SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 29
Downloaden Sie, um offline zu lesen
BAB I

                                                     PENDAHULUAN



A. Kondisi Umum (Isu-isu Strategis)

                Strategi pada dasarnya merupakan penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, sistem

   perencanaan dan diikuti dengan akuntabilitas yang baik akan mewujudkan kepemerintahan yang baik pula (good

   governance).

                Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

   Pemerintah merupakan keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan good gevornance dalam penyelenggaraan

   bernegara.

                Salah satu unsur dari sistem akuntabilitas dalam mewujudkan (good governance) adalah penyusunan rencana

   strategis.

                Rencana Strategis (Renstra) merupakan rencana stratejik yang disusun dalam jangka waktu tertentu ke depan

   berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan tuntutan melalui suatu analisis perencanaan. Rencana stratejik dimaksudkan

   untuk memaksimalkan sumber daya agar dapat dimamfaatkan secara efektif dan efisien. Suatu akuntabilitas akan dapat

   diterima secara baik apabila sumber daya yang ada dipergunakan secara tepat guna dan sasaran.




                                                                                                                        1
Pasca pemilu presiden tahun 2009, bangsa Indonesia memiliki pemerintahan baru yaitu Kabinet Indonesia

Bersatu II yang akan menyelenggarakan pemerintahan untuk periode 2010-2014.

         Mengiringi awal pemerintahan KIB II tersebut, berbagai persoalan besar di bidang penegakan hukum dan

praktik peradilan, dan tidak kalah pentingnya juga persoalan klasik di tubuh birokrasi tentang pelayanan public semakin

mengemuka. Berbagai persoalan yang langsung dirasakan masyarakat luas cenderung mendorong munculnya gerakan

dan tuntutan public atas penyelesaian persoalan tersebut, sehingga mendapatkan perhatian dari lembaga-lembaga politik

pengampu kepentingan seperti DPR dan dari pihak eksekutif dalam hal ini pemerintah. Dengan masuknya berbagai isu

public dalam lembaga-lembaga politik menjadi agenda public, selanjutnya diperlukan suatu kebijakan sebagai langkah

untuk menangani dan menyelesaikan persoalan bangsa yang ada.

         Sehubugan dengan hal tersebut agenda kebijakan tentang reformasi khususnya di bidang hukum, peradilan dan

birokrasi sebagaimana telah dilaksanakan pada periode RPJM Nasional sebelumnya akan semakin mendapatkan

perhatian pemerintah untuk lebih ditingkatkan.

         Reformasi hukum diarahkan pada penegakan hukum dan keadilan yang didalamnya mencakup aspek yang luas.

Dimulai dari kemandirian lembaganya, peningkatan pelaksanaan fungsi utama yuridis, administrasi, penataan

kelembagaan yang efisien dan efektif dengan tatalaksana yang jelas dan transparan, kemudian didukung oleh sumber

daya manusia aparatur yang professional, berakuntabilitas kepada mitra kerja (stakeholders), sampai kepada adanya

pengawasan yang proporsional serta menghasilkan pelayanan prima. Secara operasional reformasi hukum yang menjadi




                                                                                                                      2
bagian dari penyelenggaraan good governance dilaksanakan oleh seluruh jajaran aparatur pemerintah, baik di pusat

maupun di daerah, baik para tenaga teknis yuridisnya maupun tenaga administratifnya.

        Pengadilan Agama Enrekang sebagai lembaga peradilan yang melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman

(yudikatif) dalam wilayah hukum Kabupaten Enrekang, yang mempunyai tugas pokok menerima, memeriksa, mengadili

dan menyelesaikan perkara yang diajukan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50

Tahun 2009.

        Rencana stratejik Pengadilan Agama Enrekang ini merupakan rumusan stratejik dalam penyelenggaraan tugas

pokok dan fungsi (tupoksi) lembaga peradilan dalam wilayah hukumnya, peningkatan pelayanan hukum kepada

masyarakat. Penyusunan tersebut disusun dengan memperhatikan perkembangan hokum dan masyarakat di Kabupaten

Enrekang, kondisi internal dari organisasi Pengadilan Agama dalam wilayah hokum serta memperhatikan kondisi

perkembangan hokum dan masyarakat secara nasional.

        Penyusunan rencana stratejik Pengadilan Agama Enrekang ini tidak lepas dari Cetak Biru Pembaharuan

Peradilan 2010-2035 Mahkamah Agung dan hasil rakernas Mahkamah Agung, sehingga terdapat keselarasan dan

keserasian dengan program-program pada Mahkamah Agung RI.

        Pengadilan Agama Enrekang adalah salah satu pengadilan tingkat pertama yang ada dalam wilayah hukum

Pengadilan Tinggi Agama Makassar. Sebagai kawal depan ( port post ) dalam penegakan hukum, khususnya bidang




                                                                                                              3
perdata agama Islam, maka dituntut adanya sinergi yang berkesinambungan dalam usahanya untuk membantu

mewujudkan supremasi hukum di Indonesia.

         Enrekang adalah sebuah nama daerah dengan status Daerah Tingkat II di kawasan Prop. Sulawesi Selatan,

terbentang mulai dari Km. 195 s/d Km.280 dari sebelah utara ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar.) Tepatnya pada

3°14’36’’ - 3°50’0’’ LS dan 119°40’53’’ - 120°6’33’’ BT, dengan luas sekitar 1.786,01 Km2 atau sekitar 2,83% dari luas Prop.

Sulawesi Selatan.

         Kabupaten Enrekang berbatasan dengan wilayah:

     Sebelah utara: Kabupaten Tana Toraja

     Sebelah timur: Kabupaten Luwu

     Sebelah Selatan: Kabupaten Sidenreng Rappang

     Sebelah Barat: Kabupaten Pinrang.

         Dalam pada itu, ia mempunyai kedudukan yang sama dengan lembaga peradilan lainnya dalam melaksanakan

fungsi kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia (

vide. Pasal 20, 21, Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 1 Undang-

undang nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman), dan pada pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun




                                                                                                                          4
2004 disebutkan bahwa semua peradilan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia adalah peradilan Negara dan

   ditetapkan dengan undang-undang.

           Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi,

   Administrasi dan Finansial di Lingkungan Peradilan Umum dan Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama ke Mahkamah

   Agung, tanggal 23 Maret 2004 maka secara administratif pembinaan organisasi, administrasi dan finansial Peradilan

   Agama tidak lagi berada di bawah Departemen Agama namun dialihkan ke Mahkamah Agung sesuai dengan maksud

   pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 bahwa pembinaan teknis peradilan, organisasi, administrasi dan

   financial pengadilan dilakukan oleh Mahkamah Agung.


B. Maksud dan Tujuan

    Penyusunan Rencana Stratejik Pengadilan Agama Enrekang Tahun 2010-2014 mempunyai maksud :

    1. Memberikan gambaran yang jelas tentang masa depan serta kondisi lima tahun ke depan Pengadilan Agama

       Enrekang yang akan diwujudkan melalui penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) peradilan sebagai

       lembaga pelayanan hokum.

    2. Memberikan acuan atau landasan pertanggungjawaban kepada masyarakat (stakeholder) pencari keadilan dalam hal

       kontribusi Pengadilan Agama Enrekang dalam pembangunan hokum di wilayah Kabupaten Enrekang.




                                                                                                                  5
3. Menjadi bahan evaluasi bagi lingkungan internal dan eksternal mengenai sejauhmana Pengadilan Agama Enrekang

       dapat memamfaatkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) serta berusaha meminimalisasi segala

       kelemahan (weaknesses) dan hambatan (threatment) dalam pelaksanaan tupoksi.

    4. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pertanggungjawaban pimpinan Pengadilan Agama Enrekang dan jajarannya dalam

       penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi peradilan berdasarkan visi dan misi Pengadilan Agama Enrekang.

    Tujuan penyusunan Rencana Stratejik adalah :

    1. Tersusun dokumen perencanaan taktis stratejik Pengadilan Agama Enrekang yang berfokus pada skala prioritas

       stratejik dalam wilayah hokum Kabupaten Enrekang.

    2. Tersusun dokumen perencanaan yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan kinerja

       tahunan Pengadilan Agama Enrekang serta dasar penilaian akuntabilitas kinerja penyelenggaraan tugas pokok dan

       fungsi peradilan.

    3. Terwujudnya keterpaduan dan sinergi kebijakan dan program Pengadilan Agama Enrekang.


C. Tugas Pokok dan Fungsi

            Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi peradilan mengacu pada Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 jo Undang-

   Undang No. 50 Tahun 2009 dan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2005 tanggal 31 Januari 2005 tentang Sekretariat

   Mahkamah Agung




                                                                                                                   6
Tugas pokok pengadilan agama sebagaimana disebutkan dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006

adalah :

 1. Memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam

    dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari’ah.

 2. Memberikan itsbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah.

 3. Menyelesaikan sengketa hak milik atau sengketa lain yang subyek hukumnya orang –orang yang beragama Islam,

    sepanjang berkaitan dengan pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006.

 4. Tugas dan wewenang lainnya yang diberikan oleh dan atau berdasarkan peraturan Undang-undang, antara lain

    memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada Lembaga Kenegaraan baik di Pusat

    maupun di Daerah, apabila diminta.

       Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama mempunyai fungsi sebagai berikut :

 1. Memberikan pelayanan teknis yustisial dan administrasi kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta

    penyelesaian perkara dan eksekusi.

 2. Memberikan pelayanan dibidang administrasi perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi

    peradilan lainnya.

