Demam tifoid, disentri, dan difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, yaitu Salmonella typhi, Shigella dysentriae, dan Corynebacterium diphtheriae. Ketiga penyakit ini menimbulkan gejala demam dan gangguan pencernaan serta dapat menular melalui kontak dengan orang atau benda terkontaminasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara pengobatannya meliputi
3. Demam Typhoid?
Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus
abdominalis merupakan penyakit infeksi akut
pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhii, ditandai gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan.
4. Klasifikasi
klasifikasi bakteri salmonella typhi :
Kerajaan : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella typhi
5. Morfologi
Bentuk : batang
Sifat : Gram-negatif,
enterobacteria non-spora
Diameter : ± 0,7-1,5 pm
Panjang : 2-5 pm, flagela
yang berproyek di segala
penjuru (yaitu peritrichous).
Enterobacteria dan patogen
sejati.
6. Patogenesis dan Patologi
Kuman Salmonella masuk bersama makanan atau minuman
yang terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus
mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama
plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat
pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju
organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa.
Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit
retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang tidak
difagosit berkembang biak.
7. Gejala
1. Suhu tinggi yang mencapai 39-40◦C hingga
seminggu
2. Sakit Kepala
3. Nyeri otot
4. Mual berat hingga muntah
5. Sakit perut
6. Perasaan sakit
7. Kehilangan nafsu makan
8. Diare atau mencret
9. Ruam terdiri dari bintik-bintik merah muda kecil
10. kelelahan
9. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis
berupa demam, gangguan gastroentestinal, dan
mungkin disertai perubahan atau gangguan
kesadaran, dengan kriteria ini maka seorang klinisi
dapat membuat diagnosis tersangka tifoid.
Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S. typhi
dari darah.
10. Epidemiologi
Di Asia diperkirakan sebanyak 13 juta kasus setiap
tahunnya. Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar
310 – 800 per 100.000 sehingga setiap tahun
didapatkan antara 620.000 – 1.600.000 kasus. Demam
tifoid di Indonesia masih merupakan penyakit
endemik, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan
konon anak perempuan lebih sering terserang.
Peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5
tahun.
11. Pencegahan
Penyediaan sumber air minum yang baik
Penyediaan jamban yang sehat
Sosialisasi budaya cuci tangan
merebus air sampai mendidih sebelum diminum
Pemberantasan lalat
Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman
Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
Imunisasi
12. Pengobatan
Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan
mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian,
faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus
berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun,
kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan. Beberapa
dokter ada yang memilih obat antibiotika seperti ampicillin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin,
dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan
menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan
Infus.
13. Disentri?
Disentri merupakan peradangan pada usus
besar oleh bakteri Shigella dysentriae.
Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan
mengakibatkan pembengkakan hingga
menimbulkan luka dan peradangan pada
dinding usus besar.
14. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Species : Shigella dysentriae
15. Morfologi
Bentuk: Batang ramping,
bulat, transparan dengan
pinggir-pinggir utuh
Sifat : tidak berkapsul, tidak
bergerak, tidak membentuk
spora, gram negatif.
Diameter : 2mm dalam 24
jam
16. Patogenesis dan Patologi
Disentri sendiri artinya salah satu dari berbagai
gangguan yang ditandai dengan peradangan usus ,
terutama kolon dan disertai nyeri perut , tenesmus dan
buang air besar yang sering mengandung darah dan
lender. Habitat alamiah kuman disentri adalah usus
besar manusia, dimana kuman tersebut dapat
menyebabkan disentri basiler. Infeksi Shigella praktis
selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi dalam
darah sangat jarang. Shigella menimbulkan penyakit
yang sangat menular. Dosis infektif kurang dari 103
organisme.
17. Gejala
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir
dalam tinja.
Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai
ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi,
kaku kuduk, halusinasi).
18. Penularan
Shigellosis sangat menular. Seseorang dapat terinfeksi
melalui kontak dengan sesuatu yang terkontaminasi oleh
tinja dari orang yang terinfeksi. Ini termasuk mainan,
permukaan di toilet, dan bahkan makanan yang disiapkan
oleh seseorang yang terinfeksi. Misalnya, anak-anak yang
menyentuh permukaan yang terkontaminasi oleh shigella
seperti toilet atau mainan dan kemudian memasukkan jari-
jari mereka di mulut maka mereka bisa menjadi terinfeksi.
Shigella bahkan dapat dibawa dan disebarkan oleh lalat
yang kontak dengan tinja yang terinfeksi.
19. Diagnosis
Diagnosis penyakit disentri dapat di tegakkan dengan pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaa ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat
penting.Biasanya tinja berbau busuk,berlendir dan bercampur darah.
