Tamponade jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam ruang perikardium yang menyebabkan berkurangnya pengisian ventrikel. Gejalanya antara lain dispnea, hipotensi, distensi vena, dan suara jantung menjauh. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan tanda-tanda Trias Beck. Diagnosis didukung dengan hasil laboratorium, EKG, dan echocardiografi. Penatalaksanaannya meliputi perik
1. Yarah Azzilzah
TAMPONADE JANTUNG
GOLDEN DIAGNOSIS
Tanda: dispnea, Trias Beck (hipotensi, distensi vena, suara jantung menjauh), CVP >
15
DEFINISI
Tamponade jantung merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh akumulasi
cairan dalam ruang perikardium yang menyebabkan berkurangnya pengisian
ventrikel (diastolik) yang berakibat terganggunya hemodinamik.
Sering disebabkan oleh trauma tembus, tapi bisa juga trauma tumpul.
EPIDEMIOLOGI
Insidensi tamponade jantung di USA 2/10.000 populasi.
Kira-kira 2 % luka tajam mengakibatkan tamponade jantung.
Anak-anak : laki-laki > perempuan 7:3
Dewasa : pria >wanita 1,25:1
Tamponade jantung yang berkaitan dengan trauma lebih sering pada dewasa muda,
sedangkan akibat keganasan atau gagal ginjal biasanya terjadi pada lansia.
ETIOLOGI
Neoplasma
Infection - Viral, bacterial (tuberculosis), fungal
Drugs - Hydralazine, procainamide, isoniazid, minoxidil
Postcoronary intervention (ie, coronary dissection and perforation)
Trauma seringnya trauma tembus
Perikarditis
Cardiovascular surgery (postoperative pericarditis)
Postmyocardial infarction (free wall ventricular rupture, Dressler syndrome)
Connective tissue diseases - Systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis,
dermatomyositis
Radiation therapy
Iatrogenic - After sternal biopsy, transvenous pacemaker lead implantation,
pericardiocentesis, or central line insertion
Uremia
Complication of surgery at the esophagogastric junction such as antireflux surgery
Pneumopericardium (due to mechanical ventilation or gastropericardial fistula)
PATOFISIOLOGI
Perikardium membran yang melapisi jantung, terdiri atas perikardium parietal
(lapisan fibrosa) dan perikardium viseral (lapisan serosa
Ruang perikardium normalnya mengandung 20-50 ml cairan.
Efusi perikardial dapat berupa serosa, serosangiuineous, darah atau chylous.
Reddy et al menjelasakan 3 fase perubahan hemodinamik pada tamponade jantung:
Phase I: Akumulasi cairan perikardium peningkatan kekakuan ventrikel
membutuhkan tekanan pengisian yang lebih besar. Selama fase ini, tekanan pengisian
ventrikel kiri dan kanan lebih besar dibandingkan tekanan intraperikardial.
2. Yarah Azzilzah
Phase II: Dengan semakin bertambahnya akumulasi cairan, tekanan perikardial
meningkat di atas tekanan pengisian ventrikular, mengakibatkan penurunan CO.
Phase III: penurunan lanjut dari CO.
Patofisiologi yang mendasari dari perkembangan tamponade ditandai dengan berkurangnya
pengisian diastolik.
Jumlah cairan perikardial yang dibutuhkan untuk mengganggu pengisian diastolik tergantung
pada jumlah akumulasi dan compliance perikardium. Akumulasi cepat sedikitnya 150 mL
cairan dapat berakibat pada peningkatan tekanan perikardial dan dapat menghambat CO
berat. Sedangkan akumulasi cairan 1000 mL dalam periode waktu lama tidak memberikan
efek signifikan pada pengisian diastolik jantung. Ini dikarenakan adaptasi strectching dari
perikardium.
