SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 58
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Profesi Akuntan Publik adalah profesi kepercayaan masyarakat dan
pengguna laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan
pengguna laporan keungan mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang di sajikan oleh manajemen perusahaan dalam
pelaporan keuangan Mulyadi (2010:30 ).
Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor
dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Sedangkan standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data
dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta
mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang
diauditnya secara keseluruhan.
Profesi auditor harus bersifat independen dan berkomitmen dalam melayani
kepentingan publik. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, aset
utama, yang harus di miliki oleh sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah
tenaga kerja profesional agar dapat bertanggung jawab pada publik, para auditor
2
harus berupaya untuk meningkatkan kemampuan atau kinerja dalam
menjalankan profesinya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, yaitu
pengetahuan dan pengalaman. Dalam melakukan tugas pengauditan, auditor
memerlukan pengetahuan pengauditan dan pengetahuan mengenai bidang
auditing dan akuntansi.
Akuntan publik atau auditor dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien
memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan
perusahaan klien yaitu ketika akuntan publik mengembangkan tugas dan
tanggung jawab dari manajemen (agen) untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan yang di ke lolanya. Dalam ini manajemen ingin supaya kinerjanya
terlihat selalu baik dimana pihak eksternal perusahaan yang telah di biayainya.
Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara
manjemen dan pemakai laporan keuangan (Lingga dan Meythi, 2011)
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan yang di
berikan oleh akuntan publik inilah pada akhirnya mengharuskan auditor
memperhatikan kualitas audit yang di hasilkan. Ada pun pertanyaan atau
keraguan dari masyarakat tentang kualitas audit yang di hasilkan oleh akuntan
publik setelah terjadinya banyak skandal yang melibatkan akuntan publik.
Seperti kasus KAP ”Eddy Pianto & Rekan, dalam kasus ini laporan audit PT.
Telkom tidak di akui oleh Securities Exchange Commision/SEC (pemegang
otoritas pasar modal di Amerika Serikat. Kasus ini bermula terjadi karena
keengganan KAP Hadi Susanto dan rekan sabagai terlapor yang mengaudit
3
keuangan PT. Telkomsel tahun buku 2002 untuk berkerjasama dengan KAP
Eddy Pianto dan Rekan. Tindakan KAP Hadi Susanto dan Rekan tersebut
mengakibatkan rusaknya kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy Pianto
atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom 2002 sehingga menhalangi
KAP Eddy Pianto untuk bersaingan dengan Terlapor sehubung dengan
penyediaan layanan audit ke perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di lantai
bursa (Tempo, 2002).
Banyak kasus perusahaan yang “jatuh” karena kegagalan bisnis yang di
kaitkan dengan ke gagalan auditornya, hal ini mengancam kreabilitas laporan
keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi presepsi masyarakat,
khususnya para pemakai laporan keuangan atas kualitas audit.
Kualitas audit menurut De Angelo yang di kutip Alim dkk (2007) adalah
sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan
pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis dan probabilitas melaporkan
pelanggaran tergantung pada independensi auditor.
Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidak pastian
yang berkaitan dengan laporan keuangan yang di sajikan oleh pihak
manajemen. Oleh karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik
yang selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan.
Moize (1986) dalam Elfarini (2007:) menyatakan bahwa “pengukuran
kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan
kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Kualitas audit merupakan hal
4
yang sangat penting, karena dengan mempunyai kualitas audit yang tinggi akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dalam pengambilan
keputusan
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain
pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor
memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan
mengenai bidang auditing, akuntansi, dan industri klien. Pencapaian keahlian
dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan
praktek audit (IAPI, 2012). Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis
yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun
non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa
seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan
yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam
beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan
dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan.
Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor untuk
menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor,
maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun
aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga membentuk auditor mampu
menghadapi dan menyelesaikan hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan
5
tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan emosional terhadap
pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan dan keahlian, pengalaman auditor
memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan kompetensi auditor.
Seorang auditor sangat membutuhkan kompetensi dalam
melakukan audit. Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,
pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63).
Hal ini bisa dapat di wujudkan memalui pelatihan dan pengalaman dalam
melaksanakan audit.
Lastanti (2005) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam
pengalaman audit. Sehingga dapat diartikan bahwa kompetensi auditor adalah
auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit
dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama.
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang
dimiliki akuntan publik. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus
menjalani pelatihan teknis yang cukup mecakup aspek teknis maupun
pendidikan umum.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “independensi adalah suatu keadaan
atau posisi dimana kita tidak terikat dengan pihak manapun. Artinya keberadaan
kita adalah mandiri, tidak mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi
tertentu.
Menurut Boyton (2006) indenpendensi merupakan dasar dari struktur
filosofi profesi. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan audit dan
6
jasa atestasi lainnya pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi
independensi.
Agar seorang auditor dapat di percaya masyarakat atas independensinya
bagi kepentingan perkembangan profesi akuntan publik, maka auditor harus
bebas dari setiap kewajiban klien, tidak mempunyai kepentingan dengan klien.
Semakin independen seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya , maka
semakin baik kualitas audit yang di hasilkan.
Audior memiliki peran sebagai pengontrol dan menjaga kepentingan
publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit,
mereka bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh keyakinan apakah laporan keuangan bebas dari salah saji maerial.
Menurut Suwandi (2005), dalam konteks organisasi, motivasi adalah
pemaduan antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personil. Hal ini akan
mencegah terjadinya ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada
pencapaian tujuan organisasi secara efektif.
Motivasi merupakan hal yang di perlu dimiliki seseorang dalam mencapai
kesuksesan. Fred Luthans (2006) menyatakan motivasi adalah proses yang di
mulai dengan definisi fisiologis atau psikologis yang menggerakan perilaku atau
dorongan yang di tujukan atau instensif. Dengan adanya motivasi maka
seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan
memenuhi standar yang ada.
Menurut Maryani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai
seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur perilaku manusia baik yang
7
harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok
atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Seorang akuntan publik
harus mempunyai pemahaman, pengetahuan dan menerapkan etika secara
memadai dalam pekerjaan profesionalnya dan melandaskan pada standar moral
dan etika tertentu. Hal ini di perlukan agar tidak terjadinya pelanggaran etika
yang dilakukan oleh para akuntan.
Pentingnya penerapan etika profesi akuntan publik merupakan pedoman
yang penting dalam berperilaku yang baik dalam suatu profesi. Belakangan ini
banyak sekali pelanggaran dan kecurangan yang timbul akibat penerapan etika
profesi yang tidak maksimal. Banyak kecurangan kecurangan yang timbul
karena terkikisnya kejujuran dan kebijaksanaan dalam berperilaku. Hal ini
menyebabkan kualitas hasil auditan yang dikeluarkan oleh auditor menjadi
rendah..
Sukriah dkk (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengalaman
kerja, independensi, objektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas
audit pada pegawai negri sipil (PNS). Hasil penelitian menunjukan bahwa
indenpendensi tidak berpengaruh signifikan sedangkan pengalaman kerja dan
kompetensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit.
Rosnidah (2010) melakukan penelitian tentang dampak motivasi dan
profesionalisme tehadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa
motivasi tidak berpengaruh signifikan tergadap kualitas audit.
Efendy MT (2010) melakukan penelitain tentang pengaruh kompetensi,
independensi dan motivasi terhadap kualitas audit pada aparat inspektorat
8
daerah gorontalo. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi dan motivasi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan independensi tidak
berpengaruh signifikan.
Metha dan shidiq (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh
pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi dan
komitmen organisasi terhadap kualitas audit. Penelitian ini mengambil populasi
pada KAP di Semarang. Dari penelitian tersebut di simpulkan bahwa
pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan
independensi dan kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
Fahdi (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pengalaman kerja,
independensi, obyektifitas, integritas, kompetensi dan motivasi terhadap kualitas
audit. Hasil dari penelitian tersebut di simpulkan pengalaman kerja dan
kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan
independensi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian yang di lakukan oleh Alim dkk (2007) tentang pengaruh
kompetensi, independensi terhadap kualitas audit dengan etika sebagai variabel
moderating. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa kompetensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit interaksi kompetensi dan etika auditor tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Samsi dkk (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh
pengalaman,kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika
sebagai variabel moderating. Hasil penelitian tersebut adalah Pengalaman kerja
9
berpengaruh negatif terhadap kualitas pemeriksaan, Independensi berpengaruh
positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, Interaksi pengalaman kerja dan
kepatuhan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan,
Interaksi independensi dan kepatuhan etika auditor berpengaruh negative
terhadap kualitas pemeriksaan dan kompetensi dan Interaksi kompetensi dan
kepatuhan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
pendekatan kontijensi ini dilakukan dengan cara ditetapkan variabel etika
auditor sebagai variabel moderasi yang mungkin akan mempengaruhi secara
kuat atau lemah hubungan antara pengalaman, kompetensi, independensi, dan
kualitas audit. Peneliti mengembangkan penelitian sebelumnya yang di lakukan
oleh Samsi dkk (2013).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dengan
menambahkan variabel motivasi Serta dalam penelitian ini menggunakan subyek
yang berbeda yaitu Kantor Akuntan Publik di Pekanbaru, Padang dan Batam dan
menambah variabel motivasi, alasan di tambahkan variabel motivasi adalah
dengan adanya motivasi seorang auditor akan mampu lebih baik menghasilkan
kualitas audit yang lebih baik lagi.
Berdasarkan penelitian-penelitian, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa di
ukur secara pasti sehingga hasil penelitian berbeda-beda. Berdasarkan hal
tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pengalaman Kerja, Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap
Kualitas Audit Dengan Etika sebagai variabel Moderating”
10
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka dapat
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit ?
2. Apakah interaksi pengalaman dan etika berpengaruh terhadap
kualitas audit ?
3. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?
4. Apakah interaksi kompetensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas
audit ?
5. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?
6. Apakah interaksi independensi dan etika berpengaruh terhadap
kualitas audit ?
7. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit ?
8. Apakah interaksi motivasi dan etika berpengaruh terhadap kualitas
audit ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit.
2. Untuk mengatahui pengaruh interaksi pengalaman dan etika terhadap
kualitas audit.
11
3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kualitas.
4. Untuk mengetahui pengaruh interaksi kompetensi dan etika terhadap
kualitas audit.
5. Untuk mengetahuui pengaruh independensi terhadap kualitas audit.
6. Untuk mengetahui pengaruh interaksi independensi dan etika
terhadap kualitas audit.
7. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadapa kualitas audit.
8. Untuk mengetahui pengaruh interaksi motivas dan etika terhadap
kualitas audit
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini di harapkan dapat
memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi
kualitas audit pada kantor akuntan publik, sehingga dapat di
manfaatkan upaya peningkatan kualitas audit khususnya di
Kota Pekanbaru, Padang dan Batam
2. Bagi Akademis penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan
bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik
3. Untuk menambah dan memperdalam wawasan dan
pengetahuan penulis tentang apa yang telah penulis lakukan
dan sebagai refensi untuk penelitian selanjutnya.
12
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis membuat sistematika penulisan skripsi ini
adalah :
BAB I Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian
BAB II Bab ini menguraikan mengenai landasan teori penelitian, penelitian
terdahulu,kerangka pemikiran serta hipotesis yang disajikan dalam
penelitian ini.
BAB III Bab ini terdiri atas populasi dan sampel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi
operasional variabel serta metode penelitian.
BAB IV Dalam bab ini di sajikan data-data yang di kumpulkan untuk
penelitian dan pembahasan hasil analisis data-data tersebut.
BAB V Bab ini merupakan bagian terakhir yang berisikan kesimpulan dari
penelitian dan saran-sara
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Kualitas Audit
Hingga saat belum ada definisi yang pasti mengenai apa bagaimana kualitas yang
baik. Kualitas audit merupakan sebuah kompleks dan sulit di pahami, sehingga sehingga
sering kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitas.
De angelo (1981) dalam Alim dkk. (2007) mendefenisikan kualitas audit sebagai
probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan
menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompentensi)
sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada indenpendensi auditor.
Menurut Rosnidah (2011) kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang di lakukan
sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila
terjadinya pelanggaran yang di lakukan klien. Kualitas audit menurut Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang di lakukan auditor di
katakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.
Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat di percaya sebagai dasar pengambilan
keputusan. Selain adanya kekhawatiran akan merebaknya skandal keuangan, dapat
mengkis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan
14
publik. Dari pengertian tentang kualitas audit tersebut bahwa auditor di tuntut untuk
memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang di sajikan oleh
manajemen perusahaan, supaya seseorang auditor dapat menjalankan kewajibannya.
Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus
memegang prinsip- prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) Ada 8 prinsip yang
harus di patuhi akuntan publik yaitu:
1. Tanggung jawab profesi
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang di lakukannya.
2. Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin.
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompentensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati,
kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional
15
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang di peroleh
selama melalukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa pengecualian
7. Prilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakajan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesional dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan.
Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat di tindak lanjuti oleh auditee.
Kualitas ini harus di bangun sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan
pemberian rekomedasi.
2.1.2 Etika Auditor
Auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus
mengacu kepada Standar Audit ini, dan auditor wajib mematuhi kode etik yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit. Kode etik ini dibuat
bertujuan untuk mengatur hubungan antara Auditor dengan rekan sekerjanya, Auditor
dengan atasannya, Auditor dengan objek pemeriksanya, dan Auditor dengan masyaraka.
Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana akan berperilaku terhadap
sesamanya (Kell et al,. 2002). Menurut Maryani dan Ludigdo (2001), mendefinisikan
etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur tentang
16
perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang
dianut oleh sekelompok atau masyarakat profesi. Auditor juga harus mematuhi Kode
Etik yang telah ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu pada Standar Audit dan
Kode Etik yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari standar audit.
Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang buruk,
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Guna meningkatkan kinerja auditor, maka
auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku etis. Kewajiban untuk menjaga
standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran
profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik.
Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan
masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik.
Masyarakat sebagai pengguna jasa profesi membutuhkan akuntan professional. Label
profesional disini mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi
pada kepentingan klien dan keinginan tulus dalam membantu permasalahan yang
dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat
Selain itu, auditor didalam melaksanakan audit harus mentaati kode etik sebagai
akuntan. Menurut Jaafar (2008) dalam Sari (2011) kode etik auditor merupakan aturan
perilaku auditor sesuai dengan tuntutan profesi dan organisasi serta standar audit yang
merupakan ukuran mutu minimal yang harus dicapai oleh auditor independen dalam
melaksanakan tugas auditnya, apabila aturan ini tidak dipenuhi berarti auditor bekerja
dibawah standar dan dapat dianggap melakukan malpraktek. Akan tetapi, ketaatan
terhadap kode etik hanya dihasilkan dari program pendidikan terencana yang mengatur
17
diri sendiri untuk meningkatkan pemahaman kode etik (Devis, 2008 dalam Anitaria,
2011).
2.1.3 Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal
atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu
pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman kerja secara langsung maupun tidak
langsung akan menambah keahlian auditor dalam menjalankan tugasnya. Pengalaman
merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor internal untuk menjadikan auditor
kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin mampu dan
mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun aktivitas yang diauditnya.
Pengalaman juga membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan
hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan
kecenderungan emosional terhadap pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan dan
keahlian, pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan
kompetensi auditor.
Pengalaman menurut Mulyadi (2010:25) yaitu pengalaman auditor merupakan
akumulasi gabungan dari semua yang di peroleh melalui interaksi. Jika seseorang ingin
memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus terlebih dahulu mencari pengalaman
profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang lebih pengalaman.
Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang
memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
18
diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari
penyebab munculnya kesalahan.
Pengalaman kerja seseorang menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah di
lakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk
melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang,
semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap
dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan (puspaningsih, 2004)
Pengalaman kerja mempengaruhi kemampuan kerja, semakin sering seseorang
bekerja dan melakukan pekerjaan yang sama, maka akan semakin terampil orang
tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Agar menghasilkan laporan audit yang berkualitas dan dapat di andalkan oleh
pemakainya, maka seorang auditor harus selalu meningkankan kompetensi dan
keahliannya seiring dengan perkembangan zaman, untuk sampai pada suatu pernyataan
pendapat dalam pelaksanaan auditnya, seorang auditor senantiasa bertindak sebagai ahli
dalam bidang akuntansi dan auditing.
Menurut Widhi (2006) pengetahuan dapat mempengaruhi kualitas suatu audit karena
dengan tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi kualitas suatu audit karna dengan
tingkat pengetahuan yang berbeda tentu berbeda pula cara bagaimana seorang auditor
tersebut menyelesaikan tugasnya. Jadi, auditor dengan tingkatan pengalaman yang
sama, belum tentu pengetahuan yang dimiliki sama pula.
19
2.1.4 Kompetensi
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang di butuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar. Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang
baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63).
Kompetensi berkaitan dengan kahlian profesional yang dimiliki auditor sebagai hasil
dari pendidikan formal, ujian profesional, maupun keikut sertaan dalam pelatihan dan
seminar.
Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan
harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan
guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Elfarini (2007:24)
mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat
digunakan untuk melakukan audit secara objektif.
Kompetensi seorang auditor juga dapat di ukur melalui ijazah atau sertifikat yang
dimiliki oleh auditor. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki oleh auditor dan semakin
sering mengikuti seminar di harapkan auditor bersangkutan semakin cakap dalam
melakukan audit.
Webster ninth new collegiate dictionary (1983) dalam sri lastanti (2005)
menjelaskan kompetensi sebagai keahlian dan keterampilan dari seorang ahli. Dimana
ahli di definisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau
20
pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang di peroleh dari pelatihan dan
pengalaman.. Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti (2005) mengartikan keahlian
atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
prosedural yang luas yang di tunjukan dalam pengalaman audit.
Berdasarkan dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kompetensi
adalah pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang di butuhkan auditor untuk dapat
melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Hayes-roth mendefinisikan
keahlian sebagai pengetahuan tentang suatu lingkungan tersebut serta keterampilan
untuk memecahkan permasalahan tersebut. (Mayangsari, 2003)
Kompetensi yang di perlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan
terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit.
2.1.5 Independensi
Menurut Boyton (2006:56) indenpendensi merupakan dasar dari struktur filosofi
profesi. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi
lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi independensi. Sedangkan
menurut Sedangkan Mulyadi (2010:27) mendefinisikan independensi sebagai berikut:
"keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain" dan akuntan publik yang independen haruslah
akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai
kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta
yang dijumpainya dalam pemeriksaan.
21
Kode Etik Profesi menjelaskan dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus
selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa
professional sebagaimana diatur dalam standar professional akuntan publik (SPAP)
yang diterbitkan oleh IAPI .
Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, akuntan publik memperoleh
kepercayaan diri dari klien dan para pemakai laporan keuangan yang disusun dan di
sajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang di periksa harus bersikap independen terhadap kepentingan
klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu
sendiri Indah (2010)
Pemeriksa harus mempunyai sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari
terjadinya konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan
pekerjaan yang telah di kerjakannya. Auditor harus memiliki sikap objektif dalam
melaksanakan audit. Prinsipnya objektifitas harus mensyaratkan auditor dalam
melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas.
Sikap auditor yang independen akan sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat
umum dan hal ini sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Ada enam
faktor yang mempengaruhi independensi menurut presepsi akuntan pemeriksaan dan
pihak-pihak yang menggunakan jasa-jasanya, yaitu:
1. Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan
para kliennya.
2. Persaingan dalam menyediakan jasa audit diantara KAP
3. Jasa non audit yang di berikan oleh kantor akuntan publik
22
4. Hubungan audit yang lama antara suatu kantor akuntan dengan klien tertentu
5. Ukuran KAP
6. Besarnya “fee”audit (Supriyono,1988)
Agar di percaya masyarakat atas independensinya bagi kepentingan
perkembangan profesi akuntan publik, auditor harus bebas dari setiap kewajiban
klien, tidak mempunyai suatu kepentingan dengan klien. Auditor independen tidak
hanya berkewajiban mempertahankan fakta bawa ia independen, namun auditor
harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan
sikap indepensinya. Bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis auditor jika auditor
memihak salah satu kepentingan makan dia tidak bisa mempertahankan kebebasan
pendapatnya, ia kehilangan sikap tidak memihak, bearti auditor tidak memiliki sikap
mental indepen.
Oleh karena itu, independensi merupakan dasar bagi akuntan publik untuk
merumuskan dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di periksa.
Apabila akuntan publik tetap memelihara independensinya selama melaksanakan
pemeriksaan maka laporan keuangan yang di hasilkan bertambah kreabilitasnya dan
dapat di andalkan bagi pihak berkepentingan.
2.1.6 Motivasi
Samsudin (2005) memberikan definisi motivasi sebagai proses mempengaruhi
atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau
melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Mangkunegara
(2005:61) Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan
23
yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental
karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi
kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.
Motivasi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia agar bekerja giat dan antusias untuk
mencapai tujuan yg optimal.
Menurut Moekijat (2005), dalam konteks organisasi, motivasi adalah pemaduan
antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personel. Hal ini akan mencegah
terjadinya ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada pencapaian tujuan
organisasi secara efektif.
Motivasi mencerminkan 4 hal yaitu:
1) Tingkat Aspirasi
Keterlibatan semua komponen yang terlibat dalam melakukan
pemeriksaan untuk berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada
mereka ngajukan ide-ide, rekomendasi dalam pemeriksaan.
2) Ketangguhan
Seorang auditor yang tangguh akan melporkan temua-temuan sekecil
apapun dan akan selalu mempertahankan pendapat yang menurutnya
benar.
24
3) Keuletan
Merupakan sikap dari seseorang yang tabah, tahan dan tangguh dalam
menjalankan tugasnya.
4) Konsisten
Merupakan keteguhan sikap mempertahankan sesuatu. Dalam hal audit
yaitu konsisten untuk melaksanakan tugas pemeriksaan sesuai dengan
standar. (Efendi,2010)
2.2 Penelitian terdahulu
Variabel-variabel dalam penelitian sebelumnya sudah di teliti oleh beberapa
peneliti terdahulu. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat sebagai berikut:
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Sukriah, dkk
(2009)
Pengaruh Pengalaman
kerja,Independensi,
Obyektivitas,Integritas,
dan Kompetensi
terhadap kualitas hasil
audit
Pengalaman kerja
(X1),
Independensi
(X2),
Obyektifitas(X3),
Integritas(X4),
dan kompetensi
(X5) Kualitas
Hasil
Pemeriksaan (Y)
Pengalaman
kerja,Obyektifitas
dan kompetensi
berpengaruh
positif terhadap
kualitas hasil
pemeriksaan.
Sedangkan untuk
independensi dan
integritas tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
25
hasil audit
2. Metha Kartika,
Shiddiq Nur
Raharjo (2012)
Pengaruh Pengalaman
kerja,Independensi,
Obyektivitas,Integritas,
Kompetensi dan
Komitmen Organisasi
terhadap Kualitas Audit
Pengalaman kerja
(X1),Independens
i (X2),
Obyektivitas
(X3),
Integritas(X4),Ko
mpetensi(X5),
Komitmen
organisasi(X6)
Kualitas Audit
(Y)
Pengalaman kerja,
Obyektifitas,
Integritas dan
komitmen
organisasi
berpengaruh
positif terhadap
Kualitas audit
sedangkan
Independensi dan
kompetensi tidak
berpengaruh
positif terhadap
kulitas audit
3. Nur samsi dkk
(2013)
Pengaruh Pengalaman,
Independensi dan
Kompetensi terhadap
kualitas dengan etika
sebagai variabel
moderating
Pengalaman (X1),
Kompetensi (X2),
Independensi
(X3), Motivasi
(X4), Etika
sebagai variabel
moderating (X5),
Kualitas audit (Y)
Pengalaman tidak
berpengaruh
terhadap kualitas
audit sedangkan
independen
berpengaruh dan
interaksi
pengalaman dan
etika berpengaruh
sedangkan
independensi
berpengaruh serta
interaksi
independensi dan
etika tidak
berpengaruh.
4. Muh.Taufiq
Efendy (2010)
Pengaruh Kompetensi,
independensi, dan
motivasi terhadap
kualitas audit aparat
inspektorat dalam
pengawasan daerah
(studi empiris pada
pemerintah Gorontalo)
Kompetensi (X1),
Independensi
(X2), Motivasi
(X3), Kualitas
audit (Y)
Kompetensi dan
motivasi
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit. Sedangkan
independensi
tidak berpengaruh
signifikan
26
5. Alim dkk (2007) Pengaruh Kompetensi
Dan Independensi
Terhadap Kualitas Audit
Dengan Etika Auditor
Sebagai Variabel
Moderasi
Kompetensi (X1),
independensi
(X2), Etika (X3),
sebagai variabel
moderating ,
Kualitas Audit
(Y)
kompetensi
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit sedangkan
interaksi
kompetensi dan
etika auditor tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit dan
independensi
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit sedangkan
interaksi
independensi dan
etika auditor
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit
6. Nur Aini (2009) Pengaruh independensi
auditor, pengalaman
auditor dan etika auditor
terhadap kualitas audit
Independensi
(X1), Pengalaman
(X2), Etika (X3),
Kualitas Audit
(Y)
Independensi,
pengalaman dan
etika auditor
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit
7. ST. Nur Irawati
(2011)
Pengaruh kompetensi
dan independensi
terhadap kualitas audit
pada kantor akuntan
publik di Makassar
Kompetensi (X1),
independendi
(X2), Kualitas
adit (Y)
Kompetensi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
independen
sedangkan
independen
berpengarh
signifikan
terhadap kualitas
audit
Sumber: Data Olahan
27
2.3 Kerangka Pemikiran
2.3.1 Pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik
bahwa auditor di syaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi
yang di tekuninya, serta di tuntut memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman
dalam bidang industri yang di geluti kliennya Arens dkk (2006: )
Dalam profesi auditor, pengalaman akan terus meningkat seiring dengan
semakin banyaknya untuk melakukan audit serta semakin kompleksnya transaksi
keuangan yang diaudit agar memperluas pengetahuan dibidangnya. Dan dapat
dikatakan, jika seseorang auditor yang mempunyai lama masa kerja dan
pengalaman yang dimilikinya maka akan semakin baik dan meningkat pula
kualitas audit (Alim, 2007).
