SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 18
BAB I
                                PENDAHULUAN

      Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan maupun
hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah
air. Kira-kira lebih dari 50 % berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa
organik kompleks yang terdiri atas unsur-unsur Karbon (50-55%), Hidrogen (± 7%), Oksigen
(±13%), dan Nitrogen (±16%).
      Fungsi utama protein sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya
untuk pembentukan kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa
organ penting lainnya. Selain itu, protein juga memiliki fungsi yang khusus yaitu protein
yang aktif.
      Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari
hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein nabati). Sumber protein di antaranya
adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, dan buah-buahan.
      Berkenaan dengan kandungan protein dalam sumber makanan, terdapat dua sumber
yang bisa ditelaah yakni kepompong ulat daun jati dan ikan mas. Kedua sumber makanan ini
umumnya telah banyak diketahui masyarakat sebagai sumber protein. Oleh karena itu, tak
heran bila keduanya menjadi menu yang sedap dalam kebutuhan pangan sehari-hari.
      Seperti yang telah diketahui sebelumnya, sumber protein dapat ditemui dalam ikan
seperti ikan mas. Sayangnya, harga ikan mas pun jauh melambung tinggi di pasaran saat ini.
Masyarakat pun pada akhirnya berlomba-lomba mencari alternatif bahan makanan lainnya
yang lebih murah untuk pemenuhan protein dalam tubuh. Salah satu sasaran yang produktif
adalah kepompong ulat daun jati. Namun, yang menjadi pertanyaan kini, samakah kadar
protein yang dimiliki oleh kepompong daun ulat jati bila dibandingkan dengan ikan mas yang
mengandung protein sebesar 16 gram? Apakah kepompong ulat daun jati dapat menjadi
pengganti ikan mas dengan kadar protein yang cukup? Hal inilah yang menggelitik penulis
untuk mengulas secara lebih rinci.
      Dalam jurnal ilmiah, peneliti mengukur kadar protein dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis yang pada dasarnya mengikuti metode Lowry. Pengukuran kadar
protein terutama dari kepompong daun ulat jati dan ikan mas sangat diperlukan karena setiap
bahan makanan memiliki kandungan protein yang berbeda-beda. Untuk dapat menghitung
kadar protein, maka diperlukan spektrofotometer dengan cara penembakan sampel.
     Metode spektrofotokopi dengan ultraviolet yang diserap bukan cahaya tampak cahaya
ultra ungu (ultraviolet). Dalam spektrofotokopi ultra ungu, energi cahaya tampak terserap
digunakan untuk transfusi elektron. Karena energi cahaya ultraviolet dapat menyebabkan
transfusi elektron (Hendayana, 1997).
     Pengukuran kadar protein dengan metode Lowry adalah dasar penggunaan
spektrofotometer. Metode ini dapat menggunakan kadar protein sampai dengan 5 Mikrogram.
Warna biru yang terjadi oleh pereaksi folin ciacalteu disebabkan reaksi antara protein dengan
Cu dalam larutan alkalis dan terjadi reaksi garam fosfotungstat dan garam fosfomolibdat oleh
tirosin dan triptopan (Ahmad, 1992).
     Kurva yang menunjukkan standart merupakan kurva kalibrasi dari sederet larutan
standar larutan-larutan itu. Larutan itu sebaiknya mempunyai komposisi yang sama dengan
komposisi cuplikan. Jarang sekali digunakan satu larutan standar untuk menentukan
absorbtivitas molar, Hasil tidak pernah didasarkan pada literatur absobtivitas molar.
(Polling,1991).
     Protein dengan garam fostotungstat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru
yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang tertera. Pada. konsentrasi protein
diukur berdasarkan atas opticial dencinty pada panjang gelombang tertentu untuk mengetahui
banyaknya protein dalam larutan ( Arthur, 1990 ).
     Lewat ulasan jurnal ilmiah mengenai perbandingan kadar protein antara kepompong
ulat daun jati dan ikan mas secara spektrofotometri UV-Vis diharapkan dapat mempertegas
hasil penelitian yang nantinya menjadi tolak ukur khalayak umum untuk mendapatkan
sumber protein yang cukup tinggi namun mampu dijangkau oleh masyarakat menengah.
BAB II
                                           ISI

A.   Protein
          Protein berasal dari kata Yunani proteos artinya “yang utama”. Protein terdapat
     pada semua sel hidup, kira-kira 50 % dari berat keringnya dan berfungsi sebagai
     pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH,
     juga pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Girindra, 1993).
          Protein adalah molekul organik yang terbanyak di dalam sel. Selain itu, protein
     adalah biomolekul yang sesungguhnya, karena senyawa ini yang menjalankan berbagai
     fungsi dasar kehidupan, antara lain protein berkontraksi melakukan gerak, menjalankan
     berbagai proses metabolisme dalam bentuk enzim.
          Secara kimia, protein adalah heteropolimer dari asam-asam amino, yang terikat
     satu sama lain dengan ikatan peptida. Ada suatu universalisme di dalam molekul
     protein. Protein apapun dan berasal dari makhluk apapun ternyata hanya tersusun dari
     20 macam asam amino saja. Perbedaan protein yang satu dengan yang lain disebabkan
     oleh jumlah dan kedudukan asam-asam amino tersebut di dalam tiap-tiap molekul.
          Beberapa sifat fisik dan kimia protein adalah sebagai berikut :
     1.   Protein merupakan ion dipolar amfoterik (zwitterions) dan mengandung gugus
          asam dan basa seperti asam amino. Protein akan membentuk ion positif dalam
          larutan asam dan ion negatif pada suasana basa.
     2.   Kebanyakan     protein   labil   dan   mudah    dimodifikasi      akibat   perubahan
          lingkungannya, perubahan pH, radiasi sinar UV, pemanasan, dan sebagainya.
          Akibat perubahan lingkungan ini, maka suatu protein akan mengalami perubahan
          konformasi alamiah yang tidak menentu (denaturasi). Protein dalam air
          mempunyai viskositas atau kekentalan yang relatif lebih besar daripada viskositas
          air pelarutnya. Viskositas protein ini tergantung pada jenis protein, bentuk
          molekul, konsentrasi, serta suhu larutan.
B.   Struktur Protein
          Ada empat tingkat struktur dasar protein yaitu :
     a.   Struktur primer protein adalah struktur kovalen dan urutan sederhana residu asam
          amino dalam rantai polipeptida.




     b.   Struktur sekunder protein bersifat regular, pola lipatan berulang dari rangka
          protein. Dua pola terbanyak adalah alpha helix dan beta sheet.




     c.   Struktur tersier protein adalah lipatan secara keseluruhan dari rantai polipeptida
          sehingga membentuk struktur 3 dimensi tertentu.




