Pemikiran ekonomi Sumitro Djojohadikusumo mendorong pembangunan ekonomi Indonesia melalui pengembangan sumber daya manusia, industri, dan wilayah. Ia menekankan pentingnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Program Gerakan Benteng yang digagasnya bertujuan membangun kelas pengusaha pribumi namun kurang berhasil karena ketergantungan peng
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Perekonomian Indonesia Sumitro
1. Perekonomian Indonesia
PEMIKIRAN – PEMIKIRAN SUMITRO
DJOJOHADIKUSUMO DAN MANFAATNYA
Kelompok 2 :
Ketua : Safrina (1712117)
Presenter : Santi N (1712107)
Moderator : Jupentus H (1712096)
Anggota :
Mustika Mawarti (1712067)
Endah Purnama (1712049)
Zeldy D (1711067)
Indi D (1712091)
2. Profil Sumitro Djojohadikusumo
• Nama : SUMITRO DJOJOHADIKUSUMO
• Lahir : Kebumen, Jawa Tengah, 29 Mei 1917 (meninggal di Jakarta,
9 Maret 2001 pada usia 83 tahun)
• Agama : Islam
• Pendidikan : Universitas Sorbonne, Paris, Prancis (1938);
Sekolah Tinggi Ekonomi Nedherlands, Rotterdam, Negeri
Belanda (Sarjana, 1940 Doktor, 1942).
• Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan ayah dari Mantan Danjen Kopassus Prabowo
Subianto dan pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Ayah mertua dari mantan Gubernur Bank
Indonesia, Soedrajad Djiwandono, dan juga besan dari mantan Presiden Indonesia, Soeharto.
• Karir :
- Pembantu Staf Perdana Menteri RI (1946)
- Presiden Direktur Indonesian Banking Corporation (1947)
- Wakil Ketua Perutusan Indonesia pada Dewan Keamanan PBB (1948-1949)
- Anggota Delegasi RI pada Konperensi Meja Bundar, Den Haag (1949)
- Kuasa Usaha KBRI di Washington DC, AS (1950)
- Menteri Perdagangan dan Perindustrian (1950-1951)
- Guru Besar Universitas Indonesia (1951-sekarang)
- Menteri Keuangan (1952-1953 dan 1955-1956)
- Konsultan Ekonomi di Malaysia, Hong Kong, Muangthai, Prancis, Swiss (1958-1967)
- Menteri Perdagangan (1968-1973)
- Menteri Negara Riset (1973-1978)
• Kegiatan Lain :
- Ketua Umum Induk Koperasi Pegawai Negeri
- Konsultan Ekonomi pada Indoconsult (1978-sekarang)
- Komisaris Utama PT Bank Perkembangan Asia (1986), .001 PT Redecon & LP3ES
- Ketua Dewan Penyantun Universitas Mertju Buana (1985- sekarang)
• Karya :
- Antara lain: Soal Bank di Indonesia, 1946
- Keuangan Negara dan Pembangunan, 1954
- Ekonomi Pembangunan, 1955
- Kebijaksanaan di Bidang Ekonomi Perdagangan, 1972
- Indonesia dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang, 1976
- Trilogi Pembangunan dan Ekonomi Pancasila, 1985
- Perdagangan dan Industri dalam Pembangunan, 1986
3. Sumitro Djojohadikusumo
Sumitro Djojohadikusumo (1994) dalam Sawitri (2007)
memberikan definisi pembangunan ekonomi sebagai
proses transformasi yang terjadi dalam perjalanan
waktu yang ditandai oleh perubahan struktural, yaitu
perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada
kerangka susunan ekonomi masyarakat yang
bersangkutan.
