SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 3
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL
PESERTA DIDIK
Diposkan oleh Aby Farhan di 1/01/2012 1 komentar
Lawrence Kohlberg mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan kedalam
enam tahap perkembangan moral yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi kedalam tiga
tingkatan: prakonfensional, konvensional, dan pascakonvensional. Karakteristik untuk masing-
masing tahapan perkembangan moral yang dimaksud disajikan dalam tabel berikut ini.

No    Tingkat     Umur                Nama                     Karakteristik
1    Tingkat 1      0-9    Prakonvensional
                    thn
      Tahap 1              Moralitas heteronomi            Melekat pada aturan
                           (orientasi kepatuhan dan
                           hukuman)
      Tahap 2              Individualisme/                 Kepentingan nyata
                           instrumentalisme                individu. Menghargai
                           (orientasi minat pribadi)       kepentingan oranglain
2    Tingkat 2     9-15    Konvensional
                   thn
      Tahap 3              Reksa interpersonal             Mengharapkan hidup
                            (orientasi keserasian          yang terlihat baik oleh
                           interpersonal dan               orang lain dan
                           konformitas (sikap anak         kemudian telah
                           baik)).                         menganggap dirinya
                                                           baik.
      Tahap 4              Sistem sosial dan hati nurani   Memenuhi tugas
                           (orientasi otoritas dan         sosial untuk menjaga
                           pemeliharaan aturan sosial      sistem sosial yang
                           (moralitas hukum dan            berlangsung.
                           aturan))
3.   Tingkat 3    Diatas   Pascakonvensional
                  15 thn
      Tahap 5              Kontrak sosial                  Relatif menjungjung
                                                           tinggi aturan dalam
                                                           memihak kepantingan
                                                           dan kesejahteraan
                                                           untuk semua.
      Tahap 6              Prinsip etika universal         Prinsip   etis    yang
                                                           dipilih sendiri, bahkan
ketika ia bertentangan
                                                           dengan hukum

Perkembangan moral menurut Piaget terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Tahap pertama
disebut “tahap realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan” dan tahap kedua disebut
“tahap moralitas otonomi” atau “moralitas oleh kerjasama atau hubungan timbal balik”.
Pada tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa
penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orang tua dan semua orang dewasa yang
berwenang sebagai maha kuasa dan anak mengikuti peraturan yang diberikan oleh mereka tanpa
mempertanyakan kebenarannya.
Pada tahap kedua, anaka menilai perilaku atas dasar tujuan yang mendasarinya. Tahap ini
biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut hingga usia 12 tahun atau lebuh. Anak
mulai mempertimbangkan keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral.

C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi melalui
identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model.
Bagi para ahli psikoanalisis, perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi norma-
norma masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari sudut organik biologis. Menurut
psikoanalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep superego yang dibentuk melalui jalan
internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya orang
tua) sedemikian rupa, sehingga akhirnya terpencar dari dalam diri sendiri.
Teori-teori lain yang non psikoanalisi beranggapan bahwa hubungan anak-orang tua bukan satu-
satunya sarana pembentukan moral. Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri
mempunyai peran penting dalam pembentukan moral.
Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup terterntu, Banyak
factor yang mempengaruhi perkembangan moral peserta didik, diantaranya yaitu:
1) Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2) Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang
yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal.
3) Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala segala unsur lingkungan social
yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsure lingkungan berbentuk manusia
yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
4) Faktor selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral adalah tingkat penalaran.
Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh
perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran
seseorang menrut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
5) Faktor Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan
menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan
dengan orang lain.