     d.   Struktur kuartener protein adalah struktur kuartener menggambarkan subunit-
          subunit yang berbeda dikemas bersama-sama membentuk struktur protein.
          Sebagai contoh adalah molekul hemoglobin manusia yang tersusun atas 4
          subunit.
C.   Sifat Protein
           Sifat protein jika dilarutkan dengan asam klorida dan enzim protease akan
     menghasilkan asam amino karboksilat. Di sisi lain protein dapat mengalami denaturasi
     yaitu perubahan struktur protein yang menimbulkan perubahan sifat fisika, kimia dan
     biologi. Protein apabila dipanaskan dapat mengakibatkan gelombang elektromagnetik
     tertentu contohnya bisa, kokain kuman-kuman dan lain-lain (Pringgomulya, 1995)
D.   Uji Biuret
           Protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode
     biuret adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
     dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005).
           Adanya uji biuret ditujukan untuk memperlihatkan bahwa protein mempunyai
     ikatan peptida yang bereaksi positif dengan uji tersebut. Reaksi ini tidak terjadi pada
     makromolekul lainnya.
           Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa
     larutan), dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif
     untuk 2 atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954).
           Penyerapan cahaya oleh protein terutama disebabkan oleh ikatan peptida residu
     ritosil, triptofonil, dan fenilalanil. Juga turut mempengaruhi, gugus-gugus non-protein
     yang mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan maksimum albumin serum
     manusia terlihat pada panjang gelombang kira-kira 230 nm (peptida) dan dengan
     puncak lebar pada 280 nm karena serapan residu-residu asam amino aromatik.
     Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai
     dengan ionisasi residu asam amino. Jelaslah bahwa spektrum serapan suatu larutan
     protein peka terhadap berbagai variabel lingkungan. Tetapi dalam kondisi tertentu
     serapan suatu larutan pada panjang gelombang tertentu berbanding lurus dengan kadar
     protein dan cara ini sering dipakai dalam pengujian protein (Montgomery, 1993).
           Penetapan kadar protein secara biuret dilakukan dengan bantuan alat berupa
     spektrofotometer. Prinsipnya adalah pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks
     berwarna ungu yang terjadi bila protein bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa.
           Setelah sampel ditetesi biuret, sampel didiamkan selama 30 menit (operating
     time / waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan atau protein bereaksi seluruhnya
     dengan reagen). Setelah 30 menit, sampel diukur absorbansinya pada panjang
     gelombang 540 nm dengan spektrofotometer. Panjang gelombang 540 nm ini
merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna ungu. Reaksi yang
terjadi pada penetapan kadar protein secara biuret adalah :




      Keadaan yang tidak sesuai dengan rentang kadar larutan baku dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain :
a.    Partikel
      Besar kecilnya partikel dapat menyebabkan pemantulan. Pemantulan ini akan
      mempengaruhi besarnya absorbansi. Makin besar partikel, makin besar
      absorbansi.
b.    Ada tidaknya gelembung
      Gelembung yang ada akan menimbulkan pembiasan cahaya. Pembiasan ini akan
      mempengaruhi besarnya absorbansi. Semakin banyak gelembung, absorbansi
      semakin besar.
c.    Tidak adanya pengadukan untuk menghomogenkan larutan
      Akibatnya sampel tidak bereaksi dengan CuSO4. Adanya CuSO4 (berwarna biru)
      yang juga menangkap cahaya, akan menghasilkan nilai absorbansi tertentu
      sehingga terjadi penyimpangan pengukuran.
d.    Proses pipeting
      Bila tidak tepat, menyebabkan nilai absorbansi yang terukur pada alat
      spektrofotometer mengalami penyimpangan.
e.   Pencucian alat
          Pencucian alat yang tidak bersih memungkinkan masih adanya zat pengotor yang
          terdapat dalam tabung reaksi. Adanya zat pengotor ini membuat nilai absorbansi
          yang terukur pada spektrofotometer mengalami penyimpangan.
E.   Spektrofotometri UV-VIS
          Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
     pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
     panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
     difraksi dengan detektor fototube.
          Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual
     dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu
     sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam
     untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
     a.   Pemilihan panjang gelombang
          Pelbagai satuan digunakan untuk panjang gelombang, bergantung pada daerah
                                                                                 0
          spektrum, untuk radiasi UV dan tampak digunakan satuan a ngstrom dan
          nanometer dengan meluas. Sedangkan mikrometer merupakan satuan yang lazim
          untuk daerah inframerah. Satu mikrometer, µm, didefinisikan sebagai 10 6 m dan
                                                                            0         0
                                         9               7
          satu nanometer, nm, 10             m atau 10       cm. Satu satuan a ngstrom A   adala

                                                   0
                10
           10        atau 10 8 cm. Jadi 1 nm = 10 A .




                                    Spektrum elektromagnetik
          Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang
     elektromagnetik yang digunakan, yaitu:
      -   Daerah UV ;         = 200 – 380 nm
-    Daerah visible (tampak);      = 380 – 700 nm
 -    Daerah inframerah (IR);      = 700 – 0,3


Aspek Kuantitatif Absorbsi
          Spektra serapan dapat diperoleh dengan menggunakan sampel dalam pelbagai
bentuk gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam pelbagai pelarut, dan bahkan zat padat.
Kebanyakan analitis melibatkan larutan, dengan cara mengembangkan pemerian
kuantitatif dari hubungan antara konsentrasi suatu larutan dan kemampuannya
menyerap radiasi.
          Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Ilustrasi
jalannya sinar pada spektrofotometer dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

                      Ir




                                Media
                                 Ia                  It
     Io




                           Ilustrasi jalannya sinar spektrofotometri
Keterangan gambar:
Io   cahaya monokromatik


Ir   cahaya yang dipantulkan

Ia   cahaya yang diserap


It   cahaya yang dipancarkan

Io    Ia Ir      It
          Besarnya Ia oleh media tergantung pada kepekatan dan jenis media serta panjang
media yang dilalui. Biasanya panjang media sudah tetap dalam suatu alat. Persamaan
hukum Lambert Beer adalah:
It
 T
        Io


        It
 log            .b.c
        Io

 log T          .b.c
     log T      .b.c
     log T     A       .b.c

 A      absorbansi
        Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io).        adalah absorpsifitas molar atau koefisien molar ”extinction”, nilainya
dipengaruhi oleh sifat-sifat khas dari materi yang diradiasi. Jika konsentrasi dalam
satuan gram/liter maka            dapat diganti dengan a disebut sebagai ”absorpsivitas
spesifik”. Jadi, A        a.b.c . Persyaratan hukum Lambert Beer, antara lain:
1)      Radiasi yang digunakan harus monokromatik,
2)      Energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, jadi
        proses yang terjadi benar-benar absorpsi,
3)      Sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen,
4)      Tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan
5)      Indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat
        (harus encer).


