SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 60
Bab IV
MAKANAN DAN CARA PEMBERIAN
Pemberian makanan yang semestinya merupakan
hal yang sangat penting, sebab biaya makanan
menduduki tempat tertinggi dari ongkos produksi total.
Rata-rata berkisar 60–80 %, atau bahkan terkadang
meliputi 80%, dari total biaya produksi (pemeliharaan).
Babi tumbuh sangat cepat, sehingga keperluan akan
makanan sangat tinggi, bervariasi menurut kondisi dan
situasi lapangan, dan tipe dan kelompok, atau tujuan
pemeliharaannya.
1. Hewan omnivora monogastrik
Babi mengkonsumsi makanan lebih banyak per
unit berat badan daripada domba, unggas, dan sapi. Dia
juga lebih efisien dalam mengkonversi makanannya
daripada spesies lainnya, mengakibatkan pertambahan
berat badannya lebih cepat. Ternak babi secara alami
adalah jenis hewan omnivora yang mengkonsumsi pakan
kombinasi protein dan biji-bijian, yang terkandung
dalam kedelai, tepung daging/darah, dan tepung tulang.
Peternakan babi intensif yang besar sangat baik
berada di sekitar lahan pertanian, di mana bertumbuh
tanaman sebagai penyedia butiran pakan. Peternakan
babi sangat bergantung pada industri pertanian sebagai
sumber butiran. Dengan demikian, ketersediaan bahan
pakan ternak babi akan dengan mudah disiap-
kan/dicampur di dekat tempat peternakan.
Sebagai ternak/hewan omnivora monogastrik,
babi hanya dapat mencerna serat kasar dalam kuantitas
yang kecil dibandingkan hewan ruminansia atau mamah
biak (seperti sapi dan kambing), sehingga kapasitas
mencerna hijauan berserat sangat terbatas. Akan tetapi,
ini bukan berarti babi tidak membutuhkan hijauan. Asal-
kan kualitas hay-nya (hijuan kering) baik, hal ini bagus
untuk mengurangi biaya pemberian makanan.
2. Pakan komersial
Dalam mengelola pakan ternak, sebaiknya
dibuat/diolah sendiri, yakni dengan mencampur bahan
sendiri. Kalau pun membeli pakan komersial, ada
sejumlah isu yang harus diperiksa, yaitu:
- Kualitas pakan buatan tidak lebih baik daripada
kualitas bahan yang digunakan.
- Kualitas bahan penyusun sebagai sumber pakan yang
akan digunakan harus mendapat perhatian utama
sebelum dimasukkan ke area peternakan.
- Kualitas bahan harus terjaga dengan sistem angkutan
yang baik dan bersih.
- Sisa bahan pakan angkutan tidak dicampur dengan
bahan yang baru, sambil perhatikan bau maupun
warna sesuai dengan yang diharapkan.
- Selalu memeriksa bahan dengan mengambil sampel.
Segera singkirkan kalau ada yang tidak sesuai;
jangan menunggu sampai ternak babi sudah
terpengaruh, guna menghindari kerugian besar bagi
usaha peternakan.
- Pengaturan setiap pengiriman bahan pakan baru
dengan penyimpanan yang bersih. Tempat
pembuangan sampah harus selalu dikosongkan, di-
periksa, dan dibersihkan secara teratur.
Semua tempat penampungan, sistem peng-
angkutan, pencampuran, dan penyimpanan bahan baku
ransum di dalam area peternakan harus secara teratur
dikosongkan, dibersihkan, dan dijaga. Satu ba-gian yang
paling mahal dalam sistem produksi pe-ternakan adalah
pakan. Karena itu, sangat pentinglah memelihara semua
peralatan angkutan pakan di per-tanian, toko pakan, dll.
Perawatan berkala akan me-ngurangi tingkat kerusakan
pakan sehingga ternak babi terhindar dari kekurangan
pakan.
3. Tempat makan-minum
Tempat makanan atau palung di kandang babi
perlu diperiksa terus-menerus, dan segera diperbaiki jika
diperlukan. Pakan terbuang tidak boleh terjadi dalam
usaha peternakan mana pun. Sisa ransum yang rusak,
jika dibiarkan terbuang di lantai kandang, akan melekat
seperti kerak waktu kering dan, akan menjadi bubur saat
basah. Jika ini dibiarkan, akan menjadi habitat yang
sangat baik atau media hidup mikroorganisme dan
parasit.
Unsur pakan yang penting lainnya adalah air, dan
sering menjadi salah satu bagian terbesar. Jika
ketersediaan air segar/bersih tidak memadai maka ternak
akan menderita secara dramatis. Pentingnya sistem
kebersihan tidak dapat abaikan. Karena itu, kebocoran
yang membuat pakan terbuang itu harus segera
diperbaiki untuk mencegah biaya ekstra pembuangan
dan risiko penyakit yang mengancam.
4. Tipe pakan
Catatan penting lain yang perlu diperhatikan
adalah harus melakukan sistem pemberian makanan pada
umur berbeda. Anak babi tidak akan tumbuh dengan
baik, jika konsumsi induk babi tidak normal. Berikan
label/tanda untuk masing-masing tempat ransum sesuai
umur ternak babi, sehingga karyawan baru pun tahu
dengan pasti ke mana pakan harus diletakkan sesuai
dengan usia ternak.
Setiap peternakan harus konsisten memberikan
jenis pakan berbeda setiap minggu, dan membuat stan-
darisasi urutan pakan yang menguntungkan yang akan
dilaporkan kepada pabrik pemasok, logistik, dan
peternakan. Seharusnya tidak ada usaha peternakan yang
kehabisan pakan, tetapi dalam praktiknya hal ini banyak
kali terjadi.
Nutrisionis atau pakar gizi harus mengetahui
kandungan zat-zat makanan tertentu untuk babi sedang
tumbuh, sehingga informasi tentang spesifikasi usaha
peternakan perlu disiapkan agar penilaian akurat untuk
kebutuhan zat-zat makanan dapat dilaksanakan, seperti:
- pola jumlah konsumsi,
- jumlah konsumsi untuk ternak babi sesuai berat
badan yang berbeda,
- jika tidak ada komputerisasi sistem maka
monitoring jumlah konsumsi untuk masing-masing
berat badan perlu dilakukan secara intensif.
Penentuan pola pertumbuhan untuk babi pada
sistem usaha peternakan merupakan suatu hal yang
penting. Hasil produksi menjadi optimal jika kontrol
akurat dilaksanakan. Jika diketahui terdapat periode
pertumbuhan lambat, akan cepat dikoreksi untuk men-
dapatkan perbaikan secara keseluruhan. Jika tidak ada
pola kontrol yang ketat dalam pemberian makanan,
adalah mustahil untuk mendapatkan sistem produksi
dengan keuntungan yang terbaik.
Kandungan asam amino dan konsentrasi asam
amino esensial perlu diperhatikan, karena ternak babi
berbeda dengan ternak ruminansia. Ransum untuk ternak
babi harus mengandung jumlah yang cukup vitamin B
kompleks, seperti riboflavin, niacin, asam pantotenat,
vitamin B12, di samping vitamin A dan D, juga mineral
dalam jumlah yang cukup, seperti Ca, P, Na, Cl, K, Zn,
Fe, Mg, S, Mn, J , Se, dan Co.
Tipe pakan dan metode pemberian makanan
sangat mempengaruhi efisiensi penggunaan makanan,
laju pertumbuhan, breeding efficiency, kualitas karkas,
dan kesehatan ternak pada umumnya. Dengan kata lain,
pakan atau makanan dan cara pemberiannya adalah
komponen penting yang mempengaruhi profit and lose
suatu usaha peternakan babi.
5. Kebutuhan zat-zat makanan
Kebutuhan nutrisi babi bervariasi menurut jenis
kelamin, umur, dan status fisiologisnya. Kebutuhan
nutrisi untuk semua klas babi (siklus kehidupan babi)
didasarkan pada rekomendasi NRC (1988), dan dapat
diubah atau dikoreksi sesuai dengan keadaan di
Indonesia yang beriklim tropis lewat suatu percobaan.
Menurut kebutuhan nutrisinya, ternak babi dapat
diklasifikasi dalam beberapa kelompok/grup sebagai
berikut ini.
Babi Muda
• Starting (pemula) (+1 – 5kg)
• Prostarting (pro-pemula) (5 – 10kg)
Disapih-Berat Pasar
• Growing (Bertumbuh) (10 – 20 kg)
• Growing (Bertumbuh) (20 – 50 kg)
• Finishing (Pengakhiran) (50 – 110 kg)
Calon Bibit (Replacement atau Developing)
• Dara dan jantan
Bibit (Breeding)
• Induk kering susu
• Dara/induk bunting
• Dara/induk laktasi
• Pejantan aktif
Data kebutuhan nutrien untuk babi di Indonesia
masih belum ada, karena riset-riset yang intensif dan
terpadu dapat dikatakan belum ada. Pada umumnya para
pakar/penulis kita hanya menganjurkan berdasarkan data
hasil penelitian di negara-negara maju, seperti Amerika
Serikat (NRC) dan Inggris (ARC) atau negara-negara
lainnya, dengan tidak atau sedikit perubahan yang
disesuaikan dengan kondisi negara kita yang beriklim
tropis dan lembab.
Kebutuhan nutrien untuk semua klas babi (siklus
kehidupan babi) dalam tabel-tabel di bawah ini diambil
berdasarkan rekomendasi NRC (1998).
Gambar 18. Sistim Pemberian pakan ternak modern.
Tabel 2. Dietary Amino Acid Requirements of
Growing Pigs Allowed Feed Ad Libitum
(90% dry matter)a
Body Weight (kg)
3–5 5–10 10–20 20–50 50–80 80–120
Average weight in
range (kg)
4 7.5 15 35 65 100
DE content of diet
(kcal/kg)
3,400 3,400 3,400 3,400 3,400 3,400
ME content of diet
(kcal/kg)b
3,265 3,265 3,265 3,265 3,265 3,265
Estimated DE intake
(kcal/day)
855 1,690 3,400 6,305 8,760 10,450
Estimated ME intake
(kcal/day)b
820 1,620 3,265 6,050 8,410 10,030
Estimated feed intake
(g/day)
250 500 1,000 1,855 2,575 3,075
Crude protein (%)c
26.0 23.7 20.9 18.0 15.5 13.2
Amino acid requirementsd
True ileal digestible basis (%)
Arginine 0.54 0.49 0.42 0.33 0.24 0.16
Histidine 0.43 0.38 0.32 0.26 0.21 0.16
Isoleucine 0.73 0.65 0.55 0.45 0.37 0.29
Leucine 1.35 1.20 1.02 0.83 0.67 0.51
Lysine 1.34 1.19 1.01 0.83 0.66 0.52
Methionine 0.36 0.32 0.27 0.22 0.18 0.14
Methionine + cystine 0.76 0.68 0.58 0.47 0.39 0.31
Phenylalanine 0.80 0.71 0.61 0.49 0.40 0.31
Phenylalanine +
tyrosine
1.26 1.12 0.95 0.78 0.63 0.49
Threonine 0.84 0.74 0.63 0.52 0.43 0.34
Tryptophan 0.24 0.22 0.18 0.15 0.12 0.10
Valine 0.91 0.81 0.69 0.56 0.45 0.35
Apparent ileal digestible basis (%)
Arginine 0.51 0.46 0.39 0.31 0.22 0.14
Histidine 0.40 0.36 0.31 0.25 0.20 0.16
Isoleucine 0.69 0.61 0.52 0.42 0.34 0.26
Leucine 1.29 1.15 0.98 0.80 0.64 0.50
Lysine 1.26 1.11 0.94 0.77 0.61 0.47
Methionine 0.34 0.30 0.26 0.21 0.17 0.13
Methionine + cystine 0.71 0.63 0.53 0.44 0.36 0.29
Phenylalanine 0.75 0.66 0.56 0.46 0.37 0.28
Phenylalanine +
tyrosine
1.18 1.05 0.89 0.72 0.58 0.45
Threonine 0.75 0.66 0.56 0.46 0.37 0.30
Tryptophan 0.22 0.19 0.16 0.13 0.10 0.08
Valine 0.84 0.74 0.63 0.51 0.41 0.32
Total basis (%)e
Arginine 0.59 0.54 0.46 0.37 0.27 0.19
Histidine 0.48 0.43 0.36 0.30 0.24 0.19
Isoleucine 0.83 0.73 0.63 0.51 0.42 0.33
Leucine 1.50 1.32 1.12 0.90 0.71 0.54
Lysine 1.50 1.35 1.15 0.95 0.75 0.60
Methionine 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.16
Methionine + cystine 0.86 0.76 0.65 0.54 0.44 0.35
Phenylalanine 0.90 0.80 0.68 0.55 0.44 0.34
Phenylalanine +
tyrosine
1.41 1.25 1.06 0.87 0.70 0.55
Threonine 0.98 0.86 0.74 0.61 0.51 0.41
Tryptophan 0.27 0.24 0.21 0.17 0.14 0.11
Valine 1.04 0.92 0.79 0.64 0.52 0.40
a
Mixed gender (1:1 ratio of barrows to gilts) of pigs with high-
medium lean growth rate (325 g/day of carcass fat-free lean) from 20
to 120 kg body weight.
b
Assumes that ME is 96% of DE. In corn–soybean meal diets of
these crude protein levels, ME is 94–96% of DE.
c
Crude protein levels apply to corn–soybean meal diets. In 3–10 kg
pigs fed diets with dried plasma and/or dried milk products, protein
levels will be 2–3% less than shown.
d
Total amino acid requirements are based on the following types of
diets: 3–5 kg pigs, corn–soybean meal diet that includes 5% dried
plasma and 25–50% dried milk products; 5–10 kg pigs, corn–
soybean meal diet that includes 5 to 25% dried milk products; 10–
120 kg pigs, corn–soybean meal diet.
e
The total lysine percentages for 3–20 kg pigs are estimated from
empirical data. The other amino acids for 3–20 kg pigs are based on
the ratios of amino acids to lysine (true digestible basis); however,
there are very few empirical data to support these ratios. The
requirements for 20–120 kg pigs are estimated from the growth
model.
Sumber: NRC. 1998. Nutrient Requirements of Swine.
10th
Rev. Ed.
Tabel 3. Nutrients in Corn and Corn + Soybean
Meal (Dehulled) Compared with the
Nutrient Requirements of a 40-kg Growing
Pig of High-Medium Lean Growth Rate
(325 g of carcass fat-free lean/day)
Nutrient Corn Corn + Soybean
Meal
(74.1%:23.4%)
Requirement (40-
kg pig)
Indispensable amino acids (%)
Arginine 0.37 1.09 0.35
Histidine 0.23 0.47 0.29
Isoleucine 0.28 0.71 0.49
Leucine 0.99 1.59 0.86
Lysine 0.26 0.90 0.90
Methionine + cystine 0.36 0.60 0.52
Phenylalanine +
tyrosine
0.64 1.46 0.83
Threonine 0.29 0.65 0.59
Tryptophan 0.06 0.20 0.16
Valine 0.39 0.82 0.62
Mineral elements
Calcium (%) 0.03 0.10 0.60
Phosphorus, total (%) 0.28 0.37 0.50
Phosphorus, available
(%)
0.04 0.07 0.23
Sodium (%) 0.02 0.02 0.10
Chlorine (%) 0.05 0.05 0.08
Magnesium (%) 0.12 0.16 0.04
Potassium (%) 0.33 0.75 0.23
Sulfur (%) 0.13 0.20 —a
Copper (mg/kg) 3.0 6.9 4.0
Iodine (mg/kg) 0.03 0.04 0.14
Iron (mg/kg) 29 63 60
Manganese (mg/kg) 7.0 13.6 2.0
Selenium (mg/kg) 0.07 0.12 0.15
Zinc (mg/kg) 18 26 60
Vitamins
Vitamin A (IU/kg) 213 170 1,300
Vitamin D (IU/kg) 0 0 150
Vitamin E (IU/kg) 8.3 6.7 11
Vitamin K (mg/kg) 0 0 0.50b
Biotin (mg/kg) 0.06 0.11 0.05
Choline (g/kg) 0.62 1.09 0.30
Folacin (mg/kg) 0.15 0.43 0.30
Niacin, available
(mg/kg)
0c
5.2 10.0
Pantothenic acid
(mg/kg)
6.0 8.0 8.0
Riboflavin (mg/kg) 1.2 1.6 2.5
Thiamin (mg/kg) 3.5 3.3 1.0
Vitamin B6 (mg/kg) 5.0 5.2 1.0
Vitamin B12 (µg/kg) 0 0 10.0
Ascorbic acid 0 0 —d
Linoleic acid (%) 1.9 1.6 0.1
a
The requirement is unknown but is met by the sulfur from
methionine and cystine.
b
The requirement is generally met by microbial synthesis.
c
The niacin in cereal grain is unavailable.
d
The requirement is met by metabolic synthesis.
Sumber: NRC. 1998. Nutrient Requirements of Swine.
10th
Rev. Ed.
Tabel 4. Kebutuhan Berbagai Nutrien Babi
Calon Bibit yang Diberi Makan Ad
Libitum
Kebutuhan
Berat (kg)
Calon Induk Calon Pejantan
20 – 50 50 - 110 20 – 50 50 - 110
Konsentrasi energi :
EM (kkal/kg) 3.255 3.200 3.240 3.255
Protein kasar (%) 16 15 18 16
Nutrien :
Lys(%) 0.80 0.70 0.90 0.75
Ca(%) 0.65 0.55 0.70 0.60
P (%) 0.55 0.45 0.60 0.50
Kebutuhan
Dara,Induk
bibit dan
Pejantan dewasa
Dara, dan Induk
sedang laktasi
DE (kkal/kg)
3.340 3.340
ME (kkal/kg)
3.210 3.210
Protein kasar (%)
12 13
Nutrien
EAA (%)
Arg
0.00 0.40
His
0.15 0.20
Ile
0.30 0.39
Leu
0.30 0.48
Lys
0.43 0.60
Met + cystine
0.23 0.36
Phe + tyrosine
0.45 0.70
Thr
0.30 0.43
Trp
0.09 0.12
Val
0.32 0.60
Asam linoleat (%)
0.1 0.1
(lanjutan) Tabel 5. Kebutuhan Nutrien Babi Bibit
Kebutuhan
Dara,Induk bibit
dan Pejantan
dewasa
Dara, dan
Induk sedang
laktasi
Elemen Mineral
Ca (%) 0.75 0.75
P (%) 0.60 0.60
Na (%) 0.15 0.20
Cl (%) 0.12 0.16
Mg (%) 0.04 0.04
K (%) 0,20 0.20
Cu (%) 5.00 5.00
J (mg) 0.14 0.14
Fe (mg) 80.00 80.00
Mn (mg) 10.00 10.00
Se (mg) 0.15 0.15
Zn (mg) 50.00 50.00
Vitamin
Vit A (IU) 4.000 2.000
Vit.D (IU) 200 200
Vit.E (IU) 22 22
Vit. K (mg) 0.50 0.50
Biotin (mg) 0.20 0.20
Choline (g) 1.25 1.00
Folacin (mg) 0.30 0.30
Niacin (mg) 10.00 10.00
Asam panthotenat
(mg)
12.00 12.00
Riboflavin (mg) 3.75 3.75
Thiamin (mg) 1.00 1.00
Vit.B6 (mg) 1.00 1.00
Vit.B12 (ug) 15.00 15.00
Sumber: NRC. 1988. Nutrient Requirements of Swine. 9
th Rev. Ed.
Tabel 6. Jumlah Konsumsi per ekor/hari Babi Bibit
berat sedang
Konsumsi dan level
penampilan
Rataan gestasi atau berat ketika
melahirkan (Kg)
Dara, Induk bibit dan
Pejantan aktif
Dara, Induk
sedang laktasi
162,5 165,0
Konsumsi makanan
harian (kg)
1,9 5,3
DE (Mkal/h) 6,3 17,7
ME (Mkal/h) 6,1 17,0
Protein kasar (g/h) 228 689
Sumber: NRC. 1988. Nutrient Requirements of Swine. 9
th Rev. Ed.
Tabel 7. Kebutuhan Energi/hari dan Kebutuhan
Makanan Babi Dara dan Induk Bunting
Konsumsi dan level
penampilan
Berat (Kg) Babi dara dan Induk
bibit pada waktu dikawinkan *
120 140 160
Rataan berat gestasi (kg) ** 142,5 162,5 182,5
Energi dibutuhkan (Mkal
DE/h) :
Maintenance(HP) *** 4,53 5,00 5,47
Pertambahan berat gestasi
****
1,29 1,29 1,29
Total 5,82 6,29 6,76
Kebutuhan makanan/hari (kg)
*****
1,8 1,9 2,0
Sumber: NRC. 1988. Nutrient Requirements of Swine. 9
th Rev. Ed.
Keterangan:
* Kebutuhan didasarkan atas pertambahan berat
maternal 25 kg dan 20 kg berat produk
konsepsi. Total berat 45 kg.
** Rataan berat gestasi adalah berat saat
dikawinkan + (total pertambahan berat/2).
*** Kebutuhan maintenance harian adalah 110 kkal
DE/kg 0.75
bobot badan.
**** Pertambahan berat gestasi adalah 1,10 Mkal
DE/h untuk pertambahan berat maternal + 0,19
Mkal DE/h untuk pertambahan konseptus.
***** Kebutuhan makanan/hari dengan ransum yang
mengandung 3,34 Mkal DE/kg
Tabel 8. Energi Harian dan Kebutuhan Makanan
Dari Babi Dara dan Induk Laktasi
Konsumsi dan level penampilan
Berat (Kg) Babi dara dan
Induk laktasi sesudah
melahirkan
145 165 185
Susu yang dihasilkan (kg) 5,0 6,25 7,5
Energi dibutuhkan (Mkal DE/hari)
:
Maintenance * 4,5 5,0 5,5
Produksi susu ** 10,0 12,5 15,0
