2. USHUL FIQHI
العام والخاص
Oleh:
RIZKY
YUSUF
RIJAL
KAMIS,14 FEBRUARI 2013
3. Konteks di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits merupakan dua
sumber hukum yang menetapkan hukum syar’i, konteks Al-
Qur’an dan Al-Hadits tersebut bisa ADA yang berupa berupa
lafadz umum atau khusus.
DidalamAl-Quar’an ada lafadz umum yang
dikhususkan,dll. Tentunya akan merubah posisi
hukum sebelumnya.
Dalam lafadz khosh ini terdapat lafadz mutlak yang dapat
menetapkan hukum secara absolute dengan catatan tidak ada
dalil yang mengikatnya. Jika lafadz itu berbentuk perintah
(‘amar), maka obyek yang diperintahkannya wajib, atau
berbentuk larangan (nayhi) maka obyek yang dilarang itu haram.
4. Definisi Al’Aam
Lafadz al-‘aam ialah
menurut istilah ushul fiqhi adalah :
الَّفْظُ اْلمُسْتَغْرِقُ لِجَمِيْعِ مايََصْلُوْحُ بِحَسْبِ وَضْعٍ وَاحِدٍ دَ فعَة
“Lafaz yang mencakup akan semua apa saja masuk padanya dengan satu
ketetapan & sekaligus”
Hanafiah memberi definisi sebagai berikut:
“Lafaz Amm ialah suatu lafaz yang mencakup arti secara
keseluruhan”.
Kata al-insan (manusia), maka didalam kata-kata al-insan ini termasuk
semua manusia yang ada didunia ini, baik manusia kecil maupun besar,
baik dia merdeka maupun dia masuk golongan budak, baik dia bebas
maupun terikat.
“keumuman al-‘Aam bersifat menyeluruh). (Umumul Aam Syumuliyun wa
umumul muthlaq badaliyun)
lafadz al-“Amm dapat memperoleh satuan-satuan di dalamnya sekaligus
5. Lafadz-lafadz al-‘Aam
1. Lafadz كُلٌّ
contoh:
كقوله تعالى : كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ]
وقوله تعالى : إنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ ]
“setiap manusia akan meninggal dunia”(Qs. Ali Imran:185)
“setiap orang pasti ada penjaganya”[Qs. At-thariq:4)
2. Lafadz جَمِيْعٌ
كقوله تعالى : فَسَجَدَ الْمَلََئِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ ]
وقوله تعالى : لََغُْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ]
“maka bersujudlah seluruh malaikat itu semuanya bersama”[Qs. Al
hijr:30]
“pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”[Qs.shad:82]
6. Lafadz-lafadz al-‘Aam
3. Isim Ma’rifah dengan Alif dan Lam
قوله تعالى : وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا ,
وقوله تعالى : الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِئَةَ جَلْد ةٍ .
كقوله تعالى : وَ الْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأنَْفُسِهِنَّ ثَلََثَةَ قُرُوءٍ
وقوله تعالى : إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الََْسْفَلِ مِنَ النَّار “ada pun laki-laki maupun perempuan yang mencuri potonglah tangan
keduanya”.[Qs. Al-maidah:38]
“pezina perempuan dan laki-laki, maka derahlah masing-masing dari keduanya
seratus kali”.[Qs. AN-nur:2]
“Wanita-wanita yang ditalakhandaklah menahandiri (menunggu) tiga kali
quru'.[Qs. Albaqarah;228]
“sungguh orang munafik itu(ditempatkan) pada tingkatan paling bawah dari
neraka”[Qs. An-nisa’:145)
7. Lafadz-lafadz al-‘Aam
4. Isim Ma’rifah dengan Idlofah(Mudlofilaih)
كقوله تعالى : يُوصِيكُمُ اللََُّّ فِي أَوْلََدِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِ الَْنُْثَيَيْنِ
وقوله تعالى : حُ رمَتْ عَلَيْكُمْ أمَُّهَاتكُُمْ وَبَنَاتكُُمْ
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, yaitu
bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan”.(Qs. An-nisa’:11]
“diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu,dan anak-anakmu yang perempuan(Qs.An-nisa’:23)
5. Isim-isim Syarat ( ( أسْمَاءُ الشَرْطِ
كقوله تعالى: ] فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْه [
وقوله تعالى : ]وَ مَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللََّّ [
“Barang siapa yang diantara kamu ada dibulan itu, maka berpuasalah”(Qs. Al-baqarah:185)
“segala yang baik yang kamu kerjakan Allah mengetahuinya”(Qs.Al-baqarah: 197)
6. Isim-isimPertanyaan ( ( أسْمَاءُ الإسْتِفْهَامِ
كقوله تعالى : ] قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلَِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ [
وقوله تعالى :] مَتَى نَصْرُ اللََِّّ [
“mereka berkata, siapakah yang melakukan(perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh
termasuk dia orang yang zalim”.(Qs.AL-biya’:59)
“kapankah datang pertolongan Allah ?”(Qs.Al-baqarah: 214)
8. Lafadz-lafadz al-‘Aam
7. Isim-isimPenyambung ( ( ألَسْمَاءُ الْمَوْصُوْلَة
كقوله تعالى : ]وَاللََّئِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُم[ْ
وقوله تعالى : إنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى [
“Dan perempuan perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuan mu”.(Q.S. al-Thalaq: 4).
“sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim”.(Qs.An-nisa’:
10)
8. Isim Nakiroh yang Mempunyai Sifat Umum
كقوله تعالى : ] قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَة خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذ ى[
وقولهتعالى :] وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْأَعْجَبَكُمْ [
“perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah
yang diiringi tindakan yang menyakiti”.(Qs.Al-baqarah: 263)
“sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik dari laki-laki
musyrik meskipun dia menarik hatimu”(Qs.Al-baqarah:261)
9. Lafadz-lafadz al-‘Aam
9. Isim Nakiroh yang Terdapat pada Kalimat Peniadaan ( ( النَّكِرَة الْوَاقِعَةُ فِي سِيَاقِ ال نَّفْىِ
كقوله تعالى :] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لََ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْ ر ا مِنْهُمْ [
وقولهتعالى : إِنَّ اللَََّّ قَدْ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَ قٍ حَقَّهُ فَلََ وَصِيَّة لِوَارِثٍ [
وكقوله. : ] لََ هِجْرَة بَعْدَ الْفَتْح [
“wahai orang-orang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain,(karena) boleh jadi mereka(yang diperolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok)”(Qs.Al-hujurat: 15)
“sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada segala yang mempunyai haq, maka
tidak wasiat kepada Ahli waris”.
“tidak ada hijrah setelah fathul makkah”.
10. Semua Isim Jenis ( أسْمَاءُ الَجْنَاسِ ), seperti) ) الْمَاءُ , الترَُّابُ , اَلْحَيَوَانُ , النَّاسُ
كقوله تعالى : يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ .
وكقوله : الْمَاءُ طَهُورٌ لََ يُنَ جسُهُ شَىْءٌ .
“Wahai manusia !sembahlah tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum
kamu,agar kamu bertakwa”.(Qs.Al-baqarah:21)
“air itu suci dan tidak dinajisi oleh sesuatu”
10. MACAM-MACAM BENTUK ‘AMM
1- Lafadz ‘Aam Diperuntukan Umum( ( ألعَامُّ يُرَادُ بِهِ الْعُمُوْم
] قوله تعالى : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ الْإِنْسَ إِلََّ لِيَعْبُدُونِ . ]الذاريات: ٥٦
Artinya:
“Dan aku tidak menciptaka jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
2- Lafadz ‘Aam Diperuntukan Khusus( ( ألْعَامُّ يُرَادُ بِهِ الْخُصُوْصُ
] كقوله تعالى : وَلِلََِّّ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَ بِي لَ ]آل عمران: ۹۷
Artinya:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi)
orang yang sanggup Mengadakan perjalanan keBaitullah”
3- Lafadz ‘Aam Yang Dikhususkan( ( ألعَامُّ الْمَخْصُوْصُ
.] كقوله تعالى : وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأنَْفُسِهِنَّ ثَلََثَةَ قُرُوءٍ ]البقرة: 228
Artinya:
“Wanita-wanita yang ditalakhandaklah menahandiri (menunggu) tiga kali
quru'.
