Dokumen tersebut merupakan analisis pengaruh beberapa indikator makroekonomi Indonesia yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, suku bunga (BI rate), dan nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham gabungan sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011. Analisis dilakukan menggunakan data bulanan dan metode regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara individual maupun bersama-sama
1. ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, BI RATE DAN NILAI TUKAR
DI INDONESIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
SEKTOR KEUANGAN
(Kajian Empiris Pada BEI Periode 2007 – 2011)
Disusun Oleh
Feby Haikal
NIM : 0932060003
2. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bursa Efek Indonesia memiliki beberapa indeks sektoral. Kesemua Indeks
saham sektoral yang tercatat di BEI diklasifikasikan kedalam sembilan sektor
menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI dan diberi nama JASICA
(Jakarta Industrial Classification). Salah satu sektor tersebut adalah sektor keuangan.
Sektor ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro, faktorfaktor tersebut antara lain PDB, Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar. Hal ini
menunjukkan eratnya pengaruh indikator makro Indonesia terhadap pergerakan
harga saham sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia.
3. 1.2
Batasan Masalah
1.Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Indeks Harga Saham
Gabungan Sektor Keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.Indikator-indikator makro ekomomi negara Indonesia yang di analisa antara lain
adalah data bulanan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan 2000
menurut lapangan usaha dari data yang bersumber dari situs Badan Pusat Statistik
(BPS) www.bps.go.id , data bulanan laju inflasi bersumber dari situs Badan Pusat
statistik www.bps.go.id, data bulanan tingkat suku bunga yang di teliti adalah
tingkat BI Rate yang bersumber dari situs Bank Indonesia www.bi.go.id, dan data
bulanan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dollar Amerika adalah nilai kurs
tengah yang bersumber dari situs Bank Indonesia www.bi.go.id.
3.Periode Variabel makro yang diteliti hanya 4 variabel dari 7 variabel makro (PDB,
Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar, Anggaran Defisit, Investasi Swasta dan
Neraca Pembayaran – Perdagangan).
4.Periode pengamatan di batasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
4. 1.3
Perumusan Masalah
1.Bagaimana trend perkembangan PDB, Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan
IHSG sektor keuangan yang menjadi objek penelitian pada periode waktu penelitian
tahun 2007 sampai dengan 2011?
2.Apakah PDB, Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar di Indonesia secara
bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham gabungan sektor keuangan di
BEI periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011?
3.Apakah PDB, Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar di Indonesia secara
parsial berpengaruh terhadap harga saham gabungan sektor keuangan di BEI
periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011?
5. 1.4
Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui bagaimana trend perkembangan PDB, Inflasi, Tingkat Suku
Bunga, Nilai Tukar dan IHSG sektor keuangan yang menjadi objek penelitian pada
periode waktu penelitian tahun 2007 sampai dengan 2011.
2.Untuk mengetahui bagaimana PDB, Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar di
Indonesia secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham gabungan
sektor keuangan di BEI periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011
3.Untuk mengetahui bagaimana PDB, Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar di
Indonesia secara parsial berpengaruh terhadap harga saham gabungan sektor
keuangan di BEI periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011
7. BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Dalam tesis ini, penulis menggunakan dua jenis penelitian yaitu penelitian
deskriptif dan penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif dalam tesis ini adalah
dengan menjelaskan tren atau pola perkembangan variabel-variabel yang di teliti
selama periode penelitian. Sedangkan jenis penelitian asosiatif dalam tesis ini
adalah untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang di
teliti.
3.2
Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat. Pada penelitian tesis ini, yang menjadi
variabel bebasnya antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Inflasi,
Tingkat Suku Bunga (BI Rate), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Dalam hal ini menjadi variabel terikat adalah Indeks Harga
Saham Gabungan Sektor Keuangan.
8. 3.3
Teknik Pengumpulan Data
Data yang di gunakan dalam tesis ini adalah merupakan data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang sudah tersedia yang kemudian di kutip oleh penulis.
