Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi nematoda entomopatogen (NEP) dari Pulau Madura yang tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan, untuk mengendalikan hama tembakau Heliothis asulta dan Spodoptera litura. Metode yang digunakan meliputi isolasi NEP dari tanah, identifikasi NEP hasil isolasi, uji screening NEP terhadap hama, produksi massal NEP, dan pengujian efektivitas NEP di rumah kaca dan lapangan. Dihar
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Pekerti gitam adura
1. Usulan Penelitian
HIBAH PENELITIAN KERJA SAMA ANTAR PERGURUAN TINGGI
(Hibah PEKERTI)
Bidang Pertanian
Produksi Massal Nematoda Entomopatogen Isolat Madura
sebagai Agens Hayati Hama Tembakau
Heliothis asulta dan Spodoptera litura
Ir. Gita Pawana, MSi
Angkatan III- 2005
UNIVERSITAS TRUNOJOYO
2004
2. Halaman Pengesahan
Judul:
Produksi Massal Nematoda Entomopatogen Isolat Madura
sebagai Agens Hayati Hama Tembakau
Heliothis asulta dan Spodoptera litura
Tim Peneliti
Ketua Peneliti TPP
Nama : Ir. Gita Pawana, MSi
NIP : 131 975 907
Pangkat / Gol : Penata Tk. I / III-d
Jabatan : Lektor
Instansi : Fakultas Pertanian Univ. Trunojoyo
Alamat kantor : Jl. Raya Telang PO Box 2 Kamal Bangkalan
Telp : 031-3013234
Anggota Peneliti TPP
Nama : Ir. Sutjipto, MP
NIP : 132 296 704
Pangkat / Gol : Penata Muda / III-a
Jabatan : Asisten Ahli
Instansi : Fakultas Pertanian Univ. Trunojoyo
Alamat kantor : Jl. Raya Telang PO Box 2 Kamal Bangkalan
Telp : 031-3013234
3. VI. RINGKASAN
Aplikasi nematoda entomopatogen (NEP) sebagai bioinsektisida tidak lepas
dari faktor-faktor lingkungan (fisis) pembatasnya yang berpengaruh pada aktivitas
nematoda itu sendiri, toksisitas maupun virulensinya, yaitu kelembaban relatif yang
rendah, intensitas ultra violet (UV) dan temperatur yang tinggi, sehingga tujuan
penelitian ini adalah eksplorasi terhadap keanekaragaman hayati, khususnya pada
NEP yang diisolasi dari daerah dengan iklim ekstrim kering (pulau Madura) untuk
mendapatkan isolat yang relatif lebih resisten terhadap faktor-faktor fisis tersebut,
sehingga NEP bisa diaplikasikan untuk daerah yang lebih luas (selama ini masih
terbatas pada dataran tinggi)
Adapun tujuan khusus keberhasilan penelitian ini adalah untuk memperoleh
nematoda entomopatogen isolat madura yang bisa dipergunakan untuk
mengendalikan larva lepidoptera hama tembakau, dengan tingkat efektifitas yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah 1)
mengisolasi dan mengidentifikasi nematoda-nematoda entomopatogen dari pulau
Madura, 2) uji screening NEP yang telah diisolasi terhadap larva H. asulta dan S.
litura sebagai hama tembakau di pulau Madura, 3) menetukan tingkat patogenitas
NEP hasil isolasi, 4) produksi massal NEP dalam media dan in vitro dengan bahan
murah, 5) menentukan tingkat efikasi pada tanaman dalam rumah kaca, 6)
menentukan tingkat efikasi dengan pengujian lapang.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah, dengan
diperolehnya isolat NEP yang relatif lebih resisten terhadap faktor-faktor fisis
pembatasnya, 1) alternatif agens pengendalian hayati sebagai bioinsektisida dapat
lebih banyak, sehingga resistensi hama tanaman akibat penggunan bioinsektisida
secara tunggal dapat ditekan, 2) berhasilnya diketahuinya isolat-isolat NEP Indonesia
yang berpotensi untuk bioinsektisida. Selanjutnya dengan penelitian yang lebih lanjut
isolat yang diperoleh ini dapat digunakan sebagai upaya pengingkatan kualitas
bioinsektisida sebagai inovasi teknologi yang dapat dipatenkan.
4. VII. Uraian Lengkap Penelitian yang Diusulkan
1. Konteks
1.1 Ruang Lingkup Penelitian
Kekayaan keanekaragaman hayati merupakan keunggulan komperatif negara
kita dibandingkan dengan negara lainnya, oleh karenanya eksplorasi
keanekaragaman hayati merupakan aktivitas penting dalam upaya pencaraian /
pemanfaatan agens hayati berpotensi.
Sehubungan dengan aktivitas usahatani sebagai mata pencaharian yang utama
bagi sebagaian besar penduduk negara kita, maka upaya peningkatan kuantitas dan
kualitas produk selalu menjadi acuan dalam pengembangan pertanian berkelanjutan
sebagai tujuan akhir pembangunan pertanian.
Salah satu alternatif upaya peningkatan kuantitas dan kualitas produk
pertanian dapat dilakukan dengan pemanfaatan agens-agens hayati entomopatogen
sebagai pengganti insektisida sintetik yang telah diketahui banyak berdampak negatif
dalam mengendalikan serangga hama tanaman, seperti resistensi, resurjensi, matinya
serangga bukan sasaran (musuh alami), mencemari dan merusak lingkungan
termasuk fauna penyusun struktur ekosistem. Namun demikian pemakaian agens
hayati sebagai bioinsektisida, didalam perkembangannya dalam jangka waktu yang
lama ternyata pada serangga hama juga bisa menjadi resisten, jika aplikasi agens
hayati tersebut digunakan secara tunggal dan terus menerus, seperti dikemukakan
oleh Tabasnik et al. , (1992) bahwa di Hawai, telah terjadi adanya peningkatan
ketahanan Plutella. xylostella terhadap Bacillus thuringiensis dan Ahmad 1999
mengemukakan bahwa di Lembang Jawa Barat B. thuringiensis var. aizawai-kurstaki
sudah tidak mampu untuk membunuh P. xylostella, karena ulat daun kubis tersebut
telah mengalami resistensi. Berdasarkan keadaan ini maka eksplorasi agens hayati
pada keanekaragaman hayati yang kita punyai sebagai bioinsektisida harus dilakukan
terus dalam upaya memperbanyak alternatif agens pengendalian, sehingga resistensi
dapat ditekan.
Nematoda entomopatogen (NEP) dari genus Steinernematidae dan
Heterorhabditidae merupakan parasit yang efisien bagi serangga-serangga yang
hidup di tanah atau pada stadia tertentu hidup dalam tanah, memiliki virulensi yang
5. tinggi terhadap inangnya, membunuh inangnya dengan cepat (24 – 48 jam), dapat
diproduksi secara massal baik di media invitro maupun di media invivo, (Sulistyanto
dan Ehlers, 1996).