Total 14,5 17,5 20,5
Kebutuhan makanan/hari (kg) *** 4,4 5,3 6,1
Sumber: NRC. 1988. Nutrient Requirements of Swine.
9th Rev. Ed.
Keterangan:
* Kebutuhan Maintenance harian adalah 110 kkal
DE/kg 0,75
bobot badan
** Produksi susu dibutuhkan 2,0 Mkal DE/kg susu
*** Kebutuhan makanan/hari dengan ransum yang
mengandung 3,34 Mkal DE/kg.
6. Formulasi Ransum
Memformulasikan ransum babi dibutuhkan
pengetahuan tentang kebutuhan nutrien dan kandungan
nutrien bahan pakan. Margin of safety nutrien spesifik
perlu dipertimbangkan. Minimum margin of safety perlu
ditetapkan untuk variasi dalam manajemen lingkungan
dan daya guna biologis nutrien tertentu dalam bahan
pakan yang umumnya digunakan.
Tabel komposisi berbagai bahan pakan yang ada
dapat dipakai sebagai pedoman untuk menyusun ransum,
asalkan diberikan pada level yang dianjurkan supaya
menghasilkan penampilan babi secara optimal. Dari
sudut nutrisi, tidak ada formula ransum “terbaik” dalam
istilah bahan-bahan yang digunakan. Oleh sebab itu,
bahan-pakan harus dipilih berdasarkan tersedianya bahan
pakan, harga, dan kualitas nutrien yang dikandungnya.
Agar penyusunan ransum sesuai dengan
kebutuhan gizi yang baik sesuai rekomendasi, maka
perlu diketahui komposisi zat makanan dan–jika
mungkin–ketersediaan hayati zat gizi pada setiap bahan
yang digunakan. Masing-masing bahan pakan dapat
bervariasi secara luas dalam komposisi karena variasi
dalam kultivar, kondisi pertumbuhan, pengolahan,
kondisi penyimpanan, dan status gizi.
Variasi dalam prosedur analitik juga
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Selain itu, jumlah
bahan kering pada bahan juga mempengaruhi
konsentrasi gizi mereka. Nilai-nilai gizi yang diberikan
pada Tabel 5, rata-rata mencerminkan konsentrasi nutrisi
yang paling mungkin tersedia dalam pakan umum ternak
babi. Walaupun demikian, hal ini digunakan hanya
sebagai panduan. Peternak sebaiknya harus memiliki
analisia kimia bahan pakan sebelum digunakan dalam
peternakan.
Menyusun ransum ternak babi dapat dirumuskan
dengan menggunakan prosedur matematika lebih
sederhana dengan kalkulator, jika jumlah jenis bahan
yang akan digunakan pada ransum makanan hanya
sedikit. Akan tetapi, diperlukan prosedur formulasi lebih
canggih untuk memenuhi persyaratan ransum dengan
kandungan zat makanan lebih tepat, bila jumlah bahan
yang digunakan lebih besar karena sudah tentu
kandungan zatnya berbeda. Prosedur penyusunan ransum
ini membutuhkan program komputerisasi dan serta
seorang ahli gizi profesional. Persyaratan nutrisi menurut
model dan tabel komposisi bahan pakan dalam tabel ini
memungkinkan peternak untuk memformulasi ransum
berdasarkan ketersediaan (benar atau jelas dicerna ileum)
asam amino dan fosfor. Prosedur yang digunakan untuk
merumuskan ransum dengan ketersediaan zat-zat
makanan, meskipun lebih kompleks, adalah sama dengan
yang digunakan untuk merumuskan ransum secara
keseluruhan.
Bagian berikut ini memberi contoh prosedur
perhitungan. Prosedur penyusunan ransum yang berisi
kandungan zat-zat makanan yang lengkap, untuk
mudahnya, dengan menggunakan jagung dan bungkil
kedelai sebagai bahan pakan utama. Ransum dapat
disusun berdasarkan kandungan zat-zat makanan secara
total atau atas dasar kebutuhan zat-zat makanan. Contoh
formulasi berdasarkan kandungan zat-zat makanan
secara total, sebagai berikut.
⇒ Ransum babi diformulasikan dengan
bahan dasar jagung dan kedelai, dengan kandungan
sebesar 97,5 % dari total ransum,
⇒ sisanya 2,5 % terdiri dari suplemen
mineral dan bahan campuran lain yang
mengandung vitamin, mineral, dan zat-zat aditif.
Masing-masing bahan Jagung dan bungkil kedelai
memiliki konsentrasi Energi Dapat dicerna (DE) sama.
Setiap kombinasi dari kedua bahan utama tersebut akan
menghasilkan ransum tinggi energi yang relatif.
Langkah pertama dalam formulasi pakan
disajikan dalam bentuk persamaan-1, sbb.
C + S = 97,5 (persamaan 1-a)
atau
S = 97,5 – C (persamaan 1-b)
C adalah jagung (%) dan S adalah bungkil kedelai (%)
dalam makanan.
Lisin merupakan asam amino pembatas utama
dalam bahan tepung jagung-kedelai. Karena itu, kita
perlu memanipulasi proporsi jagung dan tepung kedelai
untuk memenuhi konsentrasi asam amino yang
diperlukan. Persyaratan untuk semua asam amino
esensial lainnya juga akan terpenuhi, dan jumlah
nitrogen asam amino nonesensial akan memadai. Untuk
merumuskan pakan ternak babi berat badan 40 kg,
dengan menggunakan tepung dari bahan jagung-kedelai,
dapat menggunakan persamaan: (persamaan-2)
(A x C) + (B x [97,5 – C])
= (L x 100)
A adalah lisin (%) pada jagung, C adalah jagung (%)
dalam ransum, B adalah lisin (%) dalam bungkil
kedelai, dan 97,5 - C adalah tepung kedelai (%) dalam
ransum, dan L adalah persyaratan lisin dari babi 40 kg,
yang dinyatakan sebagai persentase dari bahan.
Nilai untuk A, B, dan L tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam persamaan-2, sehingga tersisa (C)
yang tidak diketahui. Persentase tepung jagung dan
kedelai dalam ransum tersebut dapat diselesaikan
sebagai berikut.
(0,26 C) + 3,02 x (97,5 – C)
= (0,90 x 100)
C adalah 74,1% jagung dalam makanan. Karena S
adalah 97,5 - C, maka S adalah 23,41% bungkil kedelai
dalam makanan.
Langkah selanjutnya adalah menambahkan bahan
untuk memasok fosfor anorganik guna melengkapi
persyaratan (0,50%) untuk total fosfor. Jika dipilih
dikalsium fosfat, yang berisi fosfor 18.5%, maka
persamaan-3 akan menunjukkan persentase fosfat
dikalsium (DP) yang akan disertakan dalam makanan.
(18 x DP)
= (0,50 x 100)
– (74,1 x % P dalam jagung)
– (23,4 x % P dalam bungkil kedelai)
(18 x DP)
= (0,50 x 100)
– (74,1 x 0,28)
– (23,4 x 0,69)
DP
= 0,71 % dalam ransum
Langkah selanjutnya adalah menambahkan
bahan untuk memasok kalsium guna melengkapi
kebutuhan kalsium (0,60%). Jika tanah kapur, yang
mengandung kalsium 38 persen, dipilih, persamaan-4
berikut akan menunjukkan persentase kapur tanah (GL)
yang dimasukkan ke dalam pakan.
( 38 x GL )
= (0,60 x 100)
– (74,1 x % Ca dlm jagung)
– (23,4 x % Ca dlm bungkil kedelai)
– (0,71 x % Ca dlm DP)
( 38 x GL )
= (0,60 x 100)
– (74,1 x 0,03)
– (23,4 x 0,34)
– (0,71 x 22)
GL
= 0,90% kapur tanah dalam ransum
Salah satu cara untuk melengkapi ransum ternak
babi, yakni dengan menambahkan 0,25 persen natrium
klorida, sebuah campuran vitamin premix yang
melengkapi kekurangan vitamin dalam campuran tepung
jagung-kedelai (vitamin A, D, E, K, B12, riboflavin,
niacin, asam pantotenat), campuran mineral yang
menyediakan mineral karena ke kurangan zat (besi, seng,
tembaga, mangan, yodium, dan selenium), dan apabila
diperlukan, sebuah campuran yang mengandung satu
atau lebih agen antimikroba.
Ransum lengkap ditampilkan pada Tabel 7.
Ransum disusun dengan meningkatkan jumlah
persentase unsur jagung menjadi 74,44% dari total 100
persen.
Tabel 9. Formulasi Susunan Ransum ternak babi
dalam persen (%)
Nutrisi ( % )
Jagung 74.44
Kedelai 23.40
Dicalcium phosphate 0.71
Kapur 0.90
Sodium chloride 0.25
Vitamin 0.10
mineral 0.10
Anti microbial 0.10
Total 100.00
7. Bahan Pakan Sumber Energi
 Butiran sereal gandum sebagai sumber energi
utama dalam ransum ternak babi. Butiran serealia
ini merupakan bahan tinggi karbohidrat (pati),
palatabilitas tinggi, dan sangat mudah dicerna.
Tetapi bahan pakan ini memiliki kandungan yang
rendah untuk asam amino lisin (dan asam amino
lainnya), vitamin, dan mineral dibandingkan
dengan kebutuhan ternak babi. Oleh karena itu,
ransum dengan bahan utama butiran sereal
gandum harus dilengkapi dengan bahan pakan
lain untuk memenuhi kebutuhan kandungan asam
amino, vitamin, mineral sesuai persyaratan untuk
kesehatan dan penampilan produktivitas yang
optimal.
 Jagung memiliki nilai energi tertinggi di antara
semua butiran sereal gandum, serta umumnya
merupakan sumber yang paling ekonomis dalam
pakan ternak babi. Di negara maju banyak
ditemukan varietas jagung hasil rekayasa
genetika yang telah tumbuh secara luas untuk
kondisi komersial, dan tanpa disadari telah terjadi
penyerbukan silang sehingga menghasilkan
kualitas jagung yang sesuai dengan standar
organik. Penyerbukan silang jagung tersebut
sudah menjadi bahan organik karena diproduksi
dalam suatu sistem produksi organik
bersertifikat.
 Tongkol dan dedak jagung merupakan bahan
pakan hasil produksi perkebunan dan sudah
merupakan salah satu sumber bahan pakan ternak
babi. Bahan pakan ini memiliki kandungan
energy rendah dibandingkan dengan bahan pakan
lain sebagai sumber energi, dan baik digunakan
sebagai sumber pakan untuk ransum ternak babi
periode penggemukan dan induk bunting tua.
Sama dengan butir jagung yang telah mengalami
penyerbukan silang antara jagung non-transgenik
dengan varietas transgenic, bahan ini mungkin
merupakan masalah di beberapa wilayah negara
modern.
 Gandum sebagai sumber bahan utama ransum
yang bernilai tinggi serta sangat palatabel.
Namun, biasanya bahan ini lebih mahal daripada
jagung, dan karena itu belum digunakan secara
umum.
 Barley sebagai bahan pakan ternak babi lebih
tinggi akan serat dan protein dibanding jagung.
Dengan kandungan serat yang lebih tinggi, nilai
energinya berkisar antara 90% sampai 100%
daripada jagung. Barley yang berkualitas tinggi
merupakan sumber biji-bijian sangat baik untuk
ransum ternak babi.
 Hulless barley merupakan sumber bahan pakan
yang mengandung kuantitas protein yang lebih
tinggi serta memiliki serat kurang dibandingkan
dengan ‘barley’. Meskipun nilai dan kualitas gizi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ‘barley’,
tetapi penampilan produksi ternak babi umumnya
sama dengan yang mengkonsumsi ransum
dengan bahan pakan ‘barley’.
 Oats, seperti ‘barley’, yang lebih tinggi dalam
serat dan protein dari jagung, sehingga nilai
energi sekitar 80% dibandingkan dengan jagung.
 Naked oat (oat hulless) memiliki kandungan
yang jauh lebih rendah untuk serat tetapi
kandungan lemak dan kandungan proteinnya
lebih tinggi dibandingkan dengan ‘oat’.
Kandungan energi yang dicerna mencapai 30%
sampai 35% lebih tinggi dari oat konvensional.
‘oat hulless’ memiliki keseimbangan kandungan
asam amino yang baik, dengan kandungan lisin
dan metionin dalam jumlah cukup untuk
memenuhi kebutuhan ternak babi. ‘oat Hulless’
dapat meningkatkan penampilan produksi
pertumbuhan yang sangat baik, bila digunakan
sebagai sumber utama untuk ternak babi fase
pertumbuhan akhir (periode finisher), sehingga
hampir tidak membutuhkan lagi protein
supplement.
 Butiran sorgum merupakan bahan pakan yang
sama dengan jagung dalam kandungan nilai gizi
dan benar-benar dapat menggantikan jagung
sebagai sumber bahan utama dalam ransum
ternak babi. Namun, dalam pengembangan
varietas baru untuk kandungan tannin tinggi
hanya mencapai 80% sampai 90% dari nilai
pakan jagung. Grinding (penggilingan) sangat
penting bagi penggunaan efisien karena jenis
gandum ini kecil dan sangat keras.
 Buck gandum (soba) ini paling sering tumbuh
sebagai gandum untuk konsumsi manusia.
Kualitas protein soba dianggap antara yang
terbaik di kerajaan tanaman. Namun, soba relatif
rendah energi bila dicerna dibandingkan dengan
biji-bijian lain karena serat yang tinggi dan kadar
minyaknya rendah. Faktor penting lainnya yang
membatasi penggunaan soba dalam babi diet
adalah faktor anti-nutrisi, fagopyrin, yang
menyebabkan lesi kulit dan gatal intens ketika
babi terkena sinar matahari. Penggunaannya tidak
bisa melebihi 50% pada ransum ternak fase
tumbuh (grower) dan 80% pada ransum ternak
fase bunting terlebih lebih untuk babi starter saat
menyusu tidak dianjurkan untuk digunakan.
 Rye (gandum hitam) memiliki nilai energi
menengah untuk gandum dan barley, dan kadar
protein yang mirip dengan jelai dan gandum.
Meskipun keseimbangan asam amino yang mirip
dengan jelai dan gandum, kecernaan asam amino
adalah 5% sampai 10% lebih rendah. Selanjut-
nya, rye sangat rentan terhadap ergot, jamur yang
mengurangi kesehatan babi dan kinerja. Rye juga
mengandung beberapa faktor anti-nutrisi beracun
yang mengurangi nilai gizi untuk babi. Tidak ada
batasan jumlah rye yang dapat dimakan untuk
masa/periode kebuntingan, meskipun disarankan
pada batas 50% tumbuh-selesai dan 40% pada
ransum menyusui.
 Triticale adalah gandum yang dihasilkan oleh
gandum durum persimpangan dengan gandum
hitam. Sangat sedikit triticale yang telah ditanam
di utara AS dan Kanada. Meski memiliki nilai
energi dicerna mirip dengan gandum, itu mirip
dengan gandum hitam sehubungan dengan
adanya faktor-faktor anti-nutrisi dan kerentanan
terhadap ergot.
8. Bahan Pakan Sumber Protein
 Kedelai, mengandung minyak sekitar 18% dan
nilai yang sangat bagus untuk makanan babi
disapih dan induk babi menyusui. Penelitian yang
dilakukan telah menunjukkan bahwa ransum
makanan yang mengandung bahan baku kedelai
(tidak dipanaskan) untuk induk bunting akan
menghasilkan produktivitas yang memuaskan.
Namun demikian, kedelai harus dipanaskan
untuk digunakan sebagai pakan agar dalam
semua tahap produksi lainnya berhasil baik.
Kedelai yang dipanaskan dengan benar
merupakan sumber protein yang sangat baik
untuk babi. Kedelai mengandung faktor anti-
nutrisi termasuk tripsin inhibitor, urease, dan
hemaglutinin. Anti-nutrisi ini dapat dihancurkan
oleh proses pembakaran atau ekstrusi yang tepat.
Namun pemanasan berlebihan harus dikurangi
untuk mempertahankan kualitas kecernaan asam
amino. Untuk kualitas optimal, kedelai harus
dipanggang selama 3 sampai 5 menit dengan
suhu keluar dari 240-260 °F. Suhu keluar untuk
kedelai harus diekstrusi 280 derajat F. Karena
kedelai mengandung 13% sampai 15% lebih
banyak energi dari bungkil kedelai, maka
konsentrasi nutrisi makanan lain harus
ditingkatkan untuk mengkompensasi konsumsi
pakan yang lebih rendah yang secara alami
terjadi ketika makan diet energi yang tinggi.
Pakan kedelai yang diekstruksi mekanis (non-
pelarut) dapat diproduksi sebagai pengganti
bungkil kedelai organik untuk diproduksi secara
konvensional. Kedelai yang diproduksi secara
organik dapat diekstrusi secara mekanis untuk
memproduksi makanan berkualitas tinggi yang
mengandung protein tinggi dan energi. Tingkat
kandungan lemak dapat bervariasi dari 5% -10%,
tergantung pada kadar air bijian kedelai dan
efisiensi ekstraksi minyak selama pemrosesan.
 Kacang tanah, yang ditanam terutama untuk
konsumsi manusia, tetapi secara efektif dapat
menggantikan sebagian dari gandum dan protein
ransum suplemen pada ternak babi.
 Kacang polong. Kandungan energi yang dapat
dicerna kacang polong tergolong tinggi. Ini
merupakan sumber lisin yang baik, tapi rendah
metionin dan triptofan, sehingga penggunaannya
dalam pakan babi umumnya terbatas. Kacang
juga mengandung faktor anti-nutrisi termasuk
inhibitor tripsin dan hemaglutinin, tapi tingkat
faktor ini umumnya dianggap tidak cukup tinggi
untuk mengurangi produktivitas.
 Alfalfa. Kualitas gizi Alfalfa bervariasi sesuai
dengan tingkat kemasakan, kesuburan tanah, dan
metode pemanenan, penanganan, dan
penyimpanan. Faktor utama yang membatasi
nilai gizi alfalfa dalam pakan babi adalah
rendahnya kandungan energi yang dapat dicerna.
Namun, dibandingkan dengan biji-bijian lainnya,
alfala mengandung lebih banyak energi dapat
dicerna setengah. Alfalfa adalah sumber vitamin
yang paling baik terutama vitamin A, E, dan K.
Alfalfa juga memiliki kandungan mineral
Kalsium yang tinggi tapi kandungan phosphor
cukup. Sehingga ransum yang mengandung
alfalfa harus dilengkapi dengan penambahan
fosfor untuk mempertahankan rasio yang
diinginkan yaitu 1:1 hingga 1,5:1 kalsium: fosfor.
Alfalfa juga mengandung saponin dan faktor anti-
nutrisi tanin yang dapat mengurangi tingkat
pertumbuhan ternak babi. Untuk ternak babi
stater dan sapihan penggunaan alfalfa tidak
dianjurkan karena kecernaan energi rendah,
palatabilitas kurang, dan adanya faktor anti-
nutrisi. Alfalfa sangat baik untuk ransum induk
daripada untuk babi fase pertumbuhan. Induk
babi memiliki kapasitas yang lebih besar untuk
fermentasi dalam sistim pencernaan yang
memungkinkan untuk pencernaan serat yang
lebih besar dan pemanfaatan energi ditingkatkan.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan
menunjukkan jumlah kotoran induk babi laktasi
meningkat dengan pakan yang diberi silase
alfalfa sat bunting.