Data di peroleh melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan
Bank Indonesia (BI). Sedangkan metode pengumpulan data, dilakukan penelitian
secara kepustakaan. Penelitian ini di gunakan untuk mendukung data sekunder
yang telah penulis peroleh.
3.4
Teknik Analisis Data
Analisis Deskriptif : Penelitian deskriptif dalam tesis ini adalah dengan menjelaskan
tren atau pola perkembangan variabel-variabel yang di teliti selama periode
penelitian.
Analisis Asosiatif : Sementara itu jenis penelitian asosiatif merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan dengan
deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka akan dapat di bangun suatu
teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
9. Alat pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik dengan perangkat lunak (aplikasi) PASW 18+ for windows.
Sedangkan untuk interpolasi data PDB triwulan kedalam data bulanan
menggunakan aplikasi Eviews 7.1
Analisis Regresi
- Uji Asumsi Klasik : Untuk mendapatkan data yang valid, maka telebih
dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap data yang akan di olah.
Analisis ini dapat juga disebut sebagai uji prasyarat dari model regresi linier
berganda yang akan diujikan. Uji tersebut antara lain
- uji normalitas,
- uji multikolinearitas,
- uji heterokedastisitas, dan
- uji autokorelasi.
- Persamaan Regresi Berganda :
Metode analisis yang digunakan adalah regresi Model Linier berganda
dengan model sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
10. a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variable-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel–
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Pedoman intepretasi koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
R2 > 0,5 Variabel X dapat menjelaskan Variabel Y dengan baik / kuat
R2 = 0,5 Variabel X dapat menjelaskan Variabel Y cukup baik / kuat
R2 < 0,5 Variabel X dapat menjelaskan Variabel Y kurang baik / kuat
11. b. Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel
dependen.
Perumusan Hipotesis :
H0 : variasi perubahan nilai variabel-variabel independen secara bersamasama tidak dapat menjelaskan perubahan variabel dependen. (H0 = 0)
Ha : variasi perubahan nilai variabel-variabel independen secara bersamasama dapat menjelaskan perubahan variabel dependen. (Ha ≠ 0)
Membandingkan Sig. F dengan alpha :
Jika Sig. F > alpha artinya variabel-variabel independen dalam persamaan
regresi yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Jika Sig. F < alpha artinya variabel-variabel independen dalam persamaan
regresi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen.
12. c. Uji t
Uji statistik - t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap
variabel independen lainnya konstan.
Perumusan Hipotesis :
PDB
: H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
BI Rate : H0 : b3 = 0
Ha : b3 ≠ 0
Inflasi
Kurs
: H0 : b2 = 0
Ha : b2 ≠ 0
: H0 : b4 = 0
Ha : b4 ≠ 0
Membandingkan Sig. t dengan alpha :
Jika Sig. t > alpha artinya variabel independen secara individu dalam
persamaan regresi yang digunakan tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Jika Sig. t < alpha artinya variabel independen secara individu dalam
persamaan regresi yang digunakan berpengaruh terhadap variabel
dependen.
13. BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Deskriptif
4.1.1
Data PDB dan Tren Perkembangannya
Bulan
2007
2008
2009
2010
2011
Jan
157,481.20
166,981.80
174,860.70
185,006.20
197,026.70
Feb
158,476.50
168,380.40
175,970.00
186,371.30
198,321.20
Mar
159,684.10
169,856.60
177,225.80
187,901.70
199,879.40
Apr
161,104.00
171,245.10
178,411.80
189,606.60
201,835.50
May
162,736.30
173,000.90
180,123.00
191,460.30
203,820.70
Jun
164,580.80
174,958.60
182,143.00
193,472.10
205,969.10
Jul
168,506.60
179,297.80
186,568.30
197,218.30
209,944.00
Aug
169,374.10
180,024.60
187,633.50
198,364.30
211,171.40
Sep
169,052.20
179,318.60
187,435.10
198,486.30
211,314.40
Oct
164,696.40
173,890.90
183,105.20
195,360.00
210,373.20
Nov
164,129.20
172,785.90
182,530.60
195,102.20
208,347.80
Dec
164,505.90
172,714.80
182,843.30
195,488.70
205,238.00
14. Secara berturut-turut perkembangan PDB di Indonesia terus mengalami
peningkatan, seperti yang terjadi pada PDB akhir tahun 2010 mencatat kenaikan
pertumbuhan sebesar 6,9 persen dari tahun sebelumnya. PDB akhir tahun 2011
juga mencetak peningkatan meskipun tidak sebesar periode sebelumnya yaitu
sekitar 4,98 persen.