D. Upaya Optimalisasi Perkembangan Moral
Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama yang perlu dipelajari oleh anak dalam
mengoptimalkan perkembangan moralnya, yaitu :
1) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan
dalam hukum. Harapan tersebut terperinci dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan.
Tindakan tertentu yang dianggap “benar” atau “salah” karena tindakan itu menunjang, atau
dianggap tidak menunjang, atau menghalangi kesejahteraan anggota kelompok. Kebiasaan yang
paling penting dibakukan menjadi peraturan hukum dengan hukuman tertentu bagi yang
melanggarnya. Yang lainnya, bertahan sebagai kebiasaan tanpa hukuman tertentu bagi yang
melanggarnya.
2) Pengambangan hati nuranni sebagai kendali internal bagi perliaku individu. Hati nurani
merupakan tanggapan terkondisikan terhadap kecemasan mengenai beberapa situasi dan
tindakan tertentu, yang telah dikembangkan dengan mengasosiasikan tindakan agresif dengan
hukum.
3) Pengembangan perasaan bersalah dan rasa malu. Setelah mengembangkan hati nurani, hati
nurani mereka dibawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Rasa bersalah adalah sejenis
evaluasi diri, khusus terjadi bila seorang individu mengakui perilakunya berbeda dengan nilai
moral yang dirasakannya wajib untuk dipenuhi. Rasa malu adalah reaksi emosional yang tidak
menyenangkan yang timbul pada seseorang akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
Penilaian ini belum tentu benar-benar ada, namun mengakibatkan rasa rendah diri terhadap
kelompoknya.
4) Mencontohkan, memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan muncul
dari anak, karena cara ini bisa menjadi cara yang paling efektif untuk membentuk moral anak.
5) Latihan dan Pembiasaan, menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan
merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap orang
tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat,
memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral
yang positif bagi anak
6) Kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial. Interaksi sosial memegang
peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi dengan orang lain, anak tidak akan
mengetahui perilaku yang disetujui secara social, maupun memiliki sumber motivasi yang
mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hati.
Interaksi sosial awal terjadi didalam kelompok keluarga. Anak belajar dari orang tua, saudara
kandung, dan anggota keluarga lain tentang apa yang dianggap benar dan salah oleh kelompok
sosial tersebut. Disini anak memperoleh motivasi yanjg diperlukan untuk mengikuti standar
perilaku yang ditetapkan anggota keluarga.
Melalui interaksi sosial, anak tidak saja mempunyai kesempatan untuk belajar kode moral, tetap
mereka juga mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain mengevaluasi perilaku
mereka. Karena pengaruh yang kuat dari kelompok sosial pada perkembangan moral anak,
penting sekali jika kelompok sosial, tempat anak mengidentifikasikan dirinya mempunyai
standar moral yang sesuai dengan kelompok sosial yang lebih besar dalam masyarakat.

Sumber-Sumber:

       Sudarwan Damin dan Khairil, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Bandung: Alfabeta, 2010),
       hlm. 80-81
       Ahmad Fauzi dkk, Perkembangan Peserta Didik, (LAPIS PGMI, 2008), hlm 9-12

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...RAFITA AL QORNY
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
Bộ sưu tập bất đẳng thức của võ quốc bá cẩn
Bộ sưu tập bất đẳng thức của võ quốc bá cẩnBộ sưu tập bất đẳng thức của võ quốc bá cẩn
Bộ sưu tập bất đẳng thức của võ quốc bá cẩnThế Giới Tinh Hoa
 
Laporan akhir tugas mandiri diklat berjenjang paud tk tingkat dasar 2014
Laporan akhir tugas mandiri diklat berjenjang paud tk tingkat dasar 2014Laporan akhir tugas mandiri diklat berjenjang paud tk tingkat dasar 2014
Laporan akhir tugas mandiri diklat berjenjang paud tk tingkat dasar 2014Imam SR
 
Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didikKarakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didikMarsita Ningsih
 
4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didikMuhammad Munandar
 
PPT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PPT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKPPT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PPT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKTitin Rohayati
 
materi perkembangan peserta didik
materi perkembangan peserta didikmateri perkembangan peserta didik
materi perkembangan peserta didikpu3gana
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikEva Rahma
 
Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik
Konsep Dasar Perkembangan Peserta DidikKonsep Dasar Perkembangan Peserta Didik
Konsep Dasar Perkembangan Peserta DidikDeddy Chusnul Muali
 
What Makes Great Infographics
What Makes Great InfographicsWhat Makes Great Infographics
What Makes Great InfographicsSlideShare
 