Pengalaman juga merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa
semakin lama masa kerja maka semakin baik dan semakin meningkat pula
kualitas audit yang di hasilkannya. Hasil penelitian Sukriah dkk (2009)
menunjukan bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil
penelitian ini di dukung penelitian selanjutnya yang di lakukan oleh Metha dan
Shiddiq (2012) dan Aini (2009)
28
Menurut saya pengalaman adalah jika semakin lama masa kerja seseorang
dan pengalaman yang di miliki oleh auditor maka semakin baik dan semakin
meningkat pula kualitas audit yang di hasilkannya.
2.3.2 Pengaruh interaksi pengalaman dan etika terhadap kualitas audit
Pengalaman menurut Mulyadi (2010:30) yaitu pengalaman auditor
merupakan akumulasi gabungan dari semua yang di peroleh melalui interaksi.
Jika seseorang ingin memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus terlebih
dahulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang
lebih pengalaman Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang
akan berperilaku terhadap sesamanya (Kell et al., 2002). Pengalaman merupakan
suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah
laku baik dari pendidikan formal maupun non formal. Menurut Maryani dan
Ludigdo (2001), mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur tentang perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau masyarakat
profesi. Auditor juga harus mematuhi Kode Etik yang telah ditetapkan.
Herliansyah dkk. (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat
diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau
tugas (job) . Penelitian yang dilakukan Zoraifi,R. (2003) dalam menyimpulkan
bahwa ternyata lamanya kerja mempengaruhi perilaku etika auditor. Auditor yang
mempunyai pengalaman kerja lebih lama mempunyai perilaku lebih etika
dibanding auditor yang mempunyai pengalaman kerja yang singkat.
29
Menurut saya seorang auditor yang memiliki pengalaman yang tinggi dan
patuh terhadap etika yang berlaku maka akan menghasilkan kualitas audit yang
baik pula. Dalam penelitian saya ini sebagai peneliti mempunyai pemikiran yang
mana pengalaman dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit
2.3.3 Kompetensi terhadap kualitas audit
Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang
memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63). Kompetensi
berkaitan dengan kahlian profesional yang dimiliki auditor sebagai hasil dari
pendidikan formal, ujian profesional, maupun keikut sertaan dalam pelatihan dan
seminar.
Kompetensi merupakan kemampuan auditor untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga
auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat dan obyektif dengan hal itu
auditor menjadi mampu memahami kondisi keuangan kliennya dan akan
menghasilkan kualitas audit yang baik.
Dalam melaksanakan perannya sebagai auditor, auditor harus bertanggung
jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan
yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai
akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah yang secara lebih
mendalam dan mudah mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam
lingkungan audit kliennya.
30
Menurut Indah (2010) menyatakan kompetensi memiliki pengaruh terhadap
kualitas audit akuntan publik hasil penelitian ini juga di dukung dengan
Septriatari dan Sujana (2013), Sukriah dkk (2007) dan juga Effendi (2010)
Menurut saya kompetensi merupakan kemampuan dan keahlian seseorang
dalam melaksanakan tugas yang di berikan. Dalam penelitian saya ini sebagai
peneliti mempunyai pemikiran yang mana kompetensi berpengaruh terhadap
kualitas audit.
2.3.4 Pengaruh interaksi kompetensi dan etika terhadap kualitas audit
Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang
memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63). Etika berkaitan
dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadapsesamanya
(Kell et al., 2002)
Seorang auditor yang memiliki kompetensi tinggi didalam melaksanakan audit
akan selalu taat pada prinsip audit serta patuh terhadap kode etik yang berlaku
untuk dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Benh et. al (1997) dalam
Alim dkk, (2007) mengembangkan atribut kualitas audit yang salah satu
diantaranya adalah standar etika yang tinggi, sedangkan atribut-atribut lainnya
terkait dengan kompetensi auditor.
Dalam menghasilkan laporan yang memiliki kualitas audit yang tinggi seorang
auditor harus mentaati etika auditor yang telah ditetapkan. Semakin tinggi auditor
mentaati etika auditor maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Sehingga kompetensi dan etika auditor dapat mempengaruh kualitas audit yang
31
dihasilkan tergantung dari situasi yang dialami oleh seorang auditor dalam
melakukan audit. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang memberikan
bukti bahwa kompetensi dan etika auditor dalam melakukan audit mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Menurut saya apabila seorang auditor memiliki kompetensi yang baik dan
juga menaati etika yang telah di tetapkan maka kualitas audit yang akan di
hasilkan pun akan baik karna kompetensi dan etika sangat berpengaruh terhadap
kualitas audit yang di hasilkan.
2.3.5 Pengaruh Independensi terhadap kualitas audit
Independensi adalah sikap auditor yang tidak memihak, tidak mempunyai
kepentingan pribadi, dan tidak mudah di pengaruhi oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dalam memberikan pendapat atau simpulan, sehingga dengan
demikian pendapat atau simpulan yang di berikan tersebut berdasarkan integritas
dan objektivitas yang tinggi.
Independensi merupakan sikap bebas dari bujukan, pengaruh, atau
pengendalian pihak yang di periksa. Jika auditor kehilangan independensinya
maka laporan audit yang di hasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
sehingga tidak dapat di gunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan
tingginya independensi maka audit yang dilaksanakan akan berkualitas.
Independensi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi sebuah
profesionalisme seorang akuntan dalam membentuk integritas yang tinggi. Hasil
32
dari penelitian (Metha dan Shiddiq, 2012 ) menunjukkan bahwa semakin tinggi
independensi seorang auditor maka semakin meningkat kualitas auditnya.
Untuk menghasilkan audit yang berkualitas di perlukan sikap independen dari
auditor. Karna jika seorang auditor kehilangan independensinya maka laporan
audit yang di hasilkannya tidak sesuai dengan kenyataan.
Dari hasil penelitian Septriatari dan Sujana (2013) menunjukan bahwa
independensi berpengaruh signifikan dan penelitian ini di dukung pula dengan
penelitian selanjutnya yang di teliti oleh Aini (2009) dan Indah (2010).
Menurut saya independensi merupakan suatu sikap tegas dan tidak mudah
berpengaruh terhadap apapun dan tidak mudah juga di kendalikan oleh pihak
mana pun. Dari penelitian saya berpemikiran bahwa independensi berpengaruh
terhadap kualitas audit karna kualitas audit di tentukan juga oleh sikap
independen seseorang.
2.3.6 Pengaruh interaksi independen dan etika terhadap kualitas audit
Penelitian yang dilakukan oleh Alim dkk, (2007) menemukan bahwa ketika
auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam aspek kinerja, maka
kondisi ini mendorong manajemen untuk memaksa auditor melakukan tindakan
yang melawan standar, termasuk dalam pemberian opini. Kondisi ini akan
sangat menyudutkan auditor sehingga kemungkinan bahwa auditor akan
melakukan apa yang diinginkan oleh manajemen.
33
Seseorang auditor yang dalam pelaksanaan audit mendapatkan tekanan yang
sangat besar dari klien sehingga menyebabkan auditor tersebut menyebabkan
auditor tersebut melakukan tindakan yang melawan pada standar profesional
merupakan hal yang telah melanggar hukum. Nugrahiningsih (2005)
menyatakan bahwa kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan
tidak etis sangat berguna bagi semua profesi termasuk auditor. Auditor harus
dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen
(Sukriah dkk., 2009) Apabila seorang auditor telah melawan standar profesional
yang telah di tetapkan, maka kualitas audit yang di hasilkan oleh auditor tersebut
akan sangat rendah. Namun semakin tinggi auditor menaati etika maka kualitas
audit yang di hasilkan akan semankin tinggi, sehingga hubungan antara
independensi dan etika auditor dapat mempengaruhi kualitas audit yang di
hasilkan tergantung dari situasi yang di alami oleh seorang auditor dalam
melakukan audit.
Menurut pendapat saya sebagai peneliti seorang auditor harus memiliki
sikap independensi yang baik serta harus di dukung pula dengan sikap etika,
apabila seorang auditor tersebut patuh terhadap etika maka kualitas audit yang di
hasilkan akan baik pula.
2.3.7 Pengaruh motivasi terhadap kualitas audit
Motivasi kerja adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang
membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu. Memotivasi
34
orang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil
langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai ke suatu
tujuan. ( Michael Amstrong 1994 dalam Sri Lastanti, 2005 ). Dengan kata lain,
motivasi akan mendorong seseorang termasuk auditor, untuk berprestasi
komitmen terhadap kelompok serta memiliki optimisme yang tinggi.
Kualitas audit akan tinggi apabila keinginan dan kebutuhan auditor yang
menjadikan motivasi kerjanya dapat terpenuhi. Kompensasi dari organisasi
berupa penghargaan (reward) sesuai profesinya, akan menimbulkan kualitas
audit karena mereka merasa bahwa organisasi telah memperhatikan kebutuhan
dan pengharapan kerja mereka.
Seorang Auditor yang memiliki motivasi di dalam dirinya akan memiliki
keuletan dalam melaksanakan tugas dan akan memiliki ketangguhan dalam
mempertahankan argumennya. Selain itu seorang auditor yang memiliki
motivasi dalam mempertahankan argumennya akan selalu berusaha belajar dan
memperdalam kemampuan yang dimilikinya.
Oleh karena saya sebagai peneliti berpikir bahwa motivasi berpengaruh
terhadap kualitas audit karena motivasi sangat di butuhkan oleh para auditor
dalam melakukan pemeriksaan dalam melakukan tugasnya.
2.3.8 Pengaruh interaksi motivasi dan etika terhadap kualitas audit
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan
suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku
para anggotanya. (Herawati dan Susanto, 2009). Sedangkan motivasi adalah
35
sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau
berperilaku dalam cara-cara tertentu (Trisnaningsih, 2003).
Agar auditor dapat menerapkan etika secara nyata dalam menjalankan
tugasnya, tentu dibutuhkan motivasi yang mendalam dari diri mereka sendiri
untuk mengetahui dan memahami keterikatannya atas etika. Dengan adanya
kode etik pada seseorang, akan menimbulkan motivasi untuk bekerja sebaik-
baiknya pada suatu organisasi sebagai upaya mewujudkan tujuan bersama,
sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang baik. penelitian yang
dilakukan oleh Lubis (2009) mengenai hubungan etika dengan kualitas audit,
menunjukkan hasil yang signifikan dan penelitian yang di lakukan oleh Efendi
(2010) menunjukan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
Menurut pendapat saya sebagai peneliti sikap motivasi dan etika harus ada
pada auditor karna dengan adanya etika pada seseorang, akan menimbulkan
motivasi untuk bekerja sebaik-baiknya pada suatu organisasi sebagai upaya
mewujudkan tujuan bersama, sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang
baik
36
2.4 Model Penelitian
Kerangka pemikiran di atas jika di susun dalam suatu model
penelitian maka dapat di lihat sebagai berikut:
2.5 Hipotesis
H1 = Pengalaman berpengaruh terhadap kualitasn audit
H2 = Interaksi pengalaman dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit
H3 = Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit
H4 = Interaksi kompetensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit
H5 = Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
Pengalaman (X1)
Kompetensi (X1)
Independensi (X3)
Motivasi (X4)
Etika (X5) Kualitas Audit
(Y)
37
H6 = Interaksi independensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit
H7 = Motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit
H8 = Interaksi motivasi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan unit biasanua berupa orang, obyek,
transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya
(Kuncoro, 2001:22). Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil
melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu,
jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi (Sugiono
2008:116)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan terdaftar pada direktori
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di wilayah Pekanbaru, Padang dan
Batam. Kuesioner yang akan di sebarkan oleh peneliti pada setiap
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Pekanbaru, Padang dan
Batam adalah sebanyak 5. Jumlah, kuesioner yang di sebarkan sekitar
100 buah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik total sampling. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 119 orang.
Berikut adalah nama-nama KAP yang menjadi sampel bagi peneliti ini:
39
Tabel 3.1 Nama-nama KAP di Pekanbaru,Padang dan Batam
No. Nama KAP Kota
1. 2Griselda, Wisnu & Arum (CAB) Pekanbaru
2. Hadibroto & Rekan Pekanbaru
3. Drs. Hardi & Rekan Pekanbaru
4. Drs. Katio & Rekan Pekanbaru
5. Khairul Pekanbaru
6. Drs. Martha NG. Ak Pekanbaru
7. Drs. Selamat Sinuraya & Rekan Pekanbaru
8. Armada & Ernita Padang
9. Eka Masni, Bustaman & Rekan Padang
10. Drs. Gafar Salim & Rekan (Pusat) Padang
11. Indra, Sumijono & Rekan (CAB) Padang
12. Drs. Juswar & Rekan (CAB) Padang
13. Drs. Rinaldi Munaf Padang
14. Riza, Adi, Syahril & Rekan (CAB) Padang
15. Sayuti Gazali Padang
16. Charles & Nurlena (CAB) Batam
17. Idris & Sudiharti (CAB) Batam
18. Jamaludin, Ardi, Sukimto, &
Rekan (CAB)
Batam
19. Riyanto, SE.,Ak Batam
Sumber: Direktory IAPI 2014
40
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) yaitu
penelitian yang di lakukan dengan cara survei kuesioner guna memperoleh
gambaran tentang pengaruh pengalaman, independensi, kompetensi, motivasi
dan komitmen organisasi. Penelitian ini termasuk jenis pengujian hipotesis.
Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini bersifat penjelasan
(eksplonatory research) karena menjelaskan hubungan antar variabel melalui
pengujian hipotesis.
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian adalah data primer yang
berhubungan dengan presepsi atau opini responden mengenai variabel yang di
teliti. Data Primer adalah peneliti melakukan pengambilan data dengan turun
langsung ke lapangan serta membagikan kuesioner tertulis langsung kepada
responden yang menjadi sampel. Data sekunder adalah sumber penelitian yang
di peroleh secara tidak langsung memalui media pelantara (inriantoro dan
Bambang Sepeno, 1999) data yang di kumpulkan dari media internet, jurnal,
atau buku. Sumber data dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Pekanbaru, Padang dan
Batam.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Ada tiga metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data yaitu data
primer dan Mail Questionnaris. Mail Questionnaries adalah penelitian
melakukan pengambilan data dengan cara mengirim kuesioner tertulis lewat
41
email pos kepada pemimpin-pemimpin KAP tertentu dan meminta bantuan dari
pimpinan KAP untuk memberikan kepada auditor-auditornya.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Data
Variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
Pengalaman kerja, Independen, Kompetensi dan Motivasi sedangkan variabel
dependennya adalah Kualitas Audit.
3.4.1 Variabel Dependen
1. Kualitas Audit
Kualitas audit adalah sebagai probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem
akuntansi kliennya, defenisi ini mengacu kepada De Angelo (1981) dalam Alim
dkk (2007).
Indikator yang di gunakan untuk mengukur variabel kualitas audit adalah :
1. Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit
2. Kualitas laporan hasil pemeriksaan
Instrumen yang di gunakan untuk mengukur kualitas audit terdiri dari
pertanyaan yang diadopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka
pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju),
skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).
Skala tinggi menunjukan kualitas jasa yang tinggi dan skala rendah
menunjukkan kualitas jasa yang rendah.
42
3.4.2 Variabel Independen
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa di artikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman merupakan atribut
yang penting yang dimiliki oleh audit, hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan
yang di buat auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak di bandingkan
dengan auditor yang berpengalaman, definisi ini mengacu pada Purnamasari
(2005). Indikator yang dapat di ukur dari pengalaman kerja adalah:
1. Dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor
2. Banyaknya tugas pemeriksaan yang telah di lakukan
Instrumen yang di gunakan untuk mengukur pengalaman kerja terdiri
dari pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka
pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju),
skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).
3. Kompetensi
Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang
memmadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Kompetensi auditor di ukur
melalui banyaknya ijazah atau sertifikat yang dimiliki serta jumlah/banyaknya
keikut sertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar dan lain-
lain., definisi ini mengacu kepada Suraida (2005).
43
Indikator yang di gunakan untuk mengukur variabel kompetensi adalah :
1. Mutu personal
2. Pengetahuan umum
3. Keahlian khusus
Instrumen yang di gunakan untuk mengukur kompetensi terdiri atas
pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka
pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju),
skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).
4. Independensi
Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak di
kendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga
berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya, definisi ini mengacu pada Mulyadi
(2002).
Indikator yang di gunakan untuk mengukur independensi adalah:
1. Independensi penyusunan program
2. Independensi pelaksanaan pekerjaan
3. Independensi pelaporan
Instrumen yang di gunakan untuk mengukur independensi terdiri atas
pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka
44
pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju),
skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat
setuju).
5. Motivasi
Motivasi merupakan tuntutan atau dorongan terhadap pemenuhan
kebutuhan individu dan tuntutan atau dorongan yang berasal dari lingkungan,
kemudian di implementasikan dalam bentuk prilaku. Instrumen yang digunakan
untuk mengukur motivasi merupakan instrumen yang di gunakan Effendi MT
(2010).
Indikator yang di gunakan dalam mengukur motivasi adalah:
1. Tingkat aspirasi
2. ketangguhan
3. keuletan
4. konsistensi
Dengan modifikasi, maka pengukuran ini menggunakan skala likert
dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral),
skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).
45
6. Variabel Moderating
Variabel moderating yaitu variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan variabel dependen dan variabel independen. Variabel
moderating dalam peneilitian ini adalah Etika.
7. Etika
Etika berarti nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan karakteristik nilai-nilai
sebagian besar dihubungkan dengan perilaku etis, integritas mematuhi janji,
loyalitas, keadilan, kepedulian kepada orang lain, mengahargai orang lain, dan
menjadi warga yang bertanggung jawab (Firdaus, 2005:38)
Maryani dan ludigdo (2001) Alim, dkk (2007) mengembangkan beberapa
faktor dari penelitian sebelumnya yang memungkinkan berpengaruh terhadap
perilaku etis akuntan. faktor-faktor tersebut dalam penelitian ini digunakan
sebagai indikator dalam pertanyaan, yaitu
(1) imbalan yang diterima
(2) organisasional,
(3) lingkungan keluarga,
(4) emotional quotient (EQ).
46
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif memberikan gambaran-gambaran atau deskriptif suatu
data, yang di lihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, nilai
maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2013). Statistik deskriptif umumnya di
gunakan oleh penelitian untuk memberikan informasi mengenai karakteristik
variabel penelitian yang utama dan demografi responden (jika ada). Ukuran yang
di gunakan dalam statistik deskriptif tergantung tipe skala pengukuran construct
yang di gunakan dalam penelitian (Indriantoro, 2002)
3.6 Metode Pengujian kualitas Data
Hasil penelitian atau kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau
pemecahan masalah penelitian, di buat berdasarkan proses pengujian data yang
meliputi pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Untuk itu akan di lakukan uji
validasi data dan realibilitas data sebagai berikut :
3.6.1 Uji Validasi Data
Pengujian validasi di lakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
ada (disusun) valid atau tidak (Ghozali, 2013). Hasil pengujian validaitas di
tunjukankan oleh suatu indeks yang menjelaskan seberapa jauh suatu alat ukur
benar-benar mengukur apa yang perlu di ukur. Dengan kata lain suatu kuesioner
di katakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji validasi bertujuan
melihat ketepatan instrumen pengukur dalam penelitian. Pengujian ini untuk
mengetahui ketepatan instrumen penelitian agar dapat memberikan informasi
47
yang akurat tentang hal yang di ukur. Uji validitas di lakukan dengan cara
melihat korelasi antara skor butir pertanyaan dengan skor total variabel melalui
program SPSS. Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai r hitung > dari r
variabel. Teknik yang di gunakan untuk pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan korelasi Product moment pearson.
3.6.2 Uji Reliabilitas Data
Pengujian realibilitas di lakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan
yang telah melalui pengujian validitas, dan yang dinyatakan valid. Pengujian ini
untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran terhadap item-item pertanyaan
apakah tetap konsisten bila di lakukan pengukuran dua atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Hasil pengujian reabilitas di
tunjukkan dalam suatu indeks yang menjelaskan seberapa jauh suatu alat ukur
dapat di percaya atau diandalkan. Teknik yang di gunakan untuk pengujian
reabilitas adalah Cronbach Alpha. Teknik ini di kembangkan oleh cronbach
untuk menghasilkan korelasi reabilitas alpha, dan merupakan teknik pengujian
konsistensi reabilitas antara item-item yang terpopuler, serta menunjukan indeks
konsistensi yang sempurna. Dasar pengambilan keputusan apabila nila Alpha
cronbach lebih besar dari 0,6
.
48
3.6.3 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu di lakukan
pengujian asumsi klasik, pengujian ini di lakukan untuk mendeteksi
terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier (Sekaran,2007).
Pengujian asumsi klasik terdiri uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan
uji normalitas.
3.6.4 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana variabel lain
(Independen) saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Persamaan regresi
linier yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas
antara variabel independen dengan cara melihat angka collinerity statistics yang
di tunjukan oleh nilai variance factor (VIF). Jika VIF tidak lebih dari 10 dan
nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat di katakan
bebas dari multokolinieritas. VIF=1/Tolerance, jika VIF=10 maka tolerance
1/10=0,1 ( Ghozali, 2013)
3.6.5 Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel pengganggu pada variabel sebelumnya. Untuk mendeteksi ada atau
tiadak autokorelasi dapat di lakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson
menurut (Ghozali, 2006) dalam Rinaldi (2013)
49
a. Bila nilainya < -2 : autokorelasi positif
b. Bila nilainya antara -2 sampai +2 : tidak ada korelasi
c. Bila nilainya > 2 : autokorelasi negative
3.6.6 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidak samaan varians dari residual, dari satu pengamatan kepengamatan lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka
disebut homokesdastisitas.Cara memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas
pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model (Ghozali,
2013)
3.6.7 Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
memenuhi asumsi normalitas atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai
distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi
normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Uji normalitas ini
dapat di lakukan dengan grafik histogram dan grafik normal P-Plot dimana
prinsip dari normalisasi di tujukan dengan tingkat penyebaran data pada sumbu
diagonal grafik atau dengan histogram dari residualnya. Jika data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikat arah garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas, namun jika data menyebar jauh dari garis diagonal
dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
50
3.6.8 Pengujian Hipotesis
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu di lakukan
pengujian model. Pengelolaan data penelitian ini Regresi Linier Berganda
dengan bantuan SPSS (Statistik Product Service Regression).
Setelah mendapat model penelitian yang baik, maka dilakukan pengujian
terhadap hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini. Hipotesis yang akan di
uji dalam penelitian terdiri dari 8 hipotesis di uji dengan persamaan regresi
linier sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama (H1), pengalaman berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + e
2. Hipotesis kedua (H2), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = α + β2X2 + e
3. Hipotesis ketiga (H3) independensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = α + β3X3 + e
4. Hipotesis keempat (H4) motivasi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai
berikut:
51
Y = α + β4X4 + e
5. Hipotesis kelima (H5), etika profesi memoderasi hubungan
pengalaman terhadap kualitas audit, akan di uji dengan
persamaan regresi sebagai berikut:
Y= α + β1X1 + β5X5 + β6 (X1*X5) + e
6. Hipotesis keenam (H6), etika profesi memoderasi hubungan
kompetensi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan
persamaan regresi sebagai berikut:
Y= α + β2X2 + β5X5 + β7 (X2*X5) + e
7. Hipotesis ketujuh (H7), etika profesi memoderasi hubungan
independensi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan
persamaan regresi sebagai berikut:
Y= α + β3X3 + β5X5 + β8 (X3*X5) + e
8. Hipotesis kedelapan (H8), etika profesi memoderasi hubungan
motivasi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan
persamaan regresi sebagai berikut:
Y= α + β4X4 + β5X5 + β9 (X4*X5) + e
Keterangan :
Y : Kualitas audit di Kantor Akuntan Publik (Pekanbaru, Padang dan
Batam
α : Konstanta
52
β1,β2,...., β9 : Koefisien regresi parsial untuk variabel bebas yang menunjukanbesar
pengaruh salah satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas,
bila variabel bebas yang lain konstanta
X1 : Pengalaman
X2 : Kompentensi
X3 : Independensi
X4 : Motivasi
X5 : Etika
X1*X5 :Interaksi antara pengalaman dan etika terhadap kualitas audit
X2*X5 : Interaksi antara kompetensi dan etika terhadap kualitas audit
X3*X5 : Interaksi antara independensi dan etika terhadap kualitas audit
X4*X5 : Interaksi antara motivasi dan etika terhadap kualitas audit
e : Error
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t di gunakan untuk menguji signifikan pengaruh parsial variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji parsial di lakukan dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika thitung > ttabel atau nilai signifikan t <
0,05.
53
b. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya sebuah koefisien yang
menunjukkan persentase semua pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Persentase tersebut menunjukan seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen. Dengan demikian
persamaan regresi yang di hasilkan, baik untuk mengestimasi nilai variabel
dependen (Ghozali, 2013)
54
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi Dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal SNA X. Makassar.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Evaluasi
Kinerja. Bandung: Refika Aditama
Arens, Alvin A., Randal J.E dan Mark S.B. 2004. Auditing dan Pelayanan Verifikasi,
Pendekatan Terpadu. Jilid 1, Edisi Kesembilan.Indeks. Jakarta
Asih, D. A. T. 2006. Jurnal. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor Dalam Bidang Auditing. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta
Boynton, William C. and Raymond N. Johnson. 2006. Modern Auditing: Assurance
Services and the Integrity of Financial Reporting. Eighth Edition.
USA: John Wiley and Sons, Inc
Carolita, K. Metha dan Raharjo, N. Shiddiq. 2012.“Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi Objektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Komitmen Organisasi
Hasil Audit”.Diponegoro Journal of AccountingVolume 1, Nomor 2, Tahun
2012, Halaman1-11.Semarang
De Angelo, LE. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure
Regulation. Juornal of Accounting and Economics 3 August p. 113-127.
Efendy, M. T. 2010. Pengaruh Kompetensi, Indepedensi, Dan Motivasi
Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan
Daerah. Tesis.
55
Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit : Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di
Jawa Tengah. Jurnal Universitas Negeri Semarang.
Fahdi, Muhammad. 2013. Pengaruh Pengalaman kerja, independensi, Objektifitas,
Integritas, Komptetensi dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit. Skripsi S1
Universitas Riau, Pekanbaru
Firdaus. 2005. Auditing. Pendekatan Pemahaman Secara Konprehensif. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang:
BP Undip
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS. Semarang:
Penerbit Universitas Diponerogo
Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex Tri
Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Ika Sukriah, Akram, Biana A,I., 2009 “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Obyektif, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan”. Jurnal SNA Palembang
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba
Empat.
Indah, Siti Nur Mawar. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit: Studi Empiris Pada Auditor Kap di
Semarang. Skripsi Program sarjana Universitas Diponegoro, Semarang
56
Irawati, Nur ST, (2011). Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Makassar, Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kartika Widhi, Frianty. 2006. Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian dan Independensi
Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris: KAP di Jakarta). Skripsi
S1: Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak Dipublikasikan).
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi I. Erlangga,
Jakarta.
Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan
Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan. Jurnal Media Riset Akuntansi,
Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005 Hal 85-97.
Lingga, Ita salsalina dan Meythi, 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Terhadap kualitas Audit. Skripsi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk) ,Edisi
Bahasa Indonesia, Yogyakarta: ANDI.
Maryani, T. dan U. Ludigdo. 2001. Jurnal. Survei Atas Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. TEMA. Volume II Nomor
1. Maret. p. 49-62.
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap pendapat
audit : Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6,
(No.1): 1-2
Moekijat. 2005. Dasar-Dasar Motivasi, Pioner Jaya, Jakarta
57
Mulyadi 2010. Auditing dan pendekatan terpadu. Edisi 6. Jilid 1 Jakarta: Salemba
Empat.
Purnamasari, Dian Indri, 2005. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan
Partisipatif Dengan Efektifitas Sistem Informasi. Jurnal Riset
Akuntansi Keuangan.
Rai, Agung. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat
Restiyani R, 2014. Pengaruh Pengalaman Auditor dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit Yang dihasilkan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rosdinah, Ida. Rawi dan Kamarudin. 2010. Analisi Dampak Motivasi dan
Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Pengawasan
keuangan daerah. Jurnal Akuntansi. Bandung
Samsi, Nur dkk. 2013. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi
terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntasi. Maret 2013 Vol. 1 No. 2: 207-226
Simamora, Henry.2002. Auditing. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Singgih & Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional
Care dan Akuntanbilitas Terhadap kualitas Audit. Jurnal SNA XIII,
Purwokerto.
Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif kualifikasi dan R&D. Bandung Alfabeta
Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing): Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta:
Salemba Empat
Suraida, I. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Risiko Audit
Terhadap Skeptisme Profesional Auditor Dan Ketepatan Pemberian Opini
58
Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Jurnal Vol. 7, No. 3, November, 186 -
202.
Suwandi. 2005. Pengaruh Kejelassan Peran dan Motivasi Kerja terhadap
Efektivitas Pelaksanaan Tugas Jabatan Kepala Sub Bagian di Lingkungan
Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur. Tesis Universitas Airlangga
Surabaya.
Http://www.Google. Com/IAPI.or.id (diakses Februari 2015)