 3. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur dilingkungan Pengadilan Agama ( Umum,

    Kepegawaian dan Keuangan).




                                                                                                              7
4. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam pada instansi pemerintah di daerah

        hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 jo.

        Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

    5. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan diluar sengketa antara

        orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum Islam sebagaimana diatur dalam pasal 107

        ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua

        atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

    6. Waarmerking akta keahliwarisan di bawah tangan untuk pengambilan deposito/tabungan, pensiunan dan sebagainya.

    7. Melaksanakan tugas penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah sesuai dengan pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor

        3 Tahun 2006 yang telah diperbaharui yang kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009.

    8. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum, memberikan/melaksanakan hisab rukyat

        dalam penentuan awal pada tahun hijriyah.



C. Sistematika Penyajian

               Sistematika penyajian Rencana Stratejik (Renstra) Pengadilan Agama Enrekang Tahun 2010-2014 adalah sebagai

   berikut :

   Kata Pengantar, Daftar Isi.




                                                                                                                       8
BAB I

Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang Kondisi Umum,maksud dan tujuan, tugas pokok dan fungsi

(tupoksi), serta sistematika penyajian.

BAB II

Visi, Misi dan tujuan, dijelaskan mengenai rencana strategis 2010-2014 beserta Visi dan Misi, tujuan dan sasaran strategis,

program utama dan kegiatan pokok.

BAB III

Arah Kebijakan dan strategis, dalam bab ini diuraikan hasil pengukuran kinerja (perbandingan antara target dan realisasi

kinerja), analisis akuntabilitas kinerja, termasuk didalamnya diuraikan pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan

pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja.

BAB IV

Penutup, dalam bab ini diuraikan kesimpulan dan saran.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi

2. Matriks Rencana Strategis 2010-2014




                                                                                                                         9
BAB II

                                          RENCANA STRATEGIS 2010-2014
                                         PENGADILAN AGAMA ENREKANG



A. Pernyataan Visi dan Penjelasan Maknanya.

         Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita atau bahkan tujuan

   hukum (rechtsidea) yang ingin diwujudkan. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan yang menyangkut kemana

   Pengadilan Agama Enrekang akan dibawah dan diarahkan dapat berkarya secara konsisten, tetap eksis, antisipatif,

   inovatif, dan needed (dibutuhkan) oleh masyarakat (stakeholder).

         Untuk melaksanakan dan menjabarkan tugas pokok tersebut diperlukan rencana stratejik berupa visi dan misi

   Pengadilan Agama Enrekang yang pada pokoknya bertujuan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

   hukum dan keadilan.

         Visi Pengadilan Agama Enrekang adalah sebagai berikut :

         ”MEWUJUDKAN PENGADILAN AGAMA ENREKANG SEBAGAI PERADILAN YANG BERSIH, BERWIBAWA

   DAN PROFESIONAL DALAM PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN”.

         Pernyataan visi Pengadilan Agama Enrekang tersebut memiliki pokok pengertian sebagai berikut :




                                                                                                                10
Pengadilan Agama Enrekang yang bersih, mengandung makna bahwa bersih dari pengaruh non hukum baik

   berbentuk kolusi, korupsi dan nepotisme, maupun pengaruh tekanan luar dalam upaya penegakan hukum. Bersih dan

   bebas KKN merupakan topik yang harus selalu dikedepankan pada era reformasi. Terbangunnya suatu proses

   penyelenggaraan yang bersih dalam pelayanan hukum menjadi prasyarat untuk mewujudkan peradilan yang berwibawa.

         Berwibawa, mengandung arti bahwa Pengadilan Agama Enrekang kedepan dipercaya sebagai lembaga peradilan

   yang memberikan perlindungan dan pelayanan hukum sehingga lembaga peradilan tegak dengan kharisma sandaran

   keadilan masyarakat.

         Profesionalisme, mengandung arti yang luas, profesionalisme dalam proses penegakan hukum, profesionalisme

   dalam penguasaan ilmu pengetahuan hukum dan profesionalisme memanajemen lembaga peradilan sehingga hukum dan

   keadilan yang diharapkan akan terwujud dan dirasakan oleh segenap masyarakat.



B. Pernyataan Misi dan Penjelasan Maknanya.

         Misi Pengadilan Agama Enrekang sesuai dengan tugas pokoknya Menerima, memeriksa, mengadili dan

   menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan oleh ummat Islam di Indonesia di bidang perkawinan, waris dan wasiat,

   wakaf, zakat, infak, hibah, shadaqah dan ekonomi syari’ah adalah :




                                                                                                                 11
1. Mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan;

2. Meningkatkan sumber daya aparatur peradilan;

3. Meningkatkan pengawasan yang terencana dan efektif;

4. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat;

5. Meningkatkan sarana dan prasarana hukum.

Penjelasan makna misi :

Misi pertama ”mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan” mengandung makna bahwa untuk

mewujudkan lembaga peradilan yang bersih, berwibawa dan profesionalisme, maka pelaksanaan proses peradilan yang

cepat, sederhana dan biaya ringan merupakan langkah antisipatif terhadap eofora reformasi hukum yang selalu

didengungkan masyarakat. Apatisme masyarakat terhadap peradilan yang selalu menganggap bahwa berproses ke

pengadilan akan selalu lama, berbelit-belit dan memakan waktu dan biaya yang mahal ditepis dengan misi tersebut.

Misi kedua ”meningkatkan sumber daya aparatur peradilan” yang dimaksud dengan sumber daya aparatur peradilan

meliputi pejabat hakim, kepaniteraan, kejurusitaan serta kesekretariatan. Peningkatan sumber daya dimaksud dapat

dilakukan melalui : (1) pendidikan formal (2) pendidikan dan pelatihan terstruktur (3) pengalaman kerja melalui mutasi

terencana.

Misi ketiga ”meningkatkan pengawasan yang terencana dan efektif”. Pengawasan merupakan tindakan untuk : (1)

menjaga agar pelaksanaan tugas lembaga sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang




                                                                                                                   12
berlaku, (2) mengendalikan agar administrasi peradilan dikelola secara tertib sebagaimana mestinya dan aparat peradilan

melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, (3) menjamin terwujudnya pelayanan publik yang baik bagi para pencari

keadilan yang meliputi : kualitas putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat dan biaya perkara yang murah.

Pengawasan yang terencana dan efektif diharapkan dapat mengurangi sorotan dan kritikan terhadap lembaga peradilan.

Misi keempat ”meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat”, bahwa ada tiga pilar yang menentukan

kesuksesan pencapaian tujuan hukum yakni (1) substansi hukum, (2) struktur hukum, (3) budaya hukum. Budaya hukum

sangat terkait dengan kesadaran dan ketaatan hukum suatu masyarakat. Dikemukakan ada tiga tingkatan kualitas

ketaatan hukum, pertama ketaatan hukum yang bersifat Compliance, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan hanya

karena takut terkena sanksi, kedua ketaatan hukum yang bersifat identification, yaitu jika seorang taat terhadap suatu

aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan orang lain menjadi rusak, ketiga ketaatan hukum yang bersifat

internalization yaitu jika seorang taat terhadap hukum karena ia merasa aturan itu sesuai dengan nilai-nilai instrinsik yang

dianutnya. Model ketaatan yang ketiga sangat diharapkan terwujud dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Enrekang

untuk mencapai visi misiya.

Misi kelima ”meningkatkan sarana dan prasarana hukum” yang mengandung makna bahwa tanpa adanya sarana dan

fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan prasarana tersebut

mencakup sarana gedung, sarana organisasi yang baik, sarana peralatan yang memadai, sarana keuangan yang cukup dan

lain-lain.




                                                                                                                         13
C. Tujuan dan Sasaran Strategis

   1. Tujuan

      Tujuan stratejik adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu secara bertahap.

      Tujuan stratejik ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan

      analisis stratejik. Tujuan stratejik tidak harus dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, akan tetapi harus dapat

      menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang. Tujuan stratejik akan mengarahkan perumusan

      sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi.

      Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

      1. Meningkatkan motivasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelayanan masyarakat

      2. Menciptakan mobilitas kerja dan kualitas pelayanan (client service) agar tercapai dan terpenuhi sesuai dengan

         target.

      3. Meningkatkan sarana dan prasarana kantor

      4. Mewujudkan pelayanan administrasi dan informasi terpadu.




                                                                                                                   14
2. Sasaran Strategis

   Sasaran stratejik adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih

   spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indicator sasaran.

   Yang dimaksud dengan indicator sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan

   pada tahun bersangkutan. Setiap indicator sasaran disertai dengan rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-

   masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesiambungan

   sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana stratejik. Dari tujuan tersebut ditetapkan sasaran yaitu :

   1. Terwujudnya kesejahteraan pegawai, meningkatkan kualitas SDM pegawai, meningkatkan mutu dan jumlah tenaga

      terampil dan professional, terciptanya keamanan dan kebersihan agar lingkungan terjaga serta terpelihara dengan

      baik serta meningkatkan koordinasi dan konsultasi ke PTA Makassar dan Mahkamah Agung serta pihak terkait.

   2. Tersedianya dan meningkatnya sarana dan prasarana yang menunjang kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari.