15. 4.1.2
Data Inflasi dan Tren Perkembangannya
BULAN
2007
2008
2009
2010
2011
Jan
1.04
1.77
-0.07
0.84
0.89
Feb
0.62
0.65
0.21
0.3
0.13
Mar
0.24
0.95
0.22
-0.14
-0.32
Apr
-0.16
0.57
-0.31
0.15
-0.31
Mei
0.1
1.41
0.04
0.29
0.12
Jun
0.23
2.46
0.11
0.97
0.55
Jul
0.72
1.37
0.45
1.57
0.67
Agt
0.75
0.51
0.56
0.76
0.93
Sep
0.8
0.97
1.05
0.44
0.27
Okt
0.79
0.45
0.19
0.06
-0.12
Nov
0.18
0.12
-0.03
0.6
0.34
Des
1.1
-0.04
0.33
0.92
0.57
16. Tekanan inflasi yang tinggi pertengahan tahun 2008 sampai dengan akhir tahun
2008. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga komoditi dunia terutama minyak dan
pangan. Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan harga barang yang
ditentukan pemerintah (administered prices) seiring dengan kebijakan pemerintah
menaikkan harga BBM bersubsidi
Setelah tahun 2008, tingkat inflasi mulai turun karena turunnya harga komoditi
internasional, pangan dan energi dunia. Penyebab lain dari terus menurunnya
tingkat inflasi adalah kebijakan Pemerintah menurunkan harga BBM jenis solar dan
premium pada Desember 2008, dan produksi pangan dalam negeri yang relatif
bagus.
17. 4.1.3
Data BI Rate dan Tren Perkembangannya
Bulan
2007
2008
2009
2010
2011
Jan
9.50%
8.00%
8.75%
6.50%
6.50%
Feb
9.25%
8.00%
8.25%
6.50%
6.75%
Mar
9.00%
8.00%
7.75%
6.50%
6.75%
Apr
9.00%
8.00%
7.50%
6.50%
6.75%
May
8.75%
8.25%
7.25%
6.50%
6.75%
Jun
8.50%
8.50%
7.00%
6.50%
6.75%
Jul
8.25%
8.75%
6.75%
6.50%
6.75%
Aug
8.25%
9.00%
6.50%
6.50%
6.75%
Sep
8.25%
9.25%
6.50%
6.50%
6.75%
Oct
8.25%
9.50%
6.50%
6.50%
6.50%
Nov
8.25%
9.50%
6.50%
6.50%
6.00%
Dec
8.00%
9.25%
6.50%
6.50%
6.00%
18. Kebijakan dalam sektor moneter di Indonesia, Bank Indonesia mengarahkan
kebijakannya pada penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh tingginya
permintaan agregat dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM yang sempat
mendorong inflasi mencapai 2,46 persen pada bulan Juni 2008. Untuk
mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan BI rate dari 8 persen
secara bertahap menjadi 9,5 persen pada Oktober 2008. Dengan kebijakan moneter
tersebut ekspektasi inflasi masyarakat tidak terakselerasi lebih lanjut dan tekanan
neraca pembayaran dapat dikurangi.