 Canola, adalah bibit tanaman minyak utama
yang diproduksi di Kanada. Ini berisi minyak
40% dan protein 20%, membuatnya menjadi
energi tinggi, sumber protein yang cukup tinggi.
Canola dapat secara efektif digunakan pada
sampai 15% pada ransum untuk semua fase
kecuali pada induk bunting dan menyusui harus
dibatasi sampai 10%. Sejumlah besar peternakan
komersial di Amerika dan Kanada menggunakan
canola transgeni, dan saat ini pemerintah di
kedua Negara telah mengeluarkan aturan
penggunaan benih non-organik yang mirip
dengan jagung.
 Fababeans (kacang faba) mengandung 24%
sampai 30% protein dan kandungan tingkat
energi dapat dicerna diantara bungkil kedelai dan
gandum. Fababeans rendah dalam kandungan
lemak (1,5%) serta tinggi dalam asam lemak tak
jenuh. Hal ini sangat rentan terhadap bau anyir
jika disimpan selama lebih dari satu minggu
setelah penggilingan, serta mengandung faktor
anti-nutrisi, termasuk beberapa inhibitor tripsin,
hemaglutinin, dan tanin. Untuk nilai gizi optimal
harus dipanggang atau diekstrusi, serta dapat
secara efektif ditambahkan sampai 15% dari
ransum starter, 20% pada ransum grower, dan
15% untuk induk bunting.
 Biji bunga matahari, mengandung kandungan
lemak yang tinggi (40%), serat kasar (29%) dan
protein cukup tinggi (20%). Batas inklusi biji
bunga matahari sampai 10% dalam ransum
ternak babi disapih, pertumbuhan (grower) dan
finisher, dan sampai 30% pada ransum induk
bunting serta 20% pada pakan induk menyusui.
9.
Cara Menentukan/Mengukur Ransum Yang
Efisien dan Ekonomis
Gambar 18. Contoh Bahan pakan Lentil
Ransum yang efisien dapat ditentukan dalam 2
cara lewat percobaan pemberian makanan (feeding trial),
yaitu: Menentukan efisiensi penggunaan makanan
(EPM) atau perbandingan antara pertambahan berat
badan (kg) yang dihasilkan dengan jumlah makanan
yang dikonsumsi (kg) atau jumlah pertambahan berat
yang dihasilkan per unit konsumsi.
Menentukan efisiensi konversi makanan (EKM)
atau perbandingan antara jumlah makanan atau ransum
yang dikonsumsi (kg) dengan pertambahan berat badan
yang dihasilkan (kg) atau jumlah konsumsi per unit
pertambahan berat badan. EPM lebih sering digunakan
pada ternak besar seperti sapi dan kerbau dan lain lain,
sedang EKM digunakan pada ternak kecil seperti unggas
dan babi.
Ada dua hal penting untuk diperhatikan ketika
mencoba untuk mengurangi biaya pakan dalam
peternakan babi.
Pertama, perubahan nutrisi dalam satu bidang
operasional dapat memiliki konsekuensi besar yang
dalam. Jika dilakukan kesalahan dalam program
pemberian makan, maka hal itu hanya akan
mempengaruhi penampilan ternak babi tersebut saat
dipasarkan. Tapi jika dilakukan kesalahan dalam sistim
usaha peternakan, akan mempengaruhi keseluruhan
siklus babi seluruhnya.
Kedua, pemberian pakan anak babi berdasarkan
tingkat pertumbuhan rata-rata sering mengabaikan fakta
bahwa sekitar 92% babi tumbuh pada tingkat yang
berbeda dari rata-rata keuntungan. Data menunjukkan
bahwa babi dengan berat badan rendah tidak akan
mencapai berat rata-rata normal saat disapih secara
kelompok selama 3 sampai 21 hari; setelah disapih
capaian bobot sapihan tidak dapat dipenuhi sampai
empat minggu umur penyapihan.
Bila harga pasar tinggi dan biaya pakan rendah,
pemberian pakan babi cenderung lebih baik daripada
rata-rata, karena tujuannya adalah untuk memanfaatkan
potensi ternak babi sampai ke pasar secepat mungkin.
Tapi ketika harga pasar rendah dan biaya pakan yang
tinggi, peternak tidak mampu mengikuti strategi ini.
Karena itu perlu selalu memonitor biaya dan
catatan untuk enam bidang utama, berikut ini:
1. Rata-rata beranak per induk dan jumlah
pendapatan total ternak per periode waktu;
2. Rata-rata biaya (total dan variabel) per induk dan
biaya total dan variabel ternak per periode waktu;
3. Jumlah babi disapih per induk per tahun;
4. Non-produktif induk per hari;
5. Rata-rata biaya (total dan variabel) per ekor anak
babi yang dijual; dan
6. Mingguan penjualan relatif per target.
Ada banyak langkah-langkah lain yang penting,
tetapi item di atas adalah titik awal yang baik untuk
mengidentifikasi masalah dan/atau menentukan
keberhasilan.
Dari enam item di atas, ada tiga item yang
berhubungan dengan masalah keuangan, bukan dengan
masalah produktivitas. Akan tetapi, dalam sebuah
industri sering didapatkan pola pikir (mind set) bahwa
produktivitas sama dengan profitabilitas, yang tidak
semuanya benar. Ada banyak peternakan yang memiliki
produktivitas sangat tinggi tetapi tidak memiliki
keuntungan seperti yang dimiliki peternakan lain yang
kurang produktif.
Empat unsur pemberian pakan harus diukur dalam
usaha untuk keberhasilan keuangan dalam model
pemberian pakan anak babi.
1. Kuantitas dan biaya pakan pada masa kebuntingan
dan masa laktasi setiap induk per tahun.
2. Total pakan waktu pemeliharaan dan biaya per ekor
anak babi yang dijual.
3. Jumlah dan biaya pakan per kg anak babi dijual
atau yang dipindahkan.
4. Biaya pakan harus dirumuskan dan aktual. Dengan
menggunakan anggaran pakan, maka pengusaha
ternak akan memiliki target untuk membandingkan
penggunaan pakan sesuai atau tidak.
Dengan informasi pakan yang dimiliki, disarankan agar
peternak mencoba menghitung biaya yang terbesar
dalam usaha peternakan, mana yang paling mudah dan
paling mahal untuk dicapai. Mungkin sebagian biaya
terbesar, seperti biaya tenaga kerja, pada dasarnya
diperlakukan sebagai biaya tetap yang sangat sulit untuk
berubah.
Ketika mempertimbangkan penghematan biaya
dalam pemberian pakan dalam program peternakan,
maka hindari membuat perubahan yang akan dapat
mempengaruhi produktivitas ternak dan merusak
kemampuan ternak untuk memanfaatkan pemulihan
pasar di masa datang.
Pemberian pakan harus sesuai dengan kondisi
tubuh ternak, dan hindari pemberian nutrisi berlebihan.
Usaha peternakan besar dengan jumlah induk sampai
5.000 ekor atau lebih mungkin dapat memberi makan
dua atau tiga ransum berbeda dalam masa bunting.
Pakan dengan ransum yang terpisah termasuk lisin ekstra
untuk induk yang baru pertama kali bunting akan
membantu induk muda ini membangun massa protein
dan berat badan dengan tingkat lisin yang tidak
dibutuhkan oleh ternak yang sudah memiliki paritas
lebih tinggi atau induk tua.
Secara umum pemberian makanan pada induk
muda sedang bunting adalah dengan formulasi
kandungan rendah mineral. Sementara untuk parities
lama (induk tua) perlu kandungan mineral dengan level
yang sedikit lebih tinggi.
Cara pemeliharaan dengan ini tidak akan
bermanfaat apabila untuk pemberian pakan ternak dalam
jumlah besar secara keseluruhan sebagai satu kelompok,
karena tidak akan melihat manfaat dari pemberian
mineral tingkat yang lebih tinggi yang sesuai kebutuhan
masing-masing induk sehingga akan ada induk yang
menerima pakan secara ‘overfeeding’, sebab ada
kemungkinan hanya diperlukan oleh sebagian kecil dari
keseluruhan kelompok induk yang dipelihara.
Cara terbaik untuk memangkas biaya pakan pada
masa laktasi adalah hanya dengan menyediakan pakan
induk sebanyak yang menjadi kebutuhannya.
Peningkatan pemberian pakan sebesar 10% dan
menjaga jumlah konsumsi per hari dapat menurunkan
sebesar 10% konsentrasi asam amino, vitamin, dan
mineral dalam ransum, sehingga akan menghemat biaya
pakan.
Pemberian pakan dengan dua jenis ransum untuk
induk menyusui―satu untuk induk muda yang baru
pertama kali beranak dan satu lagi untuk ternak
lainnya―memungkinkan untuk pemberian pakan dengan
kandungan level tingkat asam amino lisin yang lebih
tinggi untuk anak babi sapihan yang memerlukannya,
dan kandungan tingkat asam amino lisin rendah untuk
induk yang lebih tua. Dalam sistim pemberian pakan
pada ternak babi, perubahan kecil komposisi zat-zat
makanan dalam ransum dapat memiliki dampak besar,
seperti perubahan untuk menurunkan kadar protein
plasma, serat kasar, asam amino, mineral dan vitamin,
dll.
Perhatikan juga untuk mengubah anggaran pakan
guna mengurangi jumlah pakan anak babi; dan untuk
meningkatkan penggunaan biaya-efektif bahan pakan
dalam ransum ternak menjelang akhir produksi guna
mendapatkan biaya yang lebih rendah.
Beberapa saran pemberian makan untuk menekan biaya:
⇒ Mengoptimalkan biaya pakan dalam usaha
peternakan besar membutuhkan catatan informasi
yang tepat untuk mengidentifikasi bidang yang
memiliki manfaat terbesar.
⇒ Jangan menggunakan zat-zat makanan berlebihan
dan jangan menggunakan bahan pakan karena
terpaksa.
⇒ Gunakan bahan pakan yang dapat menghemat
uang dengan sedikit risiko.
⇒ Gunakan anggaran pakan ternak yang tepat.
Beberapa saran tersebut memang sangat ekstrim,
namun pasar sekarang ini menuntut tindakan segera
untuk menekan biaya pakan. Aturan makan babi berubah
ketika harga pasar sangat rendah. Caranya adalah dengan
memastikan bahwa modal disimpan dalam bentuk
pemotongan biaya lebih besar daripada pendapatan yang
hilang akibat perubahan. Pesan paling penting adalah
bahwa program pemberian pakan harus berubah
mengikuti kondisi pasar, karena program pakan adalah
bagian dinamis dari produksi daging babi, dan tidak
boleh dianggap tetap dan independen dari kondisi pasar.
10. Metode Pemberian Makanan
Pemilihan metode pemberian makanan bervariasi
tergantung dari beberapa faktor, seperti harga dan bahan
pakan, populasi ternak, tenaga kerja yang tersedia, dan
manajemen praktis lainnya. Ada beberapa metode
pemberian makanan yang sering digunakan di mana
masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya, yaitu:
• Group vs Individual Feeding
• Floor vs Trough Feeding
• Dry vs Liquid Feeding
• Full vs Restricted/Limited Feeding
Group vs Individual Feeding
Tatalaksana pemberian makan dengan sistim
group (Kelompok) secara ekonomis akan lebih efisien
jika dibandingkan dengan tatalaksana pemberian
makanan secara individu untuk suatu usaha peternakan
yang besar. Hal tersebut adalah untuk meminimalisir
penggunaan tenaga kerja serta peralatan pakan lainnya.
Namun hal yang dimungkinkan terjadi adalah bahwa
tidak semua individu ternak akan mendapatkan jumlah
pakan yang sama. Karena, pengelompokan ternak babi
dalam suatu kandang akan menimbulkan persaingan
dalam mendapatkan makanan. Hal ini disebabkan oleh
ting-kah laku sosial ternak babi dalam kelompok, di
mana yang kuat dan besar akan mendominasi dibanding-
kan dengan ternak babi individu yang agak lemah dan
memiliki badan yang lebih kecil. Sementara jika
kelompok ternak babi didominasi jenis jantan yang
memiliki aggressive behavior tinggi, maka akan
mengakibatkan perkelahian untuk memperebutkan ma-
kanan sehingga mengakibatkan banyak makanan yang
terbuang. Sedangkan tatalaksana pemberian pakan secara
individu akan memerlukan jumlah tenaga kerja serta
perlengkapan yang lebih banyak, namun untuk jumlah
konsumsi akan lebih efektif dan efisien karena
mengurangi terbuangnya makanan yang sisa dan lebih
mudah diketahui jumlah konsumsi per individu ternak.
Gambar 19. Pemberian makan Group dan Individual
Floor vs Trough Feeding
Tatalaksana pemberian makanan secara langsung
di lantai kandang tanpa tempat makan sering ditemukan
di beberapa peternakan babi intensif. Pemberian
makanan di lantai akan memudahkan peternak memberi
makan ternak babi serta waktu pemberian menjadi lebih
cepat, terutama pas untuk suatu usaha peternakan yang
besar. Hal tersebut juga membantu peternak mengurangi
waktu untuk membersihkan dan menyediakan tempat
makan (self feeder). Dengan demikian, konstruksi lantai
kandang harus dipersiapkan dan dijaga agar tetap kering,
tidak boleh basah, serta bentuk pakan harus berbentuk
butiran agar tidak banyak pakan yang tersisa dan tidak
dapat dikonsumsi oleh ternak babi. Jumlah ternak dalam
kandang jangan terlalu padat, karena perlu luasan kan-
dang yang cukup memadai sehingga akses ternak babi
untuk mendapatkan makanan di lantai juga menjadi
gampang. Tetapi pemberian makan dangan cara ini akan
merugikan dari segi efisiensi penggunaan makanan oleh
ternak karena memungkinkan makanan menjadi terinjak
oleh ternak babi sendiri sehingga menjadi hancur dan
apabila hal tersebut terjadi akan menyebabkan banyak
sisa makanan yang terbuang tidak bisa dikonsumsi oleh
ternak. Dengan cara ini juga akan merugikan dari segi
higienis karena terkontaminasi dengan kotoran dalam
kandang. Cara pemberian makanan seperti ini hanya baik
jika digabungkan dengan cara pemberian secara ad
libitum (full feeding). Sementara untuk tatalaksana
pemberian makanan dengan trough feeding atau tata
laksana dengan menyediakan tempat makan khusus
tersendiri merupakan tatalaksana yang sangat efisien dari
segi penggunaan makanan serta memungkinkan untuk
makanan yang terbuang menjadi lebih sedikit. Dan hal
ini akan sangat memudahkan digabungkan dengancara
pemberian makanan restricted feeding, sehingga secara
ekonomis juga dapat diketahui jumlah konsumsi yang
tepat untuk masing-masing periode pemeliharaan.
Dengan demikian secara higienis pakan ternak akan
terjaga dari kontaminasi atau rusak karena terinjak oleh
ternak babi sendiri.
Dry vs Liquid Feeding
Tatalaksana pemberian makanan dengan cara
Gambar 20b. Sistim Pemberian makanan menggunakan
tempat makanan (Trough feeding)
Gambar 20a. Sistim Pemberian makanan dilantai
(floor feeding)
kering dimana makanan yang diberikan kepada ternak
babi dalam keadaan kering. Hal tersebut akan
memudahkan peternak untuk menghitung effisiensi
maupun konversi pakan. Pemberian dengan cara kering
akan sangat efisien jika bahan pakan dalam bentuk
butiran sehingga semua bahan yang sudah dicampur
dalam ransum pakan akan dikonsumsi oleh ternak babi.
Sistim usaha peternakan yang diberikan pakan dalam
bentuk kering harus memperhatikan konstruksi kandang
dengan menyiapkan air minuim secara tersendiri
sehingga memerlukan biaya ekstra untuk hal tersebut.
Akan tetapi jika bahan pakan yang disusun dalam bentuk
tepung atau halus maka sebaiknya bahan pakan tersebut
diberikan dalam bentuk basah. Dengan demikian maka
bahan makanan yang berbentuk tepung akan melekat
dalam ransum sehingga semua kandungan bahan
makanan dapat dikonsumsi oleh ternak babi. Kemudian
dalam kandang tidak perlu lagi dipersiapkan tempat
untuk air minum ternak karena semuanya sudah di-
gabung-kan dalam tempat makan. Ada banyak informasi
untuk peternakan khusus untuk babi penggemukan maka
cara dengan pemberian makanan dalam bentuk basah
sangat meningkatkan jumlah konsumsi ransum.
Full vs Restricted/Limited Feeding
Full feeding system adalah cara pemberian
makanan pada ternak yang sangat umum yang lebih
dikenal dengan cara ad libitum atau tidak terbatas. Hal
ini sering dilakukan apabila pengetahuan peternak
tentang jumlah konsumsi ransum ternak babi sesuai
dengan umur dan periode pertumbuhan tidak diketahui.
Kerugian dari cara pemberian makanan seperti ini adalah
mamungkinkan adanya makanan sisa yang tidak
dikonsumsi menjadi mubazir dan dibuang. Tetapi untuk
periode anak babi lepas sapih yang memerlukan
ketersediaan makanan yang terus menerus maka cara ini
sering dianjurkan untuk dilaksanakan. Akan tetapi jika
menggunakan cara restricted feeding system maka
effisiensi penggunaan makanan bagi ternak babi akan
sangat tinggi karena mengurangi jumlah makanan yang
tersisa dan terbuang, juga di beberapa peternakan babi
yang modern dengan penggunaan high technology maka
sistim ini sangat efektif baik dari penggunaan tenaga
kerja maupun dalam meminimalisir hasil sisa buangan
baik makanan sisa maupun kotoran yang dihasilkan oleh
ternak babi tersebut. Karena dengan kalkulasi yang tepat
maka masing-masing kebutuhan pakan periode
pertumbuhan ternak babi akan diberikan pakan sesuai
kebutuhan serta wasted atau pakan sisa sangat kecil juga
kotoran babi berkurang. Dan juga dibeberapa hasil
penelitian mengungkapkan bahwa pembentukan karkas
menjadi lebih baik sementara perilaku makan ternak babi
yang akan makan tanpa henti sepanjang makanan itu
tersedia juga menghasilkan bobot badan yang bertambah
dengan cepat tetapi pembentukan lemak tubuh juga
cukup tinggi.
Gambar 21. Model tempat makan (self feeder)
tradisional dan modern.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Karbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiKarbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiAinur
 