Pemeriksaan ini meliputi :
Makroskopis: Disentri amoeba dapat di tegakkan bila di temukan bentuk
tropozoit dan kista dalam tinja
Benzidin test
Mikroskopis: Leukosit fecal (petanda adanya kolitis ),darah fecal
2. Biakan tinja: Media agar macconkey,xylose-lysinedioxycholate (XLD)
3. Pemeriksaan darah rutin: Leukositosis(5000-15000 sel/mm3) kadang-kadang di
temukan leukopenia
20. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah.
Setiap tahunnya kurang dari 500.000 kasus yang
dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di
Bagian Penyakit Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun
(1990-1992) tercatat di catatan medis, dari 748 kasus yang
dirawat karena diare ada 16 kasus yang disebabkan oleh
disentri basiler. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
di beberapa rumah sakit di Indonesia dari Juni 1998 sampai
dengan Nopember 1999, dari 3848 orang penderita diare
berat, ditemukan 5% Shigella.
21. Pencegahan
Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci
tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.
Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak
menyiapkan makanan.
Memasak makanan sampai matang.
Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
Mengendalikan vector dan binatang pengerat.
22. Pengobatan
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit
akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk
menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap
dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral .
Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan
menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa
Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi
karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk
melawan shigellosis ringan
23. Difteri?
Difteri adalah penyakit menular akut yang
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae. Difteri ini dapat menular melalui droplet
pernafasan (seperti ketika batuk atau bersin) dari
orang yang terinfeksi apabila dihirup oleh orang sehat
maka orang tersebut dapat tertular. Difteri ini juga
dapat ditularkan melalui benda-benda yang
terkontaminasi dari makanan seperti susu yang
terkontaminasi.
24. Klasifikasi
Kerajaan : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Famili : Corynebacteriaceae
Genus : Corynebacterium
Spesies : C. diphtheriae
25. Morfologi
Kuman ini berbentuk
batang gram negatif,
berukuran 2 – 4π x
0,6π, bergerak. Tidak
bersimpai dan tidak
berspora, tetapi
memiliki fimbria.
26. Patogenesis dan Patologi
Penyakit difteri timbul dimulai dengan
masuknya basil Corynebacterium diphteriae ke
dalam hidung atau mulut, dan bekembang pada
mukosa saluran napas bagian atas terutama
daerah tonsil, kadang-kadang di daerah kulit,
konjungtiva, atau genital. Basil kemudian akan
memproduksi eksotoksin.
27. Gejala
Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi
tenggorokan dan tonsil ( ciri khas )
Sakit tenggorokan dan suara serak
Sakit ketika menelan
Kelenjar getah bening di leher membengkak
Kesulitan bernafas dan nafas cepat
Keluar cairan dari hidung
Demam dan menggigil
Malaise
29. Diagnosis
Diagnosis pasti berdasarkan ditemukannya
Corynebacterium diphteriae baik dalam
pemeriksaan mikroskopis secara langsung ataupun
perkembangbiakan dari lesinya. Kelainan
laboratorium yang dapat membantu diagnosis
adalah adanya anemia, leukositosis, hipoglikemia,
glikosuria. Pemeriksaan terhadap imunitas : shick
test. Bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
antibody terhadap toksin difteri.
30. Epidemiologi
Distribusi penyakit ini di seluruh dunia, terutama di Negara-
negara miskin, yang penduduknya tinggal pada tempat-tempat
yang hygiene dan sanitasinya jelek, dan fasilitas kesehatannya
kurang.
Golongan umur yang sering terserang adalah 2-10 tahun.
Penularan terjadi jika terkena kontak dengan penderita difteri
atau carrier difteri. Basil ditularkan dengan kontak secara
langsung melalui batuk, bersin atau berbicara, dan kontak tak
langsung melalui debu, baju, buku atau makanan yang
terkontaminasi. Carrier difteri merupakan sumber penularan
yang berbahaya karena bersifat silent dan tidak dikenal.
31. Pencegahan
Cara yang paling baik untuk pencegahan yaitu pemberian
imunisasi aktif. Cara pemberian adalah sebagai berikut;
Imunisasi primer :
Berdasarkan umur anak dibagi atas 2 bagian, yaitu
Anak berumur 6 minggu sampai 6 tahun
Anak berumur 7 tahun atau lebih
Imunisasi booster:
Anak berumur 6 minggu sampai 6 bulan
Anak berumur 7 tahun atau lebih diberi booster setiap 10
tahun.
32. Pengobatan
Isolasi
Istirahat di tempat tidur minimal 2-3 minggu
Makan lunak,cair
Kebersihan jalan napas dan pengisapan lendir
biasanya dokter akan memberikan antibiotik dan antitoksin, yaitu:
Eritromisin (oral atau dengan suntikan) selama 14 hari (40 mg /
kg per hari dengan maksimum 2 g / d), atau
Prokain penisilin G diberikan intramuskuler selama 14 hari
(300.000 U / hari untuk pasien dengan berat <10 kg dan 600.000
U / hari untuk orang dengan berat> 10 kg). Pasien dengan alergi
terhadap penisilin G atau eritromisin dapat menggunakan
rifampisin atau klindamisin.