Dokumen tersebut membahas tentang implementasi ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN-China Free Trade Area. AFTA bertujuan untuk menciptakan kawasan perdagangan bebas antarnegara ASEAN dengan menghapus tarif dan hambatan non-tarif. Implementasi AFTA meliputi penurunan tarif untuk barang-barang tertentu hingga 0% pada tahun 2010-2015 dan penghapusan pembatasan kuota. ASEAN-China Free Trade Area juga mengatur penurunan dan
1. OPISSEN YUDISYUS | SJERUC | IG : @opissen
Sejak tanggal 1 Januari 2002, kesepakatan AFTA ( ASEAN Free Trade Area ) tersebut telah
resmi diberlakukan secara penuh, khususnya dinegara ASEAN-6, yaitu Brunei Darussalam,
Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand ( di Vietnam mulai diberlakukan pada
tahun 2006, Laos dan Myanmar pada tahun 2008 dan Kamboja pada tahun 2010).
Dengan diberlakukannya AFTA ini, maka negara-negara anggota harus menurunkan tarif
impornya, menjadi hanya tinggal 0% - 5 %, terhadap barang-barang dari negara-negara
sesama anggota AFTA yang telah dimasukkan kedalam Daftar Inklusif ( Inclusive List )dan
telah memenuhi ketentuan yang disepakati ( tentang kandungan produk ASEAN ) dalam
kesepakatan AFTA tersebut. Pada akhirnya, diharapkan keseluruhan tarif ini akan dihapuskan
sama sekali (menjadi 0%), pada tahun 2010 bagi negara ASEAN-6 dan 2015 bagi negara
ASEAN-4.
AFTA merupakan bentuk kesepakatan negara-negara Association of South East Asia Nations
(ASEAN) untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan ASEAN dimana tidak ada
hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota
ASEAN dengan tujuan meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN,
melalui skema CEPT-AFTA. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN
Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui
: penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-
hambatan non tarif lainnya. Produk-produk yang tercakup dalam skema CEPT-AFTA adalah
Semua produk manufaktur, termasuk barang modal dan produk pertanian olahan, serta
produk-produk yang tidak termasuk dalam definisi produk pertanian. (Produk-produk
pertanian sensitive dan highly sensitive dikecualikan dari skema CEPT).
klasifikasi produk dalam skema CEPT
Inclusion List (IL), yaitu daftar yang berisi produk-produk yang memenuhi kriteria sbb :
1) jadwal penurunan tarif
2) Tidak ada pembatasan kwantitatif
3) Hambatan non-tarifnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.
2. OPISSEN YUDISYUS | SJERUC | IG : @opissen
General Exception List (GEL), yaitu daftar produk yang dikecualikan dari skema CEPT
oleh suatu negara karena dianggap penting untuk alasan perlindungan keamanan nasional,
moral masyarakat, kehidupan dan kesehatan dari manusia, binatang atau tumbuhan, nilai
barang-barang seni, bersejarah atau arkeologis. Contoh : senjata dan amunisi, narkotik, dsb.
Temporary Exclusions List (TEL), yaitu daftar yang berisi produk-produk yang
dikecualikan sementara untuk dimasukkan dalam skema CEPT. Produk-produk TEL barang
manufaktur harus dimasukkan kedalam IL paling lambat 1 Januari 2002. Produk-produk
dalam TEL tidak dapat menikmati konsensi tarif CEPT dari negara anggota ASEAN lainnya.
Produk dalam TEL tidak ada hubungannya sama sekali dengan produk-prodiuk yang
tercakup dalam ketentuan General Exceptions.
Sensitive List, yaitu daftar yang berisi produk-produk pertanian bukan olahan
(Unprocessed Agricultural Products = UAP ).