19. 4.1.4
Data Kurs dan Tren Perkembangannya
Bulan
2007
2008
2009
2010
2011
Jan
9,090
9,291
11,355
9,365
9,057
Feb
9,160
9,051
11,980
9,335
8,823
Mar
9,118
9,217
11,575
9,115
8,709
Apr
9,083
9,234
10,713
9,012
8,574
May
8,828
9,318
10,340
9,180
8,537
Jun
9,054
9,225
10,225
9,083
8,597
Jul
9,186
9,118
9,920
8,952
8,508
Aug
9,410
9,153
10,060
9,041
8,578
Sep
9,137
9,378
9,681
8,924
8,823
Oct
9,103
10,995
9,545
8,928
8,835
Nov
9,376
12,151
9,480
9,013
9,170
Dec
9,419
10,950
9,400
8,991
9,068
20. Titik terendah Rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika adalah ketika bulan
Nopember 2009, dimana krisis global masih berlangsung, Rupiah pada saat itu
menembus level 12.151 per 1 dollar Amerika. Pada masa krisis global yang terjadi
sejak beberapa waktu yang lalu, terjadi keketatan likuiditas global, dengan demikian
supply dollar relatif sangat menurun. Hal inilah yang memeberikan efek depresiasi
terhadap Rupiah
21. 4.1.4
Data IHSG sektor Keuangan dan Tren Perkembangannya
Bulan
2007
2008
2009
2010
2011
Jan
201,118
244,619
161,237
311,656
422,034
Feb
189,109
248,468
145,309
305,476
432,286
Mar
197,420
232,270
172,708
345,504
482,764
Apr
213,778
215,906
215,732
373,160
511,415
May
226,403
217,813
227,649
357,304
501,572
Jun
223,136
203,740
243,662
377,184
506,868
Jul
249,490
228,238
272,789
395,524
543,191
Aug
234,418
224,928
280,456
396,515
507,120
Sep
246,494
203,366
304,671
447,698
466,597
Oct
268,574
151,790
288,315
467,683
509,929
Nov
260,238
150,898
293,480
452,975
482,967
Dec
260,568
176,334
301,424
466,669
491,776
22. Titik penurunan terendah indeks sektor keuangan berada pada saat akhir tahun
2008 sampai dengan awal tahun 2009 dimana indeks sempat menyentuh level
145,309, atau turun sekitar 32,3 persen jika di bandingkan akhir tahun 2007.
Setelah tahun 2008 indeks mulai perlahan beranjak naik ke level 304,671 bulan
September 2009 atau meningkat sekitar 49,8 persen jika di bandingkan pada
periode yang sama pada tahun 2008. Indeks terus meningkat ke level 466,669 pada
akhir tahun 2010 atau naik sekitar 54,8 persen dari tahun sebelumnya pada periode
yang sama. Indeks sempat mengalami sedikit stagnansi pada tahun 2011 yang
hanya mencatat kenaikan sekitar 5,4 persen jika di bandingkan dengan tahun 2010.
23. 4.2
4.2.1
Analisa Asosiatif
Uji Asumsi Klasik
1.Uji Normalitas
Terlihat pada Gambar histogram dan grafik probabilitas di atas menunjukkan data
terdistribusi normal karena distribusi data residualnya terlihat mengikuti garis
diagonalnya. Pengujian normalitas data selain dengan analisa grafik dapat juga
dilakukan dengan analisis statistik melalui Uji Kolmogorov Smirnov.
24. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
60
a,b
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
.96550680
Most Extreme
Absolute
.053
Differences
Positive
.053
Negative
-.049
Kolmogorov-Smirnov Z
.412
Asymp. Sig. (2-tailed)
.996
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Pada hasil pengujian Kolmogorov Smirnov terlihat bahwa nilai signifikansi uji
tersebut yakni sebesar 0,996 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa
data yang digunakan dalam regresi berdistribusi normal.