Spektrofotometer UV - Vis
        Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan
dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya dimana detektor yang
digunakan secara langsung dapat mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It)
dan secara tidak lansung cahaya yang diabsorbsi (Ia), jadi tergantung pada spektrum
elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a.   Sumber Cahaya
     Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran
     radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa
     untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah
     lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini
     mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang ( ) adalah 350 –
     2200 nanometer (nm).




                                Lampu wolfram
     Di bawah kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu tidak memadai untuk
     spektrofotometer dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah
     lampu tabung tidak bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium) 175 ke 375 atau
     400 nm. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada
     daerah ultraviolet (UV).




                                Lampu deuterium
     Kebaikan lampu wolfarm adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi
     pada berbagai panjang gelombang. Sumber cahaya untuk spektrofotometer
     inframerah, sekitar 2 ke 15 m menggunakan pemijar Nernst (Nernst glower).
b.   Monokromator
     Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
     polikromatis   menjadi    beberapa   komponen    panjang      gelombang     tertentu
     (monokromatis) yang bebeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu :
     1)    Prisma




     2)    Grating (kisi difraksi)




     Keuntungan menggunakan kisi difraksi :
     - Dispersi sinar merata
     - Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama
     - Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum
     Cahaya monokromatis ini dapat dipilih panjang gelombang tertentu yang sesuai
     untuk kemudian dilewatkan melalui celah sempit yang disebut slit. Ketelitian dari
     monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width) yang dipakai.
c.   Cuvet
     Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh
     atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet harus memenuhi syarat- syarat sebagai
     berikut :
     1)    Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
     2)    Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
     3)    Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
4)    Tidak boleh rapuh.
     5)    Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.
d.   Detektor
     Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
     berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal
     listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum
     penunjuk atau angka digital.
     Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
     1)    Kepekan yang tinggi
     2)    Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
     3)    Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
     4)    Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
     5)    Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
     Sebagai detektor untuk Spektrofotometer UV - Vis biasanya digunakan :
     1)    Photo tube
     2)    Barrier Layer Cell
     3)    Photo Multiplier Tube
     Arus listrik yang dihasilkan oleh detektor kemudian diperkuat dengan amplifier
     dan akhirnya diukur oleh indikator biasanya berupa recorder analog atau
     komputer.


Jenis Spektrofotometer
Berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis spektrofotometer.
a.   Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
     Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan
     melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa secara bergantian.
b.    Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
      Pada alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin yang
      berputar (chopper).
      -      Berkas pertama melalui cuvet berisi blanko
      -      Berkas kedua melalui cuvet berisi standar atau contoh
      Blanko dan contoh diperiksa secara bersamaan seperti terlihat pada gambar.
      Blanko berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau Io dari
      sumber cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat kita tidak lagi mengontrol titik
      nolnya pada waktu-waktu tertentu, hal ini berbeda jika pada single beam.




      Spektrofotometer UV-VIS dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun
analisis kuantitatif.
      Analisis Kualitatif
      Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab spektrum
      sinar tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang lebar
      sehingga dapat disimpulkan bahwa spektrum yang dihasilkan kurang menunjukan
      puncak-punca serapan. Namun, walaupun puncak yang dihasilkan berbentuk
      lebar, puncak tersebut masih dapat digunakan untuk memperoleh keterangan ada
      atau tidaknya gugus fungsional tertentu dalam suatu molekul organik.
      Analisis Kuantitatif
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa
      keuntungan, diantaranya       yaitu a) dapat digunakan secara luas, b) memiliki
      kepekaan tinggi, c) keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi, d) ketelitian
      tinggi, e) tidak rumit dan sepat.
      Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ;
      Pembentukan warna ( untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya kurang
      kuat ),
      Penentuan panjang gelombang maksimum,
      Pembuatan kurva kalibrasi,
      Pengukuran konsentrasi sampel.
      Larutan-larutan standar sebaiknya memiliki komposisi yang sama dengan
komposisi cuplikan sementara konsentrasi cuplikan berada di antara konsentrasi-
konsentrasi larutan standar.
      Dengan membandingkan serapan radiasi oleh sampel terhadap larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditentukan konsentrasi sampel. Penentuan
konsentrasi zat dalam contoh dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan cara
kurva kalibrasi dan cara standar adisi.
      Cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan dengan menggunakan cara ini
adalah pembuatan deret larutan standar, kemudian diukur serapannya dan dibuat kurva
kalibrasi antara konsentrasi dengan serapan. Dengan mengukur serapan sampel dan
memasukkannya ke dalam persamaan garis yang dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka
konsentrasi sampel akan diketahui.

                       absorbansi




                                                 konsetrasi

                                   kurva kalibrasi
      Cara standar adisi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan sampel
yang sama ke dalam larutan standar. Cara ini menggunakan persamaan Lamber-Beer.
Tidak semua pelarut dapat digunakan dalam spektrofotometri. Pelarut yang
     digunakan dalam spektrofotometri adalah pelarut yang dapat melarutkan cuplikan serta
     tidak menyerap sinar yang digunakan sebagai sumber radiasi.
F.   Kepompong ulat daun jati
           Enthung sesungguhnya merupakan kepompong dari ulat pohon jati yang hendak
     jadi kupu kupu. Ulat - ulat ini memakan daun jati yang sedang menghijau hingga habis
     sehingga tinggal kerangka daunnya. Ulat yang sudah bersiap jadi kepompong biasanya
     akan turun ke tanah untuk siap - siap bermetamorfosa menjadi kepompong. Nah
     kepompong inilah yang orang - orang sekitar menyebutnya sebagai enthung.
           Enthung biasanya menempel di bawah serakan sampah ataupun daun jati yang
     jatuh ke tanah. Bahkan ada beberapa di antaranya yang terpendam di bawah tanah.
     Musim enthung biasanya datang setahun sekali beberapa saat setelah datangnya musim
     hujan. Enthung berwarna coklat tua sampai kehitaman dengan ukuran panjang kira -
     kira 2 cm. Konon enthung mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi.
           Pada saat datang musim enthung, orang sekitar akan berbondong - bondong ke
     hutan untuk mencari si enthung ini. Ada beberapa orang memanfaatkannya sebagai
     pakan burung berkicau, tetapi kebanyakan orang memanfaatkannya untuk di konsumsi.
     Bagi orang yang sudah biasa memakannya, akan mengatakan enthung ini sangat lezat
     bila dimasak dengan cara digoreng atau ditumis dengan beberapa bumbu.
     Tapi bagi yang tidak biasa jangan coba - coba. Bagi sebagian orang, enthung bisa
     menyebabkan alergi berupa gatal - gatal di sekujur tubuh, orang jawa biasa
     menyebutnya „biduren‟. Gatal-gatal ini dengan mudah dapat diobati dengan obat anti
     alergi dari toko obat atau apotek.
           Kepompong ini berasal dari ulat jati yang nama latinnya Hyblaea puera. Ciri -
     cirinya adalah berwarna coklat sampai coklat tua kehitaman, berat rata - rata 0,7 - 1,3
     mg dengan panjang antara 1,4 - 1,9 cm. Ulat ini memakan daun jati muda yang baru
     tumbuh pada awal musim penghujan. Ulat jati muda suka memakan daun jati yang
     lunak dan meninggalkan urat - urat serta tulang - tulangnya sedangkan yang dewasa
     memakan seluruhnya terkecuali tulang - tulang daun yang besar. Mereka makan pada
     malam hari.
G.   Ikan mas
           Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang, pipih
     ke samping dan lunak. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat
     diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
      Manfaat dari ikan mas yaitu sebagai sumber penyediaan protein hewani dan
sebagai ikan hias.
      Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan
memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior
mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh
tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak
ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik
sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna
tersebut sesuai dengan rasnya.
BAB III
                                       PENUTUP
A.   Kesimpulan
     Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari ulasan ini adalah :
     1.      Perbandingan kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan metode biuret
             dibantu oleh alat spektrofotometer.
     2.      Uji biuret menampakkan bahwa protein akan bereaksi membentuk warna ungu.
     3.      Panjang gelombang maksimun untuk kadar protein dengan spektrofotometer UV-
             Vis adalah berkisar 540-550 nm.
     4.      Kadar protein ternyata terdapat pada kepompong ulat daun jati dan ikan mas
             dengan intensitas kadar yang berbeda, di mana kadar protein kepompong ulat
             daun jati memiliki kadar protein yang lebih tinggi.
     5.      Didapatkan analisis kadar protein dengan persamaan kurva Y = 0,3252 + 9,9026
             x 10-6 X


