Presentasi Hubungan Industrial di semester 6, Ilmu Komunikasi - FISIP UNTIRTA.
Judul: MENGATASI KONFLIK KEPENTINGAN PENGUSAHA-PEKERJA DENGAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PANCASILA (HIP)
3. SEJARAH HUBUNGAN INDUSTRIALPANCASILA
Sejarah Hubungan Industrial Pancasila (HIP) tidak dapat dipisahkan dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pasang-surut tahap-tahap perjuangan
bangsa mempengaruhi perkembangan Hubungan Industrial di Indonesia.
Pada masa-masa pergerakan kemerdekaan, karena pengaruh dari perjuangan
politik waktu itu, maka hubungan industrial lebih banyak berorientasi pada
masalah-masalah sosial politik daripada masalah sosial ekonomi. Hal ini
tercemin dari gerakan serikat pekerja yang tidak hanya bertujuan melindungi
kepentingan anggotanya, akan tetapi juga bertujuan untuk perjuangan
kemerdekaan.
5. TUJUAN HIP
• Menyukseskan pembangunan dalam rangka
mengemban cita-cita bangsa Indonesia yaitu
masyarakat adil dan makmur.
• Ikut berperan dalam melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
• Menciptakan ketenangan, ketentraman, dan
ketertiban kerja serta ketenangan usaha.
• Meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
• Meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajatnya
sesuai dengan martabatnya.
6. LANDASANHIP
• Landasan idiil, yaitu Pancasila yang artinya sila-sila dari Pancasila
harus ditafsirkan dan diterapkan secara terkait satu sama lain
secara bulat dan utuh. Jadi semua perilaku yang terlibat dalam
hubungan industrial (pengusaha buruh dan pemerintah) wajib
berpedoman pada nilai-nilai Pancasila yang merupakan
pandangan hidup bangsa.
• Landasan Hukum (Konstitusional), yaitu UUD 1945. UUD 1945
merupakan landasan hukum sekaligus sumber hukum HIP.
Sebagai sumber hukum atau hukum dasar artinya segala
perundangan undangan peraturan dan hal yang sifatnya
mengatur kehidupan HIP haruslah berpedoman pada hukum
dasar tersebut.
7. LANDASANHIP
• Landasan Struktural dan TAP MPR No 11 artinya
dalam pola struktur pelaksana HIP berdasarkan dan
mengacu pada P4.
• Landasan Operasional: Garis-garis Besar Haluan
Negara serta ketentuan-ketentuan pelaksananya
yang diatur oleh pemerintah di dalam program
pembangunan.
• Hubungan Industrial Pancasila juga berlandaskan
kepada kebijakan-kebijakan Pemerintah untuk
menciptakan keamanan nasional, stabilitas nasional,
meningkatnya partisipasi sosial dan kelanjutan
pembangunan nasional.
8. POKOK PIKIRAN HIP
• Hubungan Industrial Pancasila didasarkan atas keseluruhan
sila-sila daripada Pancasila secara utuh dan bulat yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
• Hubungan Industrial Pancasila meyakini bahwa kerja bukanlah
hanya sekedar mencari nafkah, akan tetapi kerja sebagai
pengabdian manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Dalam Hubungan Industrial Pancasila pekerja bukan hanya
dianggap sebagai faktor produksi belakam akan tetapi kerja
sebagai manusia pribadi sesuai dengan harkat, martabat, dan
kodratnya.
• Dalam Hubungan Industrial Pancasila, pengusaha, dan pekerja
tidak dibedakan karena golongan, keyakinan, politik, paham,
aliran, agama, suku maupun jenis kelamin. Karena Hubungan
Industrial Pancasila berupaya mengembangkan orientasi
kepada kepentingan nasional.
9. POKOK PIKIRAN HIP
• Sesuai dengan prinsip musyarawah dan mufakat maka
Hubungan Industrial Pancasila berupa menghilangkan
perbedaan-perbedaan dan mengembangkan persamaan-
persamaan dalam rangka menciptakan keharmonisan
antara pekerja dan pengusaha.
• Dalam Hubungan Industrial Pancasila didorong
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
dan untuk itu seluruh hasil upaya perusahaan harus
dapat dinikmati bersama oleh pengusaha dan pekerja
secara serasi, seimbang dan merata.