Trauma tembus/tajam pada area prekordial (parasternal kanan,
sela iga II kiri, grs mid-klavikula kiri, arkus kosta kiri) atau
trauma tumpul dada
Kerusakan stuktur & jaringan,
termasuk pembuluh darah
Perembesan darah ke ruang perikardium
akumulasi darah progresif
Menekan jantung terjadi peningkatan
kekakuan ventrikel
Menghambat aktivitas jantung dan
mengganggu pengisian ventrikel
Distensi vena jugularis Gangguan kontraktilitas
jantung
Venous return ↓
Kontraksi jantung ↓
CO↓
Suara jantung menjauh
Tekanan arteri ↓
Hipotensi
↓ perfusi ke jaringan
Kulit pucat & dingin
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis klasik “Trias Beck”
Peningkatan tekanan vena jugularis
Penurunan tekanan arteri (hipotensi)
Suara jantung menjauh
3. Yarah Azzilzah
Pulsus paradoksus keadaan fisiologis dimana terjadi penurunan dari tekanan darah
sistolik selama inspirasi spontan.
Bila penurunan > 10 mmHg tanda tamponade jantung.
Pulsus paradoksus terjadi karena pembesaran ventrikel kanan akibat inspirasi
menekan septum dan rongga ventrikel kiri mengurangi volume ventrikel kiri dan
menurunkan curah jantung sekuncup
Kussmaul sign peningkatan distensi dan tekanan vena secara paradoksal selama
inspirasi.
Ewart sign dikenal juga Pins sign, diobservasi pada pasien dengan efusi
perikardial luas.
Didapatkan area redup, dengan suara bronkial dan bronchophony di bawah sudut
skapula kiri.
(+) precardial friction rub
Lihat kemungkinan ada jejas trauma di daerah perikardium atau yang diperkirakan
menembus jantung.
Gelisah, cemas
Nyeri dada
Menjalar ke leher, bahu, punggung atau abdomen
Sharp, stabbing
Memburuk jika bernafas dalam
Dyspnea
Takikardi, takipnea
Kulit pucat, dingin, sianosis
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala dan tanda
Riwayat dan mekanisme trauma
2. Pemeriksaan Fisik
Airway – perhatikan patensi jalan nafas
look benda2 asing di jalan nafas, fraktur tulang wajah, fraktur laring,
fraktur trakea
listen Dapat bicara, ngorok, berkumur-kumur, stridor
feel
Breathing
Look pergerakan dinding dada, warna kulit, memar
Listen vesikular paru, suara jantung, suara tambahan
Feel krepitasi, nyeri
Ciculation
Tingkat kesadaran
Warna kulit
Tanda-tanda laserasi
Perlukaan eksternal
Disability
Tingkat kesadaran
4. Yarah Azzilzah
Respon pupil
Tanda-tanda lateralisasi
Tingkat cedera spinal
Exposure
3. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen standar foto servikal, thorakal, dan pelvis
Rontgen dada menunjukkan gambaran “water bottle-shape heart”, kalsifikasi
perkardial.
Ro toraks: pembesaran bayangan jantung, gambaran jantung membulat.
Laboratoris
Creatine kinase dan isoenzim ↑ pada MI dan trauma jantung.
Profil renal dan CBC uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan dengan
perikarditis
Protrombin time (PT) dan aPTT (activated partial thromboplastin time)
menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya drainase perikardial.
EKG
Didapatkan PEA (Pulseless Electric Activity), sebelumnya dikenal sebagai
Electromechanical Dissociation, merupakan dimana pada EKG didapatkan
irama sedangkan pada perabaan nadi tidak ditemukan pulsasi.
PEA Amplitude gelombang P dan QRS berkurang pada setiap gelombang
berikut.
PEA dapat ditemukan pada tamponade jantung, tension pneumothorax,
hipovolemia, atau ruptur jantung.
EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika melakukan aspirasi
perikardium.
CVP (central venous pressure), normalnya 10-12
Pulse-oximetry
Echocardiografi menilai perikardium
USG abdomen (FAST) mendeteksi cairan di rongga perikardium.
DIAGNOSIS BANDING
Tension pneumothorax kiri
Syok kardiogenik
Emboli paru
Perikarditis
5. Yarah Azzilzah
PENATALAKSANAAN
a. Primary survey
1) Airway dengan kontrol servikal
Penilaian:
Perhatikan patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi)
Penilaian akan adanya obstruksi
Management:
Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
Bersihkan airway dari benda asing.
