,
kacang, kedelai, dan kapas. Keunggulan dari
tanaman transgenic umumnya adalah tahan
terhadap serangan hama.
6. Jagung Bt
• European corn borer (ECB) atau Ostrinia
nubilalis merupakan hama jagung yang sangat
merugikan per setiap tanam. Ostrinia nubilalis
dapat dikendalikan oleh pestisida kimia, tetapi
hanya dapat diaplikasikan pada areal yang
terbatas (kurang dari 20%), karena aplikasi
pestisida sulit untuk dilakukan dan diperlukan
aplikasi lain dalam mengontrol hama bor ini.
7. Bahan & Metode
• B. thuringiensis
menghasilkan protein
Kristal Bt, atau Crystal
protein (Cry) yang
merupakan protein
endotoksin yang
bersifat racun bagi
serangga (insektisidal)
(Held et al. 1982,
Macintosh et al. 1990).
8.
9.
10. Hasil dan Peningkatan sifat
• Bt protein yang dihasilkan oleh gen Bt dapat
meracuni hama yang menyerang tanaman jagung.
• Setelah dimakan oleh hama bor, Bt protein dipecah
oleh suatu enzim pemecah dalam pencernaan yang
bersifat alkalin dari larva serangga dan menghasilkan
protein pendek yang mengikat dinding pencernaan.
• Pengikatan dapat menyebabkan kerusakan membran
sel sehingga larva berhenti beraktivitas (Syngenta
Seeds Communication 2003).
11. Kedelai Transgenik
• Perubahan genetik kedelai sudah dilaporkan
dengan menggunakan berbagai metode transfer
DNA pada suatu jaringan tanaman,
– Metode microprojectile bombardment pada jaringan
meristem kedelai (McCabe dkk., 1988).
– Kultur embrionik (Finer dan McMullen 1991; El-
shemy dkk. 2002, El-Shemy dkk., 2004; Khalafalla dkk.,
2005).
– Penggunaan bakteri Agrobacterium tumefaciens
sebagai media transfer T-DNA ke dalam jaringan
kotiledon muda (Parrott dkk., 1989; Yan dkk., 2000).
12.
13. Teknologi Whisker
Bahan Metode
• Serat potasium titanate • SP W disterilkan selama 1
whisker untuk mentransfer malam, lalu masukan ke
plasmid pUHG ke dalam tabung pensteril.
jaringan embrionik kedelai. • Dipindahkan ke tabung
• Tabung pensteril pembuang gas menghindari
kontaminasi.
• Tabung Pembuang Gas
untuk menghindari • Kemudian diberi beberapa
perlakuan.
terkontaminasinya whisker
oleh gas buangan • Terakhir ditransfer ke
petridish plastik untuk
subkultur
14. Tabel 1. Tingkat ketepatan transformasi kedelai dengan
menggunakan whisker supersonic (WSS) dan particle
bombardment (PB).
Rakitan Metode Jumlah Jumlah Tanaman Jumlah Tanaman
Transfer Piring Terseleksi dengan Terekspresi sGFP
DNA Hygrocymin {PCR (S65T) {PCR hpt dan
hpt +} gfp +} (Jumlah
Piring)
pUHG (SK) WSS 11 67 26 (5)
pUHG (SK) PB 15 90 12 (4)
15. Hasil dan Peningkatan sifat
• Metode whisker menunjukan tingkat ketepatan
transformasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
metode particle bombardment, dimana ditunjukan
bahwa dengan menggunakan metode whisker 26
tanaman transgenik diperoleh dari 5 piring yang
berbeda. Sedangkan pada metode particle
bombardment, hanya 12 tanaman transgenik yang
diperoleh dari 4 piring yang berbeda (Tabel 1).
• Metode whisker supersonic memiliki tingkat
kemudahan dan biaya yang rendah (Terakawa dkk.,
2005) dibandingkan dengan metode particle
bombardment yang memerlukan peralatan yang mahal.