25. 2. Uji Multikolinearitas
Model
1
(Constant)
PDB
INFLASI
BUNGA
KURS
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.353
.895
.343
.785
2.837
1.118
2.919
1.274
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa nilai tolerance untuk ketiga variabel
menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari
0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih
dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal
yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model ini tidak terdapat gejala
multikolonieritas.
26. 3. Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan gambar scatterplot di atas tampak bahwa titik-titik tersebar secara
acak dan tidak membentuk sebuah pola yang jelas, serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka nol sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk
mengetahui struktur variasi IHSG berdasarkan masukan dari variabel
independennya.
28. 4. Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardize
d Residual
a
Test Value
.32079
Cases < Test Value
25
Cases >= Test Value
26
Total Cases
51
Number of Runs
23
Z
-.988
Asymp. Sig. (2-tailed)
.323
a. Median
Berdasarkan output tabel 4.9 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,323 lebih
besar dari 0,05 sehingga hipotesis nihil (H0) yang menyatakan nilai residual
menyebar secara acak dapat di terima. Dengan demikian tidak terdapat
autokorelasi dalam persamaan regresi tersebut.
30. 1.
2.
3.
4.
5.
Konstanta menunjukan angka sebesar - 41.462,719 yang artinya
tanpa variabel independen IHSG sektor keuangan sudah mencapai
nilai - 41.462,719 .
Nilai PDB menunjukan nilai 5,254 yang mempunyai arti bahwa jika
variabel inflasi, kurs dan suku bunga konstan, maka setiap
peningkatan PDB sebesar Rp. 1 akan meningkatkan IHSG sektor
keuangan sebesar 5,254.
Nilai inflasi mendapatkan angka - 20.419,891 yang berarti bahwa jika
variabel independen yang lain ( PDB, Kurs & Suku Bunga) bernilai
konstan, maka setiap peningkatan inflasi sebesar 1% maka akan
menurunkan IHSG sektor keuangan sebesar - 20.419,891 .
Nilai suku bunga menunjukan angka sebesar – 8.786,435 yang
berarti bahwa jika variabel-variabel independen lain (PDB, Inflasi &
Kurs) bernilai konstan maka setiap peningkatan nilai suku bunga
sebesar 1%, maka akan menurunkan IHSG sektor keuangan sebesar – 8.786,435.
Nilai kurs mendapatkan angka sebesar – 56,597 yang berarti bahwa
jika variabel-variabel independen lain (PDB, Inflasi & Suku Bunga)
bernilai konstan maka setiap peningkatan nilai kurs sebesar Rp. 1
akan menurunkan IHSG sektor keuangan sebesar – 56,597 .
31. a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.11 menunjukkan nilai R square sebesar 0,931. Hal ini berarti 93,1 persen
variasi IHSG sektor keuangan dapat dijelaskan oleh keempat variabel bebas
yang ada di dalam model regresi ini antara lain yaitu PDB, Inflasi, Kurs dan Suku
Bunga. Model regresi ini mempunyai variabel-variabel bebas yang dapat
menjelaskan variabel terikat secara baik, karena nilai R2 > 0,5. Sedangkan
sisanya 6,9 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
32. b. Uji-F
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Sum of
Squares
7.635E11
5.642E10
Total
8.199E11
df
4
55
Mean
Square
F
1.909E11 186.063
1.026E9
Sig.
.000a
59
a. Predictors: (Constant), KURS, INFLASI, PDB, BUNGA
b. Dependent Variable: IHSG
Dari tabel 4.12 dapat diketahui signifikasi uji tersebut sebesar 0,000 yang berarti
lebih kecil dari derajat kesalahan yaitu sebesar 5 persen. Dari hasil uji F ini maka
hipotesis nol (H0) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha) yang dapat di
artikan bahwa variabel independen yaitu PDB, Inflasi, Bunga dan Kurs secara
bersama-sama berpengaruh signifikan dalam terhadap variasi tingkat IHSG sektor
keuangan di Indonesia
33. c. Uji-t
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
PDB
INFLASI
BUNGA
KURS
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
-41462.719
137156.449
5.254
.459
-20419.891
8231.657
-8786.435
6599.872
-56.597
5.723
Standardized
Coefficients
Beta
.681
-.093
-.080
-.395
t
-.302
11.436
-2.481
-1.331
-9.889
Sig.