10. ASAS-ASAS HIP
• Hubungan Industrial Pancasila dalam mencapai tujuannya
mendasarkan diri kepada asas-asas pembangunan nasional
yang tertuang dalam Garis-garis Besar Haluan Negara seperti
asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, demokrasi,
adil dan merata, keseimbangan dan lain-lain.
• Hubungan Industrial Pancasila dalam mencapai tujuannya juga
mendasarkan diri pada asas kerja, yaitu :
Pekerja dan pengusaha merupakan mitra dalam proses
produksi yang berarti keduanya harus bekerjasama saling
membantu dalam kelancaran usaha perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas. Pekerja dan
pengusaha merupakan mitra dalam menikmati hasil
perusahaan yang berarti hasil perusahaan harus dinikmati
secara bersama dengan bagian yang layak dan serasi.
11. MENGATASI KONFLIK KEPENTINGAN
PENGUSAHA-PEKERJA DENGAN HUBUNGAN
INDUSTRIALPANCASILA
Untuk menciptakan suasana yang menunjang sikap
mental dan sikap sosial HIP bisa tumbuh maka perlu
dikembangkan sarana-sarana utama yang menunjang
terlaksananya HIP
12. Sasaran Menumbuhkan Sikap Mental dan Sikap
Sosial
• Lembaga kerjasama Bipartit dan Tripartit
• Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
• Kelembagaan penyelesaian perselisihan
industrial
• Peraturan Perundangan Ketenagakerjaan
• Pendidikan Hubungan Industrial
14. POSISI PEKERJA DALAM HUBUNGAN
INDUSTRIAL PANCASILA
Banyak sekali buruh yang diputuskan hubungan kerja (PHK)
karena hal tersebut atau hal-hal lain. Secara yuridis, pengusaha
harus meminta izin dahulu kepada Panitia Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan (P4) Daerah dan Pusat. Sayangnya
lembaga peradilan perburuhan ini hanya mengurus PHK-nya
saja dan tidak meneliti sebab-sebab keresahan kaum pekerja.
Dalam pegurusan masalah PHK, lembaga tersebut tidak begitu
banyak menolong kaum pekerja.
15. PJP I Terdapat Beberapa Kendala
• Pertama, perusahaan belum melaksanakan ketentuan UU
perburuhan, khususnya ketentuan tentang upah sesuai
kebutuhan fisik minimum (KFM) dan hanya mengikuti
peraturan perusahaan sendiri yang tidak sesuai dengan
ketentuan undang-undang serta merugikan pihak naker.
• Kedua, kurang efektifnya fungsi pengawasan yang
dilaksanakan aparat Depnaker terhadap perusahaan-
perusahaan. Fungsi ini sangat penting untuk mengontrol
apakah perusahaan melaksanakan dengan baik ketentuan
peraturan tentang syarat-syarat kerja, termasuk upah dan
kesejahteraan naker. Demikian pula pengawasan terhadap
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
16. PJP I Terdapat Beberapa Kendala
• Ketiga, masih sulitnya sikap keterbukaan pengusaha unk
menampung aspirasi naker yang menghendaki pemberian
upah berdasarkan pertimbangan kemanusiaan sebagaimana
diamanatkan dalam ide HIP.
• Keempat, belum terlaksananya demikratisasi dalam
hubungan kerja, khususnya mekanisme musyawarah dan
mufakat untuk melaksanakan kesepakatan kerja bersama.
• Kelima, pertumbuhan dan perkembangan industri yang
pesat namun tidak didukung upa peningkatan kesejahteraan
naker, khususnya peningkatan upah dan jaminan sosial
lainnya.
17. PENGERTIANHIP
Hubungan Industrial Pancasila
adalah hubungan atara pekerja
dala proses produksi barang dan
jasa (pekerja, pengusaha, dan
pemerintah) didasarkan atas nilai
yang merupakan manivestasi dari
keseluruhan sila-sila Pancasila dan
UUD 1945 yang tumbuh dan
berkembang diatas kepribadian
bangsa dan kebudayaan nasional
Indonesia.
18. Hubunga Kerja BerlandaskanPancasila Dan UUD1945
Dengan MenerapkanAsasKemitraan YangMeliputi :
• Tenaga kerja dan pimpinan perusahaan
adalah mitra dalam produksi.