• Professor Sumitro Djojohadikusumo sering disebut
sebagai arsitek ekonomi Indonesia modern. Berbagai
program lembaga untuk meningkatkan kerjasama
Indonesia dan AS. Di antaranya melakukan studi dan
rekomendasi di bidang keamanan, teknologi, politik dan
ekonomi. Ada juga tukar menukar kunjungan antara DPR
dan Senat AS. Selain itu memberikan bantuan dana
untuk peneliti Indonesia dan AS. Lalu studi tentang
integrasi ekonomi ASEAN, perdagangan regional dan
arsitektur keamanan dan jalur untuk kerjasama
perdagangan yang menyambung ASEAN ke pasar global.
4. Pemikiran Sumitro
Djojohadikusumo
Tokoh ekonomi indonesia saat itu, Sumitro Djojohadikusumo,
dalam pidatonya di negara Amerika tahun 1949, menegaskan
bahwa sistem yang dicita-citakan adalah ekonomi semacam
campuran tetapi dalam proses perkembanganya telah disepakati
suatu bentuk ekonomi baru yang dinamakan sebagai Sistem
Ekonomi Pancasila yang didalamnya mengandung unsur penting
yang disebut Demokrasi Ekonomi.
Sistem Demokrasi Ekonomi dipilih karena memiliki manfaat yang
positif bagi Indonesia, diantaranya adalah :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan
yang dikehendakinya serta mempunyai hak akan pekerjaan
dan penghidupan yang layak.
4. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak
boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
5. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara
dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak
merugikan kepentingan umum.
6. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara.
5. Sistem Ekonomi Pancasila
Dengan demikian perkonomian Indonesia tidak
mengizinkan adanya :
• Free fight liberalism, yaitu adanya suatu kebebasan
usaha yang tidak terkendali sehingga memungkinkan
terjadinya eksploitasi kaum ekonomi yang lemah dan
terjajah dengan akibat semakin bertambah luasnya
jurang pemisah si kaya dan si miskin.
• Etatisme, yaitu keikutsetaan pemerintah yang terlalu
dominan sehingga mematikan motivasi dan kreasi
masyarakat untuk berkembang dan bersaing secara
sehat. Jadi masyarakat hanya bersikap pasif saja
• Monopoli,suatu bentuk pemusatan kekuatan ekonomi
pada satu kelompok tertentu, sehingga tidak
memberikan pilihan lain pada konsumen untuk tidak
mengikuti keingian sang monopoli. Disini konsumen
seperti robot yang diatur untuk mengikuti jalannya
permainan.
6. Pemikiran Sumitro
Djojohadikusumo
Pemikiran Sumitro yang lainnya adalah ikhtiarnya untuk ikut
meletakkan dasar yang kuat, berdasarkan pertimbangan yang rasional.
Pokok perhatian harus pada kehidupan manusianya. Salah satu jalur
pendobrak kemiskinan ialah masalah kesempatan kerja. Ia lantas
memperkirakan, rasio beban ketergantungan sejumlah penduduk
Indonesia saat ini 4:1. Artinya, 1 tenaga produktif memikul kebutuhan 4
jiwa, yang seharusnya cuma 2,5. Untuk menguranginya, perlu
meningkatkan sektor industri, dan pengembangan wilayah. Ini
menyangkut pola penggunaan dana, daya, dan efisiensi sistem
perekonomian di Indonesia.
Tiga pemikiran mengenai industrialisasi. Yakni, yang memiliki
keunggulan komparatif, memprioritaskan industri hulu masa depan, dan
membangun dalam keterkaitan antara industri hulu dan hilir. Ketiga
konsep ini bukan dogma. Kebijakan ini dikenal dengan Rencana
Soemitro.
Sasaran kebijakan ini pada industri dasar, seperti : pabrik semen,
pabrik pemintalan, pabrik karung, peningkatan produksi pangan,
perbaikan sarana prasarana pertanian dan penanaman modal asing.
Pemikiran Sumitro Djoyohadikusumo :
1. Ikhtiar untuk senantiasa hidup dekat dengan Tuhan YME
2. Ikhtiar untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran dalam
penataan perekonomian masyarakat.
3. Pola kebijakan ekonomi & cara penyelenggaraannya tidak menimbulkan
kekuatan yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.