NEP mudah diaplikasikan dengan menggunakan alat sprayer standar, dan
kompatibel dengan cara pengendalian kimia yang lain, dengan konsentrasi 0,5 X 106
/m2
NEP Heterorhabditis bacteriophora dapat membunuh Phyllopertha horticola
sebesar 89 % (Sulistysnto, 1997).
Kemudian dilaporkan oleh Sulistyanto dan Zuroidah, (1999) bahwa
berdasarkan uji laboratorium NEP Steinernema spp. isolat lokal dapat menyebabkan
angka mortalitas yang cukup tinggi, yaitu pada larva P. xylostella mencapai 68 %
dan pada larva Crocidolomia binotalis mencapai 77 % dalam 48 jam setelah aplikasi,
dengan konsentrasi 100 IJ/ml dan dalam skala lapang menggunakan dosis 0,5
juta/m2
, dan keeuntungan lain yang diperoleh dari NEP ini adalah tidak berbahaya
terhadap organisme bukan sasaran seperti musuh alami, (Sulistyanto dan Harahap,
2003).
Dikemukakan oleh Klein (1990), bahwa di dalam laboratorium NEP dapat
mempunyai spektrum inang yang cukup luas seperti Steinernema carpocapsae
mampu menginfeksi 250 spesies serangga dari 75 famili dalam 11 ordo, namun
demikian sejauh ini hasil yang memuaskan di laboratorium tidak dapat 100% bisa
berhasil diterapkan di lapang (Sulistyanto dan Ehlers, 1996). Hal ini menunjukkan
bahwa NEP pada habitatnya ataupun aplikasinya sebagai bioinsektisida di lapang
mempunyai kekhususan inang, dimana kekhususan inang diakibatkan oleh
mekanisme infeksi dan patogenitasnya (Simoes dan Rosa, 1996)
Mekanisme patologi NEP memarasit serangga inang dengan jalan penetrasi
secara langsung melalui kutikula ke dalam hemocoel atau melalui lubang-lubang
alami, seperti spirakel, mulut dan anus. Dikemukakan oleh Simoes dan Rosa (1996)
bahwa terdapat interaksi mutualistik antara NEP dan bakteri Xenorhabdus spp. atau
Photorhabdus sp, dimana bakteri simbion tersebut terdapat dalam saluran
pencernakan dari juvenil infektif (NEP). Proses kematian serangga berawal dari
6. pelepasan bakteri simbion oleh nematoda dalam haemolimph setelah nematoda
masuk kedalam tubuh serangga, di dalam tubuh serangga bakteri bereproduksi dan
menghasilkan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan nematoda,
selanjutnya nematoda memakan sel bakteri dan jaringan inangnya (Ehlers, 1996).
Kemampuan NEP untuk bisa sampai ke dalam haemocoel serangga dengan
pelepasan enzim proteolitik dan ketahanan internal serangga merupakan faktor
spesifik yang menentukan virulensinya dalam menyerang serangga inang (Simoes
dan Rosa, 1996).
Disisi lain dalam aplikasi NEP sebagai bioinsektisida tidak lepas dari faktor-
faktor lingkungan (fisis) pembatasnya yang berpengaruh pada aktivitas nematoda itu
sendiri, toksisitas maupun virulensinya, yaitu kelembaban, intensitas ultra violet
(UV) juga temperatur. Seperti dikemukakan oleh Brown dan Gaugler (1997) bahwa
pada temperatur 25o
C juvenil infektif dari S. carpocapsae sudah mulai mati,
demikian juga jika terjadi penurunan kelembaban relatif dari 100% menjadi 75%,
dan pada suhu 25o
C tersebut dapat menghambat keluarnya juvenil infektif dari ulat
ngengat lilin yang telah mati.
Seperti penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Pawana dan Sutjipto
(2001), bahwa efektifitas aplikasi S. carpocapsae untuk mengendalikan H. asulta
pada tanaman tembakau di Kab. Bangkalan dan Sampang kalah efektif dibandingkan
dengan deltamethrin, demikian juga dengan virus polihedral inti (NPV).
Dikemukakan oleh Sutjipto (2002) berdasarkan hasil uji patogenitas di laboratorium
NEP yang diisolasi dari areal pertanaman salak di Kec. kota Bangkalan ternyata
menunjukkan potensi tinggi sebagai agens hayati.
Berdasarkan uraian ini maka perlu dilakukan eksplorasi terhadap
keanekaragaman hayati, khususnya pada nematoda-nematoda entomopagen yang
diisolasi dari daerah dengan iklim ekstrim kering (pulau Madura) untuk mendapatkan
isolat yang relatif lebih resisten terhadap faktor-faktor fisis, sehingga bisa
diaplikasikan untuk daerah yang lebih luas (tidak terbatas pada dataran tinggi)
Selanjutnya pada isolat-isolat yang telah diperoleh dilakukan screening untuk
menentukan bagaimanakah spesifikasi inangnya, utamanaya terhadap H. asulta dan
S. litura pada tanaman tembakau, sebagai komodeti pertanian andalan di pulau
Madura, yang kemudian dilanjutkan dengan uji patogenitasnya. Tahapan berikutnya
7. adalah produksi massal NEP secara in vitro dengan menggunakan media murah.
Kemudian pada NEP hasil produksi massal dilakukan uji tingkat efikasi baik dalam
rumah kaca maupun uji efikasi pada areal pertanaman tembakau di berbagai
kabupaten di pulau Madura.
1.2 Tujuan Penelitian
Kemudian adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengisolasi dan mengidentifikasi nematoda-nematoda entomopatogen dari
pulau Madura.
2. Melakukan uji screening NEP yang telah diisolasi terhadap larva H. asulta
dan S. litura sebagai hama tembakau di pulau Madura.
3. Menentukan tingkat patogenitas NEP hasil hasil isolasi
4. Produksi massal NEP dalam media in vitro dengan bahan murah..
5. Menentukan tingkat efikasi pada tanaman dalam rumah kaca .
6. Menentukan tingkat efikasi dengan pengujian lapang
2. Metode
2.1 Isolasi dan Identifikasi Nematoda Entomopatogen.
2.1.1 Isolasi NEP
Pengambilan sampel tanah
Isolasi NEP dilakukan dari sampel tanah lahan tanaman tembakau. Sampel
tanah diambil dari berbagai sudut lahan tembakau yang ada di Pamekasan dan
Sumenep dengan kedalaman tidak lebih dari 30 cm. Sampel tanah dikondisikan
dalam keadan lembab (10% dari berat tanah)
Pelaksanaan Isolasi.