B.   Saran
     Sebaiknya perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai kadar protein yang terdapat
     dalam kepompong ulat daun jati secara spesifik dengan merujuk pada referensi-
     referensi lainnya yang lebih luas lagi. Selain itu, perlu adanya pemberitahuan kepada
     khalayak umum mengenai hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. (2005). Biokimia : Metabolisme Biomolekul. Jakarta : Alfabeta.
Ahmad, 1992. Ilmu Kimia SMA . Jakarta : Depdikbud RI.
Carpette. 2005. An Introduction to Practical Biochemistry. Hal 100-101. Great Britany : Mc
          Graw Hill Book Company.
Gardjito, 1992. Buku Materi Pokok Kimia. Jakarta : UT. Depdikbud RI.
Girindra, a. 1993. Biokimia I, 68-73. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Harper, M. 1995. Biokimia Harper, 57-50. Jakarta : EGC.
Harrow. 1954. Textbook of Biochemistry 6th Edition, 48, 108. USA : Saunders Company
Hendayana, S., dkk.(1994). Kimia Analitik Instrumen Edisi Kesatu. Semarang : IKIP
        Semarang Press.
Krisnandi Ismail H.E. Drs. Bsc. 2002. Pengantar Analisis Instrumental. Bogor : Sekolah
      Menengah Analis Kimia Bogor.
Montgomery, R. 1993. Biokimia Berorientasi pada Kasus-Klinis, 77, 90. Jakarta : Binarupa
      Aksara
Pringgomulyo, 1996. Kimia 2. Jakarta : Erlangga.
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika.
S.M. Khopkar.(2008).Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UIP.
Tim Kimia Analitik Instrumen. 2009 .Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen.
        Bandung:Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Yazid, Estien; Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarta :
        Penerbit ANDI.


Situs website
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas
http://blogs.unpad.ac.id/suryadi/2011/06/14/ikan-mas/
http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/makanan/42980-enthung-calon-kupu-kupu-
      berprotein-tinggi.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2095521-kepompong-jati-berprotein-tinggi/
http://azizees.wordpress.com/2008/09/26/gambaran-rinci-tingkatan-struktur-protein/

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismeKalisthiana Yi Ku
 
Makalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahMakalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahSherly ShEra
 
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedBiokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedanishamidah
 
Mikrobiologi - pertumbuhan mikroba
Mikrobiologi - pertumbuhan mikrobaMikrobiologi - pertumbuhan mikroba
Mikrobiologi - pertumbuhan mikrobaYusuf Ahmad
 
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi PeternakanMikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi PeternakanYusuf Ahmad
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Raden Saputra
 
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratPenyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratAdela Adiibah
 
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamirMorfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamirAgnescia Sera
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Giziwinautm
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...UNESA
 
Makalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam aminoMakalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam aminoRukmana Suharta
 

Was ist angesagt? (20)

Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
 
Uji Vitamin E
Uji Vitamin EUji Vitamin E
Uji Vitamin E
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
Makalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahMakalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darah
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedBiokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoed
 
Mikrobiologi - pertumbuhan mikroba
Mikrobiologi - pertumbuhan mikrobaMikrobiologi - pertumbuhan mikroba
Mikrobiologi - pertumbuhan mikroba
 
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi PeternakanMikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
 
pH dan Larutan Buffer
pH dan Larutan BufferpH dan Larutan Buffer
pH dan Larutan Buffer
 
5 protein
5 protein5 protein
5 protein
 
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratPenyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
 
Laporan instrumen i fotometer
Laporan instrumen i   fotometerLaporan instrumen i   fotometer
Laporan instrumen i fotometer
 
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamirMorfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
 
Protein
Protein Protein
Protein
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Gizi
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
Makalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam aminoMakalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam amino
 
Trouble Shooting Dalam Pembuatan Media Mikrobiologi
Trouble Shooting Dalam Pembuatan Media MikrobiologiTrouble Shooting Dalam Pembuatan Media Mikrobiologi
Trouble Shooting Dalam Pembuatan Media Mikrobiologi
 
Vitamin kel 2
Vitamin kel 2Vitamin kel 2
Vitamin kel 2
 

Ähnlich wie Ulasan biokimia

Laporan praktikum hidrolisis protein enzimatis
Laporan praktikum hidrolisis protein enzimatisLaporan praktikum hidrolisis protein enzimatis
Laporan praktikum hidrolisis protein enzimatisParid Nurahman
 
Laporan biokimia hidrolisis protein
Laporan biokimia   hidrolisis proteinLaporan biokimia   hidrolisis protein
Laporan biokimia hidrolisis proteinMifta Rahmat
 
Laporan biokimia asam amino protein
Laporan biokimia   asam amino proteinLaporan biokimia   asam amino protein
Laporan biokimia asam amino proteinMifta Rahmat
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINFransiska Puteri
 
Protein (kimia hasil pertanian)
Protein (kimia hasil pertanian)Protein (kimia hasil pertanian)
Protein (kimia hasil pertanian)DaveWattimena
 
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docxMAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docxSerlindaArjuni
 
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.docMAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.docLatifahhusni
 
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdfkimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdfejja3
 