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Proposal revisi

Profesi auditor yang menjanjikan dimasa sekarang hingga nanti
Profesi auditor yang menjanjikan dimasa sekarang hingga nantiProfesi auditor yang menjanjikan dimasa sekarang hingga nanti
Profesi auditor yang menjanjikan dimasa sekarang hingga nantiSilvianachairunnisa1
 
S l0151 0608071_chapter1
S l0151 0608071_chapter1S l0151 0608071_chapter1
S l0151 0608071_chapter1siti4nisah
 
S l0151 0608071_chapter1
S l0151 0608071_chapter1S l0151 0608071_chapter1
S l0151 0608071_chapter1siti4nisah
 
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docxMAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docxSWINDANGGEA
 
Makalah audit internal
Makalah audit internalMakalah audit internal
Makalah audit internalnaaziqah
 
Makalah auditing dan profesi akuntan publik
Makalah auditing dan profesi akuntan publikMakalah auditing dan profesi akuntan publik
Makalah auditing dan profesi akuntan publikUmmah Sadiyah
 
Universitas Telkom Bandung.pdf
Universitas Telkom Bandung.pdfUniversitas Telkom Bandung.pdf
Universitas Telkom Bandung.pdfuchihamaarif
 
Etika Profesi Kelompok 3.pptx
Etika Profesi Kelompok 3.pptxEtika Profesi Kelompok 3.pptx
Etika Profesi Kelompok 3.pptxssuser28d19b
 
Akuntabilitas kinerja-pka-workshop
Akuntabilitas kinerja-pka-workshopAkuntabilitas kinerja-pka-workshop
Akuntabilitas kinerja-pka-workshopAlif Chandra
 
1 prinsip akuntansi dan pelaksanaannya
1 prinsip akuntansi dan pelaksanaannya1 prinsip akuntansi dan pelaksanaannya
1 prinsip akuntansi dan pelaksanaannyaHamzah Robbani
 
Be &amp; gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
Be &amp; gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...Be &amp; gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
Be &amp; gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...Muh Agus Priyetno
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Audit and Internal Control _Universitas Merc...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Audit and Internal Control _Universitas Merc...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Audit and Internal Control _Universitas Merc...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Audit and Internal Control _Universitas Merc...Muhammad Frayogi
 
MAKALAH PERILAKU WHISTLEBLOWING.docx
MAKALAH PERILAKU WHISTLEBLOWING.docxMAKALAH PERILAKU WHISTLEBLOWING.docx
MAKALAH PERILAKU WHISTLEBLOWING.docxRatnaDewiAnggraini
 

Ähnlich wie Proposal revisi (20)

Tm 1-sap-auditing-i
Tm 1-sap-auditing-iTm 1-sap-auditing-i
Tm 1-sap-auditing-i
 
Profesi auditor yang menjanjikan dimasa sekarang hingga nanti
Profesi auditor yang menjanjikan dimasa sekarang hingga nantiProfesi auditor yang menjanjikan dimasa sekarang hingga nanti
Profesi auditor yang menjanjikan dimasa sekarang hingga nanti
 
561 1105-1-sm
561 1105-1-sm561 1105-1-sm
561 1105-1-sm
 
S l0151 0608071_chapter1
S l0151 0608071_chapter1S l0151 0608071_chapter1
S l0151 0608071_chapter1
 
S l0151 0608071_chapter1
S l0151 0608071_chapter1S l0151 0608071_chapter1
S l0151 0608071_chapter1
 
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docxMAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
 
Makalah audit internal
Makalah audit internalMakalah audit internal
Makalah audit internal
 
Makalah auditing dan profesi akuntan publik
Makalah auditing dan profesi akuntan publikMakalah auditing dan profesi akuntan publik
Makalah auditing dan profesi akuntan publik
 
etika profesi
etika profesietika profesi
etika profesi
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah uts
Makalah utsMakalah uts
Makalah uts
 
Universitas Telkom Bandung.pdf
Universitas Telkom Bandung.pdfUniversitas Telkom Bandung.pdf
Universitas Telkom Bandung.pdf
 
Etika Profesi Kelompok 3.pptx
Etika Profesi Kelompok 3.pptxEtika Profesi Kelompok 3.pptx
Etika Profesi Kelompok 3.pptx
 
Akuntabilitas kinerja-pka-workshop
Akuntabilitas kinerja-pka-workshopAkuntabilitas kinerja-pka-workshop
Akuntabilitas kinerja-pka-workshop
 
Dope proposal
Dope proposalDope proposal
Dope proposal
 
304 590-1-sm
304 590-1-sm304 590-1-sm
304 590-1-sm
 
1 prinsip akuntansi dan pelaksanaannya
1 prinsip akuntansi dan pelaksanaannya1 prinsip akuntansi dan pelaksanaannya
1 prinsip akuntansi dan pelaksanaannya
 
Be &amp; gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
Be &amp; gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...Be &amp; gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
Be &amp; gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Audit and Internal Control _Universitas Merc...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Audit and Internal Control _Universitas Merc...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Audit and Internal Control _Universitas Merc...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Audit and Internal Control _Universitas Merc...
 
MAKALAH PERILAKU WHISTLEBLOWING.docx
MAKALAH PERILAKU WHISTLEBLOWING.docxMAKALAH PERILAKU WHISTLEBLOWING.docx
MAKALAH PERILAKU WHISTLEBLOWING.docx
 

Kürzlich hochgeladen

K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5SubhiMunir3
 
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptxloegtyatmadji
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptzulfikar425966
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptmuhammadarsyad77
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh Cityjaanualu31
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121tubagus30
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsunghaechanlee650
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okegaluhmutiara
 

Kürzlich hochgeladen (15)

METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 

Proposal revisi

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi Akuntan Publik adalah profesi kepercayaan masyarakat dan pengguna laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan pengguna laporan keungan mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang di sajikan oleh manajemen perusahaan dalam pelaporan keuangan Mulyadi (2010:30 ). Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan. Profesi auditor harus bersifat independen dan berkomitmen dalam melayani kepentingan publik. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, aset utama, yang harus di miliki oleh sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah tenaga kerja profesional agar dapat bertanggung jawab pada publik, para auditor
  • 2. 2 harus berupaya untuk meningkatkan kemampuan atau kinerja dalam menjalankan profesinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, yaitu pengetahuan dan pengalaman. Dalam melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan dan pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi. Akuntan publik atau auditor dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yaitu ketika akuntan publik mengembangkan tugas dan tanggung jawab dari manajemen (agen) untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang di ke lolanya. Dalam ini manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimana pihak eksternal perusahaan yang telah di biayainya. Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara manjemen dan pemakai laporan keuangan (Lingga dan Meythi, 2011) Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan yang di berikan oleh akuntan publik inilah pada akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang di hasilkan. Ada pun pertanyaan atau keraguan dari masyarakat tentang kualitas audit yang di hasilkan oleh akuntan publik setelah terjadinya banyak skandal yang melibatkan akuntan publik. Seperti kasus KAP ”Eddy Pianto & Rekan, dalam kasus ini laporan audit PT. Telkom tidak di akui oleh Securities Exchange Commision/SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat. Kasus ini bermula terjadi karena keengganan KAP Hadi Susanto dan rekan sabagai terlapor yang mengaudit
  • 3. 3 keuangan PT. Telkomsel tahun buku 2002 untuk berkerjasama dengan KAP Eddy Pianto dan Rekan. Tindakan KAP Hadi Susanto dan Rekan tersebut mengakibatkan rusaknya kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy Pianto atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom 2002 sehingga menhalangi KAP Eddy Pianto untuk bersaingan dengan Terlapor sehubung dengan penyediaan layanan audit ke perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di lantai bursa (Tempo, 2002). Banyak kasus perusahaan yang “jatuh” karena kegagalan bisnis yang di kaitkan dengan ke gagalan auditornya, hal ini mengancam kreabilitas laporan keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi presepsi masyarakat, khususnya para pemakai laporan keuangan atas kualitas audit. Kualitas audit menurut De Angelo yang di kutip Alim dkk (2007) adalah sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidak pastian yang berkaitan dengan laporan keuangan yang di sajikan oleh pihak manajemen. Oleh karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik yang selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan. Moize (1986) dalam Elfarini (2007:) menyatakan bahwa “pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Kualitas audit merupakan hal
  • 4. 4 yang sangat penting, karena dengan mempunyai kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dalam pengambilan keputusan Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang auditing, akuntansi, dan industri klien. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit (IAPI, 2012). Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan. Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan
  • 5. 5 tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan emosional terhadap pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan dan keahlian, pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan kompetensi auditor. Seorang auditor sangat membutuhkan kompetensi dalam melakukan audit. Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63). Hal ini bisa dapat di wujudkan memalui pelatihan dan pengalaman dalam melaksanakan audit. Lastanti (2005) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Sehingga dapat diartikan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup mecakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “independensi adalah suatu keadaan atau posisi dimana kita tidak terikat dengan pihak manapun. Artinya keberadaan kita adalah mandiri, tidak mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu. Menurut Boyton (2006) indenpendensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan audit dan
  • 6. 6 jasa atestasi lainnya pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi independensi. Agar seorang auditor dapat di percaya masyarakat atas independensinya bagi kepentingan perkembangan profesi akuntan publik, maka auditor harus bebas dari setiap kewajiban klien, tidak mempunyai kepentingan dengan klien. Semakin independen seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya , maka semakin baik kualitas audit yang di hasilkan. Audior memiliki peran sebagai pengontrol dan menjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, mereka bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan apakah laporan keuangan bebas dari salah saji maerial. Menurut Suwandi (2005), dalam konteks organisasi, motivasi adalah pemaduan antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personil. Hal ini akan mencegah terjadinya ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada pencapaian tujuan organisasi secara efektif. Motivasi merupakan hal yang di perlu dimiliki seseorang dalam mencapai kesuksesan. Fred Luthans (2006) menyatakan motivasi adalah proses yang di mulai dengan definisi fisiologis atau psikologis yang menggerakan perilaku atau dorongan yang di tujukan atau instensif. Dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Menurut Maryani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur perilaku manusia baik yang
  • 7. 7 harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Seorang akuntan publik harus mempunyai pemahaman, pengetahuan dan menerapkan etika secara memadai dalam pekerjaan profesionalnya dan melandaskan pada standar moral dan etika tertentu. Hal ini di perlukan agar tidak terjadinya pelanggaran etika yang dilakukan oleh para akuntan. Pentingnya penerapan etika profesi akuntan publik merupakan pedoman yang penting dalam berperilaku yang baik dalam suatu profesi. Belakangan ini banyak sekali pelanggaran dan kecurangan yang timbul akibat penerapan etika profesi yang tidak maksimal. Banyak kecurangan kecurangan yang timbul karena terkikisnya kejujuran dan kebijaksanaan dalam berperilaku. Hal ini menyebabkan kualitas hasil auditan yang dikeluarkan oleh auditor menjadi rendah.. Sukriah dkk (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas audit pada pegawai negri sipil (PNS). Hasil penelitian menunjukan bahwa indenpendensi tidak berpengaruh signifikan sedangkan pengalaman kerja dan kompetensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit. Rosnidah (2010) melakukan penelitian tentang dampak motivasi dan profesionalisme tehadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi tidak berpengaruh signifikan tergadap kualitas audit. Efendy MT (2010) melakukan penelitain tentang pengaruh kompetensi, independensi dan motivasi terhadap kualitas audit pada aparat inspektorat
  • 8. 8 daerah gorontalo. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan independensi tidak berpengaruh signifikan. Metha dan shidiq (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi dan komitmen organisasi terhadap kualitas audit. Penelitian ini mengambil populasi pada KAP di Semarang. Dari penelitian tersebut di simpulkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan independensi dan kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Fahdi (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, kompetensi dan motivasi terhadap kualitas audit. Hasil dari penelitian tersebut di simpulkan pengalaman kerja dan kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan independensi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang di lakukan oleh Alim dkk (2007) tentang pengaruh kompetensi, independensi terhadap kualitas audit dengan etika sebagai variabel moderating. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Samsi dkk (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pengalaman,kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika sebagai variabel moderating. Hasil penelitian tersebut adalah Pengalaman kerja
  • 9. 9 berpengaruh negatif terhadap kualitas pemeriksaan, Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, Interaksi pengalaman kerja dan kepatuhan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, Interaksi independensi dan kepatuhan etika auditor berpengaruh negative terhadap kualitas pemeriksaan dan kompetensi dan Interaksi kompetensi dan kepatuhan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. pendekatan kontijensi ini dilakukan dengan cara ditetapkan variabel etika auditor sebagai variabel moderasi yang mungkin akan mempengaruhi secara kuat atau lemah hubungan antara pengalaman, kompetensi, independensi, dan kualitas audit. Peneliti mengembangkan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Samsi dkk (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dengan menambahkan variabel motivasi Serta dalam penelitian ini menggunakan subyek yang berbeda yaitu Kantor Akuntan Publik di Pekanbaru, Padang dan Batam dan menambah variabel motivasi, alasan di tambahkan variabel motivasi adalah dengan adanya motivasi seorang auditor akan mampu lebih baik menghasilkan kualitas audit yang lebih baik lagi. Berdasarkan penelitian-penelitian, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa di ukur secara pasti sehingga hasil penelitian berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Kerja, Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit Dengan Etika sebagai variabel Moderating”
  • 10. 10 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka dapat permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit ? 2. Apakah interaksi pengalaman dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit ? 3. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit ? 4. Apakah interaksi kompetensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit ? 5. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ? 6. Apakah interaksi independensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit ? 7. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit ? 8. Apakah interaksi motivasi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit ? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit. 2. Untuk mengatahui pengaruh interaksi pengalaman dan etika terhadap kualitas audit.
  • 11. 11 3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kualitas. 4. Untuk mengetahui pengaruh interaksi kompetensi dan etika terhadap kualitas audit. 5. Untuk mengetahuui pengaruh independensi terhadap kualitas audit. 6. Untuk mengetahui pengaruh interaksi independensi dan etika terhadap kualitas audit. 7. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadapa kualitas audit. 8. Untuk mengetahui pengaruh interaksi motivas dan etika terhadap kualitas audit 1.4 MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada kantor akuntan publik, sehingga dapat di manfaatkan upaya peningkatan kualitas audit khususnya di Kota Pekanbaru, Padang dan Batam 2. Bagi Akademis penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik 3. Untuk menambah dan memperdalam wawasan dan pengetahuan penulis tentang apa yang telah penulis lakukan dan sebagai refensi untuk penelitian selanjutnya.
  • 12. 12 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini penulis membuat sistematika penulisan skripsi ini adalah : BAB I Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian BAB II Bab ini menguraikan mengenai landasan teori penelitian, penelitian terdahulu,kerangka pemikiran serta hipotesis yang disajikan dalam penelitian ini. BAB III Bab ini terdiri atas populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional variabel serta metode penelitian. BAB IV Dalam bab ini di sajikan data-data yang di kumpulkan untuk penelitian dan pembahasan hasil analisis data-data tersebut. BAB V Bab ini merupakan bagian terakhir yang berisikan kesimpulan dari penelitian dan saran-sara
  • 13. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Kualitas Audit Hingga saat belum ada definisi yang pasti mengenai apa bagaimana kualitas yang baik. Kualitas audit merupakan sebuah kompleks dan sulit di pahami, sehingga sehingga sering kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitas. De angelo (1981) dalam Alim dkk. (2007) mendefenisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompentensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada indenpendensi auditor. Menurut Rosnidah (2011) kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang di lakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadinya pelanggaran yang di lakukan klien. Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang di lakukan auditor di katakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat di percaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain adanya kekhawatiran akan merebaknya skandal keuangan, dapat mengkis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan
  • 14. 14 publik. Dari pengertian tentang kualitas audit tersebut bahwa auditor di tuntut untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang di sajikan oleh manajemen perusahaan, supaya seseorang auditor dapat menjalankan kewajibannya. Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip- prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) Ada 8 prinsip yang harus di patuhi akuntan publik yaitu: 1. Tanggung jawab profesi Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang di lakukannya. 2. Kepentingan publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. 3. Integritas Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. 4. Objektivitas Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Kompentensi dan kehati-hatian profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional
  • 15. 15 6. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang di peroleh selama melalukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa pengecualian 7. Prilaku profesional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakajan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8. Standar teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesional dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat di tindak lanjuti oleh auditee. Kualitas ini harus di bangun sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan pemberian rekomedasi. 2.1.2 Etika Auditor Auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu kepada Standar Audit ini, dan auditor wajib mematuhi kode etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit. Kode etik ini dibuat bertujuan untuk mengatur hubungan antara Auditor dengan rekan sekerjanya, Auditor dengan atasannya, Auditor dengan objek pemeriksanya, dan Auditor dengan masyaraka. Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana akan berperilaku terhadap sesamanya (Kell et al,. 2002). Menurut Maryani dan Ludigdo (2001), mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur tentang
  • 16. 16 perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau masyarakat profesi. Auditor juga harus mematuhi Kode Etik yang telah ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu pada Standar Audit dan Kode Etik yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari standar audit. Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Guna meningkatkan kinerja auditor, maka auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku etis. Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik. Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik. Masyarakat sebagai pengguna jasa profesi membutuhkan akuntan professional. Label profesional disini mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan keinginan tulus dalam membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat Selain itu, auditor didalam melaksanakan audit harus mentaati kode etik sebagai akuntan. Menurut Jaafar (2008) dalam Sari (2011) kode etik auditor merupakan aturan perilaku auditor sesuai dengan tuntutan profesi dan organisasi serta standar audit yang merupakan ukuran mutu minimal yang harus dicapai oleh auditor independen dalam melaksanakan tugas auditnya, apabila aturan ini tidak dipenuhi berarti auditor bekerja dibawah standar dan dapat dianggap melakukan malpraktek. Akan tetapi, ketaatan terhadap kode etik hanya dihasilkan dari program pendidikan terencana yang mengatur
  • 17. 17 diri sendiri untuk meningkatkan pemahaman kode etik (Devis, 2008 dalam Anitaria, 2011). 2.1.3 Pengalaman Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman kerja secara langsung maupun tidak langsung akan menambah keahlian auditor dalam menjalankan tugasnya. Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor internal untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan emosional terhadap pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan dan keahlian, pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan kompetensi auditor. Pengalaman menurut Mulyadi (2010:25) yaitu pengalaman auditor merupakan akumulasi gabungan dari semua yang di peroleh melalui interaksi. Jika seseorang ingin memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus terlebih dahulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang lebih pengalaman. Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
  • 18. 18 diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan. Pengalaman kerja seseorang menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah di lakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan (puspaningsih, 2004) Pengalaman kerja mempengaruhi kemampuan kerja, semakin sering seseorang bekerja dan melakukan pekerjaan yang sama, maka akan semakin terampil orang tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya. Agar menghasilkan laporan audit yang berkualitas dan dapat di andalkan oleh pemakainya, maka seorang auditor harus selalu meningkankan kompetensi dan keahliannya seiring dengan perkembangan zaman, untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat dalam pelaksanaan auditnya, seorang auditor senantiasa bertindak sebagai ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Menurut Widhi (2006) pengetahuan dapat mempengaruhi kualitas suatu audit karena dengan tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi kualitas suatu audit karna dengan tingkat pengetahuan yang berbeda tentu berbeda pula cara bagaimana seorang auditor tersebut menyelesaikan tugasnya. Jadi, auditor dengan tingkatan pengalaman yang sama, belum tentu pengetahuan yang dimiliki sama pula.
  • 19. 19 2.1.4 Kompetensi Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang di butuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63). Kompetensi berkaitan dengan kahlian profesional yang dimiliki auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional, maupun keikut sertaan dalam pelatihan dan seminar. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Elfarini (2007:24) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Kompetensi seorang auditor juga dapat di ukur melalui ijazah atau sertifikat yang dimiliki oleh auditor. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki oleh auditor dan semakin sering mengikuti seminar di harapkan auditor bersangkutan semakin cakap dalam melakukan audit. Webster ninth new collegiate dictionary (1983) dalam sri lastanti (2005) menjelaskan kompetensi sebagai keahlian dan keterampilan dari seorang ahli. Dimana ahli di definisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau
  • 20. 20 pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang di peroleh dari pelatihan dan pengalaman.. Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti (2005) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang di tunjukan dalam pengalaman audit. Berdasarkan dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang di butuhkan auditor untuk dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Hayes-roth mendefinisikan keahlian sebagai pengetahuan tentang suatu lingkungan tersebut serta keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. (Mayangsari, 2003) Kompetensi yang di perlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit. 2.1.5 Independensi Menurut Boyton (2006:56) indenpendensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi independensi. Sedangkan menurut Sedangkan Mulyadi (2010:27) mendefinisikan independensi sebagai berikut: "keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain" dan akuntan publik yang independen haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan.
  • 21. 21 Kode Etik Profesi menjelaskan dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam standar professional akuntan publik (SPAP) yang diterbitkan oleh IAPI . Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, akuntan publik memperoleh kepercayaan diri dari klien dan para pemakai laporan keuangan yang disusun dan di sajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang di periksa harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri Indah (2010) Pemeriksa harus mempunyai sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan pekerjaan yang telah di kerjakannya. Auditor harus memiliki sikap objektif dalam melaksanakan audit. Prinsipnya objektifitas harus mensyaratkan auditor dalam melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Sikap auditor yang independen akan sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat umum dan hal ini sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Ada enam faktor yang mempengaruhi independensi menurut presepsi akuntan pemeriksaan dan pihak-pihak yang menggunakan jasa-jasanya, yaitu: 1. Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan para kliennya. 2. Persaingan dalam menyediakan jasa audit diantara KAP 3. Jasa non audit yang di berikan oleh kantor akuntan publik
  • 22. 22 4. Hubungan audit yang lama antara suatu kantor akuntan dengan klien tertentu 5. Ukuran KAP 6. Besarnya “fee”audit (Supriyono,1988) Agar di percaya masyarakat atas independensinya bagi kepentingan perkembangan profesi akuntan publik, auditor harus bebas dari setiap kewajiban klien, tidak mempunyai suatu kepentingan dengan klien. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bawa ia independen, namun auditor harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap indepensinya. Bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis auditor jika auditor memihak salah satu kepentingan makan dia tidak bisa mempertahankan kebebasan pendapatnya, ia kehilangan sikap tidak memihak, bearti auditor tidak memiliki sikap mental indepen. Oleh karena itu, independensi merupakan dasar bagi akuntan publik untuk merumuskan dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di periksa. Apabila akuntan publik tetap memelihara independensinya selama melaksanakan pemeriksaan maka laporan keuangan yang di hasilkan bertambah kreabilitasnya dan dapat di andalkan bagi pihak berkepentingan. 2.1.6 Motivasi Samsudin (2005) memberikan definisi motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Mangkunegara (2005:61) Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan
  • 23. 23 yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Motivasi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia agar bekerja giat dan antusias untuk mencapai tujuan yg optimal. Menurut Moekijat (2005), dalam konteks organisasi, motivasi adalah pemaduan antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personel. Hal ini akan mencegah terjadinya ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada pencapaian tujuan organisasi secara efektif. Motivasi mencerminkan 4 hal yaitu: 1) Tingkat Aspirasi Keterlibatan semua komponen yang terlibat dalam melakukan pemeriksaan untuk berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka ngajukan ide-ide, rekomendasi dalam pemeriksaan. 2) Ketangguhan Seorang auditor yang tangguh akan melporkan temua-temuan sekecil apapun dan akan selalu mempertahankan pendapat yang menurutnya benar.
  • 24. 24 3) Keuletan Merupakan sikap dari seseorang yang tabah, tahan dan tangguh dalam menjalankan tugasnya. 4) Konsisten Merupakan keteguhan sikap mempertahankan sesuatu. Dalam hal audit yaitu konsisten untuk melaksanakan tugas pemeriksaan sesuai dengan standar. (Efendi,2010) 2.2 Penelitian terdahulu Variabel-variabel dalam penelitian sebelumnya sudah di teliti oleh beberapa peneliti terdahulu. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat sebagai berikut: Tabel 2.2 Penelitian terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Sukriah, dkk (2009) Pengaruh Pengalaman kerja,Independensi, Obyektivitas,Integritas, dan Kompetensi terhadap kualitas hasil audit Pengalaman kerja (X1), Independensi (X2), Obyektifitas(X3), Integritas(X4), dan kompetensi (X5) Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) Pengalaman kerja,Obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
  • 25. 25 hasil audit 2. Metha Kartika, Shiddiq Nur Raharjo (2012) Pengaruh Pengalaman kerja,Independensi, Obyektivitas,Integritas, Kompetensi dan Komitmen Organisasi terhadap Kualitas Audit Pengalaman kerja (X1),Independens i (X2), Obyektivitas (X3), Integritas(X4),Ko mpetensi(X5), Komitmen organisasi(X6) Kualitas Audit (Y) Pengalaman kerja, Obyektifitas, Integritas dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap Kualitas audit sedangkan Independensi dan kompetensi tidak berpengaruh positif terhadap kulitas audit 3. Nur samsi dkk (2013) Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Kompetensi terhadap kualitas dengan etika sebagai variabel moderating Pengalaman (X1), Kompetensi (X2), Independensi (X3), Motivasi (X4), Etika sebagai variabel moderating (X5), Kualitas audit (Y) Pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan independen berpengaruh dan interaksi pengalaman dan etika berpengaruh sedangkan independensi berpengaruh serta interaksi independensi dan etika tidak berpengaruh. 4. Muh.Taufiq Efendy (2010) Pengaruh Kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan daerah (studi empiris pada pemerintah Gorontalo) Kompetensi (X1), Independensi (X2), Motivasi (X3), Kualitas audit (Y) Kompetensi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan independensi tidak berpengaruh signifikan
  • 26. 26 5. Alim dkk (2007) Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi Kompetensi (X1), independensi (X2), Etika (X3), sebagai variabel moderating , Kualitas Audit (Y) kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit 6. Nur Aini (2009) Pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor dan etika auditor terhadap kualitas audit Independensi (X1), Pengalaman (X2), Etika (X3), Kualitas Audit (Y) Independensi, pengalaman dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit 7. ST. Nur Irawati (2011) Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit pada kantor akuntan publik di Makassar Kompetensi (X1), independendi (X2), Kualitas adit (Y) Kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap independen sedangkan independen berpengarh signifikan terhadap kualitas audit Sumber: Data Olahan
  • 27. 27 2.3 Kerangka Pemikiran 2.3.1 Pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor di syaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang di tekuninya, serta di tuntut memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang di geluti kliennya Arens dkk (2006: ) Dalam profesi auditor, pengalaman akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya untuk melakukan audit serta semakin kompleksnya transaksi keuangan yang diaudit agar memperluas pengetahuan dibidangnya. Dan dapat dikatakan, jika seseorang auditor yang mempunyai lama masa kerja dan pengalaman yang dimilikinya maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit (Alim, 2007). Pengalaman juga merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin lama masa kerja maka semakin baik dan semakin meningkat pula kualitas audit yang di hasilkannya. Hasil penelitian Sukriah dkk (2009) menunjukan bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini di dukung penelitian selanjutnya yang di lakukan oleh Metha dan Shiddiq (2012) dan Aini (2009)
  • 28. 28 Menurut saya pengalaman adalah jika semakin lama masa kerja seseorang dan pengalaman yang di miliki oleh auditor maka semakin baik dan semakin meningkat pula kualitas audit yang di hasilkannya. 2.3.2 Pengaruh interaksi pengalaman dan etika terhadap kualitas audit Pengalaman menurut Mulyadi (2010:30) yaitu pengalaman auditor merupakan akumulasi gabungan dari semua yang di peroleh melalui interaksi. Jika seseorang ingin memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus terlebih dahulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang lebih pengalaman Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadap sesamanya (Kell et al., 2002). Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal. Menurut Maryani dan Ludigdo (2001), mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur tentang perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau masyarakat profesi. Auditor juga harus mematuhi Kode Etik yang telah ditetapkan. Herliansyah dkk. (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job) . Penelitian yang dilakukan Zoraifi,R. (2003) dalam menyimpulkan bahwa ternyata lamanya kerja mempengaruhi perilaku etika auditor. Auditor yang mempunyai pengalaman kerja lebih lama mempunyai perilaku lebih etika dibanding auditor yang mempunyai pengalaman kerja yang singkat.
  • 29. 29 Menurut saya seorang auditor yang memiliki pengalaman yang tinggi dan patuh terhadap etika yang berlaku maka akan menghasilkan kualitas audit yang baik pula. Dalam penelitian saya ini sebagai peneliti mempunyai pemikiran yang mana pengalaman dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit 2.3.3 Kompetensi terhadap kualitas audit Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63). Kompetensi berkaitan dengan kahlian profesional yang dimiliki auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional, maupun keikut sertaan dalam pelatihan dan seminar. Kompetensi merupakan kemampuan auditor untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat dan obyektif dengan hal itu auditor menjadi mampu memahami kondisi keuangan kliennya dan akan menghasilkan kualitas audit yang baik. Dalam melaksanakan perannya sebagai auditor, auditor harus bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah yang secara lebih mendalam dan mudah mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya.
  • 30. 30 Menurut Indah (2010) menyatakan kompetensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit akuntan publik hasil penelitian ini juga di dukung dengan Septriatari dan Sujana (2013), Sukriah dkk (2007) dan juga Effendi (2010) Menurut saya kompetensi merupakan kemampuan dan keahlian seseorang dalam melaksanakan tugas yang di berikan. Dalam penelitian saya ini sebagai peneliti mempunyai pemikiran yang mana kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. 2.3.4 Pengaruh interaksi kompetensi dan etika terhadap kualitas audit Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya Rai (2008:63). Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku terhadapsesamanya (Kell et al., 2002) Seorang auditor yang memiliki kompetensi tinggi didalam melaksanakan audit akan selalu taat pada prinsip audit serta patuh terhadap kode etik yang berlaku untuk dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Benh et. al (1997) dalam Alim dkk, (2007) mengembangkan atribut kualitas audit yang salah satu diantaranya adalah standar etika yang tinggi, sedangkan atribut-atribut lainnya terkait dengan kompetensi auditor. Dalam menghasilkan laporan yang memiliki kualitas audit yang tinggi seorang auditor harus mentaati etika auditor yang telah ditetapkan. Semakin tinggi auditor mentaati etika auditor maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sehingga kompetensi dan etika auditor dapat mempengaruh kualitas audit yang
  • 31. 31 dihasilkan tergantung dari situasi yang dialami oleh seorang auditor dalam melakukan audit. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang memberikan bukti bahwa kompetensi dan etika auditor dalam melakukan audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Menurut saya apabila seorang auditor memiliki kompetensi yang baik dan juga menaati etika yang telah di tetapkan maka kualitas audit yang akan di hasilkan pun akan baik karna kompetensi dan etika sangat berpengaruh terhadap kualitas audit yang di hasilkan. 2.3.5 Pengaruh Independensi terhadap kualitas audit Independensi adalah sikap auditor yang tidak memihak, tidak mempunyai kepentingan pribadi, dan tidak mudah di pengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberikan pendapat atau simpulan, sehingga dengan demikian pendapat atau simpulan yang di berikan tersebut berdasarkan integritas dan objektivitas yang tinggi. Independensi merupakan sikap bebas dari bujukan, pengaruh, atau pengendalian pihak yang di periksa. Jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang di hasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat di gunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan tingginya independensi maka audit yang dilaksanakan akan berkualitas. Independensi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi sebuah profesionalisme seorang akuntan dalam membentuk integritas yang tinggi. Hasil
  • 32. 32 dari penelitian (Metha dan Shiddiq, 2012 ) menunjukkan bahwa semakin tinggi independensi seorang auditor maka semakin meningkat kualitas auditnya. Untuk menghasilkan audit yang berkualitas di perlukan sikap independen dari auditor. Karna jika seorang auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang di hasilkannya tidak sesuai dengan kenyataan. Dari hasil penelitian Septriatari dan Sujana (2013) menunjukan bahwa independensi berpengaruh signifikan dan penelitian ini di dukung pula dengan penelitian selanjutnya yang di teliti oleh Aini (2009) dan Indah (2010). Menurut saya independensi merupakan suatu sikap tegas dan tidak mudah berpengaruh terhadap apapun dan tidak mudah juga di kendalikan oleh pihak mana pun. Dari penelitian saya berpemikiran bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit karna kualitas audit di tentukan juga oleh sikap independen seseorang. 2.3.6 Pengaruh interaksi independen dan etika terhadap kualitas audit Penelitian yang dilakukan oleh Alim dkk, (2007) menemukan bahwa ketika auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam aspek kinerja, maka kondisi ini mendorong manajemen untuk memaksa auditor melakukan tindakan yang melawan standar, termasuk dalam pemberian opini. Kondisi ini akan sangat menyudutkan auditor sehingga kemungkinan bahwa auditor akan melakukan apa yang diinginkan oleh manajemen.
  • 33. 33 Seseorang auditor yang dalam pelaksanaan audit mendapatkan tekanan yang sangat besar dari klien sehingga menyebabkan auditor tersebut menyebabkan auditor tersebut melakukan tindakan yang melawan pada standar profesional merupakan hal yang telah melanggar hukum. Nugrahiningsih (2005) menyatakan bahwa kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna bagi semua profesi termasuk auditor. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen (Sukriah dkk., 2009) Apabila seorang auditor telah melawan standar profesional yang telah di tetapkan, maka kualitas audit yang di hasilkan oleh auditor tersebut akan sangat rendah. Namun semakin tinggi auditor menaati etika maka kualitas audit yang di hasilkan akan semankin tinggi, sehingga hubungan antara independensi dan etika auditor dapat mempengaruhi kualitas audit yang di hasilkan tergantung dari situasi yang di alami oleh seorang auditor dalam melakukan audit. Menurut pendapat saya sebagai peneliti seorang auditor harus memiliki sikap independensi yang baik serta harus di dukung pula dengan sikap etika, apabila seorang auditor tersebut patuh terhadap etika maka kualitas audit yang di hasilkan akan baik pula. 2.3.7 Pengaruh motivasi terhadap kualitas audit Motivasi kerja adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu. Memotivasi
  • 34. 34 orang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai ke suatu tujuan. ( Michael Amstrong 1994 dalam Sri Lastanti, 2005 ). Dengan kata lain, motivasi akan mendorong seseorang termasuk auditor, untuk berprestasi komitmen terhadap kelompok serta memiliki optimisme yang tinggi. Kualitas audit akan tinggi apabila keinginan dan kebutuhan auditor yang menjadikan motivasi kerjanya dapat terpenuhi. Kompensasi dari organisasi berupa penghargaan (reward) sesuai profesinya, akan menimbulkan kualitas audit karena mereka merasa bahwa organisasi telah memperhatikan kebutuhan dan pengharapan kerja mereka. Seorang Auditor yang memiliki motivasi di dalam dirinya akan memiliki keuletan dalam melaksanakan tugas dan akan memiliki ketangguhan dalam mempertahankan argumennya. Selain itu seorang auditor yang memiliki motivasi dalam mempertahankan argumennya akan selalu berusaha belajar dan memperdalam kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena saya sebagai peneliti berpikir bahwa motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit karena motivasi sangat di butuhkan oleh para auditor dalam melakukan pemeriksaan dalam melakukan tugasnya. 2.3.8 Pengaruh interaksi motivasi dan etika terhadap kualitas audit Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya. (Herawati dan Susanto, 2009). Sedangkan motivasi adalah
  • 35. 35 sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu (Trisnaningsih, 2003). Agar auditor dapat menerapkan etika secara nyata dalam menjalankan tugasnya, tentu dibutuhkan motivasi yang mendalam dari diri mereka sendiri untuk mengetahui dan memahami keterikatannya atas etika. Dengan adanya kode etik pada seseorang, akan menimbulkan motivasi untuk bekerja sebaik- baiknya pada suatu organisasi sebagai upaya mewujudkan tujuan bersama, sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang baik. penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009) mengenai hubungan etika dengan kualitas audit, menunjukkan hasil yang signifikan dan penelitian yang di lakukan oleh Efendi (2010) menunjukan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Menurut pendapat saya sebagai peneliti sikap motivasi dan etika harus ada pada auditor karna dengan adanya etika pada seseorang, akan menimbulkan motivasi untuk bekerja sebaik-baiknya pada suatu organisasi sebagai upaya mewujudkan tujuan bersama, sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang baik
  • 36. 36 2.4 Model Penelitian Kerangka pemikiran di atas jika di susun dalam suatu model penelitian maka dapat di lihat sebagai berikut: 2.5 Hipotesis H1 = Pengalaman berpengaruh terhadap kualitasn audit H2 = Interaksi pengalaman dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit H3 = Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit H4 = Interaksi kompetensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit H5 = Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit Pengalaman (X1) Kompetensi (X1) Independensi (X3) Motivasi (X4) Etika (X5) Kualitas Audit (Y)
  • 37. 37 H6 = Interaksi independensi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit H7 = Motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit H8 = Interaksi motivasi dan etika berpengaruh terhadap kualitas audit
