Epistemologi irfani adalah pendekatan untuk memperoleh pengetahuan secara langsung dari Tuhan melalui olah rohani. Pengetahuan diperoleh melalui tahapan seperti takhalli, tahalli, dan tajalli setelah menempuh perjalanan spiritual melalui maqam-maqam seperti taubat, wara', dan tawakal. Pendekatan ini berbeda dengan epistemologi burhani yang bersumber dari akal dan epistemologi bayani yang b
2. Secara etimologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang memiliki arti
pengetahuan. Secara Terminologi, epistemologi merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari sumber
atau asal mula, stuktur, metode dan keabsahan tentang suatu pengetahuan (Makiah, 2015). Ahmad Tafsir
mengungkapkan bahwa epistemologi ini merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan sumber ilmu
pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan tersebut, karena dalam pembahasannya
berkenaan dengan tata cara untuk pengetahuan yang benar serta mengetahui cara yang benar dalam
memperoleh pengetahuan, maka epistemologi menempati posisi yang sangat strategis (Sutrisno, 2019).
Epistemologi irfani adalah salah satu model penalaran yang dikenal dalam tradisi keilmuan
Islam,di samping bayani dan burhani.Epistemologi ini dikembangkan dan digunakan dalam masyarakat
sufi, berbeda dengan epistemology burhani yang dikembangkan oleh para filosof dan epistemology
bayani yang dikembangkan dan digunakan dalam keilmuan-keilmuan Islam pada umumnya.‘Irfani yang
dalam konsepnya menekankan bahwa pengetahuan bersumber atau diperoleh langsung dari Tuhan lewat
olah rohani, dan Burhani yang menekankan bahwa pengetahuan diperoleh oleh akal manusia sendiri yang
merupakan potensi bawaan manusia dari Tuhan (Kulsum,2022).
Pengertian Epistemologi Irfani
3. Istilah irfani sendiri berasal dari kata dasar bahasa Arab arafa, semakna dengan makrifat, yang
berarti pengetahuan, tetapi berbeda dengan ilmu ("ilm), Irfan atau makrifat berkaitan dengan
pengetahuan yang diperoleh secara langsung dari Tuhan (kasyf) lewat olah ruhani (riyadhlah)
yang dilakukan atas dasar (hub) cinta atau idadah (kemauan yang kuat), sedangkan ilmu
menunjuk pada pengetahuan yang diperoleh lewat transformasi (naql) atau rasionalitas (aql).
Dalam perspektif Mehdi Hairi Yazdi, pengetahuan irfan inilah yang disebut sebagai "pengetahuan
yang dihadirkan" (ilm hudluri) yang berbeda dengan pengetahuan rasional yang disebut sebagai
"pengetahuan yang dicari" (ilm muktasab); atau dalam perspektif Henri Bergson, pengetahuan
irfaân ini diistilahkan sebagai "pengetahuan tentang" (knowledge of) sebuah pengetahuan intuitif
yang diperoleh secara langsung, yang berbeda dengan (knowledge about) sebuah pengetahuan
diskursif yang diperoleh lewat perantara, indra ataupun rasio.
4. Menurut Muthahhari (1920-1979 M), irfan terdiri atas 2 aspek:yaitu praktis dan teoretis.Aspek praktis
adalah bagian yang mendiskusikan hubungan antara manusia dengan alam dan hubungan antara
manusia dan Tuhan.Dalam hal ini, irfan praktis menjelaskan berbagai kewajiban yang muncul sebagai
konsekuensi logis dari adanya hubungan-hubungan tersebut yang harus dilakukan manusia. Misalnya,
orang yang ingin "mengenal" Tuhan harus menempuh perjalanan spiritual lewat tahapan-tahapan
tertentu (maqam) dan kondisi-kondisi batin tertentu (hål).
Kajian irfan praktis yang mendiskusikan tentang kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh
seseorang mirip dengan ilmu etika.Namun, kedua bidang ilmu ini berbeda. Pertama, irfan tidak hanya
berbicara tentang dirinya sendiri, dan dunia, tetapi juga berbicara tentang hubungan manusia dengan
Tuhan, sedangkan etika tidak berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan, kecuali etika yang
berasal dari agama
Sementara itu, aspek teoretis irfan mendiskusikan hakikat semesta, manusia dan Tuhan, sehingga irfan
teoretis mempunyai kesamaan dengan filsafat yang juga mendiskusikan tentang hakikat semesta.Meski
demikian,irfan tetap tidak sama dengan filsafat.Pertama,filsafat mendasarkan argumentasinya pada
postulat- postulat atau aksioma-aksioma,sedang irfan mendasarkan argumen-argumennya pada pada
visi dan intuisi
Irfan Etika dan Filsafat
5.
6. Ketiga, fase pertumbuhan,terjadi
abad 3-4 H.Sejak awal abad ke-3
H, para tokoh irfan mulai
menaruh perhatian terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan jiwa
dan tingkah laku sehingga irfan
menjadi ilmu moral keagamaan
(akhlaq).
Perkembangan Irfani
Pertama, fase pembibitan,terjadi
pada abad pertama hijriyah.Pada
masa ini, apa yang disebut irfan
baru ada dalam bentuk laku
zuhud (askestisme).
Kedua,fase kelahiran,terjadi
pada abad kedua Hijriah
Keempat, fase puncak,terjadi
pada abad ke-5 H.Pada periode
ini irfan mencapai masa
gemilang.
Kelima,fase spesifikasi, terjadi
abad ke-6 & 7 H.Berkat
pengaruh pribadi Al-Ghazali
yang besar, irfan menjadi
semakin dikenal dan
berkembang dalam masyarakat
Islam
Keenam, fase kemunduran,
terjadi sejak abad ke-8 H
1
2
3
4
5
6
7. Metode Epistemologi Irfani
Metode irfani disebut juga metode kasyfi (berasal dari bahasa
kasyaf,yangberarti penyingkapan)yaitu cara memperoleh
pengetahuan melalui jalan mistik atau tasawuf.
Dalam tradisi mistisesme Islam,kasyf terdiri dari dua macam
yaitu:yang diperoleh dengan bebagai usaha dan latihan dan kasyf
yang diperoleh tanpa usaha,yaitu penyingkapan yang datang
begitu saja dari Allah kepada siapa pun yang dikehendaki-
Nya.Kasyaf yang akan diuraikan dalam konteks epistemologi irfani
adalah kasyaf yang diperoleh melalui usaha dan latihan-latihan.
8. Tahapan Pemperoleh Pengetahuan Irfani
1. Takhalli berarti mengosongkan diri dari ketergantungan terhadap kelezatan
dalam kehidupan duniawi,pada tahapan awal,usaha yang harus dilakukan dalam
takhalli adalah mengosongkan diri dari akhlak dan perbuatan tercela.
2. Tahalli berarti mengisi dan menghiasi diri,mengisi dalam konteks ini dengan sifat-
sifat terpuji.Jika manusia mampu menghiasi hatinya dengan perbuatan-perbuatan
terpuji,ia akan menjadi cerah sehingga tidak ada halangan atas limpahan cahaya
pengetahuan dari ilahi.
3. Tajalli berarti penampakan atau keterungkapan.Tajalli dalam konteks
epistemologi irfani adalah tajalli syuhudi,yaitu limpahan dari Allah berupa
kenyataan aktual dan citra-citra empiris.Dengan demikian.tajalli berarti
penampakan pengetahuan atau terungkapnya suatu pengetahuan yang
sebelumnya tersembunyi.
9. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan irfan tidak didasarkan atas teks seperti bayani, juga tidak aras kekuatan rasional seperti
burhani, tetapi pada kasyf, tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan.Karena itu, pengetahuan
irfani tidak diperoleh berdasarkan analisis teks atau keruntutan logika,tetapi berdasarkan atas
terlimpahnya pengetahuan secara langsung dari Tuhan, ketika hati sebagai sarana pencapaian
pengetahuan irfan siap untuk menerimanya. Untuk itu,diperlukan persiapan- persiapan tertentu
sebelum seseorang mampu menerima limpahan pengetahuan secara langsung tersebut. Persiapan yang
dimaksud, seperti disinggung di atas, adalah bahwa seseorang harus menempuh perjalanan spiritual
lewat tahapan- tahapan tertentu (maqām) dan mengalami kondisi-kondisi batin tertentu
Tentang jumlah tahapan dalam maqam sendiri ada perbedaan pendapat dikalangan ulama. Abu Nasr
Sarraj Al-Thusi (w. 988 M), salah seorang tokoh sufi periode awal, mencatat ada tujuh tingkatan
diantaranya:taubat,wara,juhud,faqir,sabar,tawakal,rida.
10. 1
Pertama,taubat,yaitu meninggalkan segala perbuatan yang kurang baik disertai
penyesalan yang mendalam untuk kemudian menggantinya dengan perbuatan-
perbuatan baru yang terpuji
2
Kedua,wara,yaitu menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak jelas statusnya
(syubhat).Dalam tasawuf,wara' ini terdiri atas dua tingkatan,lahir dan batin.Wara lahir
berarti tidak melakukan sesuatu kecuali untuk beribadah kepada Tuhan,sedang wara'
batin adalah tidak memasukkan sesuatu apapun dalam hati kecuali Tuhan
3 Ketiga,zuhud,tidak tamak dan tidak mengutamakan kehidupan dunia
4
Keempat,faqir, mengosongkan seluruh fikiran dan harapan dari kehidupan masa kini dan
masa yang akan datang, dan tidak menghendaki sesuatu apapun kecuali Tuhan
swt,sehingga ia tidak terikat dengan apa pun dan hati tidak menginginkan sesuatupun
11. 5
6
7
Kelima,sabar yakni menerima segala cobaan atau bencana dengan rela, tanpa
menunjukkan rasa kesal atau marah.Menurut Al-Junaidi Al-Baghdadi (830-910
M),sabar berarti rela menanggung beban, kesulitan, kesempitan, dan sejenisnya
semata-mata demi untuk mendapat rida Allah Swt.hingga saat-saat sulit tersebut
berlalu
Keenam, tawakal, percaya atas segala apa yang ditentukan Tuhan.Tahap awal
dari tawakal adalah menyerahkan diri pada Tuhan
Ketujuh rida,hilangnya rasa ketidaksenangan dalam hati sehingga yang tersisa hanya
gembira dan sukacita terhadap segala apa yang diberikan dan ditentukan Tuhan
kepadanya.
12. Setelah mencapai tingkat tertentu dalam spiritual,seseorang akan
mendapatkan limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan secara
iluminatif atau noetic yang diistilahkan dengan kasyaf sehingga dia
akan dapat mencapai musyahadah dan akhirnya ittihad.Menurut Al-
Qusyairi, kasyf adalah kesadaran hati akan sifat-sifat
kebenaran,musyahadah adalah penyaksian hati atas realitas
kebenaran,sedang ittihad adalah penyatuan hati (diri) dengan realitas
kebenaran itu sendiri.
13. Metode Pengungkapan
Ketika seseorang telah mencapai tingkatan spiritual tertentu,ia akan mengalami kesadaran diri (kasyf)
sedemikian rupa sehingga mampu melihat dan memahami realitas diri dan hakikat yang ada sedemikian
jelas dan gamblang.Ini adalah puncak kesadaran dan limpahan pengetahuan yang didapat dari proses
panjang epistemologi irfan. beberapa pengkaji masalah irfani membagi pengetahuan ini dalam tingkatan-
tingkatan yaitu pengetahuan tak terkatakan dan pengetahuan yang terkatakan. Pengetahuan yang
terkatakan terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Pengetahuan irfan yang disampaikan oleh pelaku sendiri,
2. Pengetahuan irfan yang disampaikan oleh orang ketiga tetapi masih dalam satu tradisi dengan yang
bersangkutan (orang Islam menjelaskan pengalaman dan pengetahuan irfan orang Islam yang lain), d
3. Pengetahuan irfan yang disampaikan orang ketiga tapi dari tradisi yang berbeda (orang Islam
menyampaikan pengalaman dan pengetahuan irfan dari tokoh non-Muslim atau sebaliknya).