11. DalalahLafadz ‘Aam ( ( دَلََلَةُ الْعَا م
DalalahLafadz ‘Aam sebelum Ditakhsis( ( دَلََلَةُ الْعَا م قَبْلَ التَّخْصِيْصِ
أنَّ دَلََلَةَ الْعَا م الَّذِيْ لَمْ يُخَصَّصْ تَكُوْنُ دَلََلَتهُُ دَلََلَة ظَ ن ـيَّة . )ذَهَبَ جُمْهُوْرُ الَصُوْلِيِ يْنِ (
”Dalalah ‘Aam yang belum ditakhsis merupakan dalalah dzonniyah. Pendapat
jumhur ulama ushul”.
Dalalah Lafadz ‘Aam Setelah Ditakhsis ( ( دَلََلَةُ الْعَا م بَعْدَ التَّخْصِيْصِ
أنَّ دَلََلَةَ الْعَا م بَعْدَ التَّخْصِيْصِ ظَنِ ـيَّةٌ، فَإذَا خُ صصَ الْعَامُّ أَوَّلَ فَإنَّهُ يَصِحُّ أنْ يُخَصَّصَ بَعْ دَ ذَلِكَ بمَا هُوَ ظَنِ يُّ الدَّلََلَةِ ، وَذَلِكَ
كَخَبَرِ الآحَادِ أوِ الْقِيَاسِ .
“Dalalah ‘Aam yang telah ditakhsis merupakan dalalah dzonniyah. Untuk itu, jika
ada lafadz ‘Aam setelah ditakhsis maka kembali bisa ditakhsis dengan dalil dzonny,
seperti hadits ahad dan qiyas”.
وَذَلِكَ مِثْلُ قَوْ لهِ تعالى : وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لََ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِ ينُ لِلََِّّ ]البقرة: ۱۹۳ [. فَهَذَا حُكْمٌ عَامٌّ خُ صصَ بِالذِ م يِ
وَالْمُسْتَأمَنِ ، وَقَدْ صَحَّ بَعْدَ ذَلِكَ أنْ يُخَصَّصَ بَعْدَ هَذَا الْحُكْمِ بخَبَرِ الآحَادِ ، كَ قَوْ لهِ لِخَالِدِ بْنِ الْوَلِيْدِ فِيْهِ : لََ تَقْتلَنَّ امْرَأَة وَلََ
عَسِيْف ا
Contohnya adalah Firman Allah: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada
fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. (Q.S. al-
Baqarah: 193). Orang yang diperintahkan untuk diperangi bersifat ‘Aam
(menyeluruh dikacualikan (takhsis) – tentusaja – kafir dzimmi dan yang minta
dilindungi, setelah itu boleh ditakhsis kembali dengan hadits ahad, seperti sabda
Nabi kepada Khalid bin Walid: Janganlah kamu membunuh wanita dan anak-anak.
12. Al-‘Aam yang ditakhsis (dikhususkan)
Takhsis adalah mengeluarkan sebagian satuan-satuan
yang masuk di dalam lafadz Aam.
Mukhassis adalah dalil yang menjadi dasar pegangan
untuk adanya pengeluaran tersebut.
Dengan melihat keterangan di atas dapatlah diambil
kesimpulan bahwa dalil Aam tetap berlaku bagi satuan-satuan
yang masih ada sesudah dikeluarkan satuan
tertentu yang ditunjukkan oleh mukhassis.
Kaidah untuk itu adalah
الباقى فى حجّة التخصيص بعد العام
“Lafadz Aam setelah ditakhsiskan masih menjadi hujjah
(pegangan) bagi satuan-satuan yang terkandung di
dalamnya”.
13. اَلْخَاصُّ
Khas (Khusus)
Pengertian Khas اَلْخَاصُّ
الْخَاصُّ : هُوَ اللَّفْظُ وُضِعَ لِمَعْن ى وَاحِدٍ عَلَى سَبِيْلِ الإنْفِرَادِ أَوْ لكَثِيْرٍ مَحْصُوْرٍ
“Khas adalah suatu lafadz yang dibuat untuk menunjukan satu makna dengan cara
menyendirikan atau menunjukan benyak makna yang terbatas.