Perubahan pasca panen
Perubahan pasca panenPerubahan pasca panen
Perubahan pasca panenAgnescia Sera
 
Kultur jaringan by~~ Shella_Lala~~
Kultur jaringan by~~ Shella_Lala~~Kultur jaringan by~~ Shella_Lala~~
Kultur jaringan by~~ Shella_Lala~~Shella Sagita
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananEmi Suhaemi
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanamanHasan Addiny
 
Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiRamaiyulis Ramai
 
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralPenyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralshintamardina
 
Anatomi serangga
Anatomi seranggaAnatomi serangga
Anatomi seranggaastutirisa
 
1.anatomi tumbuhan sel
1.anatomi tumbuhan sel1.anatomi tumbuhan sel
1.anatomi tumbuhan selL Anshori
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Laode Syawal Fapet
 

Was ist angesagt? (20)

Fisiologi Hidung
Fisiologi HidungFisiologi Hidung
Fisiologi Hidung
 
Karbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiKarbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur Pujianti
 
Autoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan HipersensitivitasAutoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan Hipersensitivitas
 
Perubahan pasca panen
Perubahan pasca panenPerubahan pasca panen
Perubahan pasca panen
 
Kultur jaringan by~~ Shella_Lala~~
Kultur jaringan by~~ Shella_Lala~~Kultur jaringan by~~ Shella_Lala~~
Kultur jaringan by~~ Shella_Lala~~
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanaman
 
Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapi
 
Chordata
ChordataChordata
Chordata
 
Echinodhermata
Echinodhermata Echinodhermata
Echinodhermata
 
Sterilisasi n desinfeksi
Sterilisasi n desinfeksiSterilisasi n desinfeksi
Sterilisasi n desinfeksi
 
Euspongia sp
Euspongia spEuspongia sp
Euspongia sp
 
Budidaya burung walet
Budidaya burung waletBudidaya burung walet
Budidaya burung walet
 
Budidya jamur
Budidya jamurBudidya jamur
Budidya jamur
 
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralPenyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
 
Anatomi serangga
Anatomi seranggaAnatomi serangga
Anatomi serangga
 
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe IHipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe I
 
1.anatomi tumbuhan sel
1.anatomi tumbuhan sel1.anatomi tumbuhan sel
1.anatomi tumbuhan sel
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
 

Andere mochten auch

TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABITEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABIN8 MARKET
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARunivesitas gadjah mada
 
Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanBab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanRMontong
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARunivesitas gadjah mada
 
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan BabiPedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan BabiRMontong
 
Reproduksi babi jantan
Reproduksi babi jantanReproduksi babi jantan
Reproduksi babi jantanAbror Abrori
 
sistem reproduksi babi betina
sistem reproduksi babi betinasistem reproduksi babi betina
sistem reproduksi babi betinaAbror Abrori
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi Licia Dewi
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShareSlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareSlideShare
 