   3. Tersedianya informasi dan dokumentasi serta adanya standarisasi biaya perkara.

   4. Terwujudnya system pelayanan administrasi dan informasi yang akurat.

   5. Terlaksananya penyelesaian perkara secara cepat, sederhana dan biaya ringan.

   6. Terwujudnya ketertiban administrasi perkara.




                                                                                                                    15
3. Indikator Kinerja

   Guna mencapai sasaran tersebut dirancang pula indicator sasaran. Yang dimaksud dengan indicator sasaran adalah

   ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indicator sasaran

   disertai dengan rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-masing.

   Dari sasaran diatas berikut adalah indicator sasarannya :

   1. Persentase perkara perkawinan yang diterima.

   2. Persentase perkara kewarisan yang diterima.

   3. Persentase perkara perkawinan yang dimohon banding.

   4. Persentase perkara kewarisan yang dimohon banding.

   5. Persentase perkara perkawinan yang dimohon kasasi.

   6. Persentase perkara kewarisan yang dimohon kasasi.

   7. Jumlah perkara wasiat.

   8. Jumlah perkara hibah.

   9. Jumlah perkara wakaf

   10. Jumlah perkara infaq dan sadaqah.

   11. Jumlah sosialisasi hokum.

   12. Persentase saldo/sisa perkara.




                                                                                                                 16
13. Persentase perkara yang dimediasi.

14. Persentase perkara perkawinan yang diputus/selesai.

15. Persentase perkara kewarisan yang diputus/selesai.

16. Persentase perkara yang dieksekusi.

17. Persentase perkara prodeo.

18. Persentase perkara sidang keliling.

19. Biaya perkara perkawinan.

20. Biaya perkara kewarisan.

21. Biaya perkara Lainnya.

22. Jumlah pegawai yang mengikuti diklat/bimtek.

23. Jumlah pegawai yang mengikuti workshop.

24. Koordinasi PA. Enrekang ke PTA Makassar.

25. Jumlah surat yang masuk/keluar.

26. Jumlah barang Komputer/Laktop.

27. Jumlah Printer.

28. Daftar Inventaris.

29. Jumlah barang inventaris yang rusak berat.




                                                          17
30. Jumlah penghapusan barang inventaris.

      31. Biaya pemeliharaan gedung kantor.

      32. Biaya pemeliharaan kendaraan dinas roda empat.

      33. Biaya pemeliharaan kendaraan dinas roda dua.

      34. Biaya jasa keamanan dan kebersihan kantor.

      35. Pengadaan buku perpustakaan.

      36. Persentase penggunaan buku perpustakaan oleh pegawai.

      37. Jumlah barang meubelair/inventaris.

      38. Jumlah Anggaran DIPA

      39. Jumlah realisasi anggaran DIPA

      40. Laporan pertanggungjawaban administrasi keuangan

      41. Laporan rencana program kerja.

      42. Pembuatan laporan evaluasi kerja.



D. Analisis Lingkungan, Faktor Penentu Keberhasilan

   Analisis kondisi strategis sangat urgen dalam menentukan perencanaan dan berorientasi pada kebutuhan dan keserasian

   lingkungan, sehingga perencanaan disusun sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat.




                                                                                                                   18
Analisis kondisi strategi menggunakan metode analisis SWOT (strengths, weaknesses, oppotunities and thereaths) terhadap

kondisi real dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Enrekang. Dengan melakukan analisis peluang/kesempatan yang

tersedia dan hambatan yang ada, maka dapat dirumuskan kebijakan dalam bentuk rumusan rencana strategis Pengadilan

Agama Enrekang ke depan.

analisis SWOT (strengths = kekuatan, weaknesses = kelemahan, oppotunities = kesempatan and thereaths = ancaman) tersebut dibagi

dalam bentuk :

1. Analisis lingkungan internal

   Ada dua sisi pada lingkungan internal :

   a. Kekuatan atau keunggulan

      Pengadilan Agama Enrekang mempunyai yurisdiksi wilayah hukum Kabupaten Enrekang, serta mempunyai

      kompetensi di wilayah Kabupaten Enrekang berupa penambahan kewenangan yaitu Ekonomi Syariah untuk

      memberikan pelayanan hukum secara optimal kepada masyarakat yang penduduknya mayoritas agama Islam.

   b. Kelemahan

      Masih terbatasnya jumlah pegawai pada Pengadilan Agama Enrekang.




                                                                                                                            19
2. Analisis lingkungan eksternal.

   a. Peluang

      Penerapan sistem satu atap Pengadilan Agama dibawah naungan Mahkamah Agung bersama Peradilan Umum,

      Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara.

      Pendudukan Kabupaten Enrekang masyoritas beragama Islam sehingga kekuasaan Pengadilan Agama

      menyangkut rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai bidang perdata tertentu merupakan peluang

      pemberdayaan lembaga peradilan agama untuk memberikan pelayanan hukum.

      Animo peningkatan sumber daya aparat, yaitu adanya sejumlah aparat Pengadilan Agama Enrekang yang telah

      mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S1 dan S2) tanpa bea siswa dari instansi.

   b. Hambatan

      1. Hampir setiap tahun Pengadilan Agama Enrekang memiliki saldo/sisa perkara yang seharusnya terselesaikan

          pada tahun sebelumnya namun sisa perkara tersebut terselesaikan pada tahun berikutnya. Hal tersebut terjadi

          karena perkara masuk pada akhir tahun.

      2. Lambatnya penyelesaian perkara disebabkan oleh adanya perkara ghaib atau perkara yang tidak jelas domisili

          bagi pihak berperkara, sedangkan penyelesaian perkara telah memiliki batas waktu penyelesaian sebagaimana

          yang telah diatur oleh Undang-undang.




                                                                                                                  20
3. Perkara permintaan bantuan yaitu perkara bagi pihak yang berdomisili di luar yurisdiksi Pengadilan Agama

                Enrekang atau pihak yang berperkara berada di luar negeri, yang menginginkan penyelesaian perkaranya di

                Pengadilan Agama Enrekang.

             4. Rendahnya tingkat kesadaran hukum masyarakat.

             5. Krisis multi dimensi yang masih belum berakhir.



E. Program Utama dan Kegiatan Pokok

   Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, Pengadilan Agama Enrekang memiliki kebijakan dan program

   yaitu :

   1. Peningkatan mutu pelayanan dalm hal ini penerimaan perkara, dengan 11 (sebelas) kegiatan :

      1.1.     Menerima pendaftaran perkara baru;

      1.2.     Menyampaikan relaas panggilan kepada para pihak perkara;

      1.3.     Menyampaikan relaas pemberitahuan-pemberitahuan kepada yang tidak hadir pada saat pembacaan putusan;

      1.4.     Menyampaikan panggilan ikrar talak kepada para pihak;

      1.5.     Menerima pendaftaran perkara banding dan mencatat dalam buku register perkara tingkat banding;

      1.6.     Menyampaikan relaas pemberitahuan-pemberitahuan kepada pembanding dan terbanding;

      1.7.     Menerima pendaftaran perkara kasasi dan mencatat dalam buku register perkara tingkat kasasi;




                                                                                                                      21
1.8.   Menyampaikan relaas pemberitahuan-pemberitahuan kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi;

   1.9.   Menerima pendaftaran perkara PK dan mencatat dalam buku register perkara tingkat PK;

   1.10. Menyampaikan relaas pemberitahuan-pemberitahuan kepada pemohon PK dan termohon PK;

   1.11. Melakukan tahapan persiapan persidangan perkara tingkat pertama;

2. Peningkatan mutu dalam persidangan dengan 4 (empat) kegiatan :

   2.1.   Menyelesaikan sisa perkara gugatan/permohonan;

   2.2.   Melakukan pemeriksaan perkara tingkat pertama;

   2.3.   Menyidangkan perkara baru tingkat pertama melalui tahap persidangan;

   2.4.   Melakukan mediasi yang dilakukan oleh Hakim Mediator yang telah ditunjuk;

3. Peningkatan mutu pelayanan dalam mengadili/memutus perkara, dengan 6 (enam) kegiatan :

   3.1.   Memutus sisa perkara tingkat pertama;

   3.2.   Memutus perkara tingkat pertama;

   3.3.   Membuat salinan putusan

   3.4.   Menyampaikan salinan putusan;

4. Peningkatan mutu pelayanan dalam penyelesaian perkara, dengan 3 (tiga) kegiatan :

   4.1.   Melaksanakan eksekusi dengan target 2 perkara ;




                                                                                                       22
4.2.   Membuat akta cerai dan di terimanya akta cerai oleh berkas suami dan istri serta di terimanya salinan

          putusan/penetapan oleh pihak-pihak yang berkepentingan;

   4.3.   Melakukan sidang keliling untuk memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat pencari keadilan, di daerah

          yang sulit di jangkau;

5. Pengelolaan biaya perkara, dengan 4 (empat) kegiatan :

   5.1.   Membuat surat keputusan panjar biaya perkara ;

   5.2.   Menetapkan alokasi komponen biaya perkara tingkat pertama;

   5.3.   Membuat dan memasang papan biaya perkara ;

   5.4.   Membuat pembukuan dan petanggung jwaban biaya perkara ;

6. Pengendalian manajemen, dengan 9 (sembilan) kegiatan :

   6.1.   Membuat uraian pekerjaan dan pembagian tugas ;

   6.2.   Menyusun rencana dan program kerja ;

   6.3.   Pencatatan hasil kerja ;

   6.4.   Menyusun pedoman kerja ;

   6.5.   Melakukan evaluasi program kerja ;

   6.6.   Menanggapi dan menindak lanjuti pengaduan dari masyarakat

   6.7.   Membuat laporan berkala adanya pengaduan ;




                                                                                                                23
6.8.   Pembentukan hakim pengawas bidang ;

