Pasien pria berusia 25 tahun dirawat dengan keluhan demam dua hari disertai pusing, mual, dan muntah. Pemeriksaan menunjukkan leukopenia, trombositopenia, dan tes IgM Salmonella positif. Pasien diberi terapi cefotaxim, omeprazol, dan parasetamol untuk mendiagnosis dan mengobati typhoid fever.
4. Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi).
Penyakit ini ditandai dengan panas
berkepanjangan, disebabkan adanya
bakteremia dan invasi bakteri sekaligus
berkembang biak ke dalam sel fagosit
mononuklear dari organ hati, limpa, kelenjar
limfe usus dan Peyer’s patch
6. Penularan salmonella typhi sebagian besar jalur fecal-oral, yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri
yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya
keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi transmisi
transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada
keadaan bakterimia kepada bayinya (pruss, 2016).
7. PATOFISIOLOGI
makanan/minuman yang tercemar
oleh bakteri
Sebagian dimusnahkan di lambung
Sebagian lolos ke usus dan
berkembang biak
Bila respon imun << → bakteri
menembus sel epitel (sel M)
Menembus lamina propia → difagosit oleh
makrofag
Dibawa oleh makrofag ke plak payeri ileum
Menjalar ke KGB mesentrika
Melalui ductus torasikus → aliran darah
sistemik (bakterimia I+ asimptomatik)
Menyebar ke seluruh sistem RES (TU hati
& limfa)
Berkembang di dalam organ hati & limfa
Masuk ke aliran darah Kembali
(bakterimia II = simptomatik) → gejala
klinis sistemik
Dari hati → empedu → Sebagian
dikeluarkan Bersama feses, Sebagian
diserap Kembali (proses berulang)
9. Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi (WHO, 2018).
Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain yang adalah bakteri Gram-negatif,
berbentuk batang, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob (bisa menyesuaikan diri pada keadaan tertentu yang tidak membutuhkan oksigen)
Bakteri menyebar dari usus untuk menyebabkan penyakit sistemik.
(Ashurst, Truong, & Woodbury, 2019).
ETIOLOGI TYPHOID
13. GEJALA KLINIS
Setelah masa inkubasi 10 – 14 hari:
• Demam meningkat bertahab, biasanya terjadi 5-21 hari
terutama di sore hari
• Lemas, nyeri otot, lesu
• Konstipasi >3 hari, nyeri perut, mual, muntah atau diare
• Jika berlanjut (komplikasi) → perdarahan usus, perforasi
(usus robek), infeksi usus, syok bahkan kematian
15. Diagnosis
• Pemeriksaan darah lengkap (tidak spesifik)
Leukosit bisa ↓ (leukopenia) atau bisa ↑ (leukositosis)
Trombosit bisa ↓ (trombositopenia)
Hb bisa ↓ (anemia)
• Widal (tidak dianjurkan karena tidak sensitive dan spesifikasinya rendah)
• Tubex → mendeteksi antibody IgM Tterhadap antigen typhoid O
• Tes PCR
• Pemeriksaan kultur (darah, urine, feses)
16. Tidak ada pemeriksaan
yang dapat dilakukan
untuk mendiagnosa
demam typhoid di
minggu pertama
demam, kecuali kultur
feses
17. KOMPLIKASI TIFOID
Komplikasi biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam.
Komplikasi antara lain perdarahan, perforasi, sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ lain:
Tifoid toksik (Ensefalopati tifosa)
Syok septik
Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)
Hepatitis tifosa
Pankreatitis tifosa
Pneumonia
19. TATALAKSANA TYPHOID
Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau
sarana pelayanan Kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.
Tujuan Perawatan adalah:
1. Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan
2. Observasi terhadap perjalanan penyakit
3. Minimalisasi komplikasi
4. Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran dan/atau kontaminasi
23. Terapi Antibiotik
Indication Agent Dosage (Route) Duration, Days
Empirical Treatment
Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Fully Susceptible
Optimal treatment Ciprofloxacin
500 mg bid (PO) or 400
mg q12h (IV)
5-7
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Alternative treatment Amoxicillin
1 g tid (PO) or 2 g q6h
(IV)
14
Chloramphenicol 25 mg/kg tid (PO or IV) 14-21
Trimethoprim-
sulfamethoxazole
160-800 mg bid (PO) 7-14
Multidrug-Resistant
Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Alternative treatment Ciprofloxacin
500 mg bid (PO) or 400
mg q12h (IV)
5-14
Quinolone-Resistant
Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Alternative treatment
High-dose
ciprofloxacin
750 mg bid (PO) or 400
mg q8h (IV)
10-14
(Pegues DA, Miller SI. Salmonellosis. In Kasper DL, et al. Harrison
Principles of Internal Medicine 19th ed. USA:
Mc Graw Hill; 2015)
Dikutip dari:
Jurnal ilmiah PAPDI, Darius Hartanto, Diagnosis dan
Tatalaksana Demam Tifoid
pada Dewasa, CDK-292/ vol. 48 no. 1 th. 2021
24. Terapi Antibiotik
Pilihan utama antibiotik tergantung pola kerentanan kuman S.typhi dan S.paratyphi di
area tertentu. Terapi first-line original adalah kloramfenikol, ampisilin, dan trimethropim
sulfametoksazol. Antibiotik ini efektif terhadap kuman yang sensitif, tetapi sering
ditemukan resistensi terhadap obat ini.
Fluoroquinolones adalah kelas yang paling efektif dengan angka kesembuhan mencapai
98%, angka relaps dan fecal carrier <2%, dan efek terapi paling ekstensif adalah dengan
Ciproflokxacin.