• Tenaga kerja dan pimpinan perusahaan
adalah mitra dalam keuntungan.
• Naker dan pimpinan perusahaan adalah
mitra dalam bertanggung jawab yaitu :
– Bertanggung jawab terhadap
perusahaan tempat naker melaksanakan
pekerjaannya
– Terhadap naker yang bekerja pada
perusahaan bersangkutan
– Terhadap masyarakat sekitarnya
– Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
19. KonsekuensiLogisMengenai Apa Yang Harus
Diperbuat Oleh Ketiga Pelaku Dalam Sistem
HIP
• Pemerintah sebagai lembaga pengawas dalam
sistem HIP harus bertindak netral, akif dan
tegas. Netral, artinya pada setia perselisihan
yang terjadi dalam kerangka proses produksi.
• Pengusaha, sebagai pemilik modal dalam
kerangka proses produksi mempunyai peranan
besar dan dominan. Namun sistem HIP
dipaksa untuk menempatkan peranan tersebut
pada posisi seimbang dengan mitra kerjanya,
yaitu pekerja.
• Pekerja adalah komponen vital dalam proses
produksi. Namun arti vitalitas komponen
tersebut jika tidak ada yang menggunakannya.
Berarti digunakan atau tidak buruh masih
tergantung pada pihak lain. Dalaam hal ini
adalah pengusaha.
20. Buruh dalam Sistem Perekonomian
Sistem ekonomi kapitalis
Sistem ekonomi
sosialis/komunis
Sistem ekonomi
pancasila
Peran pemerintah
Pemerintah tidak campur
tangan sama sekali
Pemerintah berperan
penuh
Pemerintah mengatur
dan mengawasi
jalannya ekonomi
untuk kepentingan
masyarakat
Kedudukan
perseorang
Bebas penuh/ liberal
Tidak bebas/ tidak
dikenal arti individu
yang ada hanyalah
kolektif
Bebas terpimpin dalam
batas-batas yang terlah
ditentukan
Pemilik lapangan
pekerjaan
Bebas memilih pekerjaan
sesuai dengan kehendak
masing-masing dan
digunakan untuk
kepentingan diri sendiri
Semua orang adalah
buruh. Hanya ada kelas
buruh. Lapangan
pekerjaan ditentukan
oleh negara
Bebas memilih
pekerjaan yang
tersedia. Dikerjakan
untuk menghidupi diri
sendiri, sekeluarga dan
kepentingan nasional
Hubungan kerja
(upah, jam kerja, dan
lingkungan)
Berdasarkan kontrak
kerja. Upah disesuaikan
dengan kekuatan pasar.
Hubungan sangat
impersonal
Ditentukan dan
direncanakan oleh
negara. Manusia
hanyalah alat produksi.
Berdasarkan hubungan
manusiawi. Upah
disesuaikan dengan
KFM.
21. Upaya Mengatasi
Permasalahan
Perselisihan perburuhan di Indonesia sebenarnya sudah dicoba
diselesaikan lewat apa yang dikenal dengan HIP (Hubungan
Industrial Pancasila). HIP adalah suatu paham dimana
“persuahaan menyadari bahwa tanpa buruh atau naker, mereka
akan lumpuh, akan tetapi buruh pun hendaknya menyadari
bahwa tanpa perusahaan mereka tidak akan mempunyai
pekerjaan.” Paham ini menghendaki agar kedua belah pihak bisa
melaksanakan tugas dan haknya berdasarkan kesadaran akan
saling ketergantungan.
22. Penutup
Masa depan adalah era bakal dipenuhi
dengan pertumbuhan industri yang sangat
pesat, baik industri yang menghasilkan
barang untuk ekspor maupun keperluan
pasar dalam negeri. Semua berkembang
merata di tanah air, kepengusahaan akan
berkembang cepat jika dibarengi semakin
besarnya jumlah karyawan. Karenanya
penataan hubungan pengusaha dan
karyawan, timbulnya pemogokan, dan
lainnya tidak hanya merugikan pengusaha
maupun karyawan, tetapi juga kepentingan
masyarakat pada umumnya. Bukan tidak
mungkin hal ini menyebabkan investor
kehilangan minatnya untuk menanamkan
modal di negara kita.