Sampel tanah diisikan pada gelas-gelas kaca sebayak setengahnya,
kemudian dimasukkan larva G. mellonella atau T. molitor yang diletakkan di
dalam kain kasa. Selanjutnya ditimbun dengan sampel tanah sampai gelas terisi
penuh. Kemudian gelas ditutup dan disimpan dalam keadaan gelap selama 3 – 5
hari. Selanjutnya dengan metode perangkap white, larva serangga yang mati
dengan menunjukkan gejala berwarna coklat / merah, diletakkan diatas kertas
saring Whatman yang terletak pada petri kecil yang diletakkan secara terbalik,
selanjutnya petri kecil tersebut diletakkan pada petri besar, dimana kertas saring
8. tersebut menjulur kedasar petri besar yang berisi air sampai setengah tinggi petri
kecil. Kemudian diinkubasikan selama 7 – 14 hari pada suhu 25o
C, selama itu
nematoda akan keluar dan turun ke air. Nematoda dipisahkan dengan saringan
selanjutnya disimpan dalam larutan Ringer’s. Selajutnya pada masing-masing
NEP yang berhasil diisolasi dilakukan identifikasi dan dipernayak secara invivo
untuk digunakan pada pengujian screening NEP.
2.1.2 Identifikasi NEP
Identifikasi nematoda entomopatogen yang ditemukan adalah dengan cara
sebagai berikut:
a. Pengamatan Morfologis/Morfometriks
Identifikasi dilakukan dengan metode morfometriks, ciri-ciri morfologi
infektive juvenile dan jantan dicocokan dengan kunci determinasi oleh Poinar
(1979), karakteristik diagnosa yang sangat penting antara lain; Jantan dibedakan
dari bentuk dan dimensi dari panjang, bentuk dan besar spicula, susunan dan
jumlah genital papillae dan ada tidaknya mucron. Identifikasi pada juvenil
infektif betina antara lain posisi site line, ekskretori porus, nerve ring, dan
panjang esophagous (ES), jarak antara akhir anterior sampai ekskretori porus
(EP), panjang ekor (T), jarak antara ankhir anterior dengan ekskretori porus (EP),
setelah diukur dari masing-masing infektive juvenile nematoda dapat dihitung
dengan rumus D= EP/ES x 100% atau E= EP/T x 100%. Masing-masing
perlakuan identifikasi akan dilakukan dengan 50 infektive juvenile dengan 3
ulangan (n=150).
b. Perkawinan Silang (Cross Breeding)
Isolat yang telah didapatkan diperlakukan uji perkawinan silang pada
serangga inang yaitu Tenebrio molitor, G. mellonella dan atau ulat bambu dalam
kondisi segar atau masih hidup. Nematoda entomopatogen yang telah dipisahkan
berdasarkan panjang dan ukurannya, disuntikan (n=20) pada larva serangga inang
yang ditempatkan satu persatu dalam kertas filter Whatman no. 1 yang lebih dulu
dibasahi 15% kelembaban. Selanjutnya disilangkan sampai semua isolat
terwakili. Pengamatan dilakukan setelah 3 - 5 hari untuk melihat hasil keturunan
9. dari persilangan, yaitu dengan membedah larva serangga G. mellonella, Tenebrio
molitor atau Ulat bambu. Bila nematoda yang telah disuntikan berkembang maka
nematoda tersebut berasal dari satu spesies tetapi bila tidak dapat berkembang
maka berasal dari jenis yang berbeda.
c. Uji Gejala Kutikula Serangga Inang
Uji gejala pada serangga inang berfungsi untuk melihat gejala serangan
oleh nematoda parasit serangga pada bagian kutikula yang ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi bakteri simbion,
Xenorhabdus spp. atau Photorhabdus spp. yang dikeluarkan oleh nematoda pada
saat didalam tubuh serangga inang. Pengujian gejala menggunakan ulat bambu
yang berwarna putih namun dapat juga digunakan G. mellonella atau Tenebrio
molitor sebagai alternatif. Uji gejala dilakukan dengan menginokulasi nematoda
entomopatogen fase juvenil infektif dan ditempatkan pada temperatur ruang
selama 24-48 jam. Hasilnya cukup dapat dijadikan acuan untuk membedakan
antara Steinernematidae dan Heterorhabditidae, yaitu jika terinfeksi.
Steinernematidae kutikula inang akan berwarna hitam kecoklatan / caramel dan
jika terinfeksi Heterorhabditidae kutikula inang akan berwarna merah muda.
d. Perbanyakan Nematoda Entomopatogen secara in vivo
Perbanyakan nematoda entomopatogen isolat lokal dilakukan secara in
vivo dalam larva serangga G. mellonella, Tenebrio molitor dan atau ulat bambu
dengan menginokulasi dengan 100 IJ nematoda. Setelah 24-48 jam (serangga
mati) dipindahkan dalam cawan Petri dengan memakai metode perangkap white,
yaitu cawan petri diisi air steril dan larva serangga mati diletakan melingkar
diatas kertas saring Whatman, setelah 6-7 hari nematoda entomopatogen sudah
bisa dipanen dengan menyaring air yang berisi nematoda entomopatogen dengan
saringan berukuran 15 um. Hasil perbanyakan nematoda entomopatogen
disimpan dalam air steril dalam tabung Corning dalam suhu kamar, yang
nantinya dipergunakan untuk melakukan uji screning.
10. 2.2 Uji Screening NEP terhadap larva H. asulta dan S. litura.
Evaluasi nematoda entomopatogen (isolat lokal yang ditemukan ) diujikan
dengan menggunakan larva H. asulta dan S. litura instar II dan III untuk diambil satu
jenis nematoda entomopatogen yang paling efektif terhadap larva tersebut di atas.
Pengujian dilakukan pada botol plastik 60 ml yang disisi dengan daun tembakau
sebagai pakan. Setiap botol diisi satu larva H. asulta atau S. litura yang sebelumnya
diinokulasikan nematoda entomopatogen (hasil isolasi) dengan konsentrasi 1000
juvenil/larva, setiap ulangan ada 3 botol dan diulang lima kali (n = 15). Mortalitas
larva dihitung 1 - 14 hari setelah inokulasi.
2.3 Menentukan tingkat patogenitas NEP hasil produksi massal secara in vitro.
Uji pendahuluan (pengujian LC 50 ) dilakukan terhadap Larva H. asulta dan
S. litura instar 2 – 3. Secara individual larva diletakan dalam botol plastik 60 ml
yang disisi dengan daun tembakau sebagai pakan. Setiap botol diisi satu larva H.
asulta atau S. litura yang sebelumnya diinokulasi dengan isolat NEP hasil
perbanykan secara in vivo, pada konsentrasi 275, 550, 1100, 2200, dan 4400 IJ/ml.
Diulang tiga kali, setiap ulangan digunakan lima ekor larva (n=15). Pengamatan
dilakukan terhadap mortalitas larva setiap hari sampai dengan hari ke dua. Data hasil
pengamatan dianalisis dengan analisa probit (Finney, 1971) setelah dikoreksi dengan
rumus Abbot (1925).
