Dokumen tersebut membahas tentang definisi falsafat menurut berbagai tokoh filsafat, mulai dari Plato, Aristoteles, Cicero hingga Kant. Dokumen tersebut juga membahas mengenai konsep nilai dalam falsafat dan klasifikasi nilai menurut beberapa pandangan. Secara keseluruhan dokumen tersebut memberikan gambaran mengenai perkembangan pemahaman falsafat secara historis serta konsep nilai yang menjadi bagian penting dalam falsafat.
2. Filsafat = Falsafat
Yunani : Philosophia
Philos/philein = suka, cinta, mencintai
Shopia = kebijaksanaan, hikmah, kepandaian, ilmu
Artinya: Cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
ilmu
Belanda : Wijsbegeerte
Wijs = pandai, berilmu
Begeerte = keinginan
Artinya: keinginan untuk ilmu
3. Plato (427 – 348 S.M)
Filsafat
: ilmu pengetahuan yang bersifat untuk
mencapai kebenaran yang asli
Aristoteles (382 – 322 S.M)
Filsafat
: ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik
dan sostetika
Cicero (106 – 043 S.M)
Filsafat : ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya
Filsafat : ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan
untuk mendapatkannya
4. Descartes (1596 – 1650)
Filsafat : kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan,
alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya
Immanuel Kant (1724 - 1804)
Filsafat : ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya
4 (empat) persoalan:
Apakah yang dapat kita ketahui? (J: termasuk dalam bidang
Metafisika)
Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (J: termasuk dalam
bidang Etika)
Sampai dimanakah harapan kita? (J: termasuk pada bidang
agama)
Apakah yang dinamakan manusia itu? (J: termasuk pada
bidang Antropologie)
5. Darji Darmodiharjo
Filsafat
: pemikiran manusia dalam usahanya
mencari kebijaksanaan dan kebenaran yang
sedalam-dalamnya sampai ke akar-akarnya
(radikal, radik = akar), teratur (sistematis) dan
menyeluruh (universal)
I.R. Pudjowijatno
Filsafat
: ilmu yang berusaha mencari sebagai
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan atas pikiran belaka
6. Falsafah Falsafah
dalam arti dalam arti
Praktis Proses
Falsafah Falsafah
dalam arti FALSAFAH dalam arti
Teoritis PANCASILA Produk
Falsafah
Falsafah
sebagai
sebagai
Pandangan
Ilmu
Hidup
7. Falsafah dalam arti produk :
Pancasila sebagai pandangan hidup
Falsafah dalam arti praktis:
Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan
pegangan dalam sikap, tingkah laku, perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dimanapun mereka berada.
Pancasila sebagai falsafah hidup Bangsa Indonesia tumbuh dan
berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya
Bangsa Indonesia
Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila bersumber pada
budaya dan pengalaman bangsa Indonesia yang berkembang
akibat usaha bangsa dalam mencari jawaban atas persoalan-
persoalan esensial yang menyangkut makna atas hakikat sesuatu
yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia.
8. Makna atas hakikat sesuatu yang menjadi bagian dari kehidupan
bangsa Indonesia, meliputi antara lain:
Alam semesta seperti:
bagaimana alam ini terbentuk,
bagaimana hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam alam
semesta
Manusia dan kehidupannya:
siapa sebenarnya manusia itu,
dari mana asalnya dan kemana kembalinya,
bagaimana hubungan manusia dengan manusia lain, dengan
masyarakat, dan dengan Pencipta manusia dsb.
Nilai-nilai yang kemudian diangkat menjadi NORMA-NORMA yang
mengatur kehidupan, seperti nilai-nilai tentang:
baik dan buruk,
benar dan salah,
berguna dan tidak berguna,dsb.
9. Pancasila yang merupakan falsafah hidup Bangsa Indonesia
mengandung NILAI-NILAI dasar yang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia, bahkan oleh bangsa-bangsa beradab.
Nilai-Nilai Dasar Yang dimaksud :
Nilai Ketuhanan,
Nilai Kemanusiaan,
Nilai Persatuan,
Nilai Kenyataan,
Nilai Keadilan Sosial
Bagi Bangsa Indonesia Rumusan setepatnya dari pada nilai-nilai
dasar tersebut termuat dalam alinea keempat dari Pembukaan
UUD 1945
Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila ini merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh, yang tersusun secara sistematis-hirarkis
Artinya bahwa antara nilai dasar yang satu dengan nilai dasar lainnya
saling berhubungan, tidak boleh dipisah-pisahkan, dipecah-pecahkan
maupun ditukar tempatnya.
10. Nilai (dlm bahasa Inggris : Value) adalah termasuk pengertian
Filsafat
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto:
Pada hakikatnya nilai adalah sesuatu yang diinginkan (positif) atau
sesuatu yang tidak diinginkan (negatif).
Menilai mengandung arti Menimbang, yaitu kegiatan manusia
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu, dan selanjutnya
mengambil keputusan;
Menilai dapat berarti menimbang dan memperbandingkan sesuatu
dengan sesuatu lainnya untuk kemudian mengambil sikap atau
keputusan.