25. Terapi Antibiotik
DIAGNOSIS
KLINIS
BAKTERI
PENYEBAB
TERSERING
ANTIBIOTIK
PERHATIAN/
KETERANGAN
Demam
Tifoid
Salmonella
typhi,
Salmonella
paratyphi A, B,
C
Pilihan 1:
Kloramfenikol oral 500 mg
setiap 6 jam
Pada anak:
Kloramfenikol oral 25
mg/kgBB,
setiap 6 jam (maksimal 2
gram/hari)
atau
Kotrimoksazol oral 4 mg
(trimetoprim)/kgBB setiap 12
jam
atau
Amoksisilin oral 15-30
mg/kgBB
setiap 8 jam
Lama pengobatan sampai dg 5 hari
bebas demam, maksimal 14 hari
Perhatian untuk kloramfenikol:
• waspada efek samping
kloramfenikol: supresi sumsum
tulang.
• Penggunaan >7 hari harus
diikuti dengan pemeriksaan
morfologi sediaan apus darah
tepi
• Tidak dianjurkan untuk pasien
dengan jumlah leukosit
<2000/Ul
Tabel 12. Diagnosis Klinis Infeksi dan Pilihan Antibiotik Terapi Empiris
Dikutip dari:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
26. Terapi Antibiotik
DIAGNOSIS
KLINIS
BAKTERI
PENYEBAB
TERSERING
ANTIBIOTIK
PERHATIAN/
KETERANGAN
Demam
Tifoid
Salmonella
typhi,
Salmonella
paratyphi A, B,
C
Pilihan 2:
Siprofloksasin oral 500 mg atau
i.v. 400 mg setiap 12 jam
Pada anak:
Ampisilin i.v. 50-75 mg/kgBB
setiap 6 jam
Pilihan 3:
Seftriakson i.v. 1 gram setiap 12
jam atau (i.v.) 2 gram setiap 24
jam.
Pada anak:
Seftriakson i.v. 25-50mg/kgBB
setiap 12 jam
Lama pengobatan sampai dg 5 hari
bebas demam, maksimal 14 hari
Perhatian untuk kloramfenikol:
• waspada efek samping
kloramfenikol: supresi sumsum
tulang.
• Penggunaan >7 hari harus
diikuti dengan pemeriksaan
morfologi sediaan apus darah
tepi
• Tidak dianjurkan untuk pasien
dengan jumlah leukosit
<2000/Ul
Dikutip dari:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
27. KASUS
Pasien Tn. YP berusia 25 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari. Riwayat buang air kecil normal dan riwayat buang air
besar belum bias sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh
pusing di daerah kapala bagian depan, terus menerus, mual dan muntah jika ada makanan yang masuk dan sudah >5x
muntah isi makanan, tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung mimisan tidak ada, sesak napas tidak ada, nyeri
perut di ulu hati, sebelumnya belum pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal yang sama.
Vital Sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90X/menit
Suhu : 37,5C
RR : 20x/menit
Diagnosis kerja : Observasi
Febris Hari ke-2
Diagnosis diferential :
• Typhoid Fever
• Dengue Fever
28. KASUS
Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL
Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl
Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl
Trombosit 153 150-400 ribu
Hematokrit 40,9 37-47%
Anti Salmonella IgM positif negatif
Terapi yang didapatkan pasien:
Infus RL
Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam
Omeprazol 1 tab/12 jam
Paracetamol tab 500 mg /8 jam
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
29. Subjective
Px Tn. YP berusia 25 th MRS dengan keluhan utama demam sejak 2 hari
sebelum MRS. Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga
malam hari. BAK normal ,BAB belum bisa sejak 2 hari sebelum MRS. Px juga
mengeluh pusing di daerah kepala bagian depan terus menerus, mual
muntah jika ada makanan yang masuk, sudah >5x muntah isi makanan,
tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum MRS. Px
merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung
mimisan (-), sesak napas (-), nyeri perut di ulu hati, sebelumnya belum
pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal
yang sama.
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90X/menit
Suhu : 37,5C
RR : 20x/menit
Diagnosis kerja : Observasi Febris Hari ke-2
Diagnosis diferential :
• Typhoid Fever
• Dengue Fever
Objective
ANALISA
Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL
Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl
Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl
Trombosit 153 150-400 ribu
Hematokrit 40,9 37-47%
Anti
Salmonella
IgM
positif negatif
30. Penatalaksanaan
Infus RL
Inj Cefotaxim 3 x 1 gr
Omeprazol 2 x 1 kap
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab
Terapi yang diberikan sudah tepat.
Px terindentifikasi mengalami infeksi bakteri dari hasil tes anti Salmonella
IgM positif, dan telah diberikan tx antibiotik Cefotaxime 3x1 gr
Px mengeluh demam, pusing, nyeri di ulu hati diberikan tx Paracetamol 500
mg 3x1 tab
Untuk mengatasi mual muntah, diberikan tx Omeprazole 2x1 kap
Assasment
ANALISA
Rekomendasi:
Menggunakan antibiotik yang lebih efektif, yaitu Ciprofloxacin i.v. 400 mg/12 jam atau Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Penambahan Lactulosa sirup sebagai pencahar untuk mengatasi susah BAB
Diberikan vitamin penambah nasfsu makan
Jika muntah masih berlanjut dapat ditambahkan Domperidon prn
31. Terima Kasih!
Do you have any questions?
Please contact us at
Muhammadiyah Hospital