Katalog Produk Waroeng Domba : Obat Ternak & Peralatan Ternak
Katalog Produk Waroeng Domba : Obat Ternak & Peralatan TernakKatalog Produk Waroeng Domba : Obat Ternak & Peralatan Ternak
Katalog Produk Waroeng Domba : Obat Ternak & Peralatan TernakRian Rahardi
 
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)Diaz Faizi
 
Uma Abordagem Sobre a Origem do Pato e do Marreco
Uma Abordagem Sobre a Origem do Pato e do MarrecoUma Abordagem Sobre a Origem do Pato e do Marreco
Uma Abordagem Sobre a Origem do Pato e do MarrecoJoão Felix
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Giziwinautm
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareSlideShare
 
Analisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanAnalisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanYusuf Ahmad
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaswiradiputri
 
Saduran membangun kandang sapi yang baik dan benar
Saduran membangun kandang sapi yang baik dan benarSaduran membangun kandang sapi yang baik dan benar
Saduran membangun kandang sapi yang baik dan benarSang Thothon
 
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babiAnatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babiRony Kapida
 

Andere mochten auch (20)

TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABITEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
 
Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanBab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
 
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan BabiPedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
Pedoman Praktis dan Teori Manajemen Peternakan Babi
 
Reproduksi babi jantan
Reproduksi babi jantanReproduksi babi jantan
Reproduksi babi jantan
 
sistem reproduksi babi betina
sistem reproduksi babi betinasistem reproduksi babi betina
sistem reproduksi babi betina
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShare
 
Katalog Produk Waroeng Domba : Obat Ternak & Peralatan Ternak
Katalog Produk Waroeng Domba : Obat Ternak & Peralatan TernakKatalog Produk Waroeng Domba : Obat Ternak & Peralatan Ternak
Katalog Produk Waroeng Domba : Obat Ternak & Peralatan Ternak
 
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
Alat reproduksi-ternak materi (peternakan)
 
Uma Abordagem Sobre a Origem do Pato e do Marreco
Uma Abordagem Sobre a Origem do Pato e do MarrecoUma Abordagem Sobre a Origem do Pato e do Marreco
Uma Abordagem Sobre a Origem do Pato e do Marreco
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Gizi
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
 
Analisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanAnalisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan Pakan
 
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran NafasBakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Nafas
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
 
Saduran membangun kandang sapi yang baik dan benar
Saduran membangun kandang sapi yang baik dan benarSaduran membangun kandang sapi yang baik dan benar
Saduran membangun kandang sapi yang baik dan benar
 
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babiAnatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
Anatomi reproduksi jantan dan betina pada sapi dan babi
 

Ähnlich wie Bab iv makanan dan cara pemberian

Teknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potongTeknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potongsujononasa
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1PPGhybrid3
 
Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1Maman Fathurrohman
 
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Pakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisiPakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisihylmihalim
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurDisty Ridha H
 
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.pptTeknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.pptElin feed
 
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptxKULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptxbudiresno
 
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.pptTeknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.pptMiraPuspitayani
 
Jimons TGH untuk Perikanan
Jimons TGH untuk PerikananJimons TGH untuk Perikanan
Jimons TGH untuk PerikananJimon Andalas
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3PPGhybrid3
 
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinarProjek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinard2d2d2d2
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...Tri Sutopo
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakanptkonline
 

Ähnlich wie Bab iv makanan dan cara pemberian (20)

Teknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potongTeknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potong
 
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secaraTeknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
 
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1
 
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Pakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisiPakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisi
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas Petelur
 
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.pptTeknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
 
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptxKULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.pptTeknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
 
Studi banding ayam buras
Studi banding ayam burasStudi banding ayam buras
Studi banding ayam buras
 
Jimons TGH untuk Perikanan
Jimons TGH untuk PerikananJimons TGH untuk Perikanan
Jimons TGH untuk Perikanan
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
 
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinarProjek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
 
Bakal sapo
Bakal sapoBakal sapo
Bakal sapo
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
 

Mehr von RMontong

Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitRMontong
 
Bab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiBab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiRMontong
 
Bab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanBab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanRMontong
 
Bab ix cara pemotongan dan karkas
Bab ix cara pemotongan dan karkasBab ix cara pemotongan dan karkas
Bab ix cara pemotongan dan karkasRMontong
 
Bab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulBab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulRMontong
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluanRMontong
 

Mehr von RMontong (6)

Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
 
Bab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiBab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasi
 
Bab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanBab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinan
 
Bab ix cara pemotongan dan karkas
Bab ix cara pemotongan dan karkasBab ix cara pemotongan dan karkas
Bab ix cara pemotongan dan karkas
 
Bab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulBab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usul
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 