.764
.000
.016
.189
.000
a. Dependent Variable: IHSG
1.PDB secara individu berpengaruh signifikan terhadap IHSG sektor keuangan di BEI.
2.Inflasi berpengaruh signifikan terhadap variasi pergerakan IHSG sektor keuangan
di BEI.
3.Suku bunga BI Rate tidak berpengaruh terhadap IHSG sektor keuangan di BEI.
4.Nilai tukar mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG sektor keuangan di BEI.
34. BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.Tren perkembangan indikator makro ekonomi Indonesia yang menjadi objek penelitian pada
periode waktu penelitian tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah ,
-Perkembangan PDB Indonesia selama periode pengamatan yaitu dari tahun 2007 sampai dengan
2011 terus mengalami peningkatan sekitar 6% setiap tahunnya.
-Perkembangan Inflasi Indonesia mengalami peningkatan khusus nya yang terjadi pada pertengahan
sampai akhir tahun 2008 angka yang cukup besar di bandingkan dengan tahun-tahun sebelum dan
sesudahnya.
-Perkembangan suku bunga BI Rate terlihat tingkat suku bunga BI rate sampai ke level 9,5 persen
pada Oktober dan Nopember 2008 merupakan level tertinggi selama periode penelitian, dan setelah
itu BI Rate relatif stabil dan cenderung menurun.
-Perkembangan kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah Secara umum, nilai tukar rupiah bergerak
relatif stabil kecuali pertengahan September 2008 terjadi depresiasi karena krisis global.
-Perkembangan IHSG sektor keuangan selama periode pengamatan yaitu dari tahun 2007 sampai
dengan 2011 memperlihatkan Indeks Harga Saham Gabungan sektor keuangan pada tahun 2007
menunjukan indeks yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dan sempat mengalami stagnasi pada
akhir pada tahun 2008.
2.Dari Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai R square sebesar 0,931. Hal ini berarti 93,1% persen
variasi IHSG sektor keuangan dapat dijelaskan oleh keempat variabel bebas yang ada di dalam model
regresi ini. Sedangkan sisanya 6,9 persen dipengaruhi oleh faktor- faktor lain di luar model. Lalu
berdasarkan hasil dari uji F yang dilakukan didapatkan hasil bahwa variabel dependen yang diuji
memberikan pengaruh secara signifikan secara statistik terhadap IHSG sektor keuangan.
3.Dari hasil analisis parsial atau individu menggunakan Uji-t di peroleh bahwa variabel PDB, inflasi,
dan Nilai Tukar yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap variasi IHSG sektor
keuangan, sedangkan variabel suku bunga BI Rate yang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
IHSG sektor keuangan.
35. 5.2 Saran-saran
1.Dalam penelitian ini variabel-variabel independen mendapatkan nilai R Square
yang cukup tinggi, walaupun mampu menerangkan 93,1 % variasi perubahan
variabel dependen. namun untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambah variabel-variabel makro ekonomi lainnya agar mendapatkan hasil
penelitian yang lebih optimal.
2.Kepada para investor yang berkepentingan terhadap variasi perubahan harga
indeks saham gabungan khususnya pada sektor keuangan, diharapkan selalu
memperhatikan tingkat pertumbuhan PDB, inflasi dan nilai tukar Dollar terhadap
Rupiah untuk memudahkan para investor dalam pengambilan keputusan.
3.Periode penelitian yang cukup singkat hanya dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2011. Oleh karena itu disarankan untuk penelitian selanjutnya diharapkan
menggunakan periode yang lebih panjang lagi sehingga lebih hasil yang didapatkan
baik.