Analisis protein[1]
Analisis protein[1]Analisis protein[1]
Analisis protein[1]Mita Megah
 
Praktikum bio protein
Praktikum bio proteinPraktikum bio protein
Praktikum bio proteinganidonk
 
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganSumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganCholifatulJannah
 
Asam_Amino_dan_Protein_Slide_PPT.ppt
Asam_Amino_dan_Protein_Slide_PPT.pptAsam_Amino_dan_Protein_Slide_PPT.ppt
Asam_Amino_dan_Protein_Slide_PPT.pptssuser9848b0
 

Ähnlich wie Ulasan biokimia (20)

Laporan praktikum hidrolisis protein enzimatis
Laporan praktikum hidrolisis protein enzimatisLaporan praktikum hidrolisis protein enzimatis
Laporan praktikum hidrolisis protein enzimatis
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Laporan biokimia hidrolisis protein
Laporan biokimia   hidrolisis proteinLaporan biokimia   hidrolisis protein
Laporan biokimia hidrolisis protein
 
Laporan biokimia asam amino protein
Laporan biokimia   asam amino proteinLaporan biokimia   asam amino protein
Laporan biokimia asam amino protein
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Protein (kimia hasil pertanian)
Protein (kimia hasil pertanian)Protein (kimia hasil pertanian)
Protein (kimia hasil pertanian)
 
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docxMAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
 
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.docMAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
 
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdfkimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
 
Analisis protein[1]
Analisis protein[1]Analisis protein[1]
Analisis protein[1]
 
Praktikum bio protein
Praktikum bio proteinPraktikum bio protein
Praktikum bio protein
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
protein
proteinprotein
protein
 
6. protein
6. protein6. protein
6. protein
 
Protein ppt
Protein pptProtein ppt
Protein ppt
 
Makalah protein plasma
Makalah protein plasmaMakalah protein plasma
Makalah protein plasma
 
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTINGISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
 
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganSumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
 
Asam_Amino_dan_Protein_Slide_PPT.ppt
Asam_Amino_dan_Protein_Slide_PPT.pptAsam_Amino_dan_Protein_Slide_PPT.ppt
Asam_Amino_dan_Protein_Slide_PPT.ppt
 

Mehr von Eva Apriliyana Rizki

Bahan Diskusi Farmakognosi (Metode Ekstraksi)
Bahan Diskusi Farmakognosi (Metode Ekstraksi)Bahan Diskusi Farmakognosi (Metode Ekstraksi)
Bahan Diskusi Farmakognosi (Metode Ekstraksi)Eva Apriliyana Rizki
 
Kata pengantar kelarutan (Farmasi Fisika)
Kata pengantar kelarutan (Farmasi Fisika)Kata pengantar kelarutan (Farmasi Fisika)
Kata pengantar kelarutan (Farmasi Fisika)Eva Apriliyana Rizki
 
Daftar isi kelarutan (Farmasi Fisika)
Daftar isi kelarutan (Farmasi Fisika)Daftar isi kelarutan (Farmasi Fisika)
Daftar isi kelarutan (Farmasi Fisika)Eva Apriliyana Rizki
 
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)Eva Apriliyana Rizki
 

Mehr von Eva Apriliyana Rizki (20)

Autoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan HipersensitivitasAutoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan Hipersensitivitas
 
Bahan Diskusi Farmakognosi (Metode Ekstraksi)
Bahan Diskusi Farmakognosi (Metode Ekstraksi)Bahan Diskusi Farmakognosi (Metode Ekstraksi)
Bahan Diskusi Farmakognosi (Metode Ekstraksi)
 
Makalah dermatitis atopik part 1
Makalah dermatitis atopik part 1Makalah dermatitis atopik part 1
Makalah dermatitis atopik part 1
 
Makalah dermatitis atopik part 2
Makalah dermatitis atopik part 2Makalah dermatitis atopik part 2
Makalah dermatitis atopik part 2
 
Presentasi Mr Tys
Presentasi Mr TysPresentasi Mr Tys
Presentasi Mr Tys
 
Kata pengantar kelarutan (Farmasi Fisika)
Kata pengantar kelarutan (Farmasi Fisika)Kata pengantar kelarutan (Farmasi Fisika)
Kata pengantar kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Judul kelarutan (Farmasi Fisika)
Judul kelarutan (Farmasi Fisika)Judul kelarutan (Farmasi Fisika)
Judul kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Daftar pustaka (Farmasi Fisika)
Daftar pustaka (Farmasi Fisika)Daftar pustaka (Farmasi Fisika)
Daftar pustaka (Farmasi Fisika)
 
Daftar isi kelarutan (Farmasi Fisika)
Daftar isi kelarutan (Farmasi Fisika)Daftar isi kelarutan (Farmasi Fisika)
Daftar isi kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Bab vi kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab vi kelarutan (Farmasi Fisika)Bab vi kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab vi kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Bab iv kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iv kelarutan (Farmasi Fisika)Bab iv kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iv kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Bab ii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab ii kelarutan (Farmasi Fisika)Bab ii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab ii kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Tabel (laporan) Farmasi Fisika
Tabel (laporan) Farmasi FisikaTabel (laporan) Farmasi Fisika
Tabel (laporan) Farmasi Fisika
 
Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Bab ii kelarutan
Bab ii kelarutanBab ii kelarutan
Bab ii kelarutan
 
Laporan Teknologi Farmasi
Laporan Teknologi FarmasiLaporan Teknologi Farmasi
Laporan Teknologi Farmasi
 
Presentasi Farmakognosi
Presentasi FarmakognosiPresentasi Farmakognosi
Presentasi Farmakognosi
 
Presentation Laktosa
Presentation LaktosaPresentation Laktosa
Presentation Laktosa
 

Kürzlich hochgeladen

PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptssuserbb0b09
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaYosuaNatanael1
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxssuser981dcb
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxDwiDamayantiJonathan1
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 