Bab iv makanan dan cara pemberian

  • 1. Bab IV MAKANAN DAN CARA PEMBERIAN Pemberian makanan yang semestinya merupakan hal yang sangat penting, sebab biaya makanan menduduki tempat tertinggi dari ongkos produksi total. Rata-rata berkisar 60–80 %, atau bahkan terkadang meliputi 80%, dari total biaya produksi (pemeliharaan). Babi tumbuh sangat cepat, sehingga keperluan akan makanan sangat tinggi, bervariasi menurut kondisi dan situasi lapangan, dan tipe dan kelompok, atau tujuan pemeliharaannya. 1. Hewan omnivora monogastrik Babi mengkonsumsi makanan lebih banyak per unit berat badan daripada domba, unggas, dan sapi. Dia juga lebih efisien dalam mengkonversi makanannya daripada spesies lainnya, mengakibatkan pertambahan berat badannya lebih cepat. Ternak babi secara alami adalah jenis hewan omnivora yang mengkonsumsi pakan kombinasi protein dan biji-bijian, yang terkandung dalam kedelai, tepung daging/darah, dan tepung tulang.
  • 2. Peternakan babi intensif yang besar sangat baik berada di sekitar lahan pertanian, di mana bertumbuh tanaman sebagai penyedia butiran pakan. Peternakan babi sangat bergantung pada industri pertanian sebagai sumber butiran. Dengan demikian, ketersediaan bahan pakan ternak babi akan dengan mudah disiap- kan/dicampur di dekat tempat peternakan. Sebagai ternak/hewan omnivora monogastrik, babi hanya dapat mencerna serat kasar dalam kuantitas yang kecil dibandingkan hewan ruminansia atau mamah biak (seperti sapi dan kambing), sehingga kapasitas mencerna hijauan berserat sangat terbatas. Akan tetapi, ini bukan berarti babi tidak membutuhkan hijauan. Asal- kan kualitas hay-nya (hijuan kering) baik, hal ini bagus untuk mengurangi biaya pemberian makanan. 2. Pakan komersial Dalam mengelola pakan ternak, sebaiknya dibuat/diolah sendiri, yakni dengan mencampur bahan sendiri. Kalau pun membeli pakan komersial, ada sejumlah isu yang harus diperiksa, yaitu:
  • 3. - Kualitas pakan buatan tidak lebih baik daripada kualitas bahan yang digunakan. - Kualitas bahan penyusun sebagai sumber pakan yang akan digunakan harus mendapat perhatian utama sebelum dimasukkan ke area peternakan. - Kualitas bahan harus terjaga dengan sistem angkutan yang baik dan bersih. - Sisa bahan pakan angkutan tidak dicampur dengan bahan yang baru, sambil perhatikan bau maupun warna sesuai dengan yang diharapkan. - Selalu memeriksa bahan dengan mengambil sampel. Segera singkirkan kalau ada yang tidak sesuai; jangan menunggu sampai ternak babi sudah terpengaruh, guna menghindari kerugian besar bagi usaha peternakan. - Pengaturan setiap pengiriman bahan pakan baru dengan penyimpanan yang bersih. Tempat pembuangan sampah harus selalu dikosongkan, di- periksa, dan dibersihkan secara teratur. Semua tempat penampungan, sistem peng- angkutan, pencampuran, dan penyimpanan bahan baku
  • 4. ransum di dalam area peternakan harus secara teratur dikosongkan, dibersihkan, dan dijaga. Satu ba-gian yang paling mahal dalam sistem produksi pe-ternakan adalah pakan. Karena itu, sangat pentinglah memelihara semua peralatan angkutan pakan di per-tanian, toko pakan, dll. Perawatan berkala akan me-ngurangi tingkat kerusakan pakan sehingga ternak babi terhindar dari kekurangan pakan. 3. Tempat makan-minum Tempat makanan atau palung di kandang babi perlu diperiksa terus-menerus, dan segera diperbaiki jika diperlukan. Pakan terbuang tidak boleh terjadi dalam usaha peternakan mana pun. Sisa ransum yang rusak, jika dibiarkan terbuang di lantai kandang, akan melekat seperti kerak waktu kering dan, akan menjadi bubur saat basah. Jika ini dibiarkan, akan menjadi habitat yang sangat baik atau media hidup mikroorganisme dan parasit. Unsur pakan yang penting lainnya adalah air, dan sering menjadi salah satu bagian terbesar. Jika ketersediaan air segar/bersih tidak memadai maka ternak
  • 5. akan menderita secara dramatis. Pentingnya sistem kebersihan tidak dapat abaikan. Karena itu, kebocoran yang membuat pakan terbuang itu harus segera diperbaiki untuk mencegah biaya ekstra pembuangan dan risiko penyakit yang mengancam. 4. Tipe pakan Catatan penting lain yang perlu diperhatikan adalah harus melakukan sistem pemberian makanan pada umur berbeda. Anak babi tidak akan tumbuh dengan baik, jika konsumsi induk babi tidak normal. Berikan label/tanda untuk masing-masing tempat ransum sesuai umur ternak babi, sehingga karyawan baru pun tahu dengan pasti ke mana pakan harus diletakkan sesuai dengan usia ternak. Setiap peternakan harus konsisten memberikan jenis pakan berbeda setiap minggu, dan membuat stan- darisasi urutan pakan yang menguntungkan yang akan dilaporkan kepada pabrik pemasok, logistik, dan peternakan. Seharusnya tidak ada usaha peternakan yang kehabisan pakan, tetapi dalam praktiknya hal ini banyak kali terjadi.
  • 6. Nutrisionis atau pakar gizi harus mengetahui kandungan zat-zat makanan tertentu untuk babi sedang tumbuh, sehingga informasi tentang spesifikasi usaha peternakan perlu disiapkan agar penilaian akurat untuk kebutuhan zat-zat makanan dapat dilaksanakan, seperti: - pola jumlah konsumsi, - jumlah konsumsi untuk ternak babi sesuai berat badan yang berbeda, - jika tidak ada komputerisasi sistem maka monitoring jumlah konsumsi untuk masing-masing berat badan perlu dilakukan secara intensif. Penentuan pola pertumbuhan untuk babi pada sistem usaha peternakan merupakan suatu hal yang penting. Hasil produksi menjadi optimal jika kontrol akurat dilaksanakan. Jika diketahui terdapat periode pertumbuhan lambat, akan cepat dikoreksi untuk men- dapatkan perbaikan secara keseluruhan. Jika tidak ada pola kontrol yang ketat dalam pemberian makanan, adalah mustahil untuk mendapatkan sistem produksi dengan keuntungan yang terbaik. Kandungan asam amino dan konsentrasi asam amino esensial perlu diperhatikan, karena ternak babi
  • 7. berbeda dengan ternak ruminansia. Ransum untuk ternak babi harus mengandung jumlah yang cukup vitamin B kompleks, seperti riboflavin, niacin, asam pantotenat, vitamin B12, di samping vitamin A dan D, juga mineral dalam jumlah yang cukup, seperti Ca, P, Na, Cl, K, Zn, Fe, Mg, S, Mn, J , Se, dan Co. Tipe pakan dan metode pemberian makanan sangat mempengaruhi efisiensi penggunaan makanan, laju pertumbuhan, breeding efficiency, kualitas karkas, dan kesehatan ternak pada umumnya. Dengan kata lain, pakan atau makanan dan cara pemberiannya adalah komponen penting yang mempengaruhi profit and lose suatu usaha peternakan babi. 5. Kebutuhan zat-zat makanan Kebutuhan nutrisi babi bervariasi menurut jenis kelamin, umur, dan status fisiologisnya. Kebutuhan nutrisi untuk semua klas babi (siklus kehidupan babi) didasarkan pada rekomendasi NRC (1988), dan dapat diubah atau dikoreksi sesuai dengan keadaan di Indonesia yang beriklim tropis lewat suatu percobaan.
  • 8. Menurut kebutuhan nutrisinya, ternak babi dapat diklasifikasi dalam beberapa kelompok/grup sebagai berikut ini. Babi Muda • Starting (pemula) (+1 – 5kg) • Prostarting (pro-pemula) (5 – 10kg) Disapih-Berat Pasar • Growing (Bertumbuh) (10 – 20 kg) • Growing (Bertumbuh) (20 – 50 kg) • Finishing (Pengakhiran) (50 – 110 kg) Calon Bibit (Replacement atau Developing) • Dara dan jantan Bibit (Breeding) • Induk kering susu • Dara/induk bunting • Dara/induk laktasi • Pejantan aktif Data kebutuhan nutrien untuk babi di Indonesia masih belum ada, karena riset-riset yang intensif dan
  • 9. terpadu dapat dikatakan belum ada. Pada umumnya para pakar/penulis kita hanya menganjurkan berdasarkan data hasil penelitian di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (NRC) dan Inggris (ARC) atau negara-negara lainnya, dengan tidak atau sedikit perubahan yang disesuaikan dengan kondisi negara kita yang beriklim tropis dan lembab. Kebutuhan nutrien untuk semua klas babi (siklus kehidupan babi) dalam tabel-tabel di bawah ini diambil berdasarkan rekomendasi NRC (1998). Gambar 18. Sistim Pemberian pakan ternak modern.
  • 10. Tabel 2. Dietary Amino Acid Requirements of Growing Pigs Allowed Feed Ad Libitum (90% dry matter)a Body Weight (kg) 3–5 5–10 10–20 20–50 50–80 80–120 Average weight in range (kg) 4 7.5 15 35 65 100 DE content of diet (kcal/kg) 3,400 3,400 3,400 3,400 3,400 3,400 ME content of diet (kcal/kg)b 3,265 3,265 3,265 3,265 3,265 3,265 Estimated DE intake (kcal/day) 855 1,690 3,400 6,305 8,760 10,450 Estimated ME intake (kcal/day)b 820 1,620 3,265 6,050 8,410 10,030 Estimated feed intake (g/day) 250 500 1,000 1,855 2,575 3,075 Crude protein (%)c 26.0 23.7 20.9 18.0 15.5 13.2 Amino acid requirementsd True ileal digestible basis (%) Arginine 0.54 0.49 0.42 0.33 0.24 0.16 Histidine 0.43 0.38 0.32 0.26 0.21 0.16 Isoleucine 0.73 0.65 0.55 0.45 0.37 0.29 Leucine 1.35 1.20 1.02 0.83 0.67 0.51 Lysine 1.34 1.19 1.01 0.83 0.66 0.52 Methionine 0.36 0.32 0.27 0.22 0.18 0.14 Methionine + cystine 0.76 0.68 0.58 0.47 0.39 0.31 Phenylalanine 0.80 0.71 0.61 0.49 0.40 0.31 Phenylalanine + tyrosine 1.26 1.12 0.95 0.78 0.63 0.49 Threonine 0.84 0.74 0.63 0.52 0.43 0.34 Tryptophan 0.24 0.22 0.18 0.15 0.12 0.10 Valine 0.91 0.81 0.69 0.56 0.45 0.35 Apparent ileal digestible basis (%) Arginine 0.51 0.46 0.39 0.31 0.22 0.14 Histidine 0.40 0.36 0.31 0.25 0.20 0.16
  • 11. Isoleucine 0.69 0.61 0.52 0.42 0.34 0.26 Leucine 1.29 1.15 0.98 0.80 0.64 0.50 Lysine 1.26 1.11 0.94 0.77 0.61 0.47 Methionine 0.34 0.30 0.26 0.21 0.17 0.13 Methionine + cystine 0.71 0.63 0.53 0.44 0.36 0.29 Phenylalanine 0.75 0.66 0.56 0.46 0.37 0.28 Phenylalanine + tyrosine 1.18 1.05 0.89 0.72 0.58 0.45 Threonine 0.75 0.66 0.56 0.46 0.37 0.30 Tryptophan 0.22 0.19 0.16 0.13 0.10 0.08 Valine 0.84 0.74 0.63 0.51 0.41 0.32 Total basis (%)e Arginine 0.59 0.54 0.46 0.37 0.27 0.19 Histidine 0.48 0.43 0.36 0.30 0.24 0.19 Isoleucine 0.83 0.73 0.63 0.51 0.42 0.33 Leucine 1.50 1.32 1.12 0.90 0.71 0.54 Lysine 1.50 1.35 1.15 0.95 0.75 0.60 Methionine 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.16 Methionine + cystine 0.86 0.76 0.65 0.54 0.44 0.35 Phenylalanine 0.90 0.80 0.68 0.55 0.44 0.34 Phenylalanine + tyrosine 1.41 1.25 1.06 0.87 0.70 0.55 Threonine 0.98 0.86 0.74 0.61 0.51 0.41 Tryptophan 0.27 0.24 0.21 0.17 0.14 0.11 Valine 1.04 0.92 0.79 0.64 0.52 0.40 a Mixed gender (1:1 ratio of barrows to gilts) of pigs with high- medium lean growth rate (325 g/day of carcass fat-free lean) from 20 to 120 kg body weight. b Assumes that ME is 96% of DE. In corn–soybean meal diets of these crude protein levels, ME is 94–96% of DE. c Crude protein levels apply to corn–soybean meal diets. In 3–10 kg pigs fed diets with dried plasma and/or dried milk products, protein levels will be 2–3% less than shown. d Total amino acid requirements are based on the following types of diets: 3–5 kg pigs, corn–soybean meal diet that includes 5% dried plasma and 25–50% dried milk products; 5–10 kg pigs, corn– soybean meal diet that includes 5 to 25% dried milk products; 10–
  • 12. 120 kg pigs, corn–soybean meal diet. e The total lysine percentages for 3–20 kg pigs are estimated from empirical data. The other amino acids for 3–20 kg pigs are based on the ratios of amino acids to lysine (true digestible basis); however, there are very few empirical data to support these ratios. The requirements for 20–120 kg pigs are estimated from the growth model. Sumber: NRC. 1998. Nutrient Requirements of Swine. 10th Rev. Ed. Tabel 3. Nutrients in Corn and Corn + Soybean Meal (Dehulled) Compared with the Nutrient Requirements of a 40-kg Growing Pig of High-Medium Lean Growth Rate (325 g of carcass fat-free lean/day) Nutrient Corn Corn + Soybean Meal (74.1%:23.4%) Requirement (40- kg pig) Indispensable amino acids (%) Arginine 0.37 1.09 0.35 Histidine 0.23 0.47 0.29 Isoleucine 0.28 0.71 0.49 Leucine 0.99 1.59 0.86 Lysine 0.26 0.90 0.90 Methionine + cystine 0.36 0.60 0.52 Phenylalanine + tyrosine 0.64 1.46 0.83 Threonine 0.29 0.65 0.59 Tryptophan 0.06 0.20 0.16 Valine 0.39 0.82 0.62 Mineral elements Calcium (%) 0.03 0.10 0.60 Phosphorus, total (%) 0.28 0.37 0.50 Phosphorus, available (%) 0.04 0.07 0.23
  • 13. Sodium (%) 0.02 0.02 0.10 Chlorine (%) 0.05 0.05 0.08 Magnesium (%) 0.12 0.16 0.04 Potassium (%) 0.33 0.75 0.23 Sulfur (%) 0.13 0.20 —a Copper (mg/kg) 3.0 6.9 4.0 Iodine (mg/kg) 0.03 0.04 0.14 Iron (mg/kg) 29 63 60 Manganese (mg/kg) 7.0 13.6 2.0 Selenium (mg/kg) 0.07 0.12 0.15 Zinc (mg/kg) 18 26 60 Vitamins Vitamin A (IU/kg) 213 170 1,300 Vitamin D (IU/kg) 0 0 150 Vitamin E (IU/kg) 8.3 6.7 11 Vitamin K (mg/kg) 0 0 0.50b Biotin (mg/kg) 0.06 0.11 0.05 Choline (g/kg) 0.62 1.09 0.30 Folacin (mg/kg) 0.15 0.43 0.30 Niacin, available (mg/kg) 0c 5.2 10.0 Pantothenic acid (mg/kg) 6.0 8.0 8.0 Riboflavin (mg/kg) 1.2 1.6 2.5 Thiamin (mg/kg) 3.5 3.3 1.0 Vitamin B6 (mg/kg) 5.0 5.2 1.0 Vitamin B12 (µg/kg) 0 0 10.0 Ascorbic acid 0 0 —d Linoleic acid (%) 1.9 1.6 0.1 a The requirement is unknown but is met by the sulfur from methionine and cystine. b The requirement is generally met by microbial synthesis. c The niacin in cereal grain is unavailable. d The requirement is met by metabolic synthesis. Sumber: NRC. 1998. Nutrient Requirements of Swine. 10th Rev. Ed.
  • 14. Tabel 4. Kebutuhan Berbagai Nutrien Babi Calon Bibit yang Diberi Makan Ad Libitum Kebutuhan Berat (kg) Calon Induk Calon Pejantan 20 – 50 50 - 110 20 – 50 50 - 110 Konsentrasi energi : EM (kkal/kg) 3.255 3.200 3.240 3.255 Protein kasar (%) 16 15 18 16 Nutrien : Lys(%) 0.80 0.70 0.90 0.75 Ca(%) 0.65 0.55 0.70 0.60 P (%) 0.55 0.45 0.60 0.50 Kebutuhan Dara,Induk bibit dan Pejantan dewasa Dara, dan Induk sedang laktasi DE (kkal/kg) 3.340 3.340 ME (kkal/kg) 3.210 3.210 Protein kasar (%) 12 13 Nutrien EAA (%) Arg 0.00 0.40 His 0.15 0.20 Ile 0.30 0.39
  • 15. Leu 0.30 0.48 Lys 0.43 0.60 Met + cystine 0.23 0.36 Phe + tyrosine 0.45 0.70 Thr 0.30 0.43 Trp 0.09 0.12 Val 0.32 0.60 Asam linoleat (%) 0.1 0.1
  • 16. (lanjutan) Tabel 5. Kebutuhan Nutrien Babi Bibit Kebutuhan Dara,Induk bibit dan Pejantan dewasa Dara, dan Induk sedang laktasi Elemen Mineral Ca (%) 0.75 0.75 P (%) 0.60 0.60 Na (%) 0.15 0.20 Cl (%) 0.12 0.16 Mg (%) 0.04 0.04 K (%) 0,20 0.20 Cu (%) 5.00 5.00 J (mg) 0.14 0.14 Fe (mg) 80.00 80.00 Mn (mg) 10.00 10.00 Se (mg) 0.15 0.15 Zn (mg) 50.00 50.00 Vitamin Vit A (IU) 4.000 2.000 Vit.D (IU) 200 200 Vit.E (IU) 22 22 Vit. K (mg) 0.50 0.50 Biotin (mg) 0.20 0.20 Choline (g) 1.25 1.00 Folacin (mg) 0.30 0.30 Niacin (mg) 10.00 10.00 Asam panthotenat (mg) 12.00 12.00 Riboflavin (mg) 3.75 3.75 Thiamin (mg) 1.00 1.00 Vit.B6 (mg) 1.00 1.00 Vit.B12 (ug) 15.00 15.00 Sumber: NRC. 1988. Nutrient Requirements of Swine. 9 th Rev. Ed.
  • 17. Tabel 6. Jumlah Konsumsi per ekor/hari Babi Bibit berat sedang Konsumsi dan level penampilan Rataan gestasi atau berat ketika melahirkan (Kg) Dara, Induk bibit dan Pejantan aktif Dara, Induk sedang laktasi 162,5 165,0 Konsumsi makanan harian (kg) 1,9 5,3 DE (Mkal/h) 6,3 17,7 ME (Mkal/h) 6,1 17,0 Protein kasar (g/h) 228 689 Sumber: NRC. 1988. Nutrient Requirements of Swine. 9 th Rev. Ed.
  • 18.
  • 19. Tabel 7. Kebutuhan Energi/hari dan Kebutuhan Makanan Babi Dara dan Induk Bunting Konsumsi dan level penampilan Berat (Kg) Babi dara dan Induk bibit pada waktu dikawinkan * 120 140 160 Rataan berat gestasi (kg) ** 142,5 162,5 182,5 Energi dibutuhkan (Mkal DE/h) : Maintenance(HP) *** 4,53 5,00 5,47 Pertambahan berat gestasi **** 1,29 1,29 1,29 Total 5,82 6,29 6,76 Kebutuhan makanan/hari (kg) ***** 1,8 1,9 2,0 Sumber: NRC. 1988. Nutrient Requirements of Swine. 9 th Rev. Ed. Keterangan: * Kebutuhan didasarkan atas pertambahan berat maternal 25 kg dan 20 kg berat produk konsepsi. Total berat 45 kg. ** Rataan berat gestasi adalah berat saat dikawinkan + (total pertambahan berat/2). *** Kebutuhan maintenance harian adalah 110 kkal DE/kg 0.75 bobot badan. **** Pertambahan berat gestasi adalah 1,10 Mkal DE/h untuk pertambahan berat maternal + 0,19 Mkal DE/h untuk pertambahan konseptus. ***** Kebutuhan makanan/hari dengan ransum yang mengandung 3,34 Mkal DE/kg