STOP! VIEW THIS! 10-Step Checklist When Uploading to Slideshare
STOP! VIEW THIS! 10-Step Checklist When Uploading to SlideshareSTOP! VIEW THIS! 10-Step Checklist When Uploading to Slideshare
STOP! VIEW THIS! 10-Step Checklist When Uploading to SlideshareEmpowered Presentations
 
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksHow to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksSlideShare
 

Andere mochten auch (17)

Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
 
Power Point Gaya Belajar
Power Point Gaya BelajarPower Point Gaya Belajar
Power Point Gaya Belajar
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
 
Bộ sưu tập bất đẳng thức của võ quốc bá cẩn
Bộ sưu tập bất đẳng thức của võ quốc bá cẩnBộ sưu tập bất đẳng thức của võ quốc bá cẩn
Bộ sưu tập bất đẳng thức của võ quốc bá cẩn
 
Perkembangan peserta didik.....
Perkembangan peserta didik.....Perkembangan peserta didik.....
Perkembangan peserta didik.....
 
6. revisi final permen 58
6. revisi final permen 586. revisi final permen 58
6. revisi final permen 58
 
Laporan akhir tugas mandiri diklat berjenjang paud tk tingkat dasar 2014
Laporan akhir tugas mandiri diklat berjenjang paud tk tingkat dasar 2014Laporan akhir tugas mandiri diklat berjenjang paud tk tingkat dasar 2014
Laporan akhir tugas mandiri diklat berjenjang paud tk tingkat dasar 2014
 
Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didikKarakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik
 
4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik
 
PPT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PPT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKPPT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PPT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
materi perkembangan peserta didik
materi perkembangan peserta didikmateri perkembangan peserta didik
materi perkembangan peserta didik
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik
 
Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik
Konsep Dasar Perkembangan Peserta DidikKonsep Dasar Perkembangan Peserta Didik
Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik
 
What Makes Great Infographics
What Makes Great InfographicsWhat Makes Great Infographics
What Makes Great Infographics
 
STOP! VIEW THIS! 10-Step Checklist When Uploading to Slideshare
STOP! VIEW THIS! 10-Step Checklist When Uploading to SlideshareSTOP! VIEW THIS! 10-Step Checklist When Uploading to Slideshare
STOP! VIEW THIS! 10-Step Checklist When Uploading to Slideshare
 
You Suck At PowerPoint!
You Suck At PowerPoint!You Suck At PowerPoint!
You Suck At PowerPoint!
 
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksHow to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
 

Mehr von Patta Ula

Perkembangan psikologis
Perkembangan psikologisPerkembangan psikologis
Perkembangan psikologisPatta Ula
 
Ukg pedagogig 2
Ukg pedagogig 2Ukg pedagogig 2
Ukg pedagogig 2Patta Ula
 
Soal uji kompetensi
Soal uji kompetensiSoal uji kompetensi
Soal uji kompetensiPatta Ula
 
Model pembelajaran konstruktivistik
Model pembelajaran konstruktivistikModel pembelajaran konstruktivistik
Model pembelajaran konstruktivistikPatta Ula
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudPatta Ula
 
[6] prota matematika
[6] prota matematika[6] prota matematika
[6] prota matematikaPatta Ula
 
[4] rpp matematika
[4] rpp matematika[4] rpp matematika
[4] rpp matematikaPatta Ula
 
[5] promes matematika
[5] promes matematika[5] promes matematika
[5] promes matematikaPatta Ula
 
[3] silabus matematika
[3] silabus matematika[3] silabus matematika
[3] silabus matematikaPatta Ula
 
[4] rpp matematika
[4] rpp matematika[4] rpp matematika
[4] rpp matematikaPatta Ula
 
[2] pemetaan sk & kd matematika
[2] pemetaan sk & kd matematika[2] pemetaan sk & kd matematika
[2] pemetaan sk & kd matematikaPatta Ula
 
[3] silabus matematika
[3] silabus matematika[3] silabus matematika
[3] silabus matematikaPatta Ula
 