Hasil pertimbangan dan perbandingan yang dibuat itulah yang
disebut dengan NILAI.
11. Dalam melakukan Penilaian Subyek dapat menggunakan segala
kelengkapan analisis yang ada padanya:
INDERA yang dimilikinya menghasilkan nilai nikmat, dan sebaliknya
nilai kesengsaraan
RASIO menghasilkan nilai benar dan salah;
RASA ETESTIS menghasilkan nilai Indah dan tidak indah
IMAN menghasilkan nilai suci dan tidak suci, halal dan haram.
Sesuatu keputusan dapat mengatakan baik atau salah, religius
atau tidak religius, dan sebagainya berkaitan dengan unsur –unsur
yang ada pada manusia yaitu :
jasmani,
kepercayaan,
cipta,
rasa dan karsa
12. Maka sesuatu dapat dikatakan mempunyai nilai, yaitu apabila
sesuatu itu :
berguna/bermanfaat,
benar (nilai kebenaran),
indah (nilai aestheis),
baik (nilai moral/etis) dan
religius (nilai keagamaan).
Loiuis O Kattsoff membedakan NILAI dalam 2 macam:
Nilai Intristik:
ialah nilai dari segala sesuatu yang sejak semula sudah bernilai, misalnya
pisau mengandung kualitas pengirisan di dalamnya.
Nilai Instrumental:
ialah nilai sesuatu karena dapat dipakai sebagai sarana untuk mencapai
sesuatu, misalnya pisau dikatakan bernilai instrumentasl bila dapat digunakan
si subyek untuk mengiris.
13. Menurut Notonegoro nilai dapat dibedakan ke dalam 3 macam:
Nilai Material:
yaitu segala sesuatu yang berguna bai unsur manusia.
Nilai Vital:
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
Nilai Kerohanian:
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi 4 macam :
Nilai Kebenaran/Kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (ratio,
budi, cipta);
Nilai Keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (gevoel,
perasaan, aestheis);
Nilai kebaikan atau Nilai Moral yang bersumber pada nili
kehendak/kemauan manusia (will, karsa, ethic).
Nilai Religius, yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan
mutlak.
Nilai ini bersumber pada kepercayaan manusia/keyakinan manusia.
14. Pancasila mengandung nilai kerohanian, yakni
yang didalamnya terkandung nilai-nilai secara
lengkap dan harmonis:
nilai material,
nilai vital,
nilai kebenaran/kenyataan,
nilai aestheis,
nilai ethis/moral maupun nilai religius, seperti yang
tampak pada susunan sila-sila Pancasila yang sistematis
hierarkis, dimulai dari sila pertama sampai sila kelima.
15. Dardji Darmodihardjo dkk mengadakan klasifikasi nilai
secara berpasangan sbb:
Nilai Objektif dan Nilai Subjektif:
Nilai Objektif ialah nilai yang dilihat berdasarkan kondisi senyatanya
dari obyek tersebut
Nilai Subjektif ialah nilai yang diberikan oleh subyek
Nilai Positif dan Nilai Negatif
Nilai Positif ialah nilai yang bermanfaat bagi kepentingan manusia,
baik ditinjau dari sudut kepentingan lahiriah maupun bathiniah,
contoh nilai kebaikan, keindahan, kesusilaan.
Nilai Negatif ialah yang merupakan antinomi dari nilai positif.
Contoh : Nilai kejahatan, keburukan, ketidaksusilaan.
16. Dardji Darmodihardjo dkk mengadakan klasifikasi nilai
secara berpasangan sbb:
Nilai Intrinsik dan Nilai Ekstrinsik
Nilai Intrinsik ialah nilai yang berdiri sendiri yang mengandung
kualitas tertentu, misalnya suatu tindakan dikatakan sebagai
tindakan yang bernilai susila adalah semata-mata karena tindakan
itu memang baik.
Nilai Ekstrintrik ialah nilai yang bergantung pada nilai instrintrik dari
akibat-akibatnya.
Nilai Transenden dan Nilai Imanen
Nilai Transeden ialah nilai yang melampaui batas-batas pengalaman
dan pengetahuan manusia, misalnya nilai ketuhanan, sebagai nilai
yang diperoleh melalui pengertian murni, yang mengatasi
pengalaman dan rasio manusia.
Nilai Imanen ialah nilai yang terikat dengan pengalaman dan
pengetahuan manusia, misalnya mengenai pengetahuan inderawi
dan rasio manusia diperoleh rasa asin, manis, luas sempit dsb.
17. Dardji Darmodihardjo dkk mengadakan klasifikasi nilai
secara berpasangan sbb:
Nilai Dasar dan Nilai Instrumental
Nilai Dasar adalah nilai yang bersifat tetap, yang dipilih sebagai
landasan bagi nilai instrumental untuk akhirnya diwujudkan sebagai
kenyataan (praktis).
Nilai yang dipilih ini umumnya berhubungan dengan nilai–nilai objektif,
Positif, instrinsik dan transeden.
Nilai Instrumental ialah nilai yang merupakan usaha konkretisasi dari
nilai dasar.
Nilai ini biasanya telah dituangkan dalam bentuk norma, dan dijadikan
dasar bagi perwujudan suatu praktis.