2) Breathing dan ventilasi
Penilaian
Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-
line immobilisasi
Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat
deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot
tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
Auskultasi thoraks bilateral
Management:
Oksigenasi
Ventilasi mekanik tekanan positif sebaiknya dihindari karena dapat menurunkan
venous return dan memperberat gejala tamponade.
3) Circulation dengan kontol perdarahan
Penilaian
Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
Mengetahui sumber perdarahan internal
Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya
resusitasi masif segera.
Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
Periksa tekanan darah
Management:
Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan cross-match serta Analisis
Gas Darah (BGA).
Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat
Transfusi darah jika perdarahan masif dan tidak ada respon os terhadap
pemberian cairan awal.
Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.
Perikardiosentesis
Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila os dengan
syok hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan
6. Yarah Azzilzah
kemungkinan tamponade jantung.
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau
pungsi perikard.
Monitoring EKG untuk menunjukkan tertusuknya miokard (↑ voltase
gelombang T atau terjadi disritmia).
Lokasi : seringnya di subxyphoid
Teknik:
a) Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45°
memungkinkan jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
b) Lakukan tindakan aseptik dan anestesi lokal dengan prokain 2%
atau xilokain 2%.
c) Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml
dihubungkan dengan pemantau EKG melalui aligator atau
hemostat.
d) Arahkan jarum ke posterosepalad, membentuk sudut 450 dengan
permukaan dinding dada.
e) Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikard
f) Bila jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan otot
jantung, akan timbul elevasi segmen ST (injury) dan ekstrasistol
ventrikel dengan amplitude tinggi. Bila hal ini terjadi, maka
jarum pungsi harus ditarik sedikit dan di arahkan ketempat lain.
g) Apabila cairan perikard kental, dapat dipakai trokar yang lebih
besar.
h) Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum ditarik
perlahan-lahan dan ditusuk kembali ke arah lain atau lebih dalam
sedikit.
i) Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah
tusukan secara kasar. Perubahan arah tusukan harus dilakukan
secara perlahan tepi konstan sambil diisap secara kontinyu.
j) Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut
dan dibiarkan di tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi
periodik untuk mencegah pengumpulan cairan kembali.
k) Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat
pungsi.
7. Yarah Azzilzah
4) Disability
Menilai tingkat kesadaran memakai GCS
Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi.
5) Exposure/environment
Buka pakaian penderita
Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan temapatkan pada ruangan yang
cukup hangat.
b. Tambahan primary survey
Pasang monitor EKG
Kateter urin dan lambung
Monitor laju nafas, analisis gas darah
Pulse oksimetri
Pemeriksaan rontgen standar
c. Resusitasi fungsi vital dan re-evaluasi
Re-evaluasi penderita
Penilaian respon penderita terhadap pemberian cairan awal
Nilai perfusi organ (nadi, warna kulit, kesadaran, dan produksi urin) serta
awasi tanda-tanda syok.
d. Secondary survey
1) Anamnesis AMPLE dan mekanisme trauma
2) Pemeriksaan fisik
Kepala dan Perineum
maksilofasial Musculoskeletal
Vertebra servikal Neurologis
dan leher Reevaluasi
Thorax penderita
Abdomen
e. Terapi definitif:
Torakotomi di ruang operasi
f. Rujuk
Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena
keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih
memungkinkan untuk dirujuk.
Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan, dan kebutuhan penderita selama
perjalanan serta komunikasikan dnegan dokter pada pusat rujukan yang
dituju.
PROGNOSIS
Tergantung pada managemen kondisi dan penyakit dasar penyebab tamponade.
8. Yarah Azzilzah
KOMPLIKASI
Karena tindakan:
Laserasi dinding ventrikel Aritmia
Laserasi a. Mamaria Perikarditis purulen
interna Reaksi vasovagal
Pneumothorax
Edema pulmonal
Syok kardiogenik
kematian