   6.9.   Melakukan pengawasan teknis yustisial dan administrasi ;

7. Peningkatan mutu pelayanan dan kesejahteraan pegawai, dengan 31 (tiga puluh satu) kegiatan :



   7.1.   Mengusulkan peserta test yang lulus untuk di angkat sebagai calon pegawai Negri Sipil ;

   7.2.   Mengikut sertakan CPNS untuk mengikuti LPJ/PRAJABNAS ;

   7.3.   Mengusulkan surat keputusan pegawai Negri sipil bagi CPNS yang telah memenuhi syarat ;

   7.4.   Melakukan penyumpahan dan pelantikan terhadap CPNS yang telah di angkat sebagai PNS ;

   7.5.   Mengirimkan pegawai Negri sipil untuk mengikuti diklat bendaharawan ;

   7.6.   Mengirimkan pegawai Negri sipil untuk mengikuti Workshop ;

   7.7.   Membuat SK kenaikan gaji Berkala bagi pegawai Negri sipil PA Bantaeng ;

   7.8.   Mengusulkan kenaikan pangkat ;

   7.9.   Mengusulkan kenaikan pangkat yang didelegasikan/dikuasakan oleh mahkama Agung ;

   7.10. Melakukan sidang Tim Promosi dan Mutasi (TPM) dan sidang beperjakat ;

   7.11. Membuat usulan surat keputusan pengangkatan Tim pengelola Dana Kepaniteraan ;

   7.12. Membuat      usulan    surat   keputusan    pengangkatan/pemindahan        dari   dan      dalam   jabatan   yang

          didelegasikan/dikuasakan oleh PTA Makassar ;




                                                                                                                        24
7.13. Melakukan penyumpahan dan pelantikan jabatan pejabat baru ;

   7.14. Membuat SPMT/SPMJ terhadap pejabat PA Bantaeng ;

   7.15. Mengusulkan SPMT/SPMJ terhadap ketua PA kepada PTA Makassar ;

   7.16. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan jajaran peradilan Agama se PTA Makassar ;

   7.17. Melaksanakan pembina pegawai PA Bantaeng ;

   7.18. Merekap absensi pegawai PA Bantaeng setip bulan ;

   7.19. Menerbitkan surat ijin cuti pegawai ;

   7.20. Mengusulkan KARIS/KARSU pegawai ;

   7.21. Mengusulkan KARPEG ;

   7.22. Mengusulkan askes ;

   7.23. Melakukan penataan file pegawai ;

   7.24. Mengolah dan mengirimkan laporan kepegawaian ;

   7.25. Membuat statistis pegawai ;

   7.26. Mengirimkan pegawai Negri sipil untuk mengikuti pelatihan verifikasi dan validasi data kepegawaian

         (SIMPEG);

8. Peningkatan tertib administrasi persuratan, dengan 3 (tiga) kegiatan

  :8.1. Memerima, mencatat dan mendistribusikan surat ;




                                                                                                         25
8.2. Mengarsipkan surat ;

   8.3. Melakukan retensi arsip ;

9. Peningkatan mutu pengelolaan administrasi sarana dan prasarana, dengan 8 (delapan) kegiatan :

                                    9.1. Mengadakan sarana prasarana kantor ;

   9.2. Menyelenggarakan administrasi SABMN ;

   9.3. Mendistribusikan peralatan SABMN/SMAPBMN (membuat DIR ,KIB ,DIL DAN BIB);

   9.4. Mengadakan dan menatausahkan keperluan rumah tangga kantor ;

   9.5. Menghapus barang investaris kekayaan Negara (non kendaraan dinas);

   9.6. Menghapus investaris kekayaan Negara kendaraan yang rusak berat ;

   9.7. Merekapitulasi laporan investaris dari UPB dan mengirim laporan investaris kepada PPI,PBI, dan PEBIN ;



   9.8. Menerbitkan surat ijin pemakaian kendaraan dinas PA Bantaeng ;



   10. Peningkatan mutu pengelolaan pelayanan rumah tangga kantor, dengan 5 (lima) kegiatan :

      10.1. Memelihara gedung kantor Pengadilan Agama Bantaeng, seluas 1350M ;



      10.2. Memelihara kendaraan dinas 1 unit roda 4 ;




                                                                                                                 26
10.3. Memelihara 10 unit kendaraan roda 2 ;

   10.4. Memelihara sarana gedung ;

   10.5. Memelihara keamanan dan kebersihan lingkungan kantor seluas 1350M;

11. Peningkatan mutu pelayanan perpustakaan, dengan 5 (lima) kegiatan :`

   11.1. Membuat tata terbid dan sanksi bagi pengguna perpustakaan ;

   11.2. Menetapkan pengelola perpustakaan;

   11.3. Melakukan pembuatan katalogisasi;

   11.4. Membuat kartu tanda anggota;

   11.5. Melakukan pemeliharaan/perawatan buku/kutib;

12. Peningkatan sarana dan prasarana Pengadilan Agama Enrekang, dengan 3 (tiga) kegiatan :

   12.1. Merealisasikan belanja modal pengadaan perlengkapan sarana gedung Meubelari;

   12.2. Merealisasikan belanja modal pengadaan peralatan dan Mesin/penambahan daya listrik sebanyak 16.000 watt;



   12.3. Merealisasikan belanja modal pengadaan alat pengolah data/IT

13. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan, dengan 6 (enam) kegiatan :

   13.1. Membuat/menyusun dan mengirimkan RKA-KL;

   13.2. Merealisasikan DIPA satuan kerja PA Bantaeng;




                                                                                                              27
13.3. Merealisasikan belanja barang pengadilan Agama Bantaeng ;

  13.4. Merealisasikan sidang keliling untuk memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat pencari keadilan;



  13.5. Mengirimkan laporan realisasi anggaran DIPA;

14. Membuat pembukuan dan pertanggungjawaban administrasi keuangan DIPA Pengadilan Agama Enrekang.




                                                                                                        28
BAB III

                                                         PENUTUP


          Rencana Strategis Pengadilan Agama Enrekang 2010-2014 merupakan acuan bagi Pengadilan Agama Enrekang

dalam penyelenggaraan hukum dan keadilan, Renstra ini juga dapat dijadikan landasan bagi penilaian / pencapaian kinerja

bagi Pengadilan Agama Enrekang.

          Dengan adanya Renstra ini diharapkan Pengadilan Agama Enrekang dapat melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya secara efisien dan efektif sehingga pelayanan hukum terhadap masyarakat dapat diberikan secara maksimal.

           Pencapaian kinerja kegiatan-kegiatan yang mendukung program tidak selalu tergambarkan dalam keberhasilan

atau kegagalan pencapaian indikator sasaran, karena masih dipengaruhi oleh pencapaian kinerja program lain. Satu program

dapat ditujukan untuk pencapaian sasaran lebih dari satu, demikian pula sebaliknya satu sasaran dapat dicapai oleh lebih dari

satu program.




                                                                                                                          29

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PERDA
DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PERDADASAR-DASAR PEMBENTUKAN PERDA
DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PERDAAde Suerani
 
Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3Ahsanul Minan
 
4 perbup no.76 2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
4 perbup no.76  2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin4 perbup no.76  2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
4 perbup no.76 2020 tupoksi basis data -perencanaan - salinACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahanUu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahanYudhi Aldriand
 
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahUu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahWinarto Winartoap
 
Presentasi asisten pemerintahan
Presentasi asisten pemerintahanPresentasi asisten pemerintahan
Presentasi asisten pemerintahanGema Bangsawan
 
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANOTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANTOFIK SUPRIYADI
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Muna Muna
 
Lakip 2012 pa muara labuh
Lakip 2012 pa muara labuhLakip 2012 pa muara labuh
Lakip 2012 pa muara labuhpamuaralabuh
 
Perda Nomor 3 Tahun 2014
Perda Nomor 3  Tahun 2014  Perda Nomor 3  Tahun 2014
Perda Nomor 3 Tahun 2014 santoni toni
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahIyens Syeikhbu
 
4. prinsip otonomi daerah
4. prinsip otonomi daerah4. prinsip otonomi daerah
4. prinsip otonomi daeraht4123jo
 
Pandangan dan sikap DP MUI Pusat terhadap RUU Cipta Kerja, 3 Juli 2020
Pandangan dan sikap DP MUI Pusat terhadap RUU Cipta Kerja, 3 Juli 2020Pandangan dan sikap DP MUI Pusat terhadap RUU Cipta Kerja, 3 Juli 2020
Pandangan dan sikap DP MUI Pusat terhadap RUU Cipta Kerja, 3 Juli 2020JabbarRamdhani
 

Was ist angesagt? (19)

DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PERDA
DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PERDADASAR-DASAR PEMBENTUKAN PERDA
DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PERDA
 
Makalah penyesuaian andi ck ok
Makalah  penyesuaian  andi ck okMakalah  penyesuaian  andi ck ok
Makalah penyesuaian andi ck ok
 
Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3
 
4 perbup no.76 2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
4 perbup no.76  2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin4 perbup no.76  2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
4 perbup no.76 2020 tupoksi basis data -perencanaan - salin
 
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahanUu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan
 
Lakip tahun 2012
Lakip   tahun 2012Lakip   tahun 2012
Lakip tahun 2012
 
Isi renstra 2016 2021 hasil perbaikan
Isi renstra 2016 2021 hasil perbaikanIsi renstra 2016 2021 hasil perbaikan
Isi renstra 2016 2021 hasil perbaikan
 