[5] promes matematika
[5] promes matematika[5] promes matematika
[5] promes matematikaPatta Ula
 
[1] sk & kd matematika
[1] sk & kd matematika[1] sk & kd matematika
[1] sk & kd matematikaPatta Ula
 
Sifat bangun ruang
Sifat bangun ruangSifat bangun ruang
Sifat bangun ruangPatta Ula
 
24 pengembangan bahan _ujian-kisi-kisi
24 pengembangan bahan _ujian-kisi-kisi24 pengembangan bahan _ujian-kisi-kisi
24 pengembangan bahan _ujian-kisi-kisiPatta Ula
 

Mehr von Patta Ula (16)

Perkembangan psikologis
Perkembangan psikologisPerkembangan psikologis
Perkembangan psikologis
 
Ukg pedagogig 2
Ukg pedagogig 2Ukg pedagogig 2
Ukg pedagogig 2
 
Soal uji kompetensi
Soal uji kompetensiSoal uji kompetensi
Soal uji kompetensi
 
Model pembelajaran konstruktivistik
Model pembelajaran konstruktivistikModel pembelajaran konstruktivistik
Model pembelajaran konstruktivistik
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
 
[6] prota matematika
[6] prota matematika[6] prota matematika
[6] prota matematika
 
[4] rpp matematika
[4] rpp matematika[4] rpp matematika
[4] rpp matematika
 
[5] promes matematika
[5] promes matematika[5] promes matematika
[5] promes matematika
 
[3] silabus matematika
[3] silabus matematika[3] silabus matematika
[3] silabus matematika
 
[4] rpp matematika
[4] rpp matematika[4] rpp matematika
[4] rpp matematika
 
[2] pemetaan sk & kd matematika
[2] pemetaan sk & kd matematika[2] pemetaan sk & kd matematika
[2] pemetaan sk & kd matematika
 
[3] silabus matematika
[3] silabus matematika[3] silabus matematika
[3] silabus matematika
 
[5] promes matematika
[5] promes matematika[5] promes matematika
[5] promes matematika
 
[1] sk & kd matematika
[1] sk & kd matematika[1] sk & kd matematika
[1] sk & kd matematika
 
Sifat bangun ruang
Sifat bangun ruangSifat bangun ruang
Sifat bangun ruang
 
24 pengembangan bahan _ujian-kisi-kisi
24 pengembangan bahan _ujian-kisi-kisi24 pengembangan bahan _ujian-kisi-kisi
24 pengembangan bahan _ujian-kisi-kisi
 