7. Program Gerakan Benteng
Program Benteng mengawali gelombang transformasi ekonomi yang
dipaksakan untuk menghadirkan kelas pengusaha pribumi. Program
Benteng digagas pada tahun 1950 oleh Menteri Perdagangan dan
Perindustrian ketika itu, Sumitro Djojohadikusumo.
Sumitro yang kala itu merupakan wakil Partai Sosialis Indonesia
dalam kabinet Natsir (Masyumi), melihat menumpuknya beban
pemerintahan RI karena utang warisan penjajah Belanda sebesar Rp 4,3
Milyar sungguh sangat membebani republik muda usia itu. Beban utang itu
adalah ibarat harga kemerdekaan RI yang mesti ditebus oleh Indonesia
kepada pemerintah kolonial Belanda yang tertuang dalam Konferensi
Meja Bundar 1949 di Den Haag, Belanda.
Sumitro hadir membawa solusi revolusioner; memberi kredit impor
seluas-luasnya hanya kepada pengusaha pribumi sehingga diharapkan bisa
memicu pertumbuhan ekonomi nasional.
Istilah ‘Benteng’ terhadap ide Sumitro ini diberikan karena pada
dasarnya program tersebut berusaha membangun kewirausahaan pribumi
agar mampu membentengi perekonomian negara yang baru merdeka
seperti Indonesia. Selain itu, juga untuk meningkatkan daya saing di luar
negeri, bukan saja dengan bisnis Barat (Belanda), tetapi juga dengan
jaringan bisnis etnis Cina di seluruh dunia.
8. Program Gerakan Benteng
Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur
ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya adalah:
• Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
• Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
• Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan
bantuan kredit.
• Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan
Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700
perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini.
Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan
pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
• Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
• Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
• Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
• Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
• Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
• Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat
dari kredit yang mereka peroleh.
9. Program Gerakan Benteng
Program Benteng telah membuka peluang kegiatan
memburu rente (rent seeking), dan kurang berhasil
mengembangkan wirausahawan pribumi yang tangguh dan
mandiri.
Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu
sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja
pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit
anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah.
Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan
bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang
nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih
terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang
dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume
impor.
Dengan kata lain, Program Benteng dikatakan
mengalami kegagalan, penyebabnya bersumber pada
pemberian hak eksklusif impor barang yang tidak
didasarkan atas keterampilan atau pengalaman, tetapi
lebih didasarkan atas kedekatan atau hubungan pribadi.
Kondisi ini disadari oleh Sumitro dan mengatakan bahwa
dari sepuluh orang penerima program benteng hanya tiga
orang pengusaha sejati, sedangkan sisanya adalah benalu
(Thee, 2004: 44-45).
10. Kesimpulan
• Sumber daya manusia yang produktif akan sangat
membantu dalam pembangunan Perekonomian
Indonesia. Sebagai pakar ekonomi sumitro ingin
sekali mendobrak dan membantas kemiskinan di
Indonesia , dengan cara mengembangkan sumber
daya manusia yang produktif , sehingga dapat
bersama memikul beban bangsa ini kehidupan yang
lebih baik . dan salah satu faktor yang ditekankan
oleh bapak sumitro adalah dengan mengembangkan
sektor industri dan pengembangan wilayah yang
sangat menyangkut dengan pola penggunaan dana,
daya, dan efisiensi sehingga masalah sumber daya
manusia yang produktif akan berperan aktif
membangun Perekonomian Di Indonesia dengan
lebih maju .
11. Referensi
• lihat antara lain Yoshihara Kunio, Kapitalisme
Semu Asia Tenggara, hal. 193, atau Wanda
Mulya, Struktur Perdagangan Sejak Pelaksanaan
Ekonomi Terpimpin, dalam Pemikiran dan
Permasalahan Ekonomi di Indonesia, jilid 2, hal.
207;
• http://id.wikipedia.org/wiki/Soemitro_Djojohadikoe
soemo;