Selanjutnya berdasarkan nilai LC 50 dilakukan pengujian patogenisitas
dengan menggunakan 3 konsentrasi di atas LC 50 sampai LC 90. Pengujian ini
dilakukan dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji Duncan
taraf 5%, semua perlakuan diulang 3 kali, setiap ulangan digunakan 5 ekor larva.
Pengamatan mortalitas dilakukan 24 jam, 2 dan 3 hari setelah aplikasi. Presentasi
kematian larva dihitung dengan rumus Abbot (1925).
2.4 Produksi Massal NEP dalam media in vitro dengan bahan murah.
2.4.1 Uji Pendahuluan
Uji ini digunakan untuk mencari komposisi media yang tepat, murah dan
mudah diperoleh. yang dapat untuk membiakkan massal NEP secara optimal.
Sebagai acuan adalah komposisi standard (Bedding culture) yang digunakan
11. dilaboratorium pengendalian hayati Univ. Jember, adalah menggunakan 3,25 g
Nutrient Broth (Oxoid/Difco); 1,28 g bacto yeast extract; 57,6 g tepung kedelai; 46,5
g minyak jagung; 216 g air dan 18 g spon.
Bahan uji yang terdiri atas konsentrat, tofu dan kuning telur digunakan untuk
menggantikan tepung kedelai dan air secara proposional, kemudian diremas-remas
sehingga meresap penuh dalam spon, kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer 500
ml, ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan kemudian di autoclave 121 o
C
selama 15 menit.
Bakteri dari tubuh nematoda di isolasi dan di tumbuhkan pada media BSA
(10 g Nutrient Broth (Difco), 10 g Trypcase Soja (Bio Merieux), 5 g Yeast extract
(Difco), 5 g Casein (Pepton), 0.21 g CaCl2.H2O, 0.35 g KCl, 5.0 g NaCl dan 1000
ml Aquadest), dishakker pada 25o
C dalam gelap. Setelah 24 jam, bakteri
diinokulasikan ke media Bedding steril sebanyak 5 ml, dan diinkubasi pada25o
C
dalam gelap. Setelah 24 jam nematoda disterilkan dengan hyamin 0,1% selama 30
menit, dicuci 3 kali dengan air steril kemudian diinokulasikan kedalam media
Bedding dengan konsentrasi 250.000 IJs/Erlenmeyer, kemudian diinkubasi pada
25o
C selama 14 hari (F2). Perkembangan NEP dalam media di amati dan diambil
tiga komposisi media untuk diuji lebih lanjut.
2.4.2. Uji Komposisi Media
Tiga komposisi media yang memperlihatkan perkembangan NEP yang baik
digunakan untuk menguji optimalisasi perkembangan nematoda. Dengan prosedur
yang sama pada poin 2.4.1, dibuat 3 ulangan untuk masing masing komposisi media.
Perlakuan kondisi lingkungan penyimpanan diberikan yaitu (1) pada suhu 25o
C pada
kondisi gelap, (2) pada suhu 25o
C pada kondisi ruangan yang dipengaruhi peredaran
siang & malam (gelap dan terang), (3) pada suhu ruangan laboratorium 27-30o
C pada
kondisi gelap dan (4) pada suhu ruangan laboratorium 27-30o
C pada kondisi ruangan
yang dipengaruhi peredaran siang & malam (gelap dan terang). Setelah memperoleh
F2 pada hari ke-14, nematoda yang berada di Erlenmeyer dan spon dihitung jumlah
fase daur Juvenile dan dewasa.
12. Secara statistik pengujian menggunakan Analisis Variance dari RAL 2
faktorial dengan tiga perlakuan media yang diperlakukan 4 perlakuan suhu
penyimpanan dan diulang tiga kali. Uji jarak menggunakan Polinomial Orthogonal.
2.4.3 Analisa Biaya Produksi
Formula media yang paling ekonomis dinilai dari segi pemakaian bahan baku
berbanding dengan hasil tertinggi nematoda dari masing-masing resep media.
Penghitungan menggunakan asumsi bahwa biaya produksi hanya terdiri dari biaya
bahan baku tanpa termasuk biaya-biaya variabel serta biaya biaya tetap lainnya.
Metode perhitungan menggunakan besaran biaya per-nematoda yang merupakan
modifikasi dari metode analisa biaya per-unit pada sistem akuntansi biaya.
Biaya perunit ini kemudian dikalikan dengan satuan 106
sehingga diperoleh
besar biaya bahan baku untuk memproduksi satu juta nematoda
2.5 Menentukan Tingkat Efikasi pada Tanaman Dalam Rumah Kaca.
Berdasarkan hasil pengujian patogenitas dilanjutkan dengan pengujian efikasi
di rumah kaca. Pengujian dilakukan terhadap tanaman dengan umur 15 hari setelah
tanam yang diinokulasi 20 ekor larva H. asulta dan S. litura instar 2 - 3. 24 jam
setelah inokulasi diaplikasikan NEP dengan 100 kali dari 3 konsentrasi terbaik hasil
uji patogenitas. Pengujian ini dilakukan dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan uji Duncan taraf 5%, semua perlakuan diulang 3 kali, setiap ulangan
digunakan 5 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap tingkat mortalitas 2 dan 3
hari setelah aplikasi.
2.6 Menentukan Tingkat Efikasi dengan Pengujian Lapang
3 konsentrasi terbaik berdasarkan hasil pengujian tingkat efikasi pada
tanaman dalam rumah kaca digunakan sebagai perlakuan untuk melakukan pengujian
pada areal pertanaman tembakau di kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan
Sumenep. Pengujian dilakukan terhadap tanaman yang berumur 15 hari setelah
Biaya per ekor nematoda =
Total biaya bahan baku
Jumlah nematoda yang dihasilkan
13. tanam, dengan volume seprot 400 l/ha. Pengujian ini dilakukan dengan pola dasar
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan uji Duncan taraf 5%, semua perlakuan
diulang 3 kali, setiap ulangan digunakan 5 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap
populasi hama yang masih hidup 2 dan 3 hari setelah aplikasi. Sebagai parameter
penunjang dilakukan pengamatan jumlah NEP yang diperoleh dari hasil pembedahan
terhadap larva yang mati terserang NEP.
3. Target/indikator Keberhasilan Penelitian
Awal Diperoleh NEP isolat Madura yang teridentifikasi
Diperoleh NEP isolat Madura yang berpotensi
sebagai bioinsektisida
Pertengahan Isolat yang berpotensi sebagai bioinsektisida bisa
diproduksi secara masal dengan media in vitro yang
murah
Akhir Diperoleh NEP yang bisa diaplikasikan pada daerah
dengan iklim ekstrim kering.