Ulasan biokimia

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50 % berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa organik kompleks yang terdiri atas unsur-unsur Karbon (50-55%), Hidrogen (± 7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Fungsi utama protein sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting lainnya. Selain itu, protein juga memiliki fungsi yang khusus yaitu protein yang aktif. Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein nabati). Sumber protein di antaranya adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, dan buah-buahan. Berkenaan dengan kandungan protein dalam sumber makanan, terdapat dua sumber yang bisa ditelaah yakni kepompong ulat daun jati dan ikan mas. Kedua sumber makanan ini umumnya telah banyak diketahui masyarakat sebagai sumber protein. Oleh karena itu, tak heran bila keduanya menjadi menu yang sedap dalam kebutuhan pangan sehari-hari. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, sumber protein dapat ditemui dalam ikan seperti ikan mas. Sayangnya, harga ikan mas pun jauh melambung tinggi di pasaran saat ini. Masyarakat pun pada akhirnya berlomba-lomba mencari alternatif bahan makanan lainnya yang lebih murah untuk pemenuhan protein dalam tubuh. Salah satu sasaran yang produktif adalah kepompong ulat daun jati. Namun, yang menjadi pertanyaan kini, samakah kadar protein yang dimiliki oleh kepompong daun ulat jati bila dibandingkan dengan ikan mas yang mengandung protein sebesar 16 gram? Apakah kepompong ulat daun jati dapat menjadi pengganti ikan mas dengan kadar protein yang cukup? Hal inilah yang menggelitik penulis untuk mengulas secara lebih rinci. Dalam jurnal ilmiah, peneliti mengukur kadar protein dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis yang pada dasarnya mengikuti metode Lowry. Pengukuran kadar protein terutama dari kepompong daun ulat jati dan ikan mas sangat diperlukan karena setiap
  • 2. bahan makanan memiliki kandungan protein yang berbeda-beda. Untuk dapat menghitung kadar protein, maka diperlukan spektrofotometer dengan cara penembakan sampel. Metode spektrofotokopi dengan ultraviolet yang diserap bukan cahaya tampak cahaya ultra ungu (ultraviolet). Dalam spektrofotokopi ultra ungu, energi cahaya tampak terserap digunakan untuk transfusi elektron. Karena energi cahaya ultraviolet dapat menyebabkan transfusi elektron (Hendayana, 1997). Pengukuran kadar protein dengan metode Lowry adalah dasar penggunaan spektrofotometer. Metode ini dapat menggunakan kadar protein sampai dengan 5 Mikrogram. Warna biru yang terjadi oleh pereaksi folin ciacalteu disebabkan reaksi antara protein dengan Cu dalam larutan alkalis dan terjadi reaksi garam fosfotungstat dan garam fosfomolibdat oleh tirosin dan triptopan (Ahmad, 1992). Kurva yang menunjukkan standart merupakan kurva kalibrasi dari sederet larutan standar larutan-larutan itu. Larutan itu sebaiknya mempunyai komposisi yang sama dengan komposisi cuplikan. Jarang sekali digunakan satu larutan standar untuk menentukan absorbtivitas molar, Hasil tidak pernah didasarkan pada literatur absobtivitas molar. (Polling,1991). Protein dengan garam fostotungstat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang tertera. Pada. konsentrasi protein diukur berdasarkan atas opticial dencinty pada panjang gelombang tertentu untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan ( Arthur, 1990 ). Lewat ulasan jurnal ilmiah mengenai perbandingan kadar protein antara kepompong ulat daun jati dan ikan mas secara spektrofotometri UV-Vis diharapkan dapat mempertegas hasil penelitian yang nantinya menjadi tolak ukur khalayak umum untuk mendapatkan sumber protein yang cukup tinggi namun mampu dijangkau oleh masyarakat menengah.
  • 3. BAB II ISI A. Protein Protein berasal dari kata Yunani proteos artinya “yang utama”. Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50 % dari berat keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH, juga pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Girindra, 1993). Protein adalah molekul organik yang terbanyak di dalam sel. Selain itu, protein adalah biomolekul yang sesungguhnya, karena senyawa ini yang menjalankan berbagai fungsi dasar kehidupan, antara lain protein berkontraksi melakukan gerak, menjalankan berbagai proses metabolisme dalam bentuk enzim. Secara kimia, protein adalah heteropolimer dari asam-asam amino, yang terikat satu sama lain dengan ikatan peptida. Ada suatu universalisme di dalam molekul protein. Protein apapun dan berasal dari makhluk apapun ternyata hanya tersusun dari 20 macam asam amino saja. Perbedaan protein yang satu dengan yang lain disebabkan oleh jumlah dan kedudukan asam-asam amino tersebut di dalam tiap-tiap molekul. Beberapa sifat fisik dan kimia protein adalah sebagai berikut : 1. Protein merupakan ion dipolar amfoterik (zwitterions) dan mengandung gugus asam dan basa seperti asam amino. Protein akan membentuk ion positif dalam larutan asam dan ion negatif pada suasana basa. 2. Kebanyakan protein labil dan mudah dimodifikasi akibat perubahan lingkungannya, perubahan pH, radiasi sinar UV, pemanasan, dan sebagainya. Akibat perubahan lingkungan ini, maka suatu protein akan mengalami perubahan konformasi alamiah yang tidak menentu (denaturasi). Protein dalam air mempunyai viskositas atau kekentalan yang relatif lebih besar daripada viskositas air pelarutnya. Viskositas protein ini tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi, serta suhu larutan.
  • 4. B. Struktur Protein Ada empat tingkat struktur dasar protein yaitu : a. Struktur primer protein adalah struktur kovalen dan urutan sederhana residu asam amino dalam rantai polipeptida. b. Struktur sekunder protein bersifat regular, pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua pola terbanyak adalah alpha helix dan beta sheet. c. Struktur tersier protein adalah lipatan secara keseluruhan dari rantai polipeptida sehingga membentuk struktur 3 dimensi tertentu. d. Struktur kuartener protein adalah struktur kuartener menggambarkan subunit- subunit yang berbeda dikemas bersama-sama membentuk struktur protein. Sebagai contoh adalah molekul hemoglobin manusia yang tersusun atas 4 subunit.
  • 5. C. Sifat Protein Sifat protein jika dilarutkan dengan asam klorida dan enzim protease akan menghasilkan asam amino karboksilat. Di sisi lain protein dapat mengalami denaturasi yaitu perubahan struktur protein yang menimbulkan perubahan sifat fisika, kimia dan biologi. Protein apabila dipanaskan dapat mengakibatkan gelombang elektromagnetik tertentu contohnya bisa, kokain kuman-kuman dan lain-lain (Pringgomulya, 1995) D. Uji Biuret Protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode biuret adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005). Adanya uji biuret ditujukan untuk memperlihatkan bahwa protein mempunyai ikatan peptida yang bereaksi positif dengan uji tersebut. Reaksi ini tidak terjadi pada makromolekul lainnya. Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan), dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954). Penyerapan cahaya oleh protein terutama disebabkan oleh ikatan peptida residu ritosil, triptofonil, dan fenilalanil. Juga turut mempengaruhi, gugus-gugus non-protein yang mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan maksimum albumin serum manusia terlihat pada panjang gelombang kira-kira 230 nm (peptida) dan dengan puncak lebar pada 280 nm karena serapan residu-residu asam amino aromatik. Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai dengan ionisasi residu asam amino. Jelaslah bahwa spektrum serapan suatu larutan protein peka terhadap berbagai variabel lingkungan. Tetapi dalam kondisi tertentu serapan suatu larutan pada panjang gelombang tertentu berbanding lurus dengan kadar protein dan cara ini sering dipakai dalam pengujian protein (Montgomery, 1993). Penetapan kadar protein secara biuret dilakukan dengan bantuan alat berupa spektrofotometer. Prinsipnya adalah pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks berwarna ungu yang terjadi bila protein bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa. Setelah sampel ditetesi biuret, sampel didiamkan selama 30 menit (operating time / waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan atau protein bereaksi seluruhnya dengan reagen). Setelah 30 menit, sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm dengan spektrofotometer. Panjang gelombang 540 nm ini
