SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 31
TYPHOID
Definisi Patofisiologi Etilogi
Faktor Resiko Gejala Klinis Manajemen Terapi
01 02 03
04 05 06
TYPHOID
DEFINISI
01
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi).
Penyakit ini ditandai dengan panas
berkepanjangan, disebabkan adanya
bakteremia dan invasi bakteri sekaligus
berkembang biak ke dalam sel fagosit
mononuklear dari organ hati, limpa, kelenjar
limfe usus dan Peyer’s patch
PATOFISIOLOGI
02
Penularan salmonella typhi sebagian besar jalur fecal-oral, yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri
yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya
keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi transmisi
transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada
keadaan bakterimia kepada bayinya (pruss, 2016).
PATOFISIOLOGI
makanan/minuman yang tercemar
oleh bakteri
Sebagian dimusnahkan di lambung
Sebagian lolos ke usus dan
berkembang biak
Bila respon imun << → bakteri
menembus sel epitel (sel M)
Menembus lamina propia → difagosit oleh
makrofag
Dibawa oleh makrofag ke plak payeri ileum
Menjalar ke KGB mesentrika
Melalui ductus torasikus → aliran darah
sistemik (bakterimia I+ asimptomatik)
Menyebar ke seluruh sistem RES (TU hati
& limfa)
Berkembang di dalam organ hati & limfa
Masuk ke aliran darah Kembali
(bakterimia II = simptomatik) → gejala
klinis sistemik
Dari hati → empedu → Sebagian
dikeluarkan Bersama feses, Sebagian
diserap Kembali (proses berulang)
ETIOLOGI
03
Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi (WHO, 2018).
Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain yang adalah bakteri Gram-negatif,
berbentuk batang, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob (bisa menyesuaikan diri pada keadaan tertentu yang tidak membutuhkan oksigen)
Bakteri menyebar dari usus untuk menyebabkan penyakit sistemik.
(Ashurst, Truong, & Woodbury, 2019).
ETIOLOGI TYPHOID
FAKTOR RESIKO
04
FAKTOR RESIKO
01
Usia
02
Status Gizi
03
Riwayat Deam
Tifoid
Higiene dan
Sanitasi
04
GEJALA KLINIS
05
GEJALA KLINIS
Setelah masa inkubasi 10 – 14 hari:
• Demam meningkat bertahab, biasanya terjadi 5-21 hari
terutama di sore hari
• Lemas, nyeri otot, lesu
• Konstipasi >3 hari, nyeri perut, mual, muntah atau diare
• Jika berlanjut (komplikasi) → perdarahan usus, perforasi
(usus robek), infeksi usus, syok bahkan kematian
GEJALA KLINIS
Diagnosis
• Pemeriksaan darah lengkap (tidak spesifik)
 Leukosit bisa ↓ (leukopenia) atau bisa ↑ (leukositosis)
 Trombosit bisa ↓ (trombositopenia)
 Hb bisa ↓ (anemia)
• Widal (tidak dianjurkan karena tidak sensitive dan spesifikasinya rendah)
• Tubex → mendeteksi antibody IgM Tterhadap antigen typhoid O
• Tes PCR
• Pemeriksaan kultur (darah, urine, feses)
Tidak ada pemeriksaan
yang dapat dilakukan
untuk mendiagnosa
demam typhoid di
minggu pertama
demam, kecuali kultur
feses
KOMPLIKASI TIFOID
Komplikasi biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam.
Komplikasi antara lain perdarahan, perforasi, sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ lain:
 Tifoid toksik (Ensefalopati tifosa)
 Syok septik
 Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)
 Hepatitis tifosa
 Pankreatitis tifosa
 Pneumonia
MANAJEMEN
TERAPI
06
TATALAKSANA TYPHOID
Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau
sarana pelayanan Kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.
Tujuan Perawatan adalah:
1. Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan
2. Observasi terhadap perjalanan penyakit
3. Minimalisasi komplikasi
4. Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran dan/atau kontaminasi
PENATALAKSANAAN TYPHOID
Tirah baring, atur posisi
Isolasi yang memadai
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
(diet TKTP)
Pemberian Antibiotik
Algoritma
Pengelolaan Pasien
Demam
Dikutip dari:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Terapi Antibiotik
Dikutip dari:
Pharmacotherapy Handbook
11th edition
Terapi Antibiotik
Indication Agent Dosage (Route) Duration, Days
Empirical Treatment
Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Fully Susceptible
Optimal treatment Ciprofloxacin
500 mg bid (PO) or 400
mg q12h (IV)
5-7
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Alternative treatment Amoxicillin
1 g tid (PO) or 2 g q6h
(IV)
14
Chloramphenicol 25 mg/kg tid (PO or IV) 14-21
Trimethoprim-
sulfamethoxazole
160-800 mg bid (PO) 7-14
Multidrug-Resistant
Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Alternative treatment Ciprofloxacin
500 mg bid (PO) or 400
mg q12h (IV)
5-14
Quinolone-Resistant
Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Alternative treatment
High-dose
ciprofloxacin
750 mg bid (PO) or 400
mg q8h (IV)
10-14
(Pegues DA, Miller SI. Salmonellosis. In Kasper DL, et al. Harrison
Principles of Internal Medicine 19th ed. USA:
Mc Graw Hill; 2015)
Dikutip dari:
Jurnal ilmiah PAPDI, Darius Hartanto, Diagnosis dan
Tatalaksana Demam Tifoid
pada Dewasa, CDK-292/ vol. 48 no. 1 th. 2021
Terapi Antibiotik
Pilihan utama antibiotik tergantung pola kerentanan kuman S.typhi dan S.paratyphi di
area tertentu. Terapi first-line original adalah kloramfenikol, ampisilin, dan trimethropim
sulfametoksazol. Antibiotik ini efektif terhadap kuman yang sensitif, tetapi sering
ditemukan resistensi terhadap obat ini.
Fluoroquinolones adalah kelas yang paling efektif dengan angka kesembuhan mencapai
98%, angka relaps dan fecal carrier <2%, dan efek terapi paling ekstensif adalah dengan
Ciproflokxacin.
Terapi Antibiotik
DIAGNOSIS
KLINIS
BAKTERI
PENYEBAB
TERSERING
ANTIBIOTIK
PERHATIAN/
KETERANGAN
Demam
Tifoid
Salmonella
typhi,
Salmonella
paratyphi A, B,
C
Pilihan 1:
Kloramfenikol oral 500 mg
setiap 6 jam
Pada anak:
Kloramfenikol oral 25
mg/kgBB,
setiap 6 jam (maksimal 2
gram/hari)
atau
Kotrimoksazol oral 4 mg
(trimetoprim)/kgBB setiap 12
jam
atau
Amoksisilin oral 15-30
mg/kgBB
setiap 8 jam
Lama pengobatan sampai dg 5 hari
bebas demam, maksimal 14 hari
Perhatian untuk kloramfenikol:
• waspada efek samping
kloramfenikol: supresi sumsum
tulang.
• Penggunaan >7 hari harus
diikuti dengan pemeriksaan
morfologi sediaan apus darah
tepi
• Tidak dianjurkan untuk pasien
dengan jumlah leukosit
<2000/Ul
Tabel 12. Diagnosis Klinis Infeksi dan Pilihan Antibiotik Terapi Empiris
Dikutip dari:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Terapi Antibiotik
DIAGNOSIS
KLINIS
BAKTERI
PENYEBAB
TERSERING
ANTIBIOTIK
PERHATIAN/
KETERANGAN
Demam
Tifoid
Salmonella
typhi,
Salmonella
paratyphi A, B,
C
Pilihan 2:
Siprofloksasin oral 500 mg atau
i.v. 400 mg setiap 12 jam
Pada anak:
Ampisilin i.v. 50-75 mg/kgBB
setiap 6 jam
Pilihan 3:
Seftriakson i.v. 1 gram setiap 12
jam atau (i.v.) 2 gram setiap 24
jam.
Pada anak:
Seftriakson i.v. 25-50mg/kgBB
setiap 12 jam
Lama pengobatan sampai dg 5 hari
bebas demam, maksimal 14 hari
Perhatian untuk kloramfenikol:
• waspada efek samping
kloramfenikol: supresi sumsum
tulang.
• Penggunaan >7 hari harus
diikuti dengan pemeriksaan
morfologi sediaan apus darah
tepi
• Tidak dianjurkan untuk pasien
dengan jumlah leukosit
<2000/Ul
Dikutip dari:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
KASUS
Pasien Tn. YP berusia 25 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari. Riwayat buang air kecil normal dan riwayat buang air
besar belum bias sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh
pusing di daerah kapala bagian depan, terus menerus, mual dan muntah jika ada makanan yang masuk dan sudah >5x
muntah isi makanan, tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung mimisan tidak ada, sesak napas tidak ada, nyeri
perut di ulu hati, sebelumnya belum pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal yang sama.
Vital Sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90X/menit
Suhu : 37,5C
RR : 20x/menit
Diagnosis kerja : Observasi
Febris Hari ke-2
Diagnosis diferential :
• Typhoid Fever
• Dengue Fever
KASUS
Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL
Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl
Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl
Trombosit 153 150-400 ribu
Hematokrit 40,9 37-47%
Anti Salmonella IgM positif negatif
Terapi yang didapatkan pasien:
Infus RL
Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam
Omeprazol 1 tab/12 jam
Paracetamol tab 500 mg /8 jam
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Subjective
Px Tn. YP berusia 25 th MRS dengan keluhan utama demam sejak 2 hari
sebelum MRS. Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga
malam hari. BAK normal ,BAB belum bisa sejak 2 hari sebelum MRS. Px juga
mengeluh pusing di daerah kepala bagian depan terus menerus, mual
muntah jika ada makanan yang masuk, sudah >5x muntah isi makanan,
tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum MRS. Px
merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung
mimisan (-), sesak napas (-), nyeri perut di ulu hati, sebelumnya belum
pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal
yang sama.
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90X/menit
Suhu : 37,5C
RR : 20x/menit
Diagnosis kerja : Observasi Febris Hari ke-2
Diagnosis diferential :
• Typhoid Fever
• Dengue Fever
Objective
ANALISA
Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL
Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl
Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl
Trombosit 153 150-400 ribu
Hematokrit 40,9 37-47%
Anti
Salmonella
IgM
positif negatif
Penatalaksanaan
Infus RL
Inj Cefotaxim 3 x 1 gr
Omeprazol 2 x 1 kap
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab
Terapi yang diberikan sudah tepat.
 Px terindentifikasi mengalami infeksi bakteri dari hasil tes anti Salmonella
IgM positif, dan telah diberikan tx antibiotik Cefotaxime 3x1 gr
 Px mengeluh demam, pusing, nyeri di ulu hati diberikan tx Paracetamol 500
mg 3x1 tab
 Untuk mengatasi mual muntah, diberikan tx Omeprazole 2x1 kap
Assasment
ANALISA
Rekomendasi:
 Menggunakan antibiotik yang lebih efektif, yaitu Ciprofloxacin i.v. 400 mg/12 jam atau Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Penambahan Lactulosa sirup sebagai pencahar untuk mengatasi susah BAB
 Diberikan vitamin penambah nasfsu makan
 Jika muntah masih berlanjut dapat ditambahkan Domperidon prn
Terima Kasih!
Do you have any questions?
Please contact us at
Muhammadiyah Hospital 

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (20)

Pielonefritis
PielonefritisPielonefritis
Pielonefritis
 
Dengue hemoragic fever (dhf)
Dengue hemoragic fever (dhf)Dengue hemoragic fever (dhf)
Dengue hemoragic fever (dhf)
 
Batu ginjal
Batu ginjalBatu ginjal
Batu ginjal
 
Diare
Diare Diare
Diare
 
Tbc pada anak
Tbc pada anak Tbc pada anak
Tbc pada anak
 
HHS in Diabetic Person
HHS in Diabetic PersonHHS in Diabetic Person
HHS in Diabetic Person
 
Referat Dispepsia
Referat DispepsiaReferat Dispepsia
Referat Dispepsia
 
LBP-HNP DR LAN.pptx
LBP-HNP DR LAN.pptxLBP-HNP DR LAN.pptx
LBP-HNP DR LAN.pptx
 
Askep Glomerulonefritis
Askep GlomerulonefritisAskep Glomerulonefritis
Askep Glomerulonefritis
 
Gnaps farmasi 2017
Gnaps farmasi 2017Gnaps farmasi 2017
Gnaps farmasi 2017
 
Kejang demam pada Anak
Kejang demam pada AnakKejang demam pada Anak
Kejang demam pada Anak
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case Report
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Tuberculosis pada anak
Tuberculosis pada anakTuberculosis pada anak
Tuberculosis pada anak
 
Ppt hemofilia
Ppt hemofiliaPpt hemofilia
Ppt hemofilia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 

Ähnlich wie PPT THYPOID KEL 3.pptx

F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptxF4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptxJeniSelomita
 
Persentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamPersentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamAulia Amani
 
CRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxCRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxmelitahusna1
 
Kasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi IKasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi IOppy Utriyani
 
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptxInformasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptxBankSoal8
 
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Ryan Shaputra
 
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdfRevisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdfRuriAndrie
 
demam-tifoid-anak-160218082407.pptx
demam-tifoid-anak-160218082407.pptxdemam-tifoid-anak-160218082407.pptx
demam-tifoid-anak-160218082407.pptxMiftahulHuda476813
 
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptxRiskiSyahputra4
 
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaStudi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaNesha Mutiara
 

Ähnlich wie PPT THYPOID KEL 3.pptx (20)

F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptxF4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx
 
Modul Demam
Modul DemamModul Demam
Modul Demam
 
Persentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamPersentasi Modul Demam
Persentasi Modul Demam
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
CRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxCRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptx
 
Kasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi IKasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi I
 
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptxInformasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
Informasi Dasar TB dan TB RO bagi kader Final.pptx
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
 
GEA.pptx
GEA.pptxGEA.pptx
GEA.pptx
 
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdfRevisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
 
demam-tifoid-anak-160218082407.pptx
demam-tifoid-anak-160218082407.pptxdemam-tifoid-anak-160218082407.pptx
demam-tifoid-anak-160218082407.pptx
 
kasus sulit.ppt
kasus sulit.pptkasus sulit.ppt
kasus sulit.ppt
 
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptxLASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
 
Ppt lapsus ika
Ppt lapsus ikaPpt lapsus ika
Ppt lapsus ika
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaStudi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
 

Kürzlich hochgeladen

Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAkompilasikuliahd3TLM
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxLintangDwiCandra1
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptssuserbb0b09
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 

PPT THYPOID KEL 3.pptx

  • 2. Definisi Patofisiologi Etilogi Faktor Resiko Gejala Klinis Manajemen Terapi 01 02 03 04 05 06 TYPHOID
  • 4. Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi). Penyakit ini ditandai dengan panas berkepanjangan, disebabkan adanya bakteremia dan invasi bakteri sekaligus berkembang biak ke dalam sel fagosit mononuklear dari organ hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch
  • 6. Penularan salmonella typhi sebagian besar jalur fecal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada keadaan bakterimia kepada bayinya (pruss, 2016).
  • 7. PATOFISIOLOGI makanan/minuman yang tercemar oleh bakteri Sebagian dimusnahkan di lambung Sebagian lolos ke usus dan berkembang biak Bila respon imun << → bakteri menembus sel epitel (sel M) Menembus lamina propia → difagosit oleh makrofag Dibawa oleh makrofag ke plak payeri ileum Menjalar ke KGB mesentrika Melalui ductus torasikus → aliran darah sistemik (bakterimia I+ asimptomatik) Menyebar ke seluruh sistem RES (TU hati & limfa) Berkembang di dalam organ hati & limfa Masuk ke aliran darah Kembali (bakterimia II = simptomatik) → gejala klinis sistemik Dari hati → empedu → Sebagian dikeluarkan Bersama feses, Sebagian diserap Kembali (proses berulang)
  • 9. Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi (WHO, 2018). Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain yang adalah bakteri Gram-negatif, berbentuk batang, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob (bisa menyesuaikan diri pada keadaan tertentu yang tidak membutuhkan oksigen) Bakteri menyebar dari usus untuk menyebabkan penyakit sistemik. (Ashurst, Truong, & Woodbury, 2019). ETIOLOGI TYPHOID
  • 11. FAKTOR RESIKO 01 Usia 02 Status Gizi 03 Riwayat Deam Tifoid Higiene dan Sanitasi 04
  • 13. GEJALA KLINIS Setelah masa inkubasi 10 – 14 hari: • Demam meningkat bertahab, biasanya terjadi 5-21 hari terutama di sore hari • Lemas, nyeri otot, lesu • Konstipasi >3 hari, nyeri perut, mual, muntah atau diare • Jika berlanjut (komplikasi) → perdarahan usus, perforasi (usus robek), infeksi usus, syok bahkan kematian
  • 15. Diagnosis • Pemeriksaan darah lengkap (tidak spesifik)  Leukosit bisa ↓ (leukopenia) atau bisa ↑ (leukositosis)  Trombosit bisa ↓ (trombositopenia)  Hb bisa ↓ (anemia) • Widal (tidak dianjurkan karena tidak sensitive dan spesifikasinya rendah) • Tubex → mendeteksi antibody IgM Tterhadap antigen typhoid O • Tes PCR • Pemeriksaan kultur (darah, urine, feses)
  • 16. Tidak ada pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa demam typhoid di minggu pertama demam, kecuali kultur feses
  • 17. KOMPLIKASI TIFOID Komplikasi biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam. Komplikasi antara lain perdarahan, perforasi, sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ lain:  Tifoid toksik (Ensefalopati tifosa)  Syok septik  Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)  Hepatitis tifosa  Pankreatitis tifosa  Pneumonia
  • 19. TATALAKSANA TYPHOID Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau sarana pelayanan Kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan. Tujuan Perawatan adalah: 1. Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan 2. Observasi terhadap perjalanan penyakit 3. Minimalisasi komplikasi 4. Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran dan/atau kontaminasi
  • 20. PENATALAKSANAAN TYPHOID Tirah baring, atur posisi Isolasi yang memadai Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi (diet TKTP) Pemberian Antibiotik
  • 21. Algoritma Pengelolaan Pasien Demam Dikutip dari: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
  • 23. Terapi Antibiotik Indication Agent Dosage (Route) Duration, Days Empirical Treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14 Azithromycin 1 g/d (PO) 5 Fully Susceptible Optimal treatment Ciprofloxacin 500 mg bid (PO) or 400 mg q12h (IV) 5-7 Azithromycin 1 g/d (PO) 5 Alternative treatment Amoxicillin 1 g tid (PO) or 2 g q6h (IV) 14 Chloramphenicol 25 mg/kg tid (PO or IV) 14-21 Trimethoprim- sulfamethoxazole 160-800 mg bid (PO) 7-14 Multidrug-Resistant Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14 Azithromycin 1 g/d (PO) 5 Alternative treatment Ciprofloxacin 500 mg bid (PO) or 400 mg q12h (IV) 5-14 Quinolone-Resistant Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14 Alternative treatment High-dose ciprofloxacin 750 mg bid (PO) or 400 mg q8h (IV) 10-14 (Pegues DA, Miller SI. Salmonellosis. In Kasper DL, et al. Harrison Principles of Internal Medicine 19th ed. USA: Mc Graw Hill; 2015) Dikutip dari: Jurnal ilmiah PAPDI, Darius Hartanto, Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa, CDK-292/ vol. 48 no. 1 th. 2021
  • 24. Terapi Antibiotik Pilihan utama antibiotik tergantung pola kerentanan kuman S.typhi dan S.paratyphi di area tertentu. Terapi first-line original adalah kloramfenikol, ampisilin, dan trimethropim sulfametoksazol. Antibiotik ini efektif terhadap kuman yang sensitif, tetapi sering ditemukan resistensi terhadap obat ini. Fluoroquinolones adalah kelas yang paling efektif dengan angka kesembuhan mencapai 98%, angka relaps dan fecal carrier <2%, dan efek terapi paling ekstensif adalah dengan Ciproflokxacin.
  • 25. Terapi Antibiotik DIAGNOSIS KLINIS BAKTERI PENYEBAB TERSERING ANTIBIOTIK PERHATIAN/ KETERANGAN Demam Tifoid Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, C Pilihan 1: Kloramfenikol oral 500 mg setiap 6 jam Pada anak: Kloramfenikol oral 25 mg/kgBB, setiap 6 jam (maksimal 2 gram/hari) atau Kotrimoksazol oral 4 mg (trimetoprim)/kgBB setiap 12 jam atau Amoksisilin oral 15-30 mg/kgBB setiap 8 jam Lama pengobatan sampai dg 5 hari bebas demam, maksimal 14 hari Perhatian untuk kloramfenikol: • waspada efek samping kloramfenikol: supresi sumsum tulang. • Penggunaan >7 hari harus diikuti dengan pemeriksaan morfologi sediaan apus darah tepi • Tidak dianjurkan untuk pasien dengan jumlah leukosit <2000/Ul Tabel 12. Diagnosis Klinis Infeksi dan Pilihan Antibiotik Terapi Empiris Dikutip dari: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
  • 26. Terapi Antibiotik DIAGNOSIS KLINIS BAKTERI PENYEBAB TERSERING ANTIBIOTIK PERHATIAN/ KETERANGAN Demam Tifoid Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, C Pilihan 2: Siprofloksasin oral 500 mg atau i.v. 400 mg setiap 12 jam Pada anak: Ampisilin i.v. 50-75 mg/kgBB setiap 6 jam Pilihan 3: Seftriakson i.v. 1 gram setiap 12 jam atau (i.v.) 2 gram setiap 24 jam. Pada anak: Seftriakson i.v. 25-50mg/kgBB setiap 12 jam Lama pengobatan sampai dg 5 hari bebas demam, maksimal 14 hari Perhatian untuk kloramfenikol: • waspada efek samping kloramfenikol: supresi sumsum tulang. • Penggunaan >7 hari harus diikuti dengan pemeriksaan morfologi sediaan apus darah tepi • Tidak dianjurkan untuk pasien dengan jumlah leukosit <2000/Ul Dikutip dari: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
  • 27. KASUS Pasien Tn. YP berusia 25 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari. Riwayat buang air kecil normal dan riwayat buang air besar belum bias sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh pusing di daerah kapala bagian depan, terus menerus, mual dan muntah jika ada makanan yang masuk dan sudah >5x muntah isi makanan, tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung mimisan tidak ada, sesak napas tidak ada, nyeri perut di ulu hati, sebelumnya belum pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal yang sama. Vital Sign : TD : 120/80 mmHg Nadi : 90X/menit Suhu : 37,5C RR : 20x/menit Diagnosis kerja : Observasi Febris Hari ke-2 Diagnosis diferential : • Typhoid Fever • Dengue Fever
  • 28. KASUS Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl Trombosit 153 150-400 ribu Hematokrit 40,9 37-47% Anti Salmonella IgM positif negatif Terapi yang didapatkan pasien: Infus RL Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam Omeprazol 1 tab/12 jam Paracetamol tab 500 mg /8 jam Hasil Pemeriksaan Laboratorium
  • 29. Subjective Px Tn. YP berusia 25 th MRS dengan keluhan utama demam sejak 2 hari sebelum MRS. Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari. BAK normal ,BAB belum bisa sejak 2 hari sebelum MRS. Px juga mengeluh pusing di daerah kepala bagian depan terus menerus, mual muntah jika ada makanan yang masuk, sudah >5x muntah isi makanan, tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum MRS. Px merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung mimisan (-), sesak napas (-), nyeri perut di ulu hati, sebelumnya belum pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal yang sama. TD : 120/80 mmHg Nadi : 90X/menit Suhu : 37,5C RR : 20x/menit Diagnosis kerja : Observasi Febris Hari ke-2 Diagnosis diferential : • Typhoid Fever • Dengue Fever Objective ANALISA Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl Trombosit 153 150-400 ribu Hematokrit 40,9 37-47% Anti Salmonella IgM positif negatif
  • 30. Penatalaksanaan Infus RL Inj Cefotaxim 3 x 1 gr Omeprazol 2 x 1 kap Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab Terapi yang diberikan sudah tepat.  Px terindentifikasi mengalami infeksi bakteri dari hasil tes anti Salmonella IgM positif, dan telah diberikan tx antibiotik Cefotaxime 3x1 gr  Px mengeluh demam, pusing, nyeri di ulu hati diberikan tx Paracetamol 500 mg 3x1 tab  Untuk mengatasi mual muntah, diberikan tx Omeprazole 2x1 kap Assasment ANALISA Rekomendasi:  Menggunakan antibiotik yang lebih efektif, yaitu Ciprofloxacin i.v. 400 mg/12 jam atau Ceftriaxone 1 gr/12 jam  Penambahan Lactulosa sirup sebagai pencahar untuk mengatasi susah BAB  Diberikan vitamin penambah nasfsu makan  Jika muntah masih berlanjut dapat ditambahkan Domperidon prn
  • 31. Terima Kasih! Do you have any questions? Please contact us at Muhammadiyah Hospital 