  • 20. Tabel 8. Energi Harian dan Kebutuhan Makanan Dari Babi Dara dan Induk Laktasi Konsumsi dan level penampilan Berat (Kg) Babi dara dan Induk laktasi sesudah melahirkan 145 165 185 Susu yang dihasilkan (kg) 5,0 6,25 7,5 Energi dibutuhkan (Mkal DE/hari) : Maintenance * 4,5 5,0 5,5 Produksi susu ** 10,0 12,5 15,0 Total 14,5 17,5 20,5 Kebutuhan makanan/hari (kg) *** 4,4 5,3 6,1 Sumber: NRC. 1988. Nutrient Requirements of Swine. 9th Rev. Ed. Keterangan: * Kebutuhan Maintenance harian adalah 110 kkal DE/kg 0,75 bobot badan ** Produksi susu dibutuhkan 2,0 Mkal DE/kg susu *** Kebutuhan makanan/hari dengan ransum yang mengandung 3,34 Mkal DE/kg.
  • 21. 6. Formulasi Ransum Memformulasikan ransum babi dibutuhkan pengetahuan tentang kebutuhan nutrien dan kandungan nutrien bahan pakan. Margin of safety nutrien spesifik perlu dipertimbangkan. Minimum margin of safety perlu ditetapkan untuk variasi dalam manajemen lingkungan dan daya guna biologis nutrien tertentu dalam bahan pakan yang umumnya digunakan. Tabel komposisi berbagai bahan pakan yang ada dapat dipakai sebagai pedoman untuk menyusun ransum, asalkan diberikan pada level yang dianjurkan supaya menghasilkan penampilan babi secara optimal. Dari sudut nutrisi, tidak ada formula ransum “terbaik” dalam istilah bahan-bahan yang digunakan. Oleh sebab itu, bahan-pakan harus dipilih berdasarkan tersedianya bahan pakan, harga, dan kualitas nutrien yang dikandungnya. Agar penyusunan ransum sesuai dengan kebutuhan gizi yang baik sesuai rekomendasi, maka perlu diketahui komposisi zat makanan dan–jika mungkin–ketersediaan hayati zat gizi pada setiap bahan
  • 22. yang digunakan. Masing-masing bahan pakan dapat bervariasi secara luas dalam komposisi karena variasi dalam kultivar, kondisi pertumbuhan, pengolahan, kondisi penyimpanan, dan status gizi. Variasi dalam prosedur analitik juga mempengaruhi hasil yang diperoleh. Selain itu, jumlah bahan kering pada bahan juga mempengaruhi konsentrasi gizi mereka. Nilai-nilai gizi yang diberikan pada Tabel 5, rata-rata mencerminkan konsentrasi nutrisi yang paling mungkin tersedia dalam pakan umum ternak babi. Walaupun demikian, hal ini digunakan hanya sebagai panduan. Peternak sebaiknya harus memiliki analisia kimia bahan pakan sebelum digunakan dalam peternakan. Menyusun ransum ternak babi dapat dirumuskan dengan menggunakan prosedur matematika lebih sederhana dengan kalkulator, jika jumlah jenis bahan yang akan digunakan pada ransum makanan hanya sedikit. Akan tetapi, diperlukan prosedur formulasi lebih canggih untuk memenuhi persyaratan ransum dengan kandungan zat makanan lebih tepat, bila jumlah bahan yang digunakan lebih besar karena sudah tentu
  • 23. kandungan zatnya berbeda. Prosedur penyusunan ransum ini membutuhkan program komputerisasi dan serta seorang ahli gizi profesional. Persyaratan nutrisi menurut model dan tabel komposisi bahan pakan dalam tabel ini memungkinkan peternak untuk memformulasi ransum berdasarkan ketersediaan (benar atau jelas dicerna ileum) asam amino dan fosfor. Prosedur yang digunakan untuk merumuskan ransum dengan ketersediaan zat-zat makanan, meskipun lebih kompleks, adalah sama dengan yang digunakan untuk merumuskan ransum secara keseluruhan. Bagian berikut ini memberi contoh prosedur perhitungan. Prosedur penyusunan ransum yang berisi kandungan zat-zat makanan yang lengkap, untuk mudahnya, dengan menggunakan jagung dan bungkil kedelai sebagai bahan pakan utama. Ransum dapat disusun berdasarkan kandungan zat-zat makanan secara total atau atas dasar kebutuhan zat-zat makanan. Contoh formulasi berdasarkan kandungan zat-zat makanan secara total, sebagai berikut.
  • 24. ⇒ Ransum babi diformulasikan dengan bahan dasar jagung dan kedelai, dengan kandungan sebesar 97,5 % dari total ransum, ⇒ sisanya 2,5 % terdiri dari suplemen mineral dan bahan campuran lain yang mengandung vitamin, mineral, dan zat-zat aditif. Masing-masing bahan Jagung dan bungkil kedelai memiliki konsentrasi Energi Dapat dicerna (DE) sama. Setiap kombinasi dari kedua bahan utama tersebut akan menghasilkan ransum tinggi energi yang relatif. Langkah pertama dalam formulasi pakan disajikan dalam bentuk persamaan-1, sbb. C + S = 97,5 (persamaan 1-a) atau S = 97,5 – C (persamaan 1-b) C adalah jagung (%) dan S adalah bungkil kedelai (%) dalam makanan. Lisin merupakan asam amino pembatas utama dalam bahan tepung jagung-kedelai. Karena itu, kita perlu memanipulasi proporsi jagung dan tepung kedelai untuk memenuhi konsentrasi asam amino yang
  • 25. diperlukan. Persyaratan untuk semua asam amino esensial lainnya juga akan terpenuhi, dan jumlah nitrogen asam amino nonesensial akan memadai. Untuk merumuskan pakan ternak babi berat badan 40 kg, dengan menggunakan tepung dari bahan jagung-kedelai, dapat menggunakan persamaan: (persamaan-2) (A x C) + (B x [97,5 – C]) = (L x 100) A adalah lisin (%) pada jagung, C adalah jagung (%) dalam ransum, B adalah lisin (%) dalam bungkil kedelai, dan 97,5 - C adalah tepung kedelai (%) dalam ransum, dan L adalah persyaratan lisin dari babi 40 kg, yang dinyatakan sebagai persentase dari bahan. Nilai untuk A, B, dan L tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan-2, sehingga tersisa (C) yang tidak diketahui. Persentase tepung jagung dan kedelai dalam ransum tersebut dapat diselesaikan sebagai berikut. (0,26 C) + 3,02 x (97,5 – C) = (0,90 x 100)
  • 26. C adalah 74,1% jagung dalam makanan. Karena S adalah 97,5 - C, maka S adalah 23,41% bungkil kedelai dalam makanan. Langkah selanjutnya adalah menambahkan bahan untuk memasok fosfor anorganik guna melengkapi persyaratan (0,50%) untuk total fosfor. Jika dipilih dikalsium fosfat, yang berisi fosfor 18.5%, maka persamaan-3 akan menunjukkan persentase fosfat dikalsium (DP) yang akan disertakan dalam makanan. (18 x DP) = (0,50 x 100) – (74,1 x % P dalam jagung) – (23,4 x % P dalam bungkil kedelai) (18 x DP) = (0,50 x 100) – (74,1 x 0,28) – (23,4 x 0,69) DP = 0,71 % dalam ransum
  • 27. Langkah selanjutnya adalah menambahkan bahan untuk memasok kalsium guna melengkapi kebutuhan kalsium (0,60%). Jika tanah kapur, yang mengandung kalsium 38 persen, dipilih, persamaan-4 berikut akan menunjukkan persentase kapur tanah (GL) yang dimasukkan ke dalam pakan. ( 38 x GL ) = (0,60 x 100) – (74,1 x % Ca dlm jagung) – (23,4 x % Ca dlm bungkil kedelai) – (0,71 x % Ca dlm DP) ( 38 x GL ) = (0,60 x 100) – (74,1 x 0,03) – (23,4 x 0,34) – (0,71 x 22) GL = 0,90% kapur tanah dalam ransum
  • 28. Salah satu cara untuk melengkapi ransum ternak babi, yakni dengan menambahkan 0,25 persen natrium klorida, sebuah campuran vitamin premix yang melengkapi kekurangan vitamin dalam campuran tepung jagung-kedelai (vitamin A, D, E, K, B12, riboflavin, niacin, asam pantotenat), campuran mineral yang menyediakan mineral karena ke kurangan zat (besi, seng, tembaga, mangan, yodium, dan selenium), dan apabila diperlukan, sebuah campuran yang mengandung satu atau lebih agen antimikroba. Ransum lengkap ditampilkan pada Tabel 7. Ransum disusun dengan meningkatkan jumlah persentase unsur jagung menjadi 74,44% dari total 100 persen. Tabel 9. Formulasi Susunan Ransum ternak babi dalam persen (%) Nutrisi ( % ) Jagung 74.44 Kedelai 23.40 Dicalcium phosphate 0.71 Kapur 0.90
  • 29. Sodium chloride 0.25 Vitamin 0.10 mineral 0.10 Anti microbial 0.10 Total 100.00 7. Bahan Pakan Sumber Energi  Butiran sereal gandum sebagai sumber energi utama dalam ransum ternak babi. Butiran serealia ini merupakan bahan tinggi karbohidrat (pati), palatabilitas tinggi, dan sangat mudah dicerna. Tetapi bahan pakan ini memiliki kandungan yang rendah untuk asam amino lisin (dan asam amino lainnya), vitamin, dan mineral dibandingkan dengan kebutuhan ternak babi. Oleh karena itu, ransum dengan bahan utama butiran sereal gandum harus dilengkapi dengan bahan pakan lain untuk memenuhi kebutuhan kandungan asam amino, vitamin, mineral sesuai persyaratan untuk kesehatan dan penampilan produktivitas yang optimal.
  • 30.  Jagung memiliki nilai energi tertinggi di antara semua butiran sereal gandum, serta umumnya merupakan sumber yang paling ekonomis dalam pakan ternak babi. Di negara maju banyak ditemukan varietas jagung hasil rekayasa genetika yang telah tumbuh secara luas untuk kondisi komersial, dan tanpa disadari telah terjadi penyerbukan silang sehingga menghasilkan kualitas jagung yang sesuai dengan standar organik. Penyerbukan silang jagung tersebut sudah menjadi bahan organik karena diproduksi dalam suatu sistem produksi organik bersertifikat.  Tongkol dan dedak jagung merupakan bahan pakan hasil produksi perkebunan dan sudah merupakan salah satu sumber bahan pakan ternak babi. Bahan pakan ini memiliki kandungan energy rendah dibandingkan dengan bahan pakan lain sebagai sumber energi, dan baik digunakan sebagai sumber pakan untuk ransum ternak babi periode penggemukan dan induk bunting tua. Sama dengan butir jagung yang telah mengalami
  • 31. penyerbukan silang antara jagung non-transgenik dengan varietas transgenic, bahan ini mungkin merupakan masalah di beberapa wilayah negara modern.  Gandum sebagai sumber bahan utama ransum yang bernilai tinggi serta sangat palatabel. Namun, biasanya bahan ini lebih mahal daripada jagung, dan karena itu belum digunakan secara umum.  Barley sebagai bahan pakan ternak babi lebih tinggi akan serat dan protein dibanding jagung. Dengan kandungan serat yang lebih tinggi, nilai energinya berkisar antara 90% sampai 100% daripada jagung. Barley yang berkualitas tinggi merupakan sumber biji-bijian sangat baik untuk ransum ternak babi.  Hulless barley merupakan sumber bahan pakan yang mengandung kuantitas protein yang lebih tinggi serta memiliki serat kurang dibandingkan dengan ‘barley’. Meskipun nilai dan kualitas gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ‘barley’, tetapi penampilan produksi ternak babi umumnya
  • 32. sama dengan yang mengkonsumsi ransum dengan bahan pakan ‘barley’.  Oats, seperti ‘barley’, yang lebih tinggi dalam serat dan protein dari jagung, sehingga nilai energi sekitar 80% dibandingkan dengan jagung.  Naked oat (oat hulless) memiliki kandungan yang jauh lebih rendah untuk serat tetapi kandungan lemak dan kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ‘oat’. Kandungan energi yang dicerna mencapai 30% sampai 35% lebih tinggi dari oat konvensional. ‘oat hulless’ memiliki keseimbangan kandungan asam amino yang baik, dengan kandungan lisin dan metionin dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak babi. ‘oat Hulless’ dapat meningkatkan penampilan produksi pertumbuhan yang sangat baik, bila digunakan sebagai sumber utama untuk ternak babi fase pertumbuhan akhir (periode finisher), sehingga hampir tidak membutuhkan lagi protein supplement.
  • 33.  Butiran sorgum merupakan bahan pakan yang sama dengan jagung dalam kandungan nilai gizi dan benar-benar dapat menggantikan jagung sebagai sumber bahan utama dalam ransum ternak babi. Namun, dalam pengembangan varietas baru untuk kandungan tannin tinggi hanya mencapai 80% sampai 90% dari nilai pakan jagung. Grinding (penggilingan) sangat penting bagi penggunaan efisien karena jenis gandum ini kecil dan sangat keras.  Buck gandum (soba) ini paling sering tumbuh sebagai gandum untuk konsumsi manusia. Kualitas protein soba dianggap antara yang terbaik di kerajaan tanaman. Namun, soba relatif rendah energi bila dicerna dibandingkan dengan biji-bijian lain karena serat yang tinggi dan kadar minyaknya rendah. Faktor penting lainnya yang membatasi penggunaan soba dalam babi diet adalah faktor anti-nutrisi, fagopyrin, yang menyebabkan lesi kulit dan gatal intens ketika babi terkena sinar matahari. Penggunaannya tidak bisa melebihi 50% pada ransum ternak fase
  • 34. tumbuh (grower) dan 80% pada ransum ternak fase bunting terlebih lebih untuk babi starter saat menyusu tidak dianjurkan untuk digunakan.  Rye (gandum hitam) memiliki nilai energi menengah untuk gandum dan barley, dan kadar protein yang mirip dengan jelai dan gandum. Meskipun keseimbangan asam amino yang mirip dengan jelai dan gandum, kecernaan asam amino adalah 5% sampai 10% lebih rendah. Selanjut- nya, rye sangat rentan terhadap ergot, jamur yang mengurangi kesehatan babi dan kinerja. Rye juga mengandung beberapa faktor anti-nutrisi beracun yang mengurangi nilai gizi untuk babi. Tidak ada batasan jumlah rye yang dapat dimakan untuk masa/periode kebuntingan, meskipun disarankan pada batas 50% tumbuh-selesai dan 40% pada ransum menyusui.  Triticale adalah gandum yang dihasilkan oleh gandum durum persimpangan dengan gandum hitam. Sangat sedikit triticale yang telah ditanam di utara AS dan Kanada. Meski memiliki nilai energi dicerna mirip dengan gandum, itu mirip
  • 35. dengan gandum hitam sehubungan dengan adanya faktor-faktor anti-nutrisi dan kerentanan terhadap ergot. 8. Bahan Pakan Sumber Protein  Kedelai, mengandung minyak sekitar 18% dan nilai yang sangat bagus untuk makanan babi disapih dan induk babi menyusui. Penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa ransum makanan yang mengandung bahan baku kedelai (tidak dipanaskan) untuk induk bunting akan menghasilkan produktivitas yang memuaskan. Namun demikian, kedelai harus dipanaskan untuk digunakan sebagai pakan agar dalam semua tahap produksi lainnya berhasil baik. Kedelai yang dipanaskan dengan benar merupakan sumber protein yang sangat baik untuk babi. Kedelai mengandung faktor anti- nutrisi termasuk tripsin inhibitor, urease, dan hemaglutinin. Anti-nutrisi ini dapat dihancurkan oleh proses pembakaran atau ekstrusi yang tepat. Namun pemanasan berlebihan harus dikurangi
  • 36. untuk mempertahankan kualitas kecernaan asam amino. Untuk kualitas optimal, kedelai harus dipanggang selama 3 sampai 5 menit dengan suhu keluar dari 240-260 °F. Suhu keluar untuk kedelai harus diekstrusi 280 derajat F. Karena kedelai mengandung 13% sampai 15% lebih banyak energi dari bungkil kedelai, maka konsentrasi nutrisi makanan lain harus ditingkatkan untuk mengkompensasi konsumsi pakan yang lebih rendah yang secara alami terjadi ketika makan diet energi yang tinggi. Pakan kedelai yang diekstruksi mekanis (non- pelarut) dapat diproduksi sebagai pengganti bungkil kedelai organik untuk diproduksi secara konvensional. Kedelai yang diproduksi secara organik dapat diekstrusi secara mekanis untuk memproduksi makanan berkualitas tinggi yang mengandung protein tinggi dan energi. Tingkat kandungan lemak dapat bervariasi dari 5% -10%, tergantung pada kadar air bijian kedelai dan efisiensi ekstraksi minyak selama pemrosesan.
  • 37.  Kacang tanah, yang ditanam terutama untuk konsumsi manusia, tetapi secara efektif dapat menggantikan sebagian dari gandum dan protein ransum suplemen pada ternak babi.  Kacang polong. Kandungan energi yang dapat dicerna kacang polong tergolong tinggi. Ini merupakan sumber lisin yang baik, tapi rendah metionin dan triptofan, sehingga penggunaannya dalam pakan babi umumnya terbatas. Kacang juga mengandung faktor anti-nutrisi termasuk inhibitor tripsin dan hemaglutinin, tapi tingkat faktor ini umumnya dianggap tidak cukup tinggi untuk mengurangi produktivitas.  Alfalfa. Kualitas gizi Alfalfa bervariasi sesuai dengan tingkat kemasakan, kesuburan tanah, dan metode pemanenan, penanganan, dan penyimpanan. Faktor utama yang membatasi nilai gizi alfalfa dalam pakan babi adalah rendahnya kandungan energi yang dapat dicerna. Namun, dibandingkan dengan biji-bijian lainnya, alfala mengandung lebih banyak energi dapat dicerna setengah. Alfalfa adalah sumber vitamin
  • 38. yang paling baik terutama vitamin A, E, dan K. Alfalfa juga memiliki kandungan mineral Kalsium yang tinggi tapi kandungan phosphor cukup. Sehingga ransum yang mengandung alfalfa harus dilengkapi dengan penambahan fosfor untuk mempertahankan rasio yang diinginkan yaitu 1:1 hingga 1,5:1 kalsium: fosfor. Alfalfa juga mengandung saponin dan faktor anti- nutrisi tanin yang dapat mengurangi tingkat pertumbuhan ternak babi. Untuk ternak babi stater dan sapihan penggunaan alfalfa tidak dianjurkan karena kecernaan energi rendah, palatabilitas kurang, dan adanya faktor anti- nutrisi. Alfalfa sangat baik untuk ransum induk daripada untuk babi fase pertumbuhan. Induk babi memiliki kapasitas yang lebih besar untuk fermentasi dalam sistim pencernaan yang memungkinkan untuk pencernaan serat yang lebih besar dan pemanfaatan energi ditingkatkan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan menunjukkan jumlah kotoran induk babi laktasi