1) Produk-produk pertanian bukan olahan adalah bahan baku pertanian dan produk-
produk bukan olahan yang tercakup dalam pos tarif 1-24 dari Harmonized System
Code (HS), dan bahan baku pertanian yang sejenis serta produk-produk bukan
olahan yang tercakup dalam pos-pos tarif HS;
2) Produk-produk yang telah mengalami perubahan bentuk sedikit dibanding bentuk
asalnya.
Produk dalam SL harus dimasukkan kedalam CEPT dengan jangka waktu untuk
masing-masing negara sbb: Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand tahun 2003; Vietnam tahun 2013; Laos dan Myanmar tahun 2015;
Camodia tahun 2017.
Contoh : beras, gula, produk daging, gandum, bawang putih, cengkeh.
Selain itu, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi oleh suatu produk untuk dapat masuk
dalam konsensi CEPT yaitu harus sudah masuk dalam Inclusion List (IL) dari negara
eksportir maupun importir, mempunyai program penurunan tarif yang disetujui oleh Dewan
AFTA (AFTA Council), dan harus memenuhi persyaratan kandungan lokal 40%, artinya
suatu produk dianggap berasal dari negara anggota ASEAN apabila paling sedikit 40% dari
kandungan bahan didalamnya berasal dari negara anggota ASEAN.
3. OPISSEN YUDISYUS | SJERUC | IG : @opissen
Penurunan dan atau Penghapusan Tarif Bea Masuk
a. Inclusion List
Negara Anggota AFTA Jadwal Penurunan/Penghapusan
ASEAN -6 1. Tahun 2003 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2007 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2010 : 100% produk dengan tarif 0%
Vietnam 1. Tahun 2006 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2010 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
Laos dan Myanmar 1. Tahun 2008 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2012 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
Kamboja 1. Tahun 2010 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
b. Non Inclusion list
TEL harus dipindah ke IL
GEL dapat dipertahankan apabila konsisten dengan artikel 9 CEPT
Agreement, yaitu untuk melindungi :
Keamanan Nasional
Moral
Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan kesehatan
Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala
4. OPISSEN YUDISYUS | SJERUC | IG : @opissen
ASEAN – CHINA FREE TRADE AREA
Penetapan/penurunan tarif bea masuk
Kategori Produk
1. Fast Track (Jalur cepat) yang lebih dikenal dengan Early Harvest Package (EHP)
2. Normal Track (Jalur normal)
3. Sensitive Track (Jalur sensitif) yang terdiri dari:
o Sensitive List (SL)
o Highly Sensitive List (HSL)
o General Exclusion List (GEL)
Jadwal Penurunan Tarif Bea Masuk
Early Harvest Package (EHP)
Tingkat tarif bea
masuk (=X)
Jangka Waktu tidak melewati:
1 Jan 2004 1 jan 2005 1 Jan 2006
X ≥ 15% 10% 5% 0%
5% ≤ X < 15% 5% 0% 0%
X < 5% 0% 0% 0%
Normal Track (NT)
Tingkat tarif
bea masuk
(=X)
Jangka Waktu tidak melewati 1 Januari :
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
X >20% 20 20 12 12 5 0/5* 0/5* 0/0*
15%≤X<20% 15 15 8 8 5 0/5* 0/5* 0/0*
10%≤X<15% 10 10 8 8 5 0/0 0/0 0/0*
5%<X<10% 5 5 5 5 0 0 0 0/0*
X ≤ 5% Tetap Tetap Tetap Tetap 0 0 0 0/0*
Sensitive List (SL)
1. SL : Tarif BM akan diturunkan/dihapuskan menjadi 0-20% pada tahun 2012 s.d. 2017
dan menjadi 0-5% mulai tahun 2018
2. HSL : Tarif BM akan diturunkan/dihapuskan menjadi 0-50% mulai tahun 2015
3. GEL : Tarif yang berlaku adalah MFN
Jumlah produk Indonesia yang tercakup dalam paket CEPT tahun 2002, terdapat 7,206
produk dalam IL, tidak ada produk dalam TEL, 68 praduk dalam GE, dan 11 produk dalam
SL (4 pos tarif produk beras dan 7 pos tarif produk gula). Adapun 15 produk industri yang
dipercepat penurunan tarifnya menjadi 0% - 5%, yaitu semen, pupuk, pulp, tekstil, perhiasan
5. OPISSEN YUDISYUS | SJERUC | IG : @opissen
dan permata, perabot dari kayu dan rotan, barang kulit, plastik, obat-obatan, elektronika,
kimia, produk karet, minyak nabati, gelas keramik, dan katoda tembaga.
Terkait dengan implementasi FTA ASEAN-China di bidang jasa, telah disepakati bahwa
basis offer untuk sektor-sektor yang masuk dalam Komitmen Pertama FTA ASEAN-China
adalah AFAS-4 (business services, telekomunikasi, Konstruksi, Jasa terkait dengan Air
Travel dan Kepariwisataan) ditambah dengan jasa maritim, pendidikan, keuangan khusus
asuransi dan kesehatan yang kesemuanya telah masuk dalam AFAS-5.
6. OPISSEN YUDISYUS | SJERUC | IG : @opissen
Komentar :
Dengan penerapan AFTA China akan menjadi ancaman atau tantangan bagi pelaku bisnis
domestik. Bagi sebagian kalangan dunia usaha yang memiliki kualitas dan manajemen usaha
yang baik, AFTA dapat dijadikan tantangan dan pengujian atas produk mereka: apakah
mereka bisa bersaing secara sehat dengan produk-produk dari China; apakah mereka bisa
mengungguli segala ‘kebaikan’ yang ditawarkan dari produk China?. Sisi positifnya adalah,
pelaku usaha akan menjadikan pasar bebas ini sebagai semangat dan modal yang memotivasi
mereka untuk selalu meningkatkan kualitas dan mempertimbangkan harga produk yang
terjangkau oleh konsumen.
Namun, pada kenyataannya, sebagian besar pelaku usaha di Indonesia, terutama kecil dan
menengah, belum siap dengan adanya pasar bebas yang diusung AFTA China. Dunia usaha
kecil dan menengah masih dibelit dengan persoalan permodalan, pemasaran, sampai
manajemen usaha yang dikelola dengan keterbatasan kemampuan dan kurangnya arahan dari
pihak pemerintah yang bisa meningkatkan kelancaran usaha mereka.
Melihat kondisi dunia UKM Indonesia dan kenyataan diberlakukannya AFTA 2010, dapat
disimpulkan bahwa menyikapi datangnya pasar bebas sebagai ancaman atau tantangan akan
tergantung dari kesiapan atau tidak kesiapannya para pelaku usaha di dalam negeri. Karena
ketika pelaku usaha dalam negeri sudah kuat dan menghasilkan produk berkualitas terbaik
dengan harga yg murah dan terjangkau, pasar bebas tidak lagi perlu dikhawatirkan. Yang
dibutuhkan adalah, upaya-upaya peningkatan mutu produk UKM sehingga masyarakat
Indonesia tidak kecewa dengan produk yang mereka beli dari negerinya sendiri.
Solidnya kerjasama dan koordinasi dari pelaku usaha kecil dan menengah, pemerintah, dan
masyarakat konsumen Indonesia sangat dibutuhkan jika rakyat tidak ingin terancam
pengangguran besar-besaran akibat matinya dunia usaha lokal. Pemerintah perlu
mengeluarkan bantuan dan pinjaman dana khusus untuk pelaku usaha kecil dan menengah,
dengan bunga sekecil-kecilnya, dan juga pelatihan-pelatihan dan bimbingan peningkatan
mutu produk secara terus menerus. Selanjutnya masyarakat dapat berpartisipasi dalam bentuk
pelaksanaan Dukung Produk Indonesia, dengan selalu mengkonsumsi produk-produk yang
dihasilkan bangsanya sendiri.