  • 6. merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna ungu. Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar protein secara biuret adalah : Keadaan yang tidak sesuai dengan rentang kadar larutan baku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a. Partikel Besar kecilnya partikel dapat menyebabkan pemantulan. Pemantulan ini akan mempengaruhi besarnya absorbansi. Makin besar partikel, makin besar absorbansi. b. Ada tidaknya gelembung Gelembung yang ada akan menimbulkan pembiasan cahaya. Pembiasan ini akan mempengaruhi besarnya absorbansi. Semakin banyak gelembung, absorbansi semakin besar. c. Tidak adanya pengadukan untuk menghomogenkan larutan Akibatnya sampel tidak bereaksi dengan CuSO4. Adanya CuSO4 (berwarna biru) yang juga menangkap cahaya, akan menghasilkan nilai absorbansi tertentu sehingga terjadi penyimpangan pengukuran. d. Proses pipeting Bila tidak tepat, menyebabkan nilai absorbansi yang terukur pada alat spektrofotometer mengalami penyimpangan.
  • 7. e. Pencucian alat Pencucian alat yang tidak bersih memungkinkan masih adanya zat pengotor yang terdapat dalam tabung reaksi. Adanya zat pengotor ini membuat nilai absorbansi yang terukur pada spektrofotometer mengalami penyimpangan. E. Spektrofotometri UV-VIS Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. a. Pemilihan panjang gelombang Pelbagai satuan digunakan untuk panjang gelombang, bergantung pada daerah 0 spektrum, untuk radiasi UV dan tampak digunakan satuan a ngstrom dan nanometer dengan meluas. Sedangkan mikrometer merupakan satuan yang lazim untuk daerah inframerah. Satu mikrometer, µm, didefinisikan sebagai 10 6 m dan 0 0 9 7 satu nanometer, nm, 10 m atau 10 cm. Satu satuan a ngstrom A adala 0 10 10 atau 10 8 cm. Jadi 1 nm = 10 A . Spektrum elektromagnetik Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu: - Daerah UV ; = 200 – 380 nm
  • 8. - Daerah visible (tampak); = 380 – 700 nm - Daerah inframerah (IR); = 700 – 0,3 Aspek Kuantitatif Absorbsi Spektra serapan dapat diperoleh dengan menggunakan sampel dalam pelbagai bentuk gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam pelbagai pelarut, dan bahkan zat padat. Kebanyakan analitis melibatkan larutan, dengan cara mengembangkan pemerian kuantitatif dari hubungan antara konsentrasi suatu larutan dan kemampuannya menyerap radiasi. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Ilustrasi jalannya sinar pada spektrofotometer dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Ir Media Ia It Io Ilustrasi jalannya sinar spektrofotometri Keterangan gambar: Io cahaya monokromatik Ir cahaya yang dipantulkan Ia cahaya yang diserap It cahaya yang dipancarkan Io Ia Ir It Besarnya Ia oleh media tergantung pada kepekatan dan jenis media serta panjang media yang dilalui. Biasanya panjang media sudah tetap dalam suatu alat. Persamaan hukum Lambert Beer adalah:
  • 9. It T Io It log .b.c Io log T .b.c log T .b.c log T A .b.c A absorbansi Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). adalah absorpsifitas molar atau koefisien molar ”extinction”, nilainya dipengaruhi oleh sifat-sifat khas dari materi yang diradiasi. Jika konsentrasi dalam satuan gram/liter maka dapat diganti dengan a disebut sebagai ”absorpsivitas spesifik”. Jadi, A a.b.c . Persyaratan hukum Lambert Beer, antara lain: 1) Radiasi yang digunakan harus monokromatik, 2) Energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, jadi proses yang terjadi benar-benar absorpsi, 3) Sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, 4) Tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan 5) Indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat (harus encer). Spektrofotometer UV - Vis Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya dimana detektor yang digunakan secara langsung dapat mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak lansung cahaya yang diabsorbsi (Ia), jadi tergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk.
  • 10. Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu : a. Sumber Cahaya Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang ( ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm). Lampu wolfram Di bawah kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu tidak memadai untuk spektrofotometer dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah lampu tabung tidak bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium) 175 ke 375 atau 400 nm. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah ultraviolet (UV). Lampu deuterium Kebaikan lampu wolfarm adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Sumber cahaya untuk spektrofotometer inframerah, sekitar 2 ke 15 m menggunakan pemijar Nernst (Nernst glower).
  • 11. b. Monokromator Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang bebeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu : 1) Prisma 2) Grating (kisi difraksi) Keuntungan menggunakan kisi difraksi : - Dispersi sinar merata - Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama - Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum Cahaya monokromatis ini dapat dipilih panjang gelombang tertentu yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah sempit yang disebut slit. Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width) yang dipakai. c. Cuvet Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut : 1) Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya. 2) Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar. 3) Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
  • 12. 4) Tidak boleh rapuh. 5) Mempunyai bentuk (design) yang sederhana. d. Detektor Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital. Syarat-syarat ideal sebuah detektor : 1) Kepekan yang tinggi 2) Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi 3) Respon konstan pada berbagai panjang gelombang. 4) Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi. 5) Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi. Sebagai detektor untuk Spektrofotometer UV - Vis biasanya digunakan : 1) Photo tube 2) Barrier Layer Cell 3) Photo Multiplier Tube Arus listrik yang dihasilkan oleh detektor kemudian diperkuat dengan amplifier dan akhirnya diukur oleh indikator biasanya berupa recorder analog atau komputer. Jenis Spektrofotometer Berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis spektrofotometer. a. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal) Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa secara bergantian.