4. Jadwal Penelitian Tahun I
Aktivitas
Bulan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Isolasi
2. Identifikasi
Pengamatan morfometrik
Perkawinan silang
Uji gejala pada kutikula
Perbanyakan secara in vivo
3. Uji screening
4. Uji patogenitas
Uji pendahuluan (LC 50)
Pengujian patogenitas
4. Seminar
6. Pelaporan
Keterangan:
Semua Aktivitas di lakukan di TPM
14. Jadwal Penelitian Tahun II
Aktivitas
Bulan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Produksi NEP dengan me-
dia in vitro
Uji pendahuluan
Uji komposisi media
2. Pengujian tingkat efikasi
NEP pada rumah kaca
3. Pengujian tingkat efikasi
NEP di lapang
4. Seminar
5. Pelaporan
Keterangan:
Aktivitas Produksi NEP di lakukan di TPM
Pengujian tingkat efikasi di rumah kaca dan lapang di lakukan di TPP
5. Pelaksanaan Kerjasama
Pertimbangan dalam menentukan TPM dilakukan atas dasar track record dan
kepakaran TPM yang dianggap cukup baik dan dalam bidang NEP, serta sarana
peralatan laboratorium pendukung yang dimiliki TPM, sehingga TPP bisa
memanfaatkan fasilitas dan keahlian TPM, juga TPP dapat mengadopsi dan
mencontoh budaya penelitian yang ada di TPM.
Selanjutnya rencana kerjasama yang diusulkan adalah atas pelaksanaan
semua tahapan penelitian yang melibatkan TPP dan TPM, yang meliputi:
1. Dimulai dengan penyusunan proposal secara bersama, TPM menyediakan
laboratorium dan segala fasilitas peralatannya untuk pelaksanaan penelitian ini.
2. TPM berkewajiban membimbing TPP selama melaksanakan kegiatan penelitian
khususnya selama berada di TPM.
3. Segala sesuatu masalah yang dijumpai selama kegiatan penelitian ini berlangsung
(perubahan langkah ataupun tahapan, metode penelitian) maka wajib diketahui
baik oleh TPM.
4. TPP dan TPM mempunyai hak yang sama untuk kesempurnaan selama kegiatan
penelitian, dimana langkah-langkah tersebut berdasarkan kesepakatan bersama
antara TPP dan TPM.
15. 6. Daftar Pustaka
Ahmad, I. 1999. Dossage Mortality Studies With Bacillus thuringiensis And Neem
Ekstract On Diamonback Moth, Plutella xylostella (Lepidoptera :
Plutellidae), J. Perlintan Indonesia. 5 (2) : 67 – 71.
Ehlers, R.U., 1996. Current and Future of Use Nematodes in Biocontrol Practice and
Commercial Aspects in Regard to Regulatory Policies. Biocontrol. Science
and Technology 6: 303-316pp.
Brown, I. M and Gaugler. 1997. Temperature and Huminity emergence and
Survival of Entomopathogenic Nematodes 43 (5) 335-3375.
Klein, M.G, 1990. Efficacy Against Soil-inhabiting Insect Pests, in
Entomopathogenik Nematodes in Biological Control, (Eds.) Gaugler, R. and
H. Kaya). CRC Press Boca Raton. FL. 192-214p.
Pawana, G dan Sutjipto. 2001. Evaluasi Efektifitas Steinernema carpocapsae
Terhadap Heliothis asulta pada tanaman tembakau di Bangkalan.
Laporan Penelitian. Universitas Trunojoyo.
Pawana, G. 2002. Efikasi Agens Hayati Virus Polihedral Inti (NPV) dan
Steinernema carpocapsae Terhadap Heliothis asulta pada tanaman
tembakau di Pamekasan. Laporan Penelitian Universitas Trunojoyo.
Simoes, N and Rosa, J, S. 1996. Pathogenecity and Host Specisity of
Entomopathogenic nematodes. Biocontrol Science and Tecnology.
Sutjipto. 2002. Patogenitas Nematoda Entomopatogen Isolat Kebun Salak
Bangkalan Terhadap Plutella xylostella. Laporan Penelitian Universitas
Trunojoyo.
Sulistyanto, D. and R.U. Ehlers, 1996. Efficacy of the Entomophatogenic
Nematodes Heterorhabditis megidis and H. Bacteriophora for control of
grubs (Phylloperta horticola and A. contaminans) in golf turf. Biocontrol.
Science Technology 6: 247-250pp.
Sulistyanto, D dan Zuroidah, E. 1999. Patogenitas Nematoda Entomopatogen
Steinernema carpocapsae (All strain) Sebagai Pengendali Hayati Hama
Utama Kubis di Indonesia Pltella xylostella (Lepidoptera: Pyrillidae)
Thesis.
Sulistyanto, D. dan M. Harahap, 2003. Respon hama kubis Plutella xylostella dan
Croccidolomia binotalis terhadap adaptasi dan virulensi NEP Steinernema
carpocapsae (All strain). Prosiding Kongres VI PEI dan Simposium
Entomologi, 5 – 7 Maret 2003. Bogor. 1-11pp.
16. VIII. Usulan Dana Penelitian
Tahun I
1. Honororium
No Pelaksana Jumlah
pelaksana
Jumlah (Rp) Jumlah bulan Biaya
1 TPP 2 600.000/bln 10 12.000.000
2 Ketua TPM 1 1.000.000/bln 6 6.000.000
3 Anggota TPM 1 750.000/bln. 6 4.500.000
Jumlah biaya I 22.500.000
2. Operasional (TPP)
Jenis pengeluaran / spesifikasi Volume Biaya Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Media pembiakan serangga
perangkap NEP
2 kemasan 1.200.000 2.400.000
Pemeliharaan serangga perangkap
NEP
2 bln 650.000/bln 1.300.000
Botol kolektor sampel tanah 600 buah 750 450.000
Kain muslin 3 m2
5.500 16.500
Transportasidari lokasi TPP ke
lokasi pengambilan sampel
2 orng 750.000 1.500.000
Air distilasi 50 lt 3.000 150.000
Kapas steril 10 glng 5.000 50.000
Foto positif dan negatif 10 rol 75.000 750.000
Pelaporan 10 buah 75.000 750.000
Jumlah biaya II 7.366.500
3. Operasional di TPM
Jenis pengeluaran / spesifikasi Volume Biaya Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Kertas Saring Whatmann 10 buah 75.000 750.000
Air destillata 50 liter 2.500 125.000
Membran Filter Steril Spartan
ukuran 0,2um
100 buah 20.000 2.100.000
Kapas Steril 10 gulung 5.000 500.000
Pipet Plastik 10 – 1000 ul
Eppendorf
1000 buah 1.000 1.000.000
Gelas Mikropipet 50 ul 100 buah 20.000 200.000
Media pembiakan serangga uji dan
rearing NEP
1 set 1.050.000 1.050.000
Biaya pemeliharaan serangga uji 6 bln 650.000 3.900.000
Tabung Plastik Croning 30 dan 60
ml Volume
50 buah 20.000 1.000.000
Mikro Injektor 100 ul Vol. 1 set 3.500.000 3.500.000
Pipet Mikro Eppendorf 10-1000 ul
Vol.