Karakteristik perkembangan moral peserta didik

  • 1. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL PESERTA DIDIK Diposkan oleh Aby Farhan di 1/01/2012 1 komentar Lawrence Kohlberg mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan kedalam enam tahap perkembangan moral yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi kedalam tiga tingkatan: prakonfensional, konvensional, dan pascakonvensional. Karakteristik untuk masing- masing tahapan perkembangan moral yang dimaksud disajikan dalam tabel berikut ini. No Tingkat Umur Nama Karakteristik 1 Tingkat 1 0-9 Prakonvensional thn Tahap 1 Moralitas heteronomi Melekat pada aturan (orientasi kepatuhan dan hukuman) Tahap 2 Individualisme/ Kepentingan nyata instrumentalisme individu. Menghargai (orientasi minat pribadi) kepentingan oranglain 2 Tingkat 2 9-15 Konvensional thn Tahap 3 Reksa interpersonal Mengharapkan hidup (orientasi keserasian yang terlihat baik oleh interpersonal dan orang lain dan konformitas (sikap anak kemudian telah baik)). menganggap dirinya baik. Tahap 4 Sistem sosial dan hati nurani Memenuhi tugas (orientasi otoritas dan sosial untuk menjaga pemeliharaan aturan sosial sistem sosial yang (moralitas hukum dan berlangsung. aturan)) 3. Tingkat 3 Diatas Pascakonvensional 15 thn Tahap 5 Kontrak sosial Relatif menjungjung tinggi aturan dalam memihak kepantingan dan kesejahteraan untuk semua. Tahap 6 Prinsip etika universal Prinsip etis yang dipilih sendiri, bahkan
  • 2. ketika ia bertentangan dengan hukum Perkembangan moral menurut Piaget terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Tahap pertama disebut “tahap realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan” dan tahap kedua disebut “tahap moralitas otonomi” atau “moralitas oleh kerjasama atau hubungan timbal balik”. Pada tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orang tua dan semua orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan anak mengikuti peraturan yang diberikan oleh mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya. Pada tahap kedua, anaka menilai perilaku atas dasar tujuan yang mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut hingga usia 12 tahun atau lebuh. Anak mulai mempertimbangkan keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral. C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model. Bagi para ahli psikoanalisis, perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi norma- norma masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari sudut organik biologis. Menurut psikoanalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep superego yang dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya orang tua) sedemikian rupa, sehingga akhirnya terpencar dari dalam diri sendiri. Teori-teori lain yang non psikoanalisi beranggapan bahwa hubungan anak-orang tua bukan satu- satunya sarana pembentukan moral. Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri mempunyai peran penting dalam pembentukan moral. Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup terterntu, Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan moral peserta didik, diantaranya yaitu: 1) Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak. 2) Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal. 3) Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala segala unsur lingkungan social yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsure lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. 4) Faktor selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral adalah tingkat penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menrut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang. 5) Faktor Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain. D. Upaya Optimalisasi Perkembangan Moral Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama yang perlu dipelajari oleh anak dalam mengoptimalkan perkembangan moralnya, yaitu :
  • 3. 1) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum. Harapan tersebut terperinci dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Tindakan tertentu yang dianggap “benar” atau “salah” karena tindakan itu menunjang, atau dianggap tidak menunjang, atau menghalangi kesejahteraan anggota kelompok. Kebiasaan yang paling penting dibakukan menjadi peraturan hukum dengan hukuman tertentu bagi yang melanggarnya. Yang lainnya, bertahan sebagai kebiasaan tanpa hukuman tertentu bagi yang melanggarnya. 2) Pengambangan hati nuranni sebagai kendali internal bagi perliaku individu. Hati nurani merupakan tanggapan terkondisikan terhadap kecemasan mengenai beberapa situasi dan tindakan tertentu, yang telah dikembangkan dengan mengasosiasikan tindakan agresif dengan hukum. 3) Pengembangan perasaan bersalah dan rasa malu. Setelah mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Rasa bersalah adalah sejenis evaluasi diri, khusus terjadi bila seorang individu mengakui perilakunya berbeda dengan nilai moral yang dirasakannya wajib untuk dipenuhi. Rasa malu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan yang timbul pada seseorang akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya. Penilaian ini belum tentu benar-benar ada, namun mengakibatkan rasa rendah diri terhadap kelompoknya. 4) Mencontohkan, memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan muncul dari anak, karena cara ini bisa menjadi cara yang paling efektif untuk membentuk moral anak. 5) Latihan dan Pembiasaan, menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak 6) Kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi dengan orang lain, anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui secara social, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hati. Interaksi sosial awal terjadi didalam kelompok keluarga. Anak belajar dari orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga lain tentang apa yang dianggap benar dan salah oleh kelompok sosial tersebut. Disini anak memperoleh motivasi yanjg diperlukan untuk mengikuti standar perilaku yang ditetapkan anggota keluarga. Melalui interaksi sosial, anak tidak saja mempunyai kesempatan untuk belajar kode moral, tetap mereka juga mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain mengevaluasi perilaku mereka. Karena pengaruh yang kuat dari kelompok sosial pada perkembangan moral anak, penting sekali jika kelompok sosial, tempat anak mengidentifikasikan dirinya mempunyai standar moral yang sesuai dengan kelompok sosial yang lebih besar dalam masyarakat. Sumber-Sumber: Sudarwan Damin dan Khairil, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 80-81 Ahmad Fauzi dkk, Perkembangan Peserta Didik, (LAPIS PGMI, 2008), hlm 9-12