  • 13. b. Spektrofotometer double beam (berkas ganda) Pada alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin yang berputar (chopper). - Berkas pertama melalui cuvet berisi blanko - Berkas kedua melalui cuvet berisi standar atau contoh Blanko dan contoh diperiksa secara bersamaan seperti terlihat pada gambar. Blanko berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau Io dari sumber cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat kita tidak lagi mengontrol titik nolnya pada waktu-waktu tertentu, hal ini berbeda jika pada single beam. Spektrofotometer UV-VIS dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif. Analisis Kualitatif Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab spektrum sinar tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang lebar sehingga dapat disimpulkan bahwa spektrum yang dihasilkan kurang menunjukan puncak-punca serapan. Namun, walaupun puncak yang dihasilkan berbentuk lebar, puncak tersebut masih dapat digunakan untuk memperoleh keterangan ada atau tidaknya gugus fungsional tertentu dalam suatu molekul organik. Analisis Kuantitatif
  • 14. Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa keuntungan, diantaranya yaitu a) dapat digunakan secara luas, b) memiliki kepekaan tinggi, c) keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi, d) ketelitian tinggi, e) tidak rumit dan sepat. Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ; Pembentukan warna ( untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya kurang kuat ), Penentuan panjang gelombang maksimum, Pembuatan kurva kalibrasi, Pengukuran konsentrasi sampel. Larutan-larutan standar sebaiknya memiliki komposisi yang sama dengan komposisi cuplikan sementara konsentrasi cuplikan berada di antara konsentrasi- konsentrasi larutan standar. Dengan membandingkan serapan radiasi oleh sampel terhadap larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditentukan konsentrasi sampel. Penentuan konsentrasi zat dalam contoh dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kurva kalibrasi dan cara standar adisi. Cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan dengan menggunakan cara ini adalah pembuatan deret larutan standar, kemudian diukur serapannya dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan serapan. Dengan mengukur serapan sampel dan memasukkannya ke dalam persamaan garis yang dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka konsentrasi sampel akan diketahui. absorbansi konsetrasi kurva kalibrasi Cara standar adisi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan sampel yang sama ke dalam larutan standar. Cara ini menggunakan persamaan Lamber-Beer.
  • 15. Tidak semua pelarut dapat digunakan dalam spektrofotometri. Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah pelarut yang dapat melarutkan cuplikan serta tidak menyerap sinar yang digunakan sebagai sumber radiasi. F. Kepompong ulat daun jati Enthung sesungguhnya merupakan kepompong dari ulat pohon jati yang hendak jadi kupu kupu. Ulat - ulat ini memakan daun jati yang sedang menghijau hingga habis sehingga tinggal kerangka daunnya. Ulat yang sudah bersiap jadi kepompong biasanya akan turun ke tanah untuk siap - siap bermetamorfosa menjadi kepompong. Nah kepompong inilah yang orang - orang sekitar menyebutnya sebagai enthung. Enthung biasanya menempel di bawah serakan sampah ataupun daun jati yang jatuh ke tanah. Bahkan ada beberapa di antaranya yang terpendam di bawah tanah. Musim enthung biasanya datang setahun sekali beberapa saat setelah datangnya musim hujan. Enthung berwarna coklat tua sampai kehitaman dengan ukuran panjang kira - kira 2 cm. Konon enthung mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi. Pada saat datang musim enthung, orang sekitar akan berbondong - bondong ke hutan untuk mencari si enthung ini. Ada beberapa orang memanfaatkannya sebagai pakan burung berkicau, tetapi kebanyakan orang memanfaatkannya untuk di konsumsi. Bagi orang yang sudah biasa memakannya, akan mengatakan enthung ini sangat lezat bila dimasak dengan cara digoreng atau ditumis dengan beberapa bumbu. Tapi bagi yang tidak biasa jangan coba - coba. Bagi sebagian orang, enthung bisa menyebabkan alergi berupa gatal - gatal di sekujur tubuh, orang jawa biasa menyebutnya „biduren‟. Gatal-gatal ini dengan mudah dapat diobati dengan obat anti alergi dari toko obat atau apotek. Kepompong ini berasal dari ulat jati yang nama latinnya Hyblaea puera. Ciri - cirinya adalah berwarna coklat sampai coklat tua kehitaman, berat rata - rata 0,7 - 1,3 mg dengan panjang antara 1,4 - 1,9 cm. Ulat ini memakan daun jati muda yang baru tumbuh pada awal musim penghujan. Ulat jati muda suka memakan daun jati yang lunak dan meninggalkan urat - urat serta tulang - tulangnya sedangkan yang dewasa memakan seluruhnya terkecuali tulang - tulang daun yang besar. Mereka makan pada malam hari. G. Ikan mas Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang, pipih ke samping dan lunak. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
  • 16. Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut: Kelas : Osteichthyes Bangsa : Cypriniformes Suku : Cyprinidae Marga : Cyprinus Jenis : Cyprinus carpio L. Manfaat dari ikan mas yaitu sebagai sumber penyediaan protein hewani dan sebagai ikan hias. Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.
  • 17. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari ulasan ini adalah : 1. Perbandingan kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan metode biuret dibantu oleh alat spektrofotometer. 2. Uji biuret menampakkan bahwa protein akan bereaksi membentuk warna ungu. 3. Panjang gelombang maksimun untuk kadar protein dengan spektrofotometer UV- Vis adalah berkisar 540-550 nm. 4. Kadar protein ternyata terdapat pada kepompong ulat daun jati dan ikan mas dengan intensitas kadar yang berbeda, di mana kadar protein kepompong ulat daun jati memiliki kadar protein yang lebih tinggi. 5. Didapatkan analisis kadar protein dengan persamaan kurva Y = 0,3252 + 9,9026 x 10-6 X B. Saran Sebaiknya perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai kadar protein yang terdapat dalam kepompong ulat daun jati secara spesifik dengan merujuk pada referensi- referensi lainnya yang lebih luas lagi. Selain itu, perlu adanya pemberitahuan kepada khalayak umum mengenai hasil penelitian ini.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Abdul. (2005). Biokimia : Metabolisme Biomolekul. Jakarta : Alfabeta. Ahmad, 1992. Ilmu Kimia SMA . Jakarta : Depdikbud RI. Carpette. 2005. An Introduction to Practical Biochemistry. Hal 100-101. Great Britany : Mc Graw Hill Book Company. Gardjito, 1992. Buku Materi Pokok Kimia. Jakarta : UT. Depdikbud RI. Girindra, a. 1993. Biokimia I, 68-73. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Harper, M. 1995. Biokimia Harper, 57-50. Jakarta : EGC. Harrow. 1954. Textbook of Biochemistry 6th Edition, 48, 108. USA : Saunders Company Hendayana, S., dkk.(1994). Kimia Analitik Instrumen Edisi Kesatu. Semarang : IKIP Semarang Press. Krisnandi Ismail H.E. Drs. Bsc. 2002. Pengantar Analisis Instrumental. Bogor : Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. Montgomery, R. 1993. Biokimia Berorientasi pada Kasus-Klinis, 77, 90. Jakarta : Binarupa Aksara Pringgomulyo, 1996. Kimia 2. Jakarta : Erlangga. Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika. S.M. Khopkar.(2008).Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UIP. Tim Kimia Analitik Instrumen. 2009 .Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung:Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Yazid, Estien; Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Situs website http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas http://blogs.unpad.ac.id/suryadi/2011/06/14/ikan-mas/ http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/makanan/42980-enthung-calon-kupu-kupu- berprotein-tinggi.html http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2095521-kepompong-jati-berprotein-tinggi/ http://azizees.wordpress.com/2008/09/26/gambaran-rinci-tingkatan-struktur-protein/