1 set 3.125.000 3.125.000
Aerotor Nematoda 10 buah 200.000 2.000.000
Jumlah biaya III 19.250.000
17. 4. Perjalanan dan Akomodasi
Kota / Tempat tujuan Volume Biaya satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Transport Lokal di TPM 2 org x 4 bln 300.000 2.400.000
Bangkalan – Jember 2 org x 2 100.000 400.000
Jember – Bangkalan 2 org x 2 100.000 400.000
Biaya Hidup di TPM 2 org x 4 bln 1.500.000 12.000.000
Jumlah biaya IV 15.200.000
Jumlah biaya I + II + III + IV 64.316.500
Tahun II
1. Honororium
No Pelaksana Jumlah
pelaksana
Jumlah (Rp) Jumlah bulan Biaya
1 TPP 2 600.000/bln 10 12.000.000
2 Ketua TPM 1 1.000.000/bln 6 6.000.000
3 Anggota TPM 1 750.000/bln. 6 4.500.000
Jumlah biaya I 22.500.000
2. Operasional di TPP
Jenis pengeluaran / spesifikasi Volume Biaya Satuan
(Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
Sewa lahan 4 lokasi 1.200.000 4.800.000
Pengolahan tanah 4 lokasi 600.000 2.400.000
Bibit, tanam dan pupuk 4 lokasi 1.500.000 6.000.000
Irigasi 4 lokasi 500.000 2.000.000
Biaya pemeliharaan tanaman 4 lokasi x 4 bln 150.000 2.400.000
Transportasi lokal 4 lokasi x 2 org x 5 50.000 2.000.000
Glyserol 400 ml 10.000 400.000
Poliback, bibit temkau, pupuk 1 paket 600.000 600.000
Pemeliharaan tanaman dalam
rumah kaca
4 bln 100.000 400.000
Jumlah biaya II 20.000.000
3. Operasional di TPM
Jenis pengeluaran / spesifikasi Volume Biaya Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Beef ekstrak 1000 gram 1.000 1.000.000
Yeast Salt Medium 1 set 1.425.000 1.425.000
NBTAgar 1 set 1.000.000 1.000.000
Air destillata 50 liter 2.500 125.000
Kapas Steril 10 gulung 5.000 500.000
Gelas Mikropipet 50 ul 100 buah 20.000 200.000
Jarum Ose/Inoulsi 30 set 25.000 750.000
Mac Konkey Medium 1000 gram 100.000 1.000.000
BTB Agar 1 set 2.000.000 2.000.000
Media pembiakan serangga uji dan
rearing NEP
1 set 1.050.000 1.050.000
Tabung Plastik Croning 30 dan 60
ml Volume
50 buah 20.000 1.000.000
TTC Sigma 20 gram 15.000 300.000
Nutrient Broth 500 gram 100.000 500.000
Tabung Plastik Croning 20 set 25.000 500.000
Kain Nilon 10 meter 20.000 200.000
18. Gelas Erlemeyer 250 ml 50 buah 5.500 275.000
Hand Counter 10 buah 25.000 250.000
Foto positif dan negatif 10 rol 75.000 750.000
Pelaporan 10 buah 75.000 750.000
Jumlah biaya III 13.575.000
4. Perjalanan dan Akomodasi
Kota / Tempat tujuan Volume Biaya satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Transport Lokal di TPM 2 org x 3 bln 300.000 1.800.000
Bangkalan – Jember 2 org x 2 200.000 800.000
Jember – Bangkalan 1 org x 2 300.000 600.000
Biaya Hidup di TPM 2 org x 3 bln 1.500.000 9.000.000
Akomodasi TPM di TPP 1 org x 7 500.000 3.500.000
Jumlah biaya IV 15.700.000
Jumlah biaya I + II + III + IV 71.775.500
IX Rencana Penelitian Selanjutnya
Rencana kelanjutan penelitian dari tahun ke 3 sampai ke 5 adalah karaterisasi
isolat NEP asal pulau madura terhadap faktor-faktor fisis, seperti intensitas UV,
temperatur, kelembaban relatif, pH dan tekanan udara yang dapat ditoleransi oleh
juvenil infektif, artinya pada kondisi fisis yang diberikana tersebut juvenil infektif
masih toksit yaitu dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi dan cepat.
Kemudian dilanjutkan terhadap tingkat potensi resistensinya, artinya seberapa
lama serangga inang dari NEP tersebut bisa menunjukkan peningkatan ketahananan
terhadap serangan NEP.
Aktivitas akhir yang akan dilakukan adalah menentukan formulasi yang
mapan berdasarkan pengujian di laboratorium, semi lapang atau lapang dari hasil
formulasi yang dilakukan, terhadap larva dari hama tanaman pertanian lainya.
Adapun pendanaan diusulkan melalui Hibah Pekerti, PHB ataupun Fondation
yang lainnya
X. Deskripsi Tim Peneliti Mitra (TPM)
Ketua tim TPM adalah Dr.sc.agr.Ir. Didik Sulistyanto, berkeahlian dalam
bidang bioteknologi, pengendalian hayati dan PHT. Ketua tim TPM berinsititusi
pada fakultas Pertanian Univ. Jember, Jur. Perlindungan tanaman. Ketua Tim TPM
disamping sebagai sekretaris lembaga penelitian pada Univ. Jember, juga sebagai
ketua laboratorium pengendalian hayati Inco-Ind (kerja sama Uni Eropa dan
Indonesia) Adapun track record sebungan dengan Hibah pekerti ini adalah:
19. THEMA PENELITIAN TAHUN
Genetic Selection to enhance the patogenicity of
entomopathogenic nematodes, Heterorhabditis bacteriophora as
biological Control of Phyllopertha horticola (Coleoptera)
1995-1996
Hibagg Eropa
Biological Control of Phyllopertha horticola with
entomopathogenic nematodes, Heterorhabditis bacteriophora
dan H. megidis on the Golf Turf
1995-1997
Hibah dari DAAD
Germany
Biological control of insect pests on Tabacco, Spodoptera litura
dan Helicoverpa spp. With entomopathogenic nematodes local
isolates, Steinernema spp. dan Heterorhabditis spp.
1997/1998
Hibah Bersaing DIKTI
Integrated Pest Management of Indonesian Cabbage crops pests,
Plutella xylostella dan Crocidolimia spp. With
entomopathogenic nematodes local isolates, Steinernema spp.
dan Heterorhabditis spp.
1997-1999 (Multi years)
Hibah dari IFS, Swedia
Mass production of entomopathogenic nematodes local isolates,
Steinernema spp. and Heterorhabditis spp. as biological control
of insect pests on Sugarcane and Coffee, Lepidiota stigma
(Scarabaeidae: Coleoptera)
1999
(Multi Years)
Hibah dari DIKTI
Integrated Pest Management of Indonesian Horticulture insect
pests on Bromo Mount, East Jawa, Indonesian
1998-1999
Hibah dari EROPA
Biological Control of insect pest on Horticulture with Bacillus
thuringiensis, Beauveria bassiana, Steinernema spp. and
Heterorhabditis spp.).