Pengkhususan Lafadz ‘Aam ( ( تَخْصِيْصُ الْعَا م
تَخْصِيْصُ الْعَا م هُوَ قَصْرُ الْعَا م عَلَى بَعْضِ أفْرَادِهِ
Takhshish al-’Aam adalah pengkhususan (pengecualian) lafadz ‘Aam terhadap
sebagian unsur-unsurnya
Contoh
] كقوله تعالى : وَلِلََِّّ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِي لَ ]آل عمران: ۹۷
Artinya:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang
sanggup Mengadakan perjalanan keBaitullah”
14. Penunjukan Takhsis
( دَلِيْلُ التَّخْصِيْصِ )
A). Takhsis Muttashil (Bersambung) dengan ‘aam ( ( التَّخْصِيْصُ الْمُتَّصِلُ بِالْع ا م
Ada 4 bagian yaitu:
Dengan Pengecualian ( ( اَلإسْتِثْنَاءُ
كقوله تعالى : فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَة وَلَ تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَة أ بَد ا وَأوُلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ إِلَ الَّذِينَ تَابُوا
“maka derahlah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka selama-lamanya, mereka itulah orang-orang yang
fasik.kecuali mereka yang bertaubat setelah itu”(Qs.An-nur:4-5)
Dengan Persyaratan ( ( اَلشَّ رْ ط
] كقوله تعالى : لِكُ ل وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَد ]النساء: ۱۱
“bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan’ jika dia(yang
meninggal mempunyai anak.(Qs.An-nisa’:11)
15. Dengan Mengganti Sebagian dari Keseluruhan ( ( بَدَلُ الْبَعْضِ مِنَ الْكُ ل
] كقوله تعالى : وَلِلََِّّ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَ بِيلَ ]آل عمران: ۹۷
“dan (diantara kewajiban manusia terhadap Allah adalah ibadah haji
kebaitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu”.(Qs.Ali-imran:
97)
Dengan Pemangkasan ( ( ا لـغ ا يَة
] كقوله تعالى : وَلَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ ]البقرة: ٢٢٢
“dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci”.(Qs.Al-baqarah:
222
2). Takhsis Munfashil (Yang Terpisah) dari ‘aam ( ( التَّخْصِيْصُ الْمُنْفَصِلُ عَن الْع ا م
Ada 4 bagian, yaitu:
Dengan logika ( ( اَلْعَقْلُ
] كقوله تعالى : وَلِلََِّّ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَ بِيلَ ]آل عمران: ۹۷
“dan (diantara kewajiban manusia terhadap Allah adalah ibadah haji
kebaitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu”.(Qs.Ali-imran:97)
16. Dengan Kebiasaan ( ( اَلْعُرْفُ
كقوله تعالى : وَ الْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلََدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَ امِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ .
] ]البقرة: ٢۳۳
“dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya 2
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara
sempurna”(Qs.Al-baqarah:233)
Dengan Indra ( ( اَلْحِسُّ
] كقوله تعالى : وَأوُتِيَتْ مِنْ كُ ل شَيْءٍ ]النمل: ٢۳
] وقوله تعالى : تدَُ مرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأمَْرِ رَبِ هَا ]الَحقاف: ٢٥
“dan dia danugrahi segala sesuatu”(Qs.An-naml:23)
“Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah tuhannya”(Qs.Al-ahqaf:
25)
Dengan Ketetapan ( ( اَلنَّصُّ
كَتَخْصِيْصِ الْقُرْآنِ بِالْقُرْآنِ , تَخْصِيْصُ الْقُرْآنِ بِالسُّنَّةِ الْمُتَوَا ترَةِ , تَخْصِيْصُ الْقُرْآنِ باِلسُّنَّةِ غَيْرِالْمُتَوَا ترَةِ , تَخْصِيْصُ
الْقُرْآنِ بِالْقِيَاسِ , تَخْصِيْصُ السُّنَّةِ باِلسُّنَّةِ , تَخْصِيْصُ الْقُرْآنِ بِ اِِلإجْمَاعِ .