Uu 38 2000 Pjls
Uu 38 2000 PjlsUu 38 2000 Pjls
Uu 38 2000 Pjls
 
Uu 03 2001
Uu 03 2001Uu 03 2001
Uu 03 2001
 
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahUu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
 
Presentasi asisten pemerintahan
Presentasi asisten pemerintahanPresentasi asisten pemerintahan
Presentasi asisten pemerintahan
 
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAANOTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
OTONOMI DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIDANG KETENAGAKERJAAN
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
 
Lakip 2012 pa muara labuh
Lakip 2012 pa muara labuhLakip 2012 pa muara labuh
Lakip 2012 pa muara labuh
 
Perda Nomor 3 Tahun 2014
Perda Nomor 3  Tahun 2014  Perda Nomor 3  Tahun 2014
Perda Nomor 3 Tahun 2014
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerah
 
4. prinsip otonomi daerah
4. prinsip otonomi daerah4. prinsip otonomi daerah
4. prinsip otonomi daerah
 
Devi makalah
Devi makalahDevi makalah
Devi makalah
 
Pandangan dan sikap DP MUI Pusat terhadap RUU Cipta Kerja, 3 Juli 2020
Pandangan dan sikap DP MUI Pusat terhadap RUU Cipta Kerja, 3 Juli 2020Pandangan dan sikap DP MUI Pusat terhadap RUU Cipta Kerja, 3 Juli 2020
Pandangan dan sikap DP MUI Pusat terhadap RUU Cipta Kerja, 3 Juli 2020
 

Ähnlich wie RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA ENREKANG 2010-2014

Penjelasan Pengusul Atas Raperda Prakarsa DPRD
Penjelasan Pengusul Atas Raperda Prakarsa DPRDPenjelasan Pengusul Atas Raperda Prakarsa DPRD
Penjelasan Pengusul Atas Raperda Prakarsa DPRDAde Suerani
 
PEMBANGUNAN HUKUM DNA PEMBINAAN HUKUM
PEMBANGUNAN HUKUM DNA PEMBINAAN HUKUMPEMBANGUNAN HUKUM DNA PEMBINAAN HUKUM
PEMBANGUNAN HUKUM DNA PEMBINAAN HUKUMRiasNara
 
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018Sari Kusuma Dewi
 
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxPPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxYasintadevi1
 
Slide Hasil Tesis.pptx
Slide Hasil Tesis.pptxSlide Hasil Tesis.pptx
Slide Hasil Tesis.pptxdedybachrie
 
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaSistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaStRahmawatiAPabittei
 
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan NegaraPkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan NegaraNandha Zulyana
 
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsuaeb1
 
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Researcher Syndicate68
 
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILAIMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILAMuhamad Yogi
 
Field workstudy report
Field workstudy reportField workstudy report
Field workstudy reportAnnissa Curio
 
Makalah 150321033553-conversion-gate01
Makalah 150321033553-conversion-gate01Makalah 150321033553-conversion-gate01
Makalah 150321033553-conversion-gate01aidha muthalib
 
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Dadang DjokoKaryanto
 
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Dadang DjokoKaryanto
 
Posisi dan Peran SANKRI
Posisi dan Peran SANKRIPosisi dan Peran SANKRI
Posisi dan Peran SANKRISiti Sahati
 
Otonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsmanOtonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsmanKang Huda
 

Ähnlich wie RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA ENREKANG 2010-2014 (20)

Penjelasan Pengusul Atas Raperda Prakarsa DPRD
Penjelasan Pengusul Atas Raperda Prakarsa DPRDPenjelasan Pengusul Atas Raperda Prakarsa DPRD
Penjelasan Pengusul Atas Raperda Prakarsa DPRD
 
PEMBANGUNAN HUKUM DNA PEMBINAAN HUKUM
PEMBANGUNAN HUKUM DNA PEMBINAAN HUKUMPEMBANGUNAN HUKUM DNA PEMBINAAN HUKUM
PEMBANGUNAN HUKUM DNA PEMBINAAN HUKUM
 
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
 
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
Makalah kebijakan penyusunan_prolegnas_ruu_prioritas_tahun_2011
 
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
 
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxPPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
 
Slide Hasil Tesis.pptx
Slide Hasil Tesis.pptxSlide Hasil Tesis.pptx
Slide Hasil Tesis.pptx
 
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaSistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
 
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan NegaraPkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
 
Fungsi pengawasan politik dalam pembentukan hukum nasional
Fungsi pengawasan politik dalam pembentukan hukum nasionalFungsi pengawasan politik dalam pembentukan hukum nasional
Fungsi pengawasan politik dalam pembentukan hukum nasional
 
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
 
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
 
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILAIMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
 
Field workstudy report
Field workstudy reportField workstudy report
Field workstudy report
 
Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI
Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RIPembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI
Pembaruan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI
 
Makalah 150321033553-conversion-gate01
Makalah 150321033553-conversion-gate01Makalah 150321033553-conversion-gate01
Makalah 150321033553-conversion-gate01
 
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
 
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
 
Posisi dan Peran SANKRI
Posisi dan Peran SANKRIPosisi dan Peran SANKRI
Posisi dan Peran SANKRI
 
Otonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsmanOtonomi daerah-dan-ombudsman
Otonomi daerah-dan-ombudsman
 