1998-1999
Grant from DGHE
Mass production of entomopathogenic nematodes with the
simple methods as biological control of Indonesian insect pests
1998-1999
Grant from DGHE
Pathogenicity of Entomopathogenic nematodes as biological
control of subterannean Termite, Coptotermes sp. in Laboratory
DGHE
1999 – 2000
An Investigation of entomopathogenic Nematodes as Biological
Control of Plutella xylostella and Crocidolomia sp. in
Indonesian Cabagge Crops
ITSF-Japan
2000 – 2001
Mass production of Entomopathogenic Nematodes, Steinernema
spp. and Heterorhabditis spp. as biological control of Termites,
Coptotermes curvignathus
RUT-DGHE
2001 – 2003
Hibah dari RISTEK,
RUT
An Investigation of Sustainable Control of Diamondbackmoth,
P. xylostella and Crocidolomia spp. with Biological Control
Agents.
UNI EUROPA
20001 – 2003
Uji virulensi simbion bakteri nematoda entomopatogen,
Xenorhabdus sp. Dan P. luminenscens terhadap larva Lepidiotha
stigma pada Tanaman Tebu dan Kopi
Hibah dari DIKTI
HIBAH PENELITIAN DARI DALAM DAN LUAR NEGERI:
1. International Foundation of Science (IFS) Sweden, Multi years (1998 – 2000)
20. 2. World University Services (WUS) Germany, Grant for laboratory equipment and
research activities, year 2000
3. Hibah Bersaing Grant from DGHE, Indonesian, Multi years, 1999 - 2001
4. An Investigation of entomopathogenic Nematodes as Biological Control of
Plutella xylostella and Crocidolomia sp. in Indonesian Cabagge Crops, from
International Toray Science Foundation (ITSF) Japan, Multi years, 2000-2001.
5. Indonesian Research Council, Indonesian Integrated Research Project (RUT)
Multi years Research Project from 2000 – 2003.
6. Uni European Community, International Collaboration-Development Project
(INCO-DEV), with Ireland, Germany, China and Indonesia (as co-ordinator).
Project. Multiyears: Year 2001 until 2004.
PUBLIKASI NASIONAL DAN INTERNATIONAL:
1. Ehlers, R.-U., Sulistyanto, D. and G. Marini. 1996. Control of Scarabaeid larvae
in Golf Course truf with the Entomopathogenic Nematodes Heterorhabditis
megidis and H. bacteriophora. IOBC/EPRS Bulletin. 19, 84-86.
2. Sulistyanto, D. I. Gottorf-Folgert and Ehlers, R.-U. 1996. Bioassay for the
Genetic Selection of entomopathogenic Nematodes with increased Penetration
Activity. Proceeding COST, Poznan, Polandia, pp. 20-27
3. Sulistyanto, D., Peters, A. Hokkanen, H.M.T. and Ehlers, R.-U.
1994.Evaluation of Entomopathogenic Nematode Strains for Control of Delia
radicum, Tipula oleaceae and T. paludosa. IOBC/WPRS Bulletin. 17, 140-143.
4. Sulistyanto, D. and Ehlers, R-U. 1996. Engerlinge des Gartenlaubkäfers
bekämpft, insektenpathogene Nematoden erfolgreich. Greenkeepers Journal. 4,
18-20.
5. Sulistyanto, D. and Peters, A. 1996. Probleme bei der Bekämpfung der Kleinen
Kohlfliege (Delia radicum) mit entomopathogenen Nematoden Steinernematidae
and Heterorhabditidae. Deutschen Phytomedizin Bulletin. 24, 38-39.
6. Sulistyanto, D. and Ehlers, R-U. 1996. Möglichkeiten der Anwendung
entomopathogener Nematoden gegen Engerlinge (Coleoptera:Scarabaeidae).
Deutschen Phytomedizin Bulletin. 24, 38-39
7. Sulistyanto, D. and Ehlers, R-U. 1996. Biologischer Bekämpfung der
Gartenlaubkäfer Phyllopertha horticola (Coleoptera: Scarabaeidae) mit den
entomopathogener Nematoden. Proceeding of the Deutsche Gesselschaft für
allgeimeine und angewandte Entomologie. 10, 210-212.
21. 8. Sulistyanto, D. and Ehlers, R-U. 1996. Feldversuchergebnisse zur bekämpfung
von Engerlingen auf Golfrasen. Deutschen Phytomedizin Bulletin. 25, 52-53.
9. Sulistyanto, D. and Ehlers, R.-U. 1996. Nematodes Persistence in the Presence of
Hosts: Intrepetation of Field results with Heterorhabditis spp. againts two Grubs
species in Golf Course Turf. Proceeding COST, Todi, Italy. pp. 60-70.
9. Sulistyanto, D. I. Gottorf-Folgert and Ehlers, R.-U. 1996. Bioassay for the
Genetic Selection of entomopathogenic Nematodes with increased Penetration
Activity. Proceeding COST, Poznan, Polandia. pp. 53-60
11. Sulistyanto, D. and Ehlers, R.-U. 1996. Efficacy of the entomopathogenic
Nematodes Heterorhabditis megidis and H. bacteriophora for the Control of
Grubs (Phyllopertha horticola and Aphodius contaminatus) in Golf Course Turf.
Biocontrol Science and Technology. 6, 247-250.
12.Sulistyanto, D. 1997. Untersuchungen zum Wirkungspotential entomopathogener
Nematoden (Heterorhabditis spp.) zur biologischen Bekämpfung von
Engerlingen des Gartenlaubkäfer (Phyllopertha horticola). PhD Dissertation,
Uinversity of Kiel, Germany.
13. Sulistyanto, D. 1997. Nematoda entomopatogen Steinernema spp. dan
Heterorhabditis spp.: Prospeknya sebagai Agensia Pengendalian Hayati
Serangga Hama Tumbuhan. Majalah Ilmiah Pembangunan UPN Veteran -Jatim.
Vol. VII (16), pp.II: 13-22.
14. Sulistyanto, D. and Ehlers, R-U. 1998. Host Invasion and Genetic Selection for
Enhanced Penetration Activity. pp. 61-70. In: Simoes, N., Boemare, N and
Ehlers, R-U. (Eds). COST 812 Entomopathogenic Nematodes.: Pathogenicity of
entomopathogenic nematodes versus insect defence mechanisms: Impact on
selection of virulent strain. Azoren, Portugal. Pp. 61-70.
15. Sulistyanto, D. dan Zahroin, E., 1999. Pathogenicity of Bacteri complexs of
entomopathogenic Nematodes, Steinernema carpocapsae- Xenorhabdus
nematophilus (All strain) as biocontrol of main pests Indonesian Cabbage crops,
Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae). Thesis.