17. PENTAKHSISAN
Dalam hal mukhassis nash syar’iy maka antara yang ditakhsiskan dan
pentakhsisnya haruslah sederajad seperti Al Qur’an dengan Al Qur’an atau Al
Qur’an dengan As sunnah Mutawattir
Demikian pula As sunnah shahihah dengan As sunnah Shahihah.
Namun demikian jumhur ulama membolehkan mentakhsis Al Qur’an dengan
As sunnah walaupun ahad, tetapi ulama hanafiah berpendapat hanya As
sunnah Mutawattirah atau yang masyhur saja yang boleh mentakhsis Al
Qur’an.
18. Takhsis Dengan Nash
( اَلتَّخْصِيْصُ بِالنَّ ص )
Contoh Takhsis al-Qur’an dengan al-Qur’an ( ( مِثَالُ تَخْصِيْصِ الْقُرْآنِ بِالْقُرْآنِ
Firman Allah: Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahandiri (menunggu) tiga
kali quru'.lalu di takhsis lewat firmannya: Dan perempuan perempuan yang
tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuan mu jika kamu
ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa idda mereka adalah tiga
bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan
perempuan perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itui alah sampai
mereka melahirkan kandungannya.(Q.S. al-Thalaq: 4).
Dan ditakhsis juga denganFirman Allah: Hai orang-orang yang beriman,apabila
kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu
ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak
wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya.
(Q.S. al-Ahzab: 49).
Contoh Takhsis al-Qur’an dengan Hadits Mutawatir ( ( مِثَالُ تَخْصِيْصِ الْقُرْآنِ بِالسُّ نَّةِ ِ الْمُتَوَاتِرَ
“dan (diantara kewajiban manusia terhadap Allah adalah ibadah haji kebaitullah,
yaitu bagi orang-orang yang mampu”.(Qs.Ali-imran:97). lalu ditakhsis lewat sabda
Rasul: “pena itu terangkat dengan tiga keadaan: seorang anak hingga ia baligh,
orang yang tidur hingga ia terbangun, dan orang yang gila hingga ia sadar”
19. Contoh Takhsis al-Qur’an dengan Hadits Tidak Mutawatir ( مِثَالُ
( تَخْصِيْصِ الْقُرْآنِ باِلسُّنَّةِ ِ غَيْرِالْمُتَوَاتِرَ “diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi, dan
daging(hewan) yang disembelih bukan (atas) nama Allah”.(Qs.Al-maidan:
3), lalu ditakhsis lewat hadits :” laut itu bersih airnya dan halal
bangkainya).
Contoh Takhsis al-Qur’an dengan al-Qiyas ( ( مِثَالُ تَخْصِيْصِ الْقُرْآنِ بِا لقِيَاسِ
قوله تعالى : الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِ ئَةَ جَلْدَةٍ ]النور: ٢[ خُ صَّ مِنْهُ الْعَبْدُ
باِلْقِيَاسِ عَلَى الََمَةِ الْمَنْصُوْصِ عَلَيْهَا في قوله تعالى : فَإِذَا أحُْصِنَّ فَإِنْ أَتَيْنَ بِ فَاحِشَةٍ فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَ ا عَلَى
] الْمُحْصَنَاتِ مِنَ الْعَذَابِ ]النسآء: ٢٥
“pezina perempuan dan laki-laki, maka derahlah masing-masing dari
keduanya seratus kali”.[Qs. An-nur:2], lalu ditakhsis;” "خُ صَّ مِنْهُ الْعَبْدُ
باِلْقِيَاسِ عَلَى الََمَةِ الْمَنْصُوْصِ
“dan apabila mereka telah berumah tangga(bersuami) tetapi
melakukan perbuatan keji(zina) maka hukuman bagi mereka setengah
dari perempuan- perempuan merdeka (yang tidak bersuami)”(Qs.An-nisa’:
25)
20. Contoh Takhsis al-Sunnah dengan al-Sunnah ( ( مِثَالُ تَخْصِيْصِ السُّنَّةِ ِ باِلسُّ نَّةِ ِ
قوله : فِيمَا سَقَتْ السَّمَاءُ الْعُشْرَ وَمَا سُقِيَ بِالدَّوَالِي نِصْفَ ا لعُشْرِ خُ صَّ ب قَوْ لهِ : لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ
أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ .
“terhadap lading yang disiram dengan air hujan zakatnya 10% dan ladang
yang disiram dengan mengunakan ember(mesin) zakatnya 5%” dan ditakhsis
dengan :” tidak ada zakat ketika tidak cukup 5 autsak(10 karung
Contoh Takhsis al-Qur’an dengan al-Ijma’ ( ( مِثَالُ تَخْصِيْصِ الْقُرْآنِ بِ اِِلإجْمَاع
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,
Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Lalu selain ( الْبَيْعَ /jual beli ), segala bentuk aktiftas yang berpotensi
melalaikan dan tertinggalnya sholat jum’at juga dilarang, dengan di-qiyas-kan
pada jual beli.
21. Dalalah Lafadz Khas
( دَلََلَةُ الْخَا ص )
الْخَاصُّ يَدُلُّ عَلَى مَعْنَاهُ دَلََلَة قَطْعِيَّة إذَا لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ دَلِيْلٌ يُصْرِفُهُ عَنْ هَذَا المَعْنىَ ، فَإذ ا وُجِدَ دَلِيْلٌ صَحَّ صَرْفُهُ عَنْ مَعْنَاهُ ،
وَكَانَ المُرَادُ مِنْهُ مَعْن ى غَيْرَ الَّذِيْ يَحْتَمِلُهُ .
وَمِثَالُ ذَلِكَ تَأوِيْلُ الحَنَفِيَّةِ }اَلشَّاة { في قول النبي : فِي كُ ل أَرْبَعِينَ شَاة شَاة إِلَى عِشْرِينَ وَمِ ائَةٍ فَلَفْظُ }أَرْبَعِينَ شَاة { خَاصٌّ ،
لََ يَحْتَمِلُ زِيَادَة وَلََ نُقْ صا ، ولكن تأولوا بِ }قِيْمَةِ الشَّاةِ {.
وكذلك في }الصَّاع { في الحديث : فَرَضَ رَسُولُ اللََِّّ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَا عا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَا عا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُ ر
وَالذَّكَرِ وَالَْنُْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تؤَُدَّى قَبْلَ خُرُو النَّاسِ إِ لَى الصَّلََةِ .
Lafadz khas menunjukan makna secara penunjukan pasti (dalalah qath’iyah) jika tidak
ada petunjuk yang memalingkan dari makna tersebut. Namun, jika didapat petunjuk
(yang memalingkan), maka dibolehkan berubah dari makna asalnya, menjadi makna
lain yang tidak biasa dikandungnya.
Contohnya adalah: penta,wilan lafadz ( اَلشَّاة /domba ) oleh kalangan Hanafiyah pada
sabda Nabi : “Pada setiap domba yang berjumlah 40 sampai 120, terdapat kewajiban
1 ekor domba”. Lafadz ( 40 / أَرْبَعِينَ شَاة domba ) adalah khas, tidak dimungkinan adanya
lebih dan kurang (dari 40 domba), akan tetapi Hanafiyah menta,wilnya dengan ( قِيْمَةِ الشَّاةِ
/harga 1 domba).Demikian pula penta,wilan lafadz ( الصَّاع ) pada sabda Nabi :
“Rosulullah mewajibkan zakat fitri sebanyak 1 sha’ dari kurma atau gandum kepada
budak, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak kecil, dan orang tua dari seluruh
kaum muslimin, dan memerintahkan hal tersebut dikeluarkan sebelum orang-orang
melaksanakan sholat ied (al-fitri)”.
22. Pembagian Dalil Mukhassis
menurut Ulama Jumhur
Pertama muttashil, yaitu dalil yang keberadaannya
bersamaan dengan ‘am, masih ada kaitan makna
juga bagian dari ‘am.
Kedua dalil munfashil, yaitu dalil yang keberadaannya
dapat berdiri sendiri.