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA ENREKANG 2010-2014

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum (Isu-isu Strategis) Strategi pada dasarnya merupakan penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, sistem perencanaan dan diikuti dengan akuntabilitas yang baik akan mewujudkan kepemerintahan yang baik pula (good governance). Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan good gevornance dalam penyelenggaraan bernegara. Salah satu unsur dari sistem akuntabilitas dalam mewujudkan (good governance) adalah penyusunan rencana strategis. Rencana Strategis (Renstra) merupakan rencana stratejik yang disusun dalam jangka waktu tertentu ke depan berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan tuntutan melalui suatu analisis perencanaan. Rencana stratejik dimaksudkan untuk memaksimalkan sumber daya agar dapat dimamfaatkan secara efektif dan efisien. Suatu akuntabilitas akan dapat diterima secara baik apabila sumber daya yang ada dipergunakan secara tepat guna dan sasaran. 1
  • 2. Pasca pemilu presiden tahun 2009, bangsa Indonesia memiliki pemerintahan baru yaitu Kabinet Indonesia Bersatu II yang akan menyelenggarakan pemerintahan untuk periode 2010-2014. Mengiringi awal pemerintahan KIB II tersebut, berbagai persoalan besar di bidang penegakan hukum dan praktik peradilan, dan tidak kalah pentingnya juga persoalan klasik di tubuh birokrasi tentang pelayanan public semakin mengemuka. Berbagai persoalan yang langsung dirasakan masyarakat luas cenderung mendorong munculnya gerakan dan tuntutan public atas penyelesaian persoalan tersebut, sehingga mendapatkan perhatian dari lembaga-lembaga politik pengampu kepentingan seperti DPR dan dari pihak eksekutif dalam hal ini pemerintah. Dengan masuknya berbagai isu public dalam lembaga-lembaga politik menjadi agenda public, selanjutnya diperlukan suatu kebijakan sebagai langkah untuk menangani dan menyelesaikan persoalan bangsa yang ada. Sehubugan dengan hal tersebut agenda kebijakan tentang reformasi khususnya di bidang hukum, peradilan dan birokrasi sebagaimana telah dilaksanakan pada periode RPJM Nasional sebelumnya akan semakin mendapatkan perhatian pemerintah untuk lebih ditingkatkan. Reformasi hukum diarahkan pada penegakan hukum dan keadilan yang didalamnya mencakup aspek yang luas. Dimulai dari kemandirian lembaganya, peningkatan pelaksanaan fungsi utama yuridis, administrasi, penataan kelembagaan yang efisien dan efektif dengan tatalaksana yang jelas dan transparan, kemudian didukung oleh sumber daya manusia aparatur yang professional, berakuntabilitas kepada mitra kerja (stakeholders), sampai kepada adanya pengawasan yang proporsional serta menghasilkan pelayanan prima. Secara operasional reformasi hukum yang menjadi 2
  • 3. bagian dari penyelenggaraan good governance dilaksanakan oleh seluruh jajaran aparatur pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, baik para tenaga teknis yuridisnya maupun tenaga administratifnya. Pengadilan Agama Enrekang sebagai lembaga peradilan yang melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman (yudikatif) dalam wilayah hukum Kabupaten Enrekang, yang mempunyai tugas pokok menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009. Rencana stratejik Pengadilan Agama Enrekang ini merupakan rumusan stratejik dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) lembaga peradilan dalam wilayah hukumnya, peningkatan pelayanan hukum kepada masyarakat. Penyusunan tersebut disusun dengan memperhatikan perkembangan hokum dan masyarakat di Kabupaten Enrekang, kondisi internal dari organisasi Pengadilan Agama dalam wilayah hokum serta memperhatikan kondisi perkembangan hokum dan masyarakat secara nasional. Penyusunan rencana stratejik Pengadilan Agama Enrekang ini tidak lepas dari Cetak Biru Pembaharuan Peradilan 2010-2035 Mahkamah Agung dan hasil rakernas Mahkamah Agung, sehingga terdapat keselarasan dan keserasian dengan program-program pada Mahkamah Agung RI. Pengadilan Agama Enrekang adalah salah satu pengadilan tingkat pertama yang ada dalam wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Makassar. Sebagai kawal depan ( port post ) dalam penegakan hukum, khususnya bidang 3
  • 4. perdata agama Islam, maka dituntut adanya sinergi yang berkesinambungan dalam usahanya untuk membantu mewujudkan supremasi hukum di Indonesia. Enrekang adalah sebuah nama daerah dengan status Daerah Tingkat II di kawasan Prop. Sulawesi Selatan, terbentang mulai dari Km. 195 s/d Km.280 dari sebelah utara ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar.) Tepatnya pada 3°14’36’’ - 3°50’0’’ LS dan 119°40’53’’ - 120°6’33’’ BT, dengan luas sekitar 1.786,01 Km2 atau sekitar 2,83% dari luas Prop. Sulawesi Selatan. Kabupaten Enrekang berbatasan dengan wilayah:  Sebelah utara: Kabupaten Tana Toraja  Sebelah timur: Kabupaten Luwu  Sebelah Selatan: Kabupaten Sidenreng Rappang  Sebelah Barat: Kabupaten Pinrang. Dalam pada itu, ia mempunyai kedudukan yang sama dengan lembaga peradilan lainnya dalam melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia ( vide. Pasal 20, 21, Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 1 Undang- undang nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman), dan pada pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 4
  • 5. 2004 disebutkan bahwa semua peradilan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia adalah peradilan Negara dan ditetapkan dengan undang-undang. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi dan Finansial di Lingkungan Peradilan Umum dan Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama ke Mahkamah Agung, tanggal 23 Maret 2004 maka secara administratif pembinaan organisasi, administrasi dan finansial Peradilan Agama tidak lagi berada di bawah Departemen Agama namun dialihkan ke Mahkamah Agung sesuai dengan maksud pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 bahwa pembinaan teknis peradilan, organisasi, administrasi dan financial pengadilan dilakukan oleh Mahkamah Agung. B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Stratejik Pengadilan Agama Enrekang Tahun 2010-2014 mempunyai maksud : 1. Memberikan gambaran yang jelas tentang masa depan serta kondisi lima tahun ke depan Pengadilan Agama Enrekang yang akan diwujudkan melalui penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) peradilan sebagai lembaga pelayanan hokum. 2. Memberikan acuan atau landasan pertanggungjawaban kepada masyarakat (stakeholder) pencari keadilan dalam hal kontribusi Pengadilan Agama Enrekang dalam pembangunan hokum di wilayah Kabupaten Enrekang. 5
  • 6. 3. Menjadi bahan evaluasi bagi lingkungan internal dan eksternal mengenai sejauhmana Pengadilan Agama Enrekang dapat memamfaatkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) serta berusaha meminimalisasi segala kelemahan (weaknesses) dan hambatan (threatment) dalam pelaksanaan tupoksi. 4. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pertanggungjawaban pimpinan Pengadilan Agama Enrekang dan jajarannya dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi peradilan berdasarkan visi dan misi Pengadilan Agama Enrekang. Tujuan penyusunan Rencana Stratejik adalah : 1. Tersusun dokumen perencanaan taktis stratejik Pengadilan Agama Enrekang yang berfokus pada skala prioritas stratejik dalam wilayah hokum Kabupaten Enrekang. 2. Tersusun dokumen perencanaan yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan kinerja tahunan Pengadilan Agama Enrekang serta dasar penilaian akuntabilitas kinerja penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi peradilan. 3. Terwujudnya keterpaduan dan sinergi kebijakan dan program Pengadilan Agama Enrekang. C. Tugas Pokok dan Fungsi Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi peradilan mengacu pada Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 jo Undang- Undang No. 50 Tahun 2009 dan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2005 tanggal 31 Januari 2005 tentang Sekretariat Mahkamah Agung 6
  • 7. Tugas pokok pengadilan agama sebagaimana disebutkan dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 adalah : 1. Memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari’ah. 2. Memberikan itsbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah. 3. Menyelesaikan sengketa hak milik atau sengketa lain yang subyek hukumnya orang –orang yang beragama Islam, sepanjang berkaitan dengan pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006. 4. Tugas dan wewenang lainnya yang diberikan oleh dan atau berdasarkan peraturan Undang-undang, antara lain memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada Lembaga Kenegaraan baik di Pusat maupun di Daerah, apabila diminta. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan teknis yustisial dan administrasi kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyelesaian perkara dan eksekusi. 2. Memberikan pelayanan dibidang administrasi perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya. 3. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur dilingkungan Pengadilan Agama ( Umum, Kepegawaian dan Keuangan). 7
  • 8. 4. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam pada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama. 5. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan diluar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum Islam sebagaimana diatur dalam pasal 107 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 6. Waarmerking akta keahliwarisan di bawah tangan untuk pengambilan deposito/tabungan, pensiunan dan sebagainya. 7. Melaksanakan tugas penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah sesuai dengan pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang telah diperbaharui yang kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009. 8. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum, memberikan/melaksanakan hisab rukyat dalam penentuan awal pada tahun hijriyah. C. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Rencana Stratejik (Renstra) Pengadilan Agama Enrekang Tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut : Kata Pengantar, Daftar Isi. 8