  • 39. meningkat dengan pakan yang diberi silase alfalfa sat bunting.  Canola, adalah bibit tanaman minyak utama yang diproduksi di Kanada. Ini berisi minyak 40% dan protein 20%, membuatnya menjadi energi tinggi, sumber protein yang cukup tinggi. Canola dapat secara efektif digunakan pada sampai 15% pada ransum untuk semua fase kecuali pada induk bunting dan menyusui harus dibatasi sampai 10%. Sejumlah besar peternakan komersial di Amerika dan Kanada menggunakan canola transgeni, dan saat ini pemerintah di kedua Negara telah mengeluarkan aturan penggunaan benih non-organik yang mirip dengan jagung.  Fababeans (kacang faba) mengandung 24% sampai 30% protein dan kandungan tingkat energi dapat dicerna diantara bungkil kedelai dan gandum. Fababeans rendah dalam kandungan lemak (1,5%) serta tinggi dalam asam lemak tak jenuh. Hal ini sangat rentan terhadap bau anyir jika disimpan selama lebih dari satu minggu
  • 40. setelah penggilingan, serta mengandung faktor anti-nutrisi, termasuk beberapa inhibitor tripsin, hemaglutinin, dan tanin. Untuk nilai gizi optimal harus dipanggang atau diekstrusi, serta dapat secara efektif ditambahkan sampai 15% dari ransum starter, 20% pada ransum grower, dan 15% untuk induk bunting.  Biji bunga matahari, mengandung kandungan lemak yang tinggi (40%), serat kasar (29%) dan protein cukup tinggi (20%). Batas inklusi biji bunga matahari sampai 10% dalam ransum ternak babi disapih, pertumbuhan (grower) dan finisher, dan sampai 30% pada ransum induk bunting serta 20% pada pakan induk menyusui.
  • 41. 9. Cara Menentukan/Mengukur Ransum Yang Efisien dan Ekonomis Gambar 18. Contoh Bahan pakan Lentil
  • 42. Ransum yang efisien dapat ditentukan dalam 2 cara lewat percobaan pemberian makanan (feeding trial), yaitu: Menentukan efisiensi penggunaan makanan (EPM) atau perbandingan antara pertambahan berat badan (kg) yang dihasilkan dengan jumlah makanan yang dikonsumsi (kg) atau jumlah pertambahan berat yang dihasilkan per unit konsumsi. Menentukan efisiensi konversi makanan (EKM) atau perbandingan antara jumlah makanan atau ransum yang dikonsumsi (kg) dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan (kg) atau jumlah konsumsi per unit pertambahan berat badan. EPM lebih sering digunakan pada ternak besar seperti sapi dan kerbau dan lain lain, sedang EKM digunakan pada ternak kecil seperti unggas dan babi. Ada dua hal penting untuk diperhatikan ketika mencoba untuk mengurangi biaya pakan dalam peternakan babi. Pertama, perubahan nutrisi dalam satu bidang operasional dapat memiliki konsekuensi besar yang dalam. Jika dilakukan kesalahan dalam program
  • 43. pemberian makan, maka hal itu hanya akan mempengaruhi penampilan ternak babi tersebut saat dipasarkan. Tapi jika dilakukan kesalahan dalam sistim usaha peternakan, akan mempengaruhi keseluruhan siklus babi seluruhnya. Kedua, pemberian pakan anak babi berdasarkan tingkat pertumbuhan rata-rata sering mengabaikan fakta bahwa sekitar 92% babi tumbuh pada tingkat yang berbeda dari rata-rata keuntungan. Data menunjukkan bahwa babi dengan berat badan rendah tidak akan mencapai berat rata-rata normal saat disapih secara kelompok selama 3 sampai 21 hari; setelah disapih capaian bobot sapihan tidak dapat dipenuhi sampai empat minggu umur penyapihan. Bila harga pasar tinggi dan biaya pakan rendah, pemberian pakan babi cenderung lebih baik daripada rata-rata, karena tujuannya adalah untuk memanfaatkan potensi ternak babi sampai ke pasar secepat mungkin. Tapi ketika harga pasar rendah dan biaya pakan yang tinggi, peternak tidak mampu mengikuti strategi ini. Karena itu perlu selalu memonitor biaya dan catatan untuk enam bidang utama, berikut ini:
  • 44. 1. Rata-rata beranak per induk dan jumlah pendapatan total ternak per periode waktu; 2. Rata-rata biaya (total dan variabel) per induk dan biaya total dan variabel ternak per periode waktu; 3. Jumlah babi disapih per induk per tahun; 4. Non-produktif induk per hari; 5. Rata-rata biaya (total dan variabel) per ekor anak babi yang dijual; dan 6. Mingguan penjualan relatif per target. Ada banyak langkah-langkah lain yang penting, tetapi item di atas adalah titik awal yang baik untuk mengidentifikasi masalah dan/atau menentukan keberhasilan. Dari enam item di atas, ada tiga item yang berhubungan dengan masalah keuangan, bukan dengan masalah produktivitas. Akan tetapi, dalam sebuah industri sering didapatkan pola pikir (mind set) bahwa produktivitas sama dengan profitabilitas, yang tidak semuanya benar. Ada banyak peternakan yang memiliki produktivitas sangat tinggi tetapi tidak memiliki
  • 45. keuntungan seperti yang dimiliki peternakan lain yang kurang produktif. Empat unsur pemberian pakan harus diukur dalam usaha untuk keberhasilan keuangan dalam model pemberian pakan anak babi. 1. Kuantitas dan biaya pakan pada masa kebuntingan dan masa laktasi setiap induk per tahun. 2. Total pakan waktu pemeliharaan dan biaya per ekor anak babi yang dijual. 3. Jumlah dan biaya pakan per kg anak babi dijual atau yang dipindahkan. 4. Biaya pakan harus dirumuskan dan aktual. Dengan menggunakan anggaran pakan, maka pengusaha ternak akan memiliki target untuk membandingkan penggunaan pakan sesuai atau tidak.
  • 46. Dengan informasi pakan yang dimiliki, disarankan agar peternak mencoba menghitung biaya yang terbesar dalam usaha peternakan, mana yang paling mudah dan paling mahal untuk dicapai. Mungkin sebagian biaya terbesar, seperti biaya tenaga kerja, pada dasarnya diperlakukan sebagai biaya tetap yang sangat sulit untuk berubah. Ketika mempertimbangkan penghematan biaya dalam pemberian pakan dalam program peternakan, maka hindari membuat perubahan yang akan dapat mempengaruhi produktivitas ternak dan merusak kemampuan ternak untuk memanfaatkan pemulihan pasar di masa datang. Pemberian pakan harus sesuai dengan kondisi tubuh ternak, dan hindari pemberian nutrisi berlebihan. Usaha peternakan besar dengan jumlah induk sampai 5.000 ekor atau lebih mungkin dapat memberi makan dua atau tiga ransum berbeda dalam masa bunting. Pakan dengan ransum yang terpisah termasuk lisin ekstra untuk induk yang baru pertama kali bunting akan
  • 47. membantu induk muda ini membangun massa protein dan berat badan dengan tingkat lisin yang tidak dibutuhkan oleh ternak yang sudah memiliki paritas lebih tinggi atau induk tua. Secara umum pemberian makanan pada induk muda sedang bunting adalah dengan formulasi kandungan rendah mineral. Sementara untuk parities lama (induk tua) perlu kandungan mineral dengan level yang sedikit lebih tinggi. Cara pemeliharaan dengan ini tidak akan bermanfaat apabila untuk pemberian pakan ternak dalam jumlah besar secara keseluruhan sebagai satu kelompok, karena tidak akan melihat manfaat dari pemberian mineral tingkat yang lebih tinggi yang sesuai kebutuhan masing-masing induk sehingga akan ada induk yang menerima pakan secara ‘overfeeding’, sebab ada kemungkinan hanya diperlukan oleh sebagian kecil dari keseluruhan kelompok induk yang dipelihara. Cara terbaik untuk memangkas biaya pakan pada masa laktasi adalah hanya dengan menyediakan pakan induk sebanyak yang menjadi kebutuhannya.
  • 48. Peningkatan pemberian pakan sebesar 10% dan menjaga jumlah konsumsi per hari dapat menurunkan sebesar 10% konsentrasi asam amino, vitamin, dan mineral dalam ransum, sehingga akan menghemat biaya pakan. Pemberian pakan dengan dua jenis ransum untuk induk menyusui―satu untuk induk muda yang baru pertama kali beranak dan satu lagi untuk ternak lainnya―memungkinkan untuk pemberian pakan dengan kandungan level tingkat asam amino lisin yang lebih tinggi untuk anak babi sapihan yang memerlukannya, dan kandungan tingkat asam amino lisin rendah untuk induk yang lebih tua. Dalam sistim pemberian pakan pada ternak babi, perubahan kecil komposisi zat-zat makanan dalam ransum dapat memiliki dampak besar, seperti perubahan untuk menurunkan kadar protein plasma, serat kasar, asam amino, mineral dan vitamin, dll. Perhatikan juga untuk mengubah anggaran pakan guna mengurangi jumlah pakan anak babi; dan untuk meningkatkan penggunaan biaya-efektif bahan pakan
  • 49. dalam ransum ternak menjelang akhir produksi guna mendapatkan biaya yang lebih rendah.
  • 50. Beberapa saran pemberian makan untuk menekan biaya: ⇒ Mengoptimalkan biaya pakan dalam usaha peternakan besar membutuhkan catatan informasi yang tepat untuk mengidentifikasi bidang yang memiliki manfaat terbesar. ⇒ Jangan menggunakan zat-zat makanan berlebihan dan jangan menggunakan bahan pakan karena terpaksa. ⇒ Gunakan bahan pakan yang dapat menghemat uang dengan sedikit risiko. ⇒ Gunakan anggaran pakan ternak yang tepat. Beberapa saran tersebut memang sangat ekstrim, namun pasar sekarang ini menuntut tindakan segera untuk menekan biaya pakan. Aturan makan babi berubah ketika harga pasar sangat rendah. Caranya adalah dengan memastikan bahwa modal disimpan dalam bentuk pemotongan biaya lebih besar daripada pendapatan yang hilang akibat perubahan. Pesan paling penting adalah bahwa program pemberian pakan harus berubah mengikuti kondisi pasar, karena program pakan adalah
  • 51. bagian dinamis dari produksi daging babi, dan tidak boleh dianggap tetap dan independen dari kondisi pasar. 10. Metode Pemberian Makanan Pemilihan metode pemberian makanan bervariasi tergantung dari beberapa faktor, seperti harga dan bahan pakan, populasi ternak, tenaga kerja yang tersedia, dan manajemen praktis lainnya. Ada beberapa metode pemberian makanan yang sering digunakan di mana masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya, yaitu: • Group vs Individual Feeding • Floor vs Trough Feeding • Dry vs Liquid Feeding • Full vs Restricted/Limited Feeding Group vs Individual Feeding Tatalaksana pemberian makan dengan sistim group (Kelompok) secara ekonomis akan lebih efisien jika dibandingkan dengan tatalaksana pemberian makanan secara individu untuk suatu usaha peternakan
  • 52. yang besar. Hal tersebut adalah untuk meminimalisir penggunaan tenaga kerja serta peralatan pakan lainnya. Namun hal yang dimungkinkan terjadi adalah bahwa tidak semua individu ternak akan mendapatkan jumlah pakan yang sama. Karena, pengelompokan ternak babi dalam suatu kandang akan menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan. Hal ini disebabkan oleh ting-kah laku sosial ternak babi dalam kelompok, di mana yang kuat dan besar akan mendominasi dibanding- kan dengan ternak babi individu yang agak lemah dan memiliki badan yang lebih kecil. Sementara jika kelompok ternak babi didominasi jenis jantan yang memiliki aggressive behavior tinggi, maka akan mengakibatkan perkelahian untuk memperebutkan ma- kanan sehingga mengakibatkan banyak makanan yang terbuang. Sedangkan tatalaksana pemberian pakan secara individu akan memerlukan jumlah tenaga kerja serta perlengkapan yang lebih banyak, namun untuk jumlah konsumsi akan lebih efektif dan efisien karena mengurangi terbuangnya makanan yang sisa dan lebih mudah diketahui jumlah konsumsi per individu ternak.
  • 53. Gambar 19. Pemberian makan Group dan Individual
  • 54. Floor vs Trough Feeding Tatalaksana pemberian makanan secara langsung di lantai kandang tanpa tempat makan sering ditemukan di beberapa peternakan babi intensif. Pemberian makanan di lantai akan memudahkan peternak memberi makan ternak babi serta waktu pemberian menjadi lebih cepat, terutama pas untuk suatu usaha peternakan yang besar. Hal tersebut juga membantu peternak mengurangi waktu untuk membersihkan dan menyediakan tempat makan (self feeder). Dengan demikian, konstruksi lantai kandang harus dipersiapkan dan dijaga agar tetap kering, tidak boleh basah, serta bentuk pakan harus berbentuk butiran agar tidak banyak pakan yang tersisa dan tidak dapat dikonsumsi oleh ternak babi. Jumlah ternak dalam kandang jangan terlalu padat, karena perlu luasan kan- dang yang cukup memadai sehingga akses ternak babi untuk mendapatkan makanan di lantai juga menjadi gampang. Tetapi pemberian makan dangan cara ini akan merugikan dari segi efisiensi penggunaan makanan oleh ternak karena memungkinkan makanan menjadi terinjak
  • 55. oleh ternak babi sendiri sehingga menjadi hancur dan apabila hal tersebut terjadi akan menyebabkan banyak sisa makanan yang terbuang tidak bisa dikonsumsi oleh ternak. Dengan cara ini juga akan merugikan dari segi higienis karena terkontaminasi dengan kotoran dalam kandang. Cara pemberian makanan seperti ini hanya baik jika digabungkan dengan cara pemberian secara ad libitum (full feeding). Sementara untuk tatalaksana pemberian makanan dengan trough feeding atau tata laksana dengan menyediakan tempat makan khusus tersendiri merupakan tatalaksana yang sangat efisien dari segi penggunaan makanan serta memungkinkan untuk makanan yang terbuang menjadi lebih sedikit. Dan hal ini akan sangat memudahkan digabungkan dengancara pemberian makanan restricted feeding, sehingga secara ekonomis juga dapat diketahui jumlah konsumsi yang tepat untuk masing-masing periode pemeliharaan. Dengan demikian secara higienis pakan ternak akan terjaga dari kontaminasi atau rusak karena terinjak oleh ternak babi sendiri.
  • 56. Dry vs Liquid Feeding Tatalaksana pemberian makanan dengan cara Gambar 20b. Sistim Pemberian makanan menggunakan tempat makanan (Trough feeding) Gambar 20a. Sistim Pemberian makanan dilantai (floor feeding)
  • 57. kering dimana makanan yang diberikan kepada ternak babi dalam keadaan kering. Hal tersebut akan memudahkan peternak untuk menghitung effisiensi maupun konversi pakan. Pemberian dengan cara kering akan sangat efisien jika bahan pakan dalam bentuk butiran sehingga semua bahan yang sudah dicampur dalam ransum pakan akan dikonsumsi oleh ternak babi. Sistim usaha peternakan yang diberikan pakan dalam bentuk kering harus memperhatikan konstruksi kandang dengan menyiapkan air minuim secara tersendiri sehingga memerlukan biaya ekstra untuk hal tersebut. Akan tetapi jika bahan pakan yang disusun dalam bentuk tepung atau halus maka sebaiknya bahan pakan tersebut diberikan dalam bentuk basah. Dengan demikian maka bahan makanan yang berbentuk tepung akan melekat dalam ransum sehingga semua kandungan bahan makanan dapat dikonsumsi oleh ternak babi. Kemudian dalam kandang tidak perlu lagi dipersiapkan tempat untuk air minum ternak karena semuanya sudah di- gabung-kan dalam tempat makan. Ada banyak informasi untuk peternakan khusus untuk babi penggemukan maka cara dengan pemberian makanan dalam bentuk basah
  • 58. sangat meningkatkan jumlah konsumsi ransum. Full vs Restricted/Limited Feeding Full feeding system adalah cara pemberian makanan pada ternak yang sangat umum yang lebih dikenal dengan cara ad libitum atau tidak terbatas. Hal ini sering dilakukan apabila pengetahuan peternak tentang jumlah konsumsi ransum ternak babi sesuai dengan umur dan periode pertumbuhan tidak diketahui. Kerugian dari cara pemberian makanan seperti ini adalah mamungkinkan adanya makanan sisa yang tidak dikonsumsi menjadi mubazir dan dibuang. Tetapi untuk periode anak babi lepas sapih yang memerlukan ketersediaan makanan yang terus menerus maka cara ini sering dianjurkan untuk dilaksanakan. Akan tetapi jika menggunakan cara restricted feeding system maka effisiensi penggunaan makanan bagi ternak babi akan sangat tinggi karena mengurangi jumlah makanan yang tersisa dan terbuang, juga di beberapa peternakan babi yang modern dengan penggunaan high technology maka sistim ini sangat efektif baik dari penggunaan tenaga kerja maupun dalam meminimalisir hasil sisa buangan
  • 59. baik makanan sisa maupun kotoran yang dihasilkan oleh ternak babi tersebut. Karena dengan kalkulasi yang tepat maka masing-masing kebutuhan pakan periode pertumbuhan ternak babi akan diberikan pakan sesuai kebutuhan serta wasted atau pakan sisa sangat kecil juga kotoran babi berkurang. Dan juga dibeberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembentukan karkas menjadi lebih baik sementara perilaku makan ternak babi yang akan makan tanpa henti sepanjang makanan itu tersedia juga menghasilkan bobot badan yang bertambah dengan cepat tetapi pembentukan lemak tubuh juga cukup tinggi.
  • 60. Gambar 21. Model tempat makan (self feeder) tradisional dan modern.