Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan tiga jenis minyak nabati yaitu minyak kedelai, kacang tanah, dan kelapa terhadap efikasi cendawan Lecanicillium lecanii dalam mengendalikan telur hama kepik coklat pada tanaman kedelai. Hasilnya menunjukkan bahwa ketiga minyak nabati tersebut mampu mempertahankan efikasi cendawan L. lecanii dari sinar matahari den
1. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
PENAMBAHAN MINYAK NABATI UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI
CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii DALAM MENGENDALIKAN
TELUR KEPIK COKLAT (Riptortus linearis) (Hemiptera: Alydidae) PADA KEDELAI
Yusmani Prayogo
Staf Peneliti Hama dan Penyakit Balitkabi Malang
Jln. Raya Kendalpayak P.O.BOX. 66 Malang, 65101
Email: manik_galek@yahoo.com
ABSTRAK
Lecanicillium (=Verticillium) lecanii merupakan salah satu jenis cendawan entomopatogen yang efektif untuk
mengendalikan hama kepik coklat Riptortus linearis pada kedelai karena mampu menginfeksi berbagai stadia hama,
yaitu meliputi imago, nimfa, dan telur. Di lapangan, cendawan tersebut rentan terhadap sinar matahari. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan jenis minyak nabati untuk mempertahankan efikasi cendawan L.
lecanii. Tanaman kedelai pada umur 35 hari setelah tanam (HST) diinfestasi telur kepik coklat dengan cara
menempelkan pada permukaan daun bagian atas dengan lem gom arab. Masing-masing tanaman diinfestasi sebanyak
25 butir yang diulang empat kali. Biakan cendawan L. lecanii umur 30 hari setelah inokulasi (HSI) ditambah air
hingga mendapatkan kerapatan konidia 107/ml kemudian ditambah dengan masing-masing jenis minyak nabati 2 ml/l
sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya, diaplikasikan pada telur yang sudah dipaparkan dengan cara disemprotkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis minyak nabati yang mampu mempertahankan efikasi
cendawan L. lecanii dari pengaruh sinar matahari, yaitu minyak kedelai, kacang tanah, dan minyak kelapa.
Keefektifan terlihat dari kemampuan cendawan dalam menghambat waktu penetasan telur kepik coklat, menekan
jumlah terlur yang menetas, menekan jumlah nimfa yang akan berkembang menjadi imago, mengurangi jumlah polong
hampa yang terbentuk, menurunkan jumlah tusukan pada biji, dan mampu mempertahankan berat kering biji kedelai
tiap tanaman. Oleh karena itu, ketiga jenis minyak nabati tersebut berpeluang besar dapat digunakan sebagai
bahan perekat untuk melindungi efikasi cendawan L. lecanii dari pengaruh sinar matahari pada waktu aplikasi di
lapangan.
Kata kunci: Keefektifan, minyak nabati, L. lecanii, telur, kedelai
ABSTRACT
Lecanicillium (=Verticillium) lecanii is one of the most effective entomopathogenic fungi to control pod sucking
bug Riptortus linearis. The fungi was able to infect brown stink bug in various developmental stages, from egg to
adult. In the field, however the fungi was susceptible to the solar radiation. A research to study the effect of
botanical oil as protectant for solar radiation on the effectiveness of brown stink bug. The thirty-five days
after planting (DAP) soybean plant were infected by twenty-five eggs of brown stink bug with four replications.
The thirty days old of L. lecanii were suspended in sterile water with density 107/ml conidia. These suspension
were added with each 2 ml/l of botanical oils were sprayed to the eggs exposure. The result showed that there
were three kinds of botanical oil able protect the effectiveness L. lecanii to solar radiation i.e. soybean oil, peanut
oil, and coconut oil. The effectiveness of botanical oil in protection L. lecanii were showed from inhibit to the
egg hatched, able to pressure the egg hatched and the survivorship nymph to become adult, reduce the unfilled-
pod and seed damaged, and able depending of seed weigh/plant. Therefore, its was suggested that these
botanical oils can be used to protect the effectiveness of L. lecanii by solar radiation in the field.
Key words: The effectiveness, botanical oils, V. lecanii, egg, soybean
28
2. Yusmani Prayogo : Penambahan Minyak Nabati Untuk Meningkatkan Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii Dalam
Mengendalikan Telur Kepik Coklat (Riptortus Linearis) (Hemiptera: Alydidae) Pada Kedelai
PENDAHULUAN
Lecanicillium (=Verticillium) lecanii merupakan salah satu jenis cendawan entomopatogen yang
telah diketahui efektif untuk mengendalikan berbagai jenis hama maupun penyakit (Askary et al. 1998;
Aiuchi et al. 2007; Kim et al. 2007; Kim et al. 2008; Goettel et al. 2008; Shinya et al. 2008a & 2008b &
2008c). Pada tahun 2004 cendawan L. lecanii diketahui efektif untuk mengendalikan kepik coklat
Riptortus linearis pada kedelai (Prayogo 2004). Kelebihan cendawan ini karena mampu menginfeksi
semua stadia serangga kepik coklat mulai dari stadia telur, nimfa maupun imago dengan tingkat efikasi
yang cukup tinggi yaitu hingga di atas 50% (Prayogo et al. 2004 & 2005). Telur kepik coklat yang
terinfeksi cendawan L. lecanii akhirnya tidak mampu menetas karena cendawan tersebut bersifat
ovisidal (Prayogo 2004; Aiuchi et al. 2008a & 2008b). Telur kepik coklat yang sudah terinfeksi L.