  • 9. BAB I Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang Kondisi Umum,maksud dan tujuan, tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta sistematika penyajian. BAB II Visi, Misi dan tujuan, dijelaskan mengenai rencana strategis 2010-2014 beserta Visi dan Misi, tujuan dan sasaran strategis, program utama dan kegiatan pokok. BAB III Arah Kebijakan dan strategis, dalam bab ini diuraikan hasil pengukuran kinerja (perbandingan antara target dan realisasi kinerja), analisis akuntabilitas kinerja, termasuk didalamnya diuraikan pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja. BAB IV Penutup, dalam bab ini diuraikan kesimpulan dan saran. LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Struktur Organisasi 2. Matriks Rencana Strategis 2010-2014 9
  • 10. BAB II RENCANA STRATEGIS 2010-2014 PENGADILAN AGAMA ENREKANG A. Pernyataan Visi dan Penjelasan Maknanya. Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita atau bahkan tujuan hukum (rechtsidea) yang ingin diwujudkan. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan yang menyangkut kemana Pengadilan Agama Enrekang akan dibawah dan diarahkan dapat berkarya secara konsisten, tetap eksis, antisipatif, inovatif, dan needed (dibutuhkan) oleh masyarakat (stakeholder). Untuk melaksanakan dan menjabarkan tugas pokok tersebut diperlukan rencana stratejik berupa visi dan misi Pengadilan Agama Enrekang yang pada pokoknya bertujuan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Visi Pengadilan Agama Enrekang adalah sebagai berikut : ”MEWUJUDKAN PENGADILAN AGAMA ENREKANG SEBAGAI PERADILAN YANG BERSIH, BERWIBAWA DAN PROFESIONAL DALAM PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN”. Pernyataan visi Pengadilan Agama Enrekang tersebut memiliki pokok pengertian sebagai berikut : 10
  • 11. Pengadilan Agama Enrekang yang bersih, mengandung makna bahwa bersih dari pengaruh non hukum baik berbentuk kolusi, korupsi dan nepotisme, maupun pengaruh tekanan luar dalam upaya penegakan hukum. Bersih dan bebas KKN merupakan topik yang harus selalu dikedepankan pada era reformasi. Terbangunnya suatu proses penyelenggaraan yang bersih dalam pelayanan hukum menjadi prasyarat untuk mewujudkan peradilan yang berwibawa. Berwibawa, mengandung arti bahwa Pengadilan Agama Enrekang kedepan dipercaya sebagai lembaga peradilan yang memberikan perlindungan dan pelayanan hukum sehingga lembaga peradilan tegak dengan kharisma sandaran keadilan masyarakat. Profesionalisme, mengandung arti yang luas, profesionalisme dalam proses penegakan hukum, profesionalisme dalam penguasaan ilmu pengetahuan hukum dan profesionalisme memanajemen lembaga peradilan sehingga hukum dan keadilan yang diharapkan akan terwujud dan dirasakan oleh segenap masyarakat. B. Pernyataan Misi dan Penjelasan Maknanya. Misi Pengadilan Agama Enrekang sesuai dengan tugas pokoknya Menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan oleh ummat Islam di Indonesia di bidang perkawinan, waris dan wasiat, wakaf, zakat, infak, hibah, shadaqah dan ekonomi syari’ah adalah : 11
  • 12. 1. Mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan; 2. Meningkatkan sumber daya aparatur peradilan; 3. Meningkatkan pengawasan yang terencana dan efektif; 4. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat; 5. Meningkatkan sarana dan prasarana hukum. Penjelasan makna misi : Misi pertama ”mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan” mengandung makna bahwa untuk mewujudkan lembaga peradilan yang bersih, berwibawa dan profesionalisme, maka pelaksanaan proses peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan merupakan langkah antisipatif terhadap eofora reformasi hukum yang selalu didengungkan masyarakat. Apatisme masyarakat terhadap peradilan yang selalu menganggap bahwa berproses ke pengadilan akan selalu lama, berbelit-belit dan memakan waktu dan biaya yang mahal ditepis dengan misi tersebut. Misi kedua ”meningkatkan sumber daya aparatur peradilan” yang dimaksud dengan sumber daya aparatur peradilan meliputi pejabat hakim, kepaniteraan, kejurusitaan serta kesekretariatan. Peningkatan sumber daya dimaksud dapat dilakukan melalui : (1) pendidikan formal (2) pendidikan dan pelatihan terstruktur (3) pengalaman kerja melalui mutasi terencana. Misi ketiga ”meningkatkan pengawasan yang terencana dan efektif”. Pengawasan merupakan tindakan untuk : (1) menjaga agar pelaksanaan tugas lembaga sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang 12
  • 13. berlaku, (2) mengendalikan agar administrasi peradilan dikelola secara tertib sebagaimana mestinya dan aparat peradilan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, (3) menjamin terwujudnya pelayanan publik yang baik bagi para pencari keadilan yang meliputi : kualitas putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat dan biaya perkara yang murah. Pengawasan yang terencana dan efektif diharapkan dapat mengurangi sorotan dan kritikan terhadap lembaga peradilan. Misi keempat ”meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat”, bahwa ada tiga pilar yang menentukan kesuksesan pencapaian tujuan hukum yakni (1) substansi hukum, (2) struktur hukum, (3) budaya hukum. Budaya hukum sangat terkait dengan kesadaran dan ketaatan hukum suatu masyarakat. Dikemukakan ada tiga tingkatan kualitas ketaatan hukum, pertama ketaatan hukum yang bersifat Compliance, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan hanya karena takut terkena sanksi, kedua ketaatan hukum yang bersifat identification, yaitu jika seorang taat terhadap suatu aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan orang lain menjadi rusak, ketiga ketaatan hukum yang bersifat internalization yaitu jika seorang taat terhadap hukum karena ia merasa aturan itu sesuai dengan nilai-nilai instrinsik yang dianutnya. Model ketaatan yang ketiga sangat diharapkan terwujud dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Enrekang untuk mencapai visi misiya. Misi kelima ”meningkatkan sarana dan prasarana hukum” yang mengandung makna bahwa tanpa adanya sarana dan fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan prasarana tersebut mencakup sarana gedung, sarana organisasi yang baik, sarana peralatan yang memadai, sarana keuangan yang cukup dan lain-lain. 13
  • 14. C. Tujuan dan Sasaran Strategis 1. Tujuan Tujuan stratejik adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu secara bertahap. Tujuan stratejik ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis stratejik. Tujuan stratejik tidak harus dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, akan tetapi harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang. Tujuan stratejik akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Meningkatkan motivasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelayanan masyarakat 2. Menciptakan mobilitas kerja dan kualitas pelayanan (client service) agar tercapai dan terpenuhi sesuai dengan target. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana kantor 4. Mewujudkan pelayanan administrasi dan informasi terpadu. 14
  • 15. 2. Sasaran Strategis Sasaran stratejik adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indicator sasaran. Yang dimaksud dengan indicator sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indicator sasaran disertai dengan rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing- masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesiambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana stratejik. Dari tujuan tersebut ditetapkan sasaran yaitu : 1. Terwujudnya kesejahteraan pegawai, meningkatkan kualitas SDM pegawai, meningkatkan mutu dan jumlah tenaga terampil dan professional, terciptanya keamanan dan kebersihan agar lingkungan terjaga serta terpelihara dengan baik serta meningkatkan koordinasi dan konsultasi ke PTA Makassar dan Mahkamah Agung serta pihak terkait. 2. Tersedianya dan meningkatnya sarana dan prasarana yang menunjang kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari. 3. Tersedianya informasi dan dokumentasi serta adanya standarisasi biaya perkara. 4. Terwujudnya system pelayanan administrasi dan informasi yang akurat. 5. Terlaksananya penyelesaian perkara secara cepat, sederhana dan biaya ringan. 6. Terwujudnya ketertiban administrasi perkara. 15
  • 16. 3. Indikator Kinerja Guna mencapai sasaran tersebut dirancang pula indicator sasaran. Yang dimaksud dengan indicator sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indicator sasaran disertai dengan rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-masing. Dari sasaran diatas berikut adalah indicator sasarannya : 1. Persentase perkara perkawinan yang diterima. 2. Persentase perkara kewarisan yang diterima. 3. Persentase perkara perkawinan yang dimohon banding. 4. Persentase perkara kewarisan yang dimohon banding. 5. Persentase perkara perkawinan yang dimohon kasasi. 6. Persentase perkara kewarisan yang dimohon kasasi. 7. Jumlah perkara wasiat. 8. Jumlah perkara hibah. 9. Jumlah perkara wakaf 10. Jumlah perkara infaq dan sadaqah. 11. Jumlah sosialisasi hokum. 12. Persentase saldo/sisa perkara. 16
  • 17. 13. Persentase perkara yang dimediasi. 14. Persentase perkara perkawinan yang diputus/selesai. 15. Persentase perkara kewarisan yang diputus/selesai. 16. Persentase perkara yang dieksekusi. 17. Persentase perkara prodeo. 18. Persentase perkara sidang keliling. 19. Biaya perkara perkawinan. 20. Biaya perkara kewarisan. 21. Biaya perkara Lainnya. 22. Jumlah pegawai yang mengikuti diklat/bimtek. 23. Jumlah pegawai yang mengikuti workshop. 24. Koordinasi PA. Enrekang ke PTA Makassar. 25. Jumlah surat yang masuk/keluar. 26. Jumlah barang Komputer/Laktop. 27. Jumlah Printer. 28. Daftar Inventaris. 29. Jumlah barang inventaris yang rusak berat. 17
  • 18. 30. Jumlah penghapusan barang inventaris. 31. Biaya pemeliharaan gedung kantor. 32. Biaya pemeliharaan kendaraan dinas roda empat. 33. Biaya pemeliharaan kendaraan dinas roda dua. 34. Biaya jasa keamanan dan kebersihan kantor. 35. Pengadaan buku perpustakaan. 36. Persentase penggunaan buku perpustakaan oleh pegawai. 37. Jumlah barang meubelair/inventaris. 38. Jumlah Anggaran DIPA 39. Jumlah realisasi anggaran DIPA 40. Laporan pertanggungjawaban administrasi keuangan 41. Laporan rencana program kerja. 42. Pembuatan laporan evaluasi kerja. D. Analisis Lingkungan, Faktor Penentu Keberhasilan Analisis kondisi strategis sangat urgen dalam menentukan perencanaan dan berorientasi pada kebutuhan dan keserasian lingkungan, sehingga perencanaan disusun sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat. 18
  • 19. Analisis kondisi strategi menggunakan metode analisis SWOT (strengths, weaknesses, oppotunities and thereaths) terhadap kondisi real dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Enrekang. Dengan melakukan analisis peluang/kesempatan yang tersedia dan hambatan yang ada, maka dapat dirumuskan kebijakan dalam bentuk rumusan rencana strategis Pengadilan Agama Enrekang ke depan. analisis SWOT (strengths = kekuatan, weaknesses = kelemahan, oppotunities = kesempatan and thereaths = ancaman) tersebut dibagi dalam bentuk : 1. Analisis lingkungan internal Ada dua sisi pada lingkungan internal : a. Kekuatan atau keunggulan Pengadilan Agama Enrekang mempunyai yurisdiksi wilayah hukum Kabupaten Enrekang, serta mempunyai kompetensi di wilayah Kabupaten Enrekang berupa penambahan kewenangan yaitu Ekonomi Syariah untuk memberikan pelayanan hukum secara optimal kepada masyarakat yang penduduknya mayoritas agama Islam. b. Kelemahan Masih terbatasnya jumlah pegawai pada Pengadilan Agama Enrekang. 19
  • 20. 2. Analisis lingkungan eksternal. a. Peluang Penerapan sistem satu atap Pengadilan Agama dibawah naungan Mahkamah Agung bersama Peradilan Umum, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara. Pendudukan Kabupaten Enrekang masyoritas beragama Islam sehingga kekuasaan Pengadilan Agama menyangkut rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai bidang perdata tertentu merupakan peluang pemberdayaan lembaga peradilan agama untuk memberikan pelayanan hukum. Animo peningkatan sumber daya aparat, yaitu adanya sejumlah aparat Pengadilan Agama Enrekang yang telah mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S1 dan S2) tanpa bea siswa dari instansi. b. Hambatan 1. Hampir setiap tahun Pengadilan Agama Enrekang memiliki saldo/sisa perkara yang seharusnya terselesaikan pada tahun sebelumnya namun sisa perkara tersebut terselesaikan pada tahun berikutnya. Hal tersebut terjadi karena perkara masuk pada akhir tahun. 2. Lambatnya penyelesaian perkara disebabkan oleh adanya perkara ghaib atau perkara yang tidak jelas domisili bagi pihak berperkara, sedangkan penyelesaian perkara telah memiliki batas waktu penyelesaian sebagaimana yang telah diatur oleh Undang-undang. 20
  • 21. 3. Perkara permintaan bantuan yaitu perkara bagi pihak yang berdomisili di luar yurisdiksi Pengadilan Agama Enrekang atau pihak yang berperkara berada di luar negeri, yang menginginkan penyelesaian perkaranya di Pengadilan Agama Enrekang. 4. Rendahnya tingkat kesadaran hukum masyarakat. 5. Krisis multi dimensi yang masih belum berakhir. E. Program Utama dan Kegiatan Pokok Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, Pengadilan Agama Enrekang memiliki kebijakan dan program yaitu : 1. Peningkatan mutu pelayanan dalm hal ini penerimaan perkara, dengan 11 (sebelas) kegiatan : 1.1. Menerima pendaftaran perkara baru; 1.2. Menyampaikan relaas panggilan kepada para pihak perkara; 1.3. Menyampaikan relaas pemberitahuan-pemberitahuan kepada yang tidak hadir pada saat pembacaan putusan; 1.4. Menyampaikan panggilan ikrar talak kepada para pihak; 1.5. Menerima pendaftaran perkara banding dan mencatat dalam buku register perkara tingkat banding; 1.6. Menyampaikan relaas pemberitahuan-pemberitahuan kepada pembanding dan terbanding; 1.7. Menerima pendaftaran perkara kasasi dan mencatat dalam buku register perkara tingkat kasasi; 21
  • 22. 1.8. Menyampaikan relaas pemberitahuan-pemberitahuan kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi; 1.9. Menerima pendaftaran perkara PK dan mencatat dalam buku register perkara tingkat PK; 1.10. Menyampaikan relaas pemberitahuan-pemberitahuan kepada pemohon PK dan termohon PK; 1.11. Melakukan tahapan persiapan persidangan perkara tingkat pertama; 2. Peningkatan mutu dalam persidangan dengan 4 (empat) kegiatan : 2.1. Menyelesaikan sisa perkara gugatan/permohonan; 2.2. Melakukan pemeriksaan perkara tingkat pertama; 2.3. Menyidangkan perkara baru tingkat pertama melalui tahap persidangan; 2.4. Melakukan mediasi yang dilakukan oleh Hakim Mediator yang telah ditunjuk; 3. Peningkatan mutu pelayanan dalam mengadili/memutus perkara, dengan 6 (enam) kegiatan : 3.1. Memutus sisa perkara tingkat pertama; 3.2. Memutus perkara tingkat pertama; 3.3. Membuat salinan putusan 3.4. Menyampaikan salinan putusan; 4. Peningkatan mutu pelayanan dalam penyelesaian perkara, dengan 3 (tiga) kegiatan : 4.1. Melaksanakan eksekusi dengan target 2 perkara ; 22
  • 23. 4.2. Membuat akta cerai dan di terimanya akta cerai oleh berkas suami dan istri serta di terimanya salinan putusan/penetapan oleh pihak-pihak yang berkepentingan; 4.3. Melakukan sidang keliling untuk memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat pencari keadilan, di daerah yang sulit di jangkau; 5. Pengelolaan biaya perkara, dengan 4 (empat) kegiatan : 5.1. Membuat surat keputusan panjar biaya perkara ; 5.2. Menetapkan alokasi komponen biaya perkara tingkat pertama; 5.3. Membuat dan memasang papan biaya perkara ; 5.4. Membuat pembukuan dan petanggung jwaban biaya perkara ; 6. Pengendalian manajemen, dengan 9 (sembilan) kegiatan : 6.1. Membuat uraian pekerjaan dan pembagian tugas ; 6.2. Menyusun rencana dan program kerja ; 6.3. Pencatatan hasil kerja ; 6.4. Menyusun pedoman kerja ; 6.5. Melakukan evaluasi program kerja ; 6.6. Menanggapi dan menindak lanjuti pengaduan dari masyarakat 6.7. Membuat laporan berkala adanya pengaduan ; 23
  • 24. 6.8. Pembentukan hakim pengawas bidang ; 6.9. Melakukan pengawasan teknis yustisial dan administrasi ; 7. Peningkatan mutu pelayanan dan kesejahteraan pegawai, dengan 31 (tiga puluh satu) kegiatan : 7.1. Mengusulkan peserta test yang lulus untuk di angkat sebagai calon pegawai Negri Sipil ; 7.2. Mengikut sertakan CPNS untuk mengikuti LPJ/PRAJABNAS ; 7.3. Mengusulkan surat keputusan pegawai Negri sipil bagi CPNS yang telah memenuhi syarat ; 7.4. Melakukan penyumpahan dan pelantikan terhadap CPNS yang telah di angkat sebagai PNS ; 7.5. Mengirimkan pegawai Negri sipil untuk mengikuti diklat bendaharawan ; 7.6. Mengirimkan pegawai Negri sipil untuk mengikuti Workshop ; 7.7. Membuat SK kenaikan gaji Berkala bagi pegawai Negri sipil PA Bantaeng ; 7.8. Mengusulkan kenaikan pangkat ; 7.9. Mengusulkan kenaikan pangkat yang didelegasikan/dikuasakan oleh mahkama Agung ; 7.10. Melakukan sidang Tim Promosi dan Mutasi (TPM) dan sidang beperjakat ; 7.11. Membuat usulan surat keputusan pengangkatan Tim pengelola Dana Kepaniteraan ; 7.12. Membuat usulan surat keputusan pengangkatan/pemindahan dari dan dalam jabatan yang didelegasikan/dikuasakan oleh PTA Makassar ; 24
  • 25. 7.13. Melakukan penyumpahan dan pelantikan jabatan pejabat baru ; 7.14. Membuat SPMT/SPMJ terhadap pejabat PA Bantaeng ; 7.15. Mengusulkan SPMT/SPMJ terhadap ketua PA kepada PTA Makassar ; 7.16. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan jajaran peradilan Agama se PTA Makassar ; 7.17. Melaksanakan pembina pegawai PA Bantaeng ; 7.18. Merekap absensi pegawai PA Bantaeng setip bulan ; 7.19. Menerbitkan surat ijin cuti pegawai ; 7.20. Mengusulkan KARIS/KARSU pegawai ; 7.21. Mengusulkan KARPEG ; 7.22. Mengusulkan askes ; 7.23. Melakukan penataan file pegawai ; 7.24. Mengolah dan mengirimkan laporan kepegawaian ; 7.25. Membuat statistis pegawai ; 7.26. Mengirimkan pegawai Negri sipil untuk mengikuti pelatihan verifikasi dan validasi data kepegawaian (SIMPEG); 8. Peningkatan tertib administrasi persuratan, dengan 3 (tiga) kegiatan :8.1. Memerima, mencatat dan mendistribusikan surat ; 25
  • 26. 8.2. Mengarsipkan surat ; 8.3. Melakukan retensi arsip ; 9. Peningkatan mutu pengelolaan administrasi sarana dan prasarana, dengan 8 (delapan) kegiatan : 9.1. Mengadakan sarana prasarana kantor ; 9.2. Menyelenggarakan administrasi SABMN ; 9.3. Mendistribusikan peralatan SABMN/SMAPBMN (membuat DIR ,KIB ,DIL DAN BIB); 9.4. Mengadakan dan menatausahkan keperluan rumah tangga kantor ; 9.5. Menghapus barang investaris kekayaan Negara (non kendaraan dinas); 9.6. Menghapus investaris kekayaan Negara kendaraan yang rusak berat ; 9.7. Merekapitulasi laporan investaris dari UPB dan mengirim laporan investaris kepada PPI,PBI, dan PEBIN ; 9.8. Menerbitkan surat ijin pemakaian kendaraan dinas PA Bantaeng ; 10. Peningkatan mutu pengelolaan pelayanan rumah tangga kantor, dengan 5 (lima) kegiatan : 10.1. Memelihara gedung kantor Pengadilan Agama Bantaeng, seluas 1350M ; 10.2. Memelihara kendaraan dinas 1 unit roda 4 ; 26
  • 27. 10.3. Memelihara 10 unit kendaraan roda 2 ; 10.4. Memelihara sarana gedung ; 10.5. Memelihara keamanan dan kebersihan lingkungan kantor seluas 1350M; 11. Peningkatan mutu pelayanan perpustakaan, dengan 5 (lima) kegiatan :` 11.1. Membuat tata terbid dan sanksi bagi pengguna perpustakaan ; 11.2. Menetapkan pengelola perpustakaan; 11.3. Melakukan pembuatan katalogisasi; 11.4. Membuat kartu tanda anggota; 11.5. Melakukan pemeliharaan/perawatan buku/kutib; 12. Peningkatan sarana dan prasarana Pengadilan Agama Enrekang, dengan 3 (tiga) kegiatan : 12.1. Merealisasikan belanja modal pengadaan perlengkapan sarana gedung Meubelari; 12.2. Merealisasikan belanja modal pengadaan peralatan dan Mesin/penambahan daya listrik sebanyak 16.000 watt; 12.3. Merealisasikan belanja modal pengadaan alat pengolah data/IT 13. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan, dengan 6 (enam) kegiatan : 13.1. Membuat/menyusun dan mengirimkan RKA-KL; 13.2. Merealisasikan DIPA satuan kerja PA Bantaeng; 27
  • 28. 13.3. Merealisasikan belanja barang pengadilan Agama Bantaeng ; 13.4. Merealisasikan sidang keliling untuk memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat pencari keadilan; 13.5. Mengirimkan laporan realisasi anggaran DIPA; 14. Membuat pembukuan dan pertanggungjawaban administrasi keuangan DIPA Pengadilan Agama Enrekang. 28
  • 29. BAB III PENUTUP Rencana Strategis Pengadilan Agama Enrekang 2010-2014 merupakan acuan bagi Pengadilan Agama Enrekang dalam penyelenggaraan hukum dan keadilan, Renstra ini juga dapat dijadikan landasan bagi penilaian / pencapaian kinerja bagi Pengadilan Agama Enrekang. Dengan adanya Renstra ini diharapkan Pengadilan Agama Enrekang dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efisien dan efektif sehingga pelayanan hukum terhadap masyarakat dapat diberikan secara maksimal. Pencapaian kinerja kegiatan-kegiatan yang mendukung program tidak selalu tergambarkan dalam keberhasilan atau kegagalan pencapaian indikator sasaran, karena masih dipengaruhi oleh pencapaian kinerja program lain. Satu program dapat ditujukan untuk pencapaian sasaran lebih dari satu, demikian pula sebaliknya satu sasaran dapat dicapai oleh lebih dari satu program. 29