  • 38. 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah himpunan unit biasanua berupa orang, obyek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya (Kuncoro, 2001:22). Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi (Sugiono 2008:116) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan terdaftar pada direktori Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di wilayah Pekanbaru, Padang dan Batam. Kuesioner yang akan di sebarkan oleh peneliti pada setiap Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Pekanbaru, Padang dan Batam adalah sebanyak 5. Jumlah, kuesioner yang di sebarkan sekitar 100 buah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik total sampling. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 119 orang. Berikut adalah nama-nama KAP yang menjadi sampel bagi peneliti ini:
  • 39. 39 Tabel 3.1 Nama-nama KAP di Pekanbaru,Padang dan Batam No. Nama KAP Kota 1. 2Griselda, Wisnu & Arum (CAB) Pekanbaru 2. Hadibroto & Rekan Pekanbaru 3. Drs. Hardi & Rekan Pekanbaru 4. Drs. Katio & Rekan Pekanbaru 5. Khairul Pekanbaru 6. Drs. Martha NG. Ak Pekanbaru 7. Drs. Selamat Sinuraya & Rekan Pekanbaru 8. Armada & Ernita Padang 9. Eka Masni, Bustaman & Rekan Padang 10. Drs. Gafar Salim & Rekan (Pusat) Padang 11. Indra, Sumijono & Rekan (CAB) Padang 12. Drs. Juswar & Rekan (CAB) Padang 13. Drs. Rinaldi Munaf Padang 14. Riza, Adi, Syahril & Rekan (CAB) Padang 15. Sayuti Gazali Padang 16. Charles & Nurlena (CAB) Batam 17. Idris & Sudiharti (CAB) Batam 18. Jamaludin, Ardi, Sukimto, & Rekan (CAB) Batam 19. Riyanto, SE.,Ak Batam Sumber: Direktory IAPI 2014
  • 40. 40 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) yaitu penelitian yang di lakukan dengan cara survei kuesioner guna memperoleh gambaran tentang pengaruh pengalaman, independensi, kompetensi, motivasi dan komitmen organisasi. Penelitian ini termasuk jenis pengujian hipotesis. Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini bersifat penjelasan (eksplonatory research) karena menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis. Jenis data yang di gunakan dalam penelitian adalah data primer yang berhubungan dengan presepsi atau opini responden mengenai variabel yang di teliti. Data Primer adalah peneliti melakukan pengambilan data dengan turun langsung ke lapangan serta membagikan kuesioner tertulis langsung kepada responden yang menjadi sampel. Data sekunder adalah sumber penelitian yang di peroleh secara tidak langsung memalui media pelantara (inriantoro dan Bambang Sepeno, 1999) data yang di kumpulkan dari media internet, jurnal, atau buku. Sumber data dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Pekanbaru, Padang dan Batam. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Ada tiga metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data yaitu data primer dan Mail Questionnaris. Mail Questionnaries adalah penelitian melakukan pengambilan data dengan cara mengirim kuesioner tertulis lewat
  • 41. 41 email pos kepada pemimpin-pemimpin KAP tertentu dan meminta bantuan dari pimpinan KAP untuk memberikan kepada auditor-auditornya. 3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Data Variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Pengalaman kerja, Independen, Kompetensi dan Motivasi sedangkan variabel dependennya adalah Kualitas Audit. 3.4.1 Variabel Dependen 1. Kualitas Audit Kualitas audit adalah sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya, defenisi ini mengacu kepada De Angelo (1981) dalam Alim dkk (2007). Indikator yang di gunakan untuk mengukur variabel kualitas audit adalah : 1. Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit 2. Kualitas laporan hasil pemeriksaan Instrumen yang di gunakan untuk mengukur kualitas audit terdiri dari pertanyaan yang diadopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju). Skala tinggi menunjukan kualitas jasa yang tinggi dan skala rendah menunjukkan kualitas jasa yang rendah.
  • 42. 42 3.4.2 Variabel Independen 2. Pengalaman Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa di artikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki oleh audit, hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang di buat auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak di bandingkan dengan auditor yang berpengalaman, definisi ini mengacu pada Purnamasari (2005). Indikator yang dapat di ukur dari pengalaman kerja adalah: 1. Dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor 2. Banyaknya tugas pemeriksaan yang telah di lakukan Instrumen yang di gunakan untuk mengukur pengalaman kerja terdiri dari pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju). 3. Kompetensi Seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memmadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Kompetensi auditor di ukur melalui banyaknya ijazah atau sertifikat yang dimiliki serta jumlah/banyaknya keikut sertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar dan lain- lain., definisi ini mengacu kepada Suraida (2005).
  • 43. 43 Indikator yang di gunakan untuk mengukur variabel kompetensi adalah : 1. Mutu personal 2. Pengetahuan umum 3. Keahlian khusus Instrumen yang di gunakan untuk mengukur kompetensi terdiri atas pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju). 4. Independensi Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak di kendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, definisi ini mengacu pada Mulyadi (2002). Indikator yang di gunakan untuk mengukur independensi adalah: 1. Independensi penyusunan program 2. Independensi pelaksanaan pekerjaan 3. Independensi pelaporan Instrumen yang di gunakan untuk mengukur independensi terdiri atas pertanyaan yang di adopsi dari Sukriah dkk (2009) dengan modifikasi, maka
  • 44. 44 pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju). 5. Motivasi Motivasi merupakan tuntutan atau dorongan terhadap pemenuhan kebutuhan individu dan tuntutan atau dorongan yang berasal dari lingkungan, kemudian di implementasikan dalam bentuk prilaku. Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi merupakan instrumen yang di gunakan Effendi MT (2010). Indikator yang di gunakan dalam mengukur motivasi adalah: 1. Tingkat aspirasi 2. ketangguhan 3. keuletan 4. konsistensi Dengan modifikasi, maka pengukuran ini menggunakan skala likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju) skala 3 (netral), skala 4 (setuju), dan skala 5 (sangat setuju).
  • 45. 45 6. Variabel Moderating Variabel moderating yaitu variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel dependen dan variabel independen. Variabel moderating dalam peneilitian ini adalah Etika. 7. Etika Etika berarti nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan karakteristik nilai-nilai sebagian besar dihubungkan dengan perilaku etis, integritas mematuhi janji, loyalitas, keadilan, kepedulian kepada orang lain, mengahargai orang lain, dan menjadi warga yang bertanggung jawab (Firdaus, 2005:38) Maryani dan ludigdo (2001) Alim, dkk (2007) mengembangkan beberapa faktor dari penelitian sebelumnya yang memungkinkan berpengaruh terhadap perilaku etis akuntan. faktor-faktor tersebut dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator dalam pertanyaan, yaitu (1) imbalan yang diterima (2) organisasional, (3) lingkungan keluarga, (4) emotional quotient (EQ).
  • 46. 46 3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Statistik Deskriptif Analisis deskriptif memberikan gambaran-gambaran atau deskriptif suatu data, yang di lihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, nilai maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2013). Statistik deskriptif umumnya di gunakan oleh penelitian untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan demografi responden (jika ada). Ukuran yang di gunakan dalam statistik deskriptif tergantung tipe skala pengukuran construct yang di gunakan dalam penelitian (Indriantoro, 2002) 3.6 Metode Pengujian kualitas Data Hasil penelitian atau kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau pemecahan masalah penelitian, di buat berdasarkan proses pengujian data yang meliputi pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Untuk itu akan di lakukan uji validasi data dan realibilitas data sebagai berikut : 3.6.1 Uji Validasi Data Pengujian validasi di lakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang ada (disusun) valid atau tidak (Ghozali, 2013). Hasil pengujian validaitas di tunjukankan oleh suatu indeks yang menjelaskan seberapa jauh suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang perlu di ukur. Dengan kata lain suatu kuesioner di katakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji validasi bertujuan melihat ketepatan instrumen pengukur dalam penelitian. Pengujian ini untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian agar dapat memberikan informasi
  • 47. 47 yang akurat tentang hal yang di ukur. Uji validitas di lakukan dengan cara melihat korelasi antara skor butir pertanyaan dengan skor total variabel melalui program SPSS. Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai r hitung > dari r variabel. Teknik yang di gunakan untuk pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Product moment pearson. 3.6.2 Uji Reliabilitas Data Pengujian realibilitas di lakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang telah melalui pengujian validitas, dan yang dinyatakan valid. Pengujian ini untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran terhadap item-item pertanyaan apakah tetap konsisten bila di lakukan pengukuran dua atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Hasil pengujian reabilitas di tunjukkan dalam suatu indeks yang menjelaskan seberapa jauh suatu alat ukur dapat di percaya atau diandalkan. Teknik yang di gunakan untuk pengujian reabilitas adalah Cronbach Alpha. Teknik ini di kembangkan oleh cronbach untuk menghasilkan korelasi reabilitas alpha, dan merupakan teknik pengujian konsistensi reabilitas antara item-item yang terpopuler, serta menunjukan indeks konsistensi yang sempurna. Dasar pengambilan keputusan apabila nila Alpha cronbach lebih besar dari 0,6 .
  • 48. 48 3.6.3 Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu di lakukan pengujian asumsi klasik, pengujian ini di lakukan untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier (Sekaran,2007). Pengujian asumsi klasik terdiri uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas. 3.6.4 Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana variabel lain (Independen) saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Persamaan regresi linier yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel independen dengan cara melihat angka collinerity statistics yang di tunjukan oleh nilai variance factor (VIF). Jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat di katakan bebas dari multokolinieritas. VIF=1/Tolerance, jika VIF=10 maka tolerance 1/10=0,1 ( Ghozali, 2013) 3.6.5 Uji Autokorelasi Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada variabel sebelumnya. Untuk mendeteksi ada atau tiadak autokorelasi dapat di lakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson menurut (Ghozali, 2006) dalam Rinaldi (2013)
  • 49. 49 a. Bila nilainya < -2 : autokorelasi positif b. Bila nilainya antara -2 sampai +2 : tidak ada korelasi c. Bila nilainya > 2 : autokorelasi negative 3.6.6 Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidak samaan varians dari residual, dari satu pengamatan kepengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homokesdastisitas.Cara memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model (Ghozali, 2013) 3.6.7 Uji Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Uji normalitas ini dapat di lakukan dengan grafik histogram dan grafik normal P-Plot dimana prinsip dari normalisasi di tujukan dengan tingkat penyebaran data pada sumbu diagonal grafik atau dengan histogram dari residualnya. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikat arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, namun jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
  • 50. 50 3.6.8 Pengujian Hipotesis Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu di lakukan pengujian model. Pengelolaan data penelitian ini Regresi Linier Berganda dengan bantuan SPSS (Statistik Product Service Regression). Setelah mendapat model penelitian yang baik, maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini. Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian terdiri dari 8 hipotesis di uji dengan persamaan regresi linier sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama (H1), pengalaman berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y = α + β1X1 + e 2. Hipotesis kedua (H2), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y = α + β2X2 + e 3. Hipotesis ketiga (H3) independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y = α + β3X3 + e 4. Hipotesis keempat (H4) motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut:
  • 51. 51 Y = α + β4X4 + e 5. Hipotesis kelima (H5), etika profesi memoderasi hubungan pengalaman terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y= α + β1X1 + β5X5 + β6 (X1*X5) + e 6. Hipotesis keenam (H6), etika profesi memoderasi hubungan kompetensi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y= α + β2X2 + β5X5 + β7 (X2*X5) + e 7. Hipotesis ketujuh (H7), etika profesi memoderasi hubungan independensi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y= α + β3X3 + β5X5 + β8 (X3*X5) + e 8. Hipotesis kedelapan (H8), etika profesi memoderasi hubungan motivasi terhadap kualitas audit, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y= α + β4X4 + β5X5 + β9 (X4*X5) + e Keterangan : Y : Kualitas audit di Kantor Akuntan Publik (Pekanbaru, Padang dan Batam α : Konstanta
  • 52. 52 β1,β2,...., β9 : Koefisien regresi parsial untuk variabel bebas yang menunjukanbesar pengaruh salah satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, bila variabel bebas yang lain konstanta X1 : Pengalaman X2 : Kompentensi X3 : Independensi X4 : Motivasi X5 : Etika X1*X5 :Interaksi antara pengalaman dan etika terhadap kualitas audit X2*X5 : Interaksi antara kompetensi dan etika terhadap kualitas audit X3*X5 : Interaksi antara independensi dan etika terhadap kualitas audit X4*X5 : Interaksi antara motivasi dan etika terhadap kualitas audit e : Error a. Uji Parsial (Uji t) Uji t di gunakan untuk menguji signifikan pengaruh parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Uji parsial di lakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika thitung > ttabel atau nilai signifikan t < 0,05.
  • 53. 53 b. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya sebuah koefisien yang menunjukkan persentase semua pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persentase tersebut menunjukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Dengan demikian persamaan regresi yang di hasilkan, baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen (Ghozali, 2013)
  • 54. 54 DAFTAR PUSTAKA Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal SNA X. Makassar. Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Evaluasi Kinerja. Bandung: Refika Aditama Arens, Alvin A., Randal J.E dan Mark S.B. 2004. Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Pendekatan Terpadu. Jilid 1, Edisi Kesembilan.Indeks. Jakarta Asih, D. A. T. 2006. Jurnal. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Boynton, William C. and Raymond N. Johnson. 2006. Modern Auditing: Assurance Services and the Integrity of Financial Reporting. Eighth Edition. USA: John Wiley and Sons, Inc Carolita, K. Metha dan Raharjo, N. Shiddiq. 2012.“Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi Objektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Komitmen Organisasi Hasil Audit”.Diponegoro Journal of AccountingVolume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman1-11.Semarang De Angelo, LE. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation. Juornal of Accounting and Economics 3 August p. 113-127. Efendy, M. T. 2010. Pengaruh Kompetensi, Indepedensi, Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Tesis.
  • 55. 55 Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit : Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah. Jurnal Universitas Negeri Semarang. Fahdi, Muhammad. 2013. Pengaruh Pengalaman kerja, independensi, Objektifitas, Integritas, Komptetensi dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit. Skripsi S1 Universitas Riau, Pekanbaru Firdaus. 2005. Auditing. Pendekatan Pemahaman Secara Konprehensif. Graha Ilmu. Yogyakarta Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS. Semarang: Penerbit Universitas Diponerogo Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex Tri Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Ika Sukriah, Akram, Biana A,I., 2009 “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektif, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Jurnal SNA Palembang Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Indah, Siti Nur Mawar. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit: Studi Empiris Pada Auditor Kap di Semarang. Skripsi Program sarjana Universitas Diponegoro, Semarang
  • 56. 56 Irawati, Nur ST, (2011). Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Makassar, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar. Kartika Widhi, Frianty. 2006. Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris: KAP di Jakarta). Skripsi S1: Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak Dipublikasikan). Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi I. Erlangga, Jakarta. Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan. Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005 Hal 85-97. Lingga, Ita salsalina dan Meythi, 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap kualitas Audit. Skripsi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk) ,Edisi Bahasa Indonesia, Yogyakarta: ANDI. Maryani, T. dan U. Ludigdo. 2001. Jurnal. Survei Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. TEMA. Volume II Nomor 1. Maret. p. 49-62. Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap pendapat audit : Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6, (No.1): 1-2 Moekijat. 2005. Dasar-Dasar Motivasi, Pioner Jaya, Jakarta
  • 57. 57 Mulyadi 2010. Auditing dan pendekatan terpadu. Edisi 6. Jilid 1 Jakarta: Salemba Empat. Purnamasari, Dian Indri, 2005. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan Partisipatif Dengan Efektifitas Sistem Informasi. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan. Rai, Agung. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat Restiyani R, 2014. Pengaruh Pengalaman Auditor dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Yang dihasilkan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rosdinah, Ida. Rawi dan Kamarudin. 2010. Analisi Dampak Motivasi dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Pengawasan keuangan daerah. Jurnal Akuntansi. Bandung Samsi, Nur dkk. 2013. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntasi. Maret 2013 Vol. 1 No. 2: 207-226 Simamora, Henry.2002. Auditing. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Singgih & Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntanbilitas Terhadap kualitas Audit. Jurnal SNA XIII, Purwokerto. Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif kualifikasi dan R&D. Bandung Alfabeta Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing): Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta: Salemba Empat Suraida, I. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Risiko Audit Terhadap Skeptisme Profesional Auditor Dan Ketepatan Pemberian Opini
  • 58. 58 Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Jurnal Vol. 7, No. 3, November, 186 - 202. Suwandi. 2005. Pengaruh Kejelassan Peran dan Motivasi Kerja terhadap Efektivitas Pelaksanaan Tugas Jabatan Kepala Sub Bagian di Lingkungan Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur. Tesis Universitas Airlangga Surabaya. Http://www.Google. Com/IAPI.or.id (diakses Februari 2015)