16. Sulistyanto, D. dan Syai’dah, Z. 1999. Pathogenicity of entomopathogenic
Nematodes, Steinernema carpocapsae (All strain) as biocontrol of main pests
Indonesian Tobacco Plantation, Helicoverpa sp. L. (Lepidoptera: Noctuidae).
Thesis.
17. Sulistyanto, D. dan Zuroidah E., 1999. Pathogenicity of entomopathogenic
Nematodes, Steinernema carpocapsae (All strain) as biocontrol of main pests
Indonesian Cabbage crops, Plutella xyllostella (Lepidoptera: Pyrillidae).. Thesis.
18. Sulistyanto, D. dan Swiyono, D.S. 1999. Patogenisitas Nematoda
entomopatogen Steinernema carpocapsae (All strain) dan S. glaseri Terhadap
Hama Penggerek Buah Kopi, Hypothenemus hampei. Ferr. Thesis
22. 19. Sulistyanto, D. dan Nurdiana, S. 1999. Pathogenicity of entomopathogenic
Nematodes, Steinernema carpocapsae (All strain) as biocontrol of main pests
Indonesian Cabbage crops, Crocidolomia binotalis Zell. (Lepidoptera:
Pyrillidae). Thesis.
20. Sulistyanto, D. dan Harahap, M. 2000. Characteristic Morphology, Physiology
Bacteria symbiotic Entomopathogenic Nematodes local isolates as biocontrol of
Plutella xyllostella (Lepidoptera: Pyrillidae).
21. Sulistyanto, D. and Anton Muhibuddin, 2001. Potensial of Steinernema spp. and
Heterorhabditis spp. as Biological Control of Subterannean Termite,
Coptotermes curvignathus and Microtermes sp. Control and its Synergism to
another Biological Control. Proceeding: The 2nd
Indoneian Biotechnology
Conference, Yogja, 23-26 October 2001. pp. 5.
22. Sulistyanto, D. 2001. In vitro Obtention of an Entomotoksin Insectiocidal
Protein from the Entomopathogenic Nematodes, Steinernema spp.- Xenorhabdus
spp. Complex. Proceeding: The 2nd
Indoneian Biotechnology Conference,
Yogja, 23-26 October 2001. pp. 6.
23.Sulistyanto, D. and Rachmi Masnilah. 2001. Determination of
Entomopathogenic Nematodes-Bacterium Complexes, Steinernema spp.-
Xenorhabdus and Heterorhabditis indica- P. luminenscens as Biological Control
of Insect Pests. Proceeding: The 2nd
Indoneian Biotechnology Conference,
Yogja, 23-26 October 2001. pp. 14.
24. Sulistyanto, D. and Rachmi Masnilah. 2002. Mass production of Bioinsecticide
from Entomopathogenic Nematodes-Bacterium Complexes, Steinernema spp.-
Xenorhabdus and Heterorhabditis indica- P. luminenscens as Biological Control
of Insect Pests. Journal of Plant Protection
25. Sulistyanto, D. 2003. Field Efficacy of entomopathogenic nematodes and B.
thuringiensis for the Biological Control of DBM, P. xylostella and Crocidolomia
binotalis in Indonesian Cabbage Crop. Abstract of IOBC/WPRS European
Meeting, Salzau, Kiel, Germany, May, 23-29, 99 pp.
26. Sulistyanto, D. and Suharto. 2003. Evaluation of P. xylostella resistance from
East Java, Indonesian, to B. thuringiensis Abstract of IOBC/WPRS European
Meeting, Salzau, Kiel, Germany, May, 23-29, 100 pp.
Sedangkan anggota tim TPM adalah Dr. Ir. Suharto, MSc berkeahlian dalam
pengendalian hayati dan PHT. Anggota tim TPM berinsititusi pada fakultas Pertanian
Univ. Jember, Jur. Perlindungan tanaman, sebagai anggota laboratorium
23. pengendalian hayati Inco-Ind (kerja sama Uni Eropa dan Indonesia) Adapun track
record sebungan dengan Hibah pekerti ini adalah:
24. DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Ketua TPP
Nama : Ir. Gita Pawana, MSi.
NIP : 131 975 907
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan / Golongan : Lektor / III-D
Jurusan / Fakultas : Budidaya Tanaman / Pertanian
Perguruan Tinggi : Universitas. Trunojoyo
Bidang Keahlian:
Pengendalian Hayati, PHT
Riwayat Pendidikan
Jenjang Pendidikan Tahun Selesai Program Studi
SI 1989 Perlindungan Tanaman
S2 2000 Biologi/Entomologi
Pengalaman penelitian yang pernah dilakukan:
1. Pengaruh penggunaan gliserol sebagai pelindung polyhedral inclusion
bodies nuclear polyhedrosis virus terhadap tingkat toksisitas insektisida
virus yang diformulasikan. (1999). Ketua
2. Pengaruh instar larva Helicoverpa armigera dalam produksi nuclear
polyhedrosis virus secara in vivo terhadap tingkat produksi dan
toksisitasnya (2001). Ketua.
3. Susebtibilitas beberapa spesies Lepidoptera Terhadap Infeksi Nuclear
Polyhedrosis Virus. (2002). Anggota.
4. Pengembangan Teknik Autodiseminasi Entomopatogen (2003). Ketua.
5. Evaluasi Efektifitas Steinernema carpocapsae Terhadap Heliothis asulta
pada tanaman tembakau di Bangkalan. 2001.Ketua
6. Efikasi Agens Hayati Virus Polihedral Inti (NPV) dan Steinernema
carpocapsae Terhadap Heliothis asulta pada tanaman tembakau di
Pamekasan.
Bangkalan, 26 Juni 2004
Ir. Gita Pawana , MSi
NIP. 131 975 907
25. DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Anggota TPP
Nama : Ir. Sutjipto, MP.
NIP : 132 296 704
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan / Golongan : Asisten Ahli / III-a
Jurusan / Fakultas : Budidaya Tanaman / Pertanian
Perguruan Tinggi : Universitas. Trunojoyo
Bidang Keahlian:
Pengendalian Hayati, PHT
Riwayat Pendidikan
Jenjang Pendidikan Tahun Selesai Program Studi
SI 1996 Budidaya tanaman
S2 2004 Perlindungan Tanaman
Pengalaman penelitian yang pernah dilakukan:
1. Evaluasi Efektifitas Steinernema carpocapsae Terhadap Heliothis asulta
pada tanaman tembakau di Bangkalan. 2001.
2. Patogenitas Nematoda Entomopatogen Isolat Kebun Salak Bangkalan
Terhadap Plutella xylostella. Laporan Penelitian Universitas Trunojoyo
2002.(Ketua)
3. Aplikasi agens pembenah tanah dan agens hayati dalam upaya pengenda-
lian Plutella xylostella dan Croccidolomia binotails terhadap produksi
tanaman kubis. 2004.
Bangkalan, 26 Juni 2004
Ir. Sutjipto, MP
NIP. 132 296 904