lecanii dan masih mampu menetas, namun nimfa I yang terbentuk tidak dapat melangsungkan hidupnya
menjadi nimfa II karena gagal ganti kulit (moulting) (Prayogo et al. 2004). Peluang telur kepik coklat
yang terinfeksi cendawan tersebut untuk berhasil berkembang menjadi imago hanya di bawah 20%.
Oleh karena itu, cendawan L. lecanii berpeluang besar dapat digunakan sebagai salah satu agens hayati
dalam pengendalian hama terpadu (PHT) khususnya hama kepik coklat pada kedelai.
Salah satu penghambat yang mempengaruhi efikasi cendawan entomopatogen dalam
pengendalian hama di lapangan adalah faktor abiotik, khususnya aktivitas sinar matahari (Braga et al.
2002). Sinar matahari selain menghasilkan panas juga mengandung sinar UV yang akan merusak konidia
sehingga efikasi cendawan menurun. Tingkat kerusakan konidia akibat pengaruh sinar UV sangat
tergantung dari berapa lama waktu konidia terpapar pada sinar tersebut. Hasil penelitian Braga et al.
(2002) menunjukkan bahwa cendawan V. lecanii yang terpapar pada sinar UV-B selama tiga jam masih
mampu tumbuh namun pemaparan selama empat jam menyebabkan cendawan mati. Menurut Yuen et al.
(2002) dan McCoy (2004), dampak UV-A dan UV-B dari sinar matahari secara langsung akan
menyebabkan kematian sel dan mutasi akibat dari kerusakan susunan kromosom pada DNA. Sedangkan
menurut Moore et al. (1993) UV-C menyebabkan terjadinya penundaan dan penurunan perkecambahan
konidia.
Penurunan daya kecambah konidia cendawan diakibatkan oleh meningkatnya respirasi dan
aktivitas metabolik di dalam konidia sehingga dapat menurunkan cadangan makanan di dalam konidia.
Hasil penelitian Hallsworth dan Magan (1996) menunjukkan bahwa tingkat perkecambahan konidia
ditentukan oleh kandungan poliol dan trehalosa. Sementara itu, kedua senyawa ini sangat berperan
dalam pengaturan tekanan osmotik di dalam konidia dan tekanan osmotik ditentukan oleh suhu
lingkungan tumbuh konidia. Oleh karena itu disarankan dalam aplikasi di lapangan perlu dihindarkan dari
pengaruh sinar matahari secara langsung, yaitu dengan mengatur waktu aplikasi maupun menggunakan
bahan pelindung (Williams et al. 2000; Verhaar et al. 2004; Samodra & Ibrahim 2006).
Menurut Leland (2001a), ada beberapa strategi untuk melindungi biopestisida yang mengandung
mikroorganisme dari pengaruh degradasi sinar UV, yaitu; (1) menggunakan bahan pelindung (UV
protectant) yang dapat terlarut dalam minyak, (2) menggunakan emulsi antara minyak dan air, (3)
menggunakan suspensi penyerap, dan (4) metode enkapsulasi. Ganga-Visalakshy et al. (2005) melaporkan
bahwa minyak nabati mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan V. lecanii sehingga
keefektifan cendawan menjadi meningkat. Hasil penelitian Silva et al. (2006) menunjukkan bahwa
minyak nabati yang berasal dari biji sayuran mampu meningkatkan perkecambahan konidia cendawan
Paecilomyces fumosoroseus, Metarhizium anisopliae, dan Beauveria bassiana (Deuteromycotina:
Hyphomycetes) hampir mencapai 100% dalam waktu yang relatif lebih singkat. Kajian penambahan
minyak nabati untuk mempertahankan efikasi L. lecanii sebagai satu teknologi pengendalian R. linearis
di Indonesia belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan
minyak nabati dalam mempertahankan keefektifan L. lecanii untuk mengendalikan telur Riptortus
linearis.
29
3. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (BALITKABI) dimulai dari bulan April sampai dengan Oktober 2009. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah acak lengkap (RAL). Sebagai perlakuan adalah tujuh jenis minyak nabati yang masing-
masing diulang sebanyak lima kali. Tujuh jenis minyak nabati yang digunakan adalah; minyak bunga
matahari, minyak kelapa, minyak kapas, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak wijen, dan minyak
kemiri. Pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Perkembangbiakan hama kepik coklat untuk mendapatkan telur
Telur kepik coklat digunakan untuk menilai efikasi pengendalian dengan cendawan L. lecanii yang
diberi minyak nabati sebagai bahan pelindung dalam mengendalikan hama tersebut. Telur diperoleh
dengan cara mengumpulkan imago kepik coklat yang diperoleh dari pertanaman kedelai di kebun
percobaan Balitkabi Kendalpayak pada tahun 2009 kemudian dipelihara di dalam kurungan besi
berdiameter 30 cm dan tinggi 50 cm yang disungkup dengan kain kasa. Selanjutnya, serangga
dipelihara di laboratorium dan setiap hari imago diberi pakan kacang panjang. Di dalam sangkar
ditempelkan kumpulan benang berwarna kuning dengan panjang 25 cm yang berfungsi untuk tempat
pelekatan kelompok telur yang dihasilkan imago kepik coklat. Setiap dua hari, kacang panjang sebagai
pakan diganti dengan yang baru yang sebelumnya direndam di dalam air bersih untuk menghindari residu
pestisida kimia. Kumpulan telur yang sudah diletakkan imago kepik coklat setiap hari diambil untuk
dikumpulkan dan dipelihara hingga menetas membentuk nimfa. Setiap instar nimfa yang terbentuk
dikumpulkan secara terpisah di dalam kurungan yang berbeda untuk mendapatkan calon imago dengan
umur yang seragam. Pemeliharaan imago dipertahankan hingga mampu memproduksi telur minimal 2000
butir per hari.
2. Penanaman kedelai di kebun percobaan.
Kedelai varietas Wilis ditanam di dalam pot plastik polybag yang berisi tanah 5 Kg. Setiap
polybag berisi dua tanaman sebagai unit percobaan. Tanaman disiram, dipupuk, dan disiang sesuai dengan
kebutuhan. Pada umur 35 hari setelah tanam (HST) tanaman disungkup dengan kain kasa untuk
menghindari serangan hama lain. Telur kepik coklat yang berumur satu hari ditempelkan pada
permukaan daun bagian atas menggunakan lem gom arab. Masing-masing tanaman diinfestasi 25 butir
telur kepik coklat. Infestasi telur dilakukan pada sore hari menjelang aplikasi cendawan L. lecanii
dilakukan.
3. Aplikasi cendawan entomopatogen L. lecanii
Cendawan L. lecanii ditumbuhkan pada media potato dextrose agar (PDA) di dalam cawan Petri.
Pada umur 30 hari, setiap biakan cendawan di dalam cawan ditambah air steril 10 ml untuk diambil
konidianya dengan cara dikerok menggunakan kuas halus selanjutnya dengan haemocytometer dan
mikroskop binokuler hingga mendapatkan kerapatan konidia 107/ml. Setelah itu, suspensi konidia
dimasukkan ke dalam erlenmeyer secara terpisah sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya pada masing-
masing suspensi konidia ditambahkan jenis minyak nabati sebanyak 2 ml/l dan dikocok menggunakan
shaker selama 15 menit. Masing-masing perlakuan diaplikasikan pada telur-telur yang sudah ditempelkan
pada permukaan daun pada sore hari pukul 16:00 WIB. Pada perlakuan kontrol diaplikasi hanya dengan
suspensi konidia L. lecanii (tanpa penambahan minyak nabati).
4. Pengamatan
Pengamatan meliputi; waktu telur menetas, jumlah telur yang menetas, jumlah nimfa yang
mampu menjadi imago, jumlah polong hampa, jumlah tusukan kepik coklat pada biji, dan berat kering biji
kedelai.
30
4. Yusmani Prayogo : Penambahan Minyak Nabati Untuk Meningkatkan Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii Dalam
Mengendalikan Telur Kepik Coklat (Riptortus Linearis) (Hemiptera: Alydidae) Pada Kedelai
5. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program MINITAB. Setelah itu, apabila
terdapat perbedaan diantara perlakuan yang diuji maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda (Duncan
Multiple Range Test) α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh penambahan minyak nabati pada suspensi cendawan L. lecanii terhadap waktu
penetasan telur kepik coklat
Salah satu tolok ukur efikasi cendawan dinilai dari waktu penetasan telur kepik coklat setelah
disemprot dengan suspensi cendawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cendawan L. lecanii
mampu memperlambat waktu penetasan telur kepik coklat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
penambahan minyak nabati mampu meningkatkan efikasi cendawan di lapangan. Peningkatan efikasi
cendawan terlihat dari keterlambatan waktu penetasan telur pada masing-masing perlakuan
dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan minyak nabati). Rata-rata waktu penetasan telur kepik
coklat berkisar dari 10 sampai dengan 10,75 hari setelah peletakan (HSP) (Gambar 1). Telur yang
menetas dari perlakuan minyak kacang tanah dan bunga matahari terjadi pada 10 HSP. Sedangkan pada
perlakuan penambahan minyak kemiri, minyak kapas, minyak kelapa, dan minyak wijen tampak penetasan
telur terjadi pada 10,25 HSP. Dengan penambahan minyak kedelai, telur kepik coklat menetas pada
10,75 HSP, sedangkan tanpa minyak nabati (L. lecanii) telur kepik coklat menetas pada 8 HSP.
Walaupun diantara perlakuan jenis minyak nabati tidak berbeda nyata, namun dengan penambahan
minyak kedelai mengakibatkan telur kepik coklat menetas lebih lama dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Telur kepik coklat menetas terlambat hingga dua hari apabila dibandingkan dengan tanpa
penambahan minyak nabati. Namun, apabila dibandingkan dengan telur kepik coklat yang tidak terinfeksi
cendawan entomopatogen L. lecanii maka telur menetas terlambat hingga empat hari, karena secara
normal rata-rata telur kepik coklat menetas terjadi pada enam HSP (Tengkano & Sosromarsono 1985;
Tengkano dkk. 1992).
Keterlambatan waktu penetasan telur kepik coklat menyebabkan siklus hidup nimfa dan imago
tidak sesuai dengan perkembangan polong kedelai di lapangan. Semakin lambat telur kepik coklat
menetas semakin tidak sesuai antara pertumbuhan kepik coklat dengan ketersediaan makanan yang ada
di lapangan. Fenomena ini terjadi karena telur menetas pada saat keadaan polong dan biji kedelai sudah
mulai mengeras sehingga kurang disukai oleh nimfa kepik coklat. Dengan demikian, akan menurunkan
tingkat kerusakan polong kedelai dari serangan hama kepik coklat. Menurut Soesanto dan Darsam
(1993) bahwa aplikasi cendawan entomopatogen pada telur kepik hijau Nezara viridula mengakibatkan
waktu penetasan telur terlambat. Terlambatnya waktu penetasan telur berdampak pada nimfa yang
terbentuk tidak sesuai dengan perkembangan polong kedelai sehingga polong tidak disukai oleh nimfa.
Lebih lanjut dilaporkan Soesanto dan Darsam (1993) dengan tidak sesuainya perkembangan polong
kedelai dengan nimfa maka mengakibatkan jumlah kerusakan polong akibat tusukan stilet nimfa N.
viridula lebih rendah.
Kelebihan penggunaan minyak nabati yang ditambahkan dalam suspensi cendawan entomopatogen
disebabkan karena minyak tersebut mampu melindungi cendawan dari pengaruh sinar matahari,
khususnya sinar UV yang akan merusak konidia. Konidia merupakan salah satu organ infektif cendawan
yang digunakan untuk menginfeksi inang (Cagan & Svercel 2001; Mathews 2001; Braga et al. 2002).
Minyak yang ditambahkan pada suspensi cendawan akan membentuk biofilm yang melapisi konidia
cendawan. Biofilm akan berfungsi melindungi konidia dari pengaruh negatif sinar matahari (Leland
2001a). Oleh karena itu, Leland (2001a & 2001b) menganjurkan sebelum aplikasi cendawan
entomopatogen sebaiknya konidia diformulasikan di dalam larutan minyak agar lebih toleran terhadap
sinar matahari. Novizan (2002) melaporkan bahwa pelapisan konidia cendawan dengan bahan perekat
31
5. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
mampu melindungi konidia dari pengaruh negatif sinar matahari. Dengan demikian, penambahan minyak
ke dalam suspensi cendawan mempunyai peluang yang besar untuk pengendalian hama terutama di lahan
yang mempunyai tipe iklim kering (Leland 2001a).
Kontrol 8
Kemiri 10.25
Wijen 10.25
Jenis minyak nabati
Kacang Tanah 10
Kedelai 10.75
Kapas 10.25
Kelapa 10.25
Bunga Matahari 10
0 2 4 6 8 10 12
Waktu penetasan telur kepik coklat (HSP)
Gambar 1. Waktu penetasan telur kepik coklat setelah disemprot dengan suspensi
cendawan L. lecanii yang ditambah dengan berbagai jenis minyak nabati.
2. Pengaruh penambahan minyak nabati terhadap efikasi cendawan L. lecanii dalam menekan
jumlah telur kepik coklat yang menetas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak nabati mampu meningkatkan efikasi
cendawan L. lecanii dalam menggagalkan penetasan telur kepik coklat (Gambar 2). Walaupun diantara
perlakuan penambahan minyak nabati tidak berbeda nyata, namun penambahan minyak nabati berbeda
nyata dengan tanpa perlakuan (L. lecanii). Jumlah telur kepik coklat yang menetas terbanyak mencapai
52,23% terjadi pada perlakuan dengan penambahan minyak bunga matahari, kemudian diikuti dengan
perlakuan minyak kelapa, kapas, dan wijen masing-masing sama yaitu 46,60%.
Perlakuan penambahan minyak kemiri menyebabkan jumlah telur kepik coklat yang menetas
mencapai 41,10%. Jumlah telur kepik coklat yang menetas terendah terjadi pada perlakuan penambahan
minyak kedelai dan kacang tanah, yaitu masing-masing 30% dan 34,47%. Sedangkan pada kontrol tanpa
penambahan minyak nabati (L. lecanii), jumlah telur kepik coklat yang menetas hingga mencapai 79,47%.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penambahan minyak nabati mampu mempertahankan efikasi
cendawan L. lecanii dari pengaruh sinar matahari hingga mencapai 62%. Minyak yang ditambahkan
kedalam suspensi konidia cendawan akan membentuk lapisan biofilm sehingga konidia terhindar dari
cekaman lingkungan khususnya sinar matahari yang mendera. Hal ini disebabkan sinar yang datang akan
diabsorbsi oleh lapisan biofilm pada konidia (Leland et al. 2001). Oleh karena itu, struktur dinding
konidia terlindungi oleh penambahan senyawa minyak yang ditambahkan. Sementara itu, menurut Leland
(2001a) dan Novizan (2002) tanpa penambahan minyak pada waktu aplikasi suspensi konidia cendawan,
maka agens hayati tersebut akan kehilangan efikasinya hingga mencapai 70% apabila diaplikasikan di
lahan terbuka. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan bahan perekat berupa senyawa minyak untuk
mengatasi persistensi cendawan yang rendah dan kepekaannya terhadap sinar matahari.
32
6. Yusmani Prayogo : Penambahan Minyak Nabati Untuk Meningkatkan Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii Dalam
Mengendalikan Telur Kepik Coklat (Riptortus Linearis) (Hemiptera: Alydidae) Pada Kedelai
90
Jumlah telur kepik coklat menetas (%)
79,01a
80
70
60 52,23b
50 46,60bc 44,43bc 44,81bc
41,10bc
34,47bc
40
30,00c
30
20
10
0
Bunga Kelapa Kapas Kedelai Kacang Wijen Kemiri Kontrol
Matahari Tanah
Jenis minyak nabati
Gambar 2. Jumlah telur kepik coklat yang menetas setelah disemprot dengan suspensi
konidia cendawan L. lecanii yang ditambah dengan berbegai jenis minyak nabati.
Pada Gambar 2 tampak bahwa penambahan minyak nabati yang berasal dari kacang-kacangan,
yaitu kacang tanah dan kedelai pada suspensi cendawan L. lecanii mengakibatkan jumlah telur kepik
coklat yang dapat menetas lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Batta (2003)
melaporkan bahwa minyak nabati yang berasal dari kacang-kacangan, khususnya kedelai lebih baik daya
emulsi dan viskositasnya dibandingkan dengan minyak kelapa. Daya emulsi yang dikandung oleh minyak
akan mempengaruhi daya penyebaran lemak maupun protein dengan air. Kandungan lemak dan dan
protein di dalam minyak dari biji kacang-kacangan cukup tinggi yaitu masing-masing 52% dan 30%
(Bender 2005). Di dalam lemak (trigliserida), setelah dihidrolisis akan menghasilkan tiga molekul asam
lemak yang berantai panjang dan satu molekul gliserol. Senyawa gliserol merupakan salah satu senyawa
yang mampu mengabsorbsi sinar matahari. Dengan demikian kelembaban konidia dapat dipertahankan
akibat penambahan minyak yang banyak mengandung gliserol sehingga konidia menjadi lebih cepat
berkecambah dalam jumlah yang lebih banyak (Gambar 3). Sementara itu, hasil pengamatan secara
mikroskopis mengindikasikan bahwa suspensi konidia yang diaplikasikan pada telur tanpa bahan pelindung
minyak maka jumlah konidia yang mampu berkecambah hanya sedikit setelah satu hari dipaparkan di
alam terbuka (Gambar 4).
3. Pengaruh penambahan minyak nabati terhadap efikasi cendawan L. lecanii dalam menekan
jumlah nimfa kepik coklat yang berkembang menjadi imago
Nimfa kepik coklat terdiri dari lima stadia sebelum ganti kulit (moulting) berkembang menjadi
imago. Baik nimfa maupun imago berpeluang sama untuk menyerang polong dan biji kedelai meskipun
tingkat serangan lebih parah yang diakibatkan oleh stadia nimfa. Oleh karena itu, nimfa yang mampu
berkembang merupakan imago menjadi salah satu kriteria tolok ukur efikasi cendawan yang
diaplikasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak nabati berpengaruh terhadap
efikasi cendawan dalam menekan jumlah nimfa kepik coklat yang mampu berkembang menjadi imago
(Gambar 5). Hal ini tampak dari perbedaan yang signifikan antara perlakuan kontrol (L. lecanii) dengan
perlakuan penambahan minyak nabati. Jumlah nimfa kepik coklat yang berkembang menjadi imago
33
7. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
terendah terjadi pada perlakuan minyak nabati kedelai dan kacang tanah, yaitu masing-masing 11,30%
dan 15,13%. Kedua jenis minyak nabati tersebut mampu mempertahankan efikasi cendawan L. lecanii
dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Gambar 3. Konidia L. lecanii yang berkecambah pada permukaan
korion telur kepik coklat dengan penambahan minyak
kacang setelah 0 jam diinkubasi.
SEM MERK JEOL JAPAN TYPE
JSM-5000
MAG X5.000
Gambar 4. Konidia L. lecanii yang berkecambah pada permukaan
korion telur kepik coklat tanpa penambahan minyak nabati
setelah satu hari aplikasi.
34
8. Yusmani Prayogo : Penambahan Minyak Nabati Untuk Meningkatkan Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii Dalam
Mengendalikan Telur Kepik Coklat (Riptortus Linearis) (Hemiptera: Alydidae) Pada Kedelai
Jumlah nimfa kepik coklat yang berkembang menjadi imago pada perlakuan minyak nabati
kelapa, kapas, dan kemiri masing-masing 19,13%; 19,10; dan 19,30%, lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan minyak kedelai dan kacang tanah, namun tidak berbeda nyata dengan kedua jenis minyak
tersebut. Sedangkan perlakuan minyak bunga matahari dan wijen menunjukkan bahwa imago yang
mampu hidup lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan kelima minyak nabati tersebut di atas, yaitu
masing-masing 30,50% dan 28,70%. Jumlah imago kepik coklat yang hidup pada perlakuan tanpa minyak
nabati (L. lecanii ) masih relatif tinggi hingga mencapai 42%.
42 c
Kontrol
19,30 ab
Kemiri
28,70 b
Jenis minyak nabati
Wijen
15,13 a
Kacang Tanah
11,30 a
Kedelai
19,10 ab
Kapas
19,13 ab
Kelapa
30,50 b
Bunga Matahari
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jumlah nimfa kepik coklat yang menjadi imago (%)
Gambar 5. Jumlah nimfa kepik coklat yang berkembang menjadi imago akibat aplikasi
cendawan L. lecanii ditambah dengan minyak nabati.
Di dalam biji kacang-kacangan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan
minyak kelapa (Sutanto 2008). Di dalam potein minyak kacang-kacangan terkandung lesitin dan kasein
yang keduanya merupakan bahan pengemulsi yang baik (Daniel 2004; Lawhon 2008). Semakin tinggi
kandungan protein pada minyak nabati maka semakin besar peluang konidia yang dapat teremulsi dengan
minyak. Dengan demikian, konidia yang dapat dilindungi oleh minyak sebagai bahan pelindung sehingga
apabila terpapar di alam terbuka konidia lebih toleran. Batta (2003) melaporkan bahwa minyak nabati
yang berasal dari kacang-kacangan, khususnya kedelai lebih banyak daya emulsi dan viskositasnya
dibandingkan dengan minyak kelapa.
4. Pengaruh penambahan minyak nabati terhadap efikasi cendawan L. lecanii menekan jumlah
polong hampa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak nabati pada suspensi cendawan L.
lecanii berpengaruh nyata terhadap efikasi cendawan dalam menekan jumlah polong hampa yang
disebabkan oleh kepik coklat (Tabel 1). Jumlah polong hampa terendah terjadi pada perlakuan dengan
penambahan minyak kelapa dan kedelai, yaitu masing-masing 3,33 ± 1,87 dan 3,67 ± 1,29. Sedangkan
penambahan minyak kemiri mengakibatkan jumlah polong hampa lebih tinggi dibandingkan perlakuan
minyak kelapa maupun kedelai, yaitu mencapai 4,35 ± 2,26.
35
9. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
Tabel 1. Jumlah polong hampa, jumlah tusukan pada biji, dan berat kering biji tiap tanaman
kedelai setelah diaplikasi dengan cendawan entomopatogen L. lecanii dengan
penambahan minyak berbagai jenis nabati
Perlakuan Jumlah polong Jumlah tusukan pada Berat kering biji
(Jenis minyak nabati) hampa tiap biji tiap tanaman
(gram)
Bunga Matahari 8,33 ± 3,33 a * 4,36 ± 1,06 ab* 8,40 ± 3,43 b *
Kelapa 3,33 ± 1,87 bc 3,10 ± 0,89 b 9,73 ± 3,50 b
Kapas 5,67 ± 2,24 abc 4,50 ± 1,96 ab 8,90 ± 3,18 b
Kedelai 3,67 ± 1,29 bc 3,56 ± 1,09 a 9,33 ± 3,52 b
Kacang Tanah 5,33 ± 2,20 abc 3,36 ± 0,93 a 9,80 ± 3,47 b
Wijen 6,33 ± 2,84 ab 4,76 ± 2,25 ab 9,13 ± 2,93 b
Kemiri 4,35 ± 2,26 b 3,14 ± 1,01 a 7,60 ± 2,93 ab
Kontrol (L. lecanii) 8,90 ± 3,43 a 6,60 ± 2,93 b 5,63 ± 2,78 a
DMRT (0,05) 2,21 2,09 3,04
KK (%) 35,35 15,56 28,40
* Rerata selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji DMRT, α = 0,05).
Jumlah polong hampa relatif lebih tinggi, yaitu masing-masing 5,33 ± 2,20; 5,67 ± 2,24; dan
6,33 ± 2,84 pada perlakuan minyak kacang tanah, kapas, dan minyak wijen. Jumlah polong hampa
terbanyak terjadi pada perlakuan penambahan minyak bunga matahari, yaitu 8,33 ± 3,33 dan perlakuan
minyak tersebut tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan (L. lecanii) yaitu hingga mencapai 8,90 ±
3,43. Tingginya jumlah polong hampa pada perlakuan minyak bunga matahari dan tanpa perlakuan
disebabkan karena jumlah telur yang menetas dan jumlah nimfa yang berkembang menjadi imago masih
relatif banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian, peluang kepik coklat
menyebabkan kerusakan biji pada waktu pengisian polong juga lebih tinggi sehingga banyak polong hampa
terbentuk. Menurut Todd dan Turnipseed (1974) dan Tengkano dkk. (1992), serangan hama kepik
coklat yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji akan menyebabkan polong dan
biji hampa.
5. Pengaruh penambahan minyak nabati terhadap keefektifan cendawan L. lecanii menekan jumlah
luka tusukan stilet kepik coklat pada biji kedelai
Penambahan minyak nabati, selain mampu menekan jumlah polong hampa yang terbentuk juga
mampu menekan jumlah luka tusukan pada setiap biji yang disebabkan oleh stilet kepik coklat yang
akhirnya mempengaruhi juga kerusakan pada biji. Jumlah tusukan terendah terjadi pada perlakuan
minyak kelapa yaitu hanya 3,10 ± 0,89 tiap biji kemudian minyak kemiri yaitu 3,14 ± 1,01. Selanjutnya
diikuti perlakuan minyak kacang tanah dan kedelai masing-masing 3,36 ± 0,93 dan 3,56 ± 1,09 tusukan.
Perlakuan minyak bunga matahari, minyak kapas, dan minyak wijen menunjukkan jumlah tusukan relatif
lebih tinggi, yaitu berturut-turut 4,36 ± 1,06; 4,50 ± 1,96; dan 4,76 ± 2,25 yang hampir sama dengan
tanpa penambahan minyak (L. lecanii), yaitu 6,60 ± 2,93. Penambahan minyak nabati pada suspensi
cendawan L. lecanii untuk mengendalikan hama kepik coklat mempunyai peran yang tinggi dalam
menyelamatkan biji karena kerusakan akibat tusukan stilet kepik coklat dan mengakibatkan kerugian
yang cukup besar. Hasil penelitian Harnoto dkk. (1977) menunjukkan bahwa biji kedelai yang memiliki
bekas tusukan stilet kepik coklat dapat menyebabkan daya kecambah biji rendah karena bagian dalam
biji sudah mengalami kerusakan.
36
10. Yusmani Prayogo : Penambahan Minyak Nabati Untuk Meningkatkan Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii Dalam
Mengendalikan Telur Kepik Coklat (Riptortus Linearis) (Hemiptera: Alydidae) Pada Kedelai
6. Pengaruh penambahan minyak nabati pada cendawan entomopatogen L. lecanii terhadap berat
kering biji kedelai.
Penambahan minyak nabati pada suspensi cendawan L. lecanii dalam pengendalian kepik coklat
berpengaruh terhadap berat kering biji yang dihasilkan tiap tanaman walaupun antar perlakuan tidak
berbeda nyata. Namun demikian berat kering biji total tertinggi terdapat pada perlakuan minyak nabati
dari kacang tanah, yaitu mencapai 9,80 ± 3,47 g kemudian diikuti dengan perlakuan dari penambahan
minyak kelapa, kedelai, wijen, kapas, bunga matahari, dan kemiri masing-masing 9,73 ± 3,50 g; 9,33 ±
3,52 g; 9,13 ± 2,93 g; 8,40 ± 3,43 g; dan 7,60 ± 2,93 g. Sedangkan pada tanpa perlakuan (L. lecanii)
hanya 5,63 ± 2,78 g/tanaman.
Pada perlakuan penambahan minyak kacang tanah, kedelai, dan kelapa menghasilkan berat kering
biji tiap tanaman lebih tinggi dari perlakuan minyak nabati lainnya. Hal ini disebabkan karena pada
perlakuan tersebut jumlah nimfa yang mampu berkembang menjadi imago juga lebih rendah karena
mengalami gagal ganti kulit sewaktu stadia nimfa. Dengan demikian, jumlah imago yang masih hidup dan
makan atau merusak biji juga relatif lebih sedikit, selain itu jaringan organ tubuh imago diduga sudah
mengalami infeksi cendawan. Menurut Farques et al. (1994), jaringan organ tubuh Colorado potato
beatle yang terinfeksi cendawan Beauveria bassiana akan mengalami kerusakan sehingga mempengaruhi
penurunan aktivitas makan serangga tersebut. Lebih lanjut dilaporkan bahwa penurunan konsumsi makan
serangga hama tersebut disebabkan oleh terganggunya sistem hormonal sebagai pengendali syaraf.
Oleh karena itu, Smith dan Sinoquet (2004); McCoy (2005); dan Katatny (2003) menganjurkan aplikasi
cendawan entomopatogen sebaiknya ditambah larutan minyak untuk meningkatkan daya persistensi dan
proliferasi cendawan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tiga jenis minyak nabati, yaitu minyak
kelapa, minyak kedelai, dan minyak kacang tanah mampu mempertahankan efikasi cendawan
entomopatogen L. lecanii dalam mengendalikan telur kepik coklat pada kedelai. Efikasi cendawan
tampak mampu menghambat waktu penetasan telur sampai empat hari, menekan jumlah telur yang tidak
menetas hingga 62,20%, menekan jumlah nimfa yang berkembang menjadi imago sampai 73,10%,
menurunkan jumlah polong hampa sampai 62,20%, menurunkan jumlah luka tusukan pada biji sebesar
53%, dan mampu mempertahankan berat kering biji sampai 42,60%. Tiga jenis minyak nabati tersebut
berpeluang sebagai bahan perekat pada waktu aplikasi untuk melindungi efikasi cendawan
entomopatogen dari pengaruh sinar matahari saat pengendalian hama di lapangan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Suharsono, MS atas
saran dan koreksi naskah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aiuchi, D., Y. Baba, K. Inami, R. Shinya, M. Tani, K. Kuramochi, S. Horie, and M. Koike. 2007. Screening
of Verticillium lecanii (Lecanicillium spp.) hybrid strains based on evaluation of pathogenicity
against cotton aphid and greenhouse whitefly and viability on the leaf surface. Appl Entomol
Zool 51: 205-212.
Aiuchi, D., Y. Baha, K. Inami, R. Shinya, and M. Tani M. 2008a. Variation in growth a different
temperatures and production and size of conidia in hybrid strains of Verticillium lecanii
(=Lecanicillium lecanii) (Deuteromycotina: Hyphomycetes). J Appl Entomol and Zool 43(3): 427-
436.
37
11. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
Aiuchi, D., S. Horie, and M. Koike. 2008b. Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii) penetrate into
Trialeurodes vaporariorum egg. 41st Annual Meeting of the Society for Invertebrate Pathology
and 9th International Conference on Bacillus thuringiensis. August, 3-7;2008 University of
Warwick, Coventry, United Kingdom.
Askary, H., Y. Carriere, R.R. Belanger, and J. Brodeur. 1998. Pathogenicity of the fungus Verticillium
lecanii to aphids and powdery mildew. Biocontrol Sci Technol 8: 23-32.
Batta, Y.A. 2003. Production and testing of novel formulations of the entomopathogenic fungus
Metarhizium anisopliae (Metschnikoff) Sorokin (Deuteromycotina: Hyphomycetes). Crop
Protect 22(2): 415-422.
Bender, D.A. 2005. Arachis oil: A dictionary of food and nutrition. Oxford University Press.
http://www.encyclopedia.com/doc/1039-arachisoil.html [24 Mar 2008].
Braga, G.U. L., D.E.N. Rangel, S.D. Flint, C.D. Miller, and A.J. Anderson. 2002. Damage and Recovery
from UV-B exposure on conidia of the entomopathogens Verticillium lecanii and Aphanocladium
album. Logan Utah State University.
Cagan, and M. Svercel. 2001. The influence of ultraviolet light on pathogenicity of entomopathogenic
fungus Beauveria bassiana (balsamo) Vuillemin the European Corn Borer Ostrinia nubilalis HBN
(Lepidoptera: Cerambidae). http://www.agr.hr/jcea/issues/jcea2-35/jcea2349.html [21 Juli
2005].
Daniel, K.T. 2004. Soy lecithin from sludge to profit. Wise traditions in food, farming and the healing
arts. http://.Lecithin/Lecithin-growth.html [2 Des 2008].
Ganga-Visalakshy, P.N., A. Krishnamoorthy, and A. Manoj-Kumar. 2005. Effect of plant oils and
adhesive stickers on the mycelia growth and condition of Verticillium lecanii, a potential
entomopathogen. Phytopar 33(4): 367-369.
Goettel, M.S., M. Koike, J.J. Kim, D. Aiuchi, R. Shinya, and J. Brodeur. 2008. Potential of Lecanicillium
spp. for management of insects, nematodes, and plant disease. J Invertebr Pathol 29:1819-
1824.
Hallsworth, J.E. and N. Magan N. 1996. Culture age, temperature, and pH affect the polyol and
trehalose contents of fungal propagule. Appl and Environ Microbiol 67(7): 2435-2442.
Harnoto, W. Tengkano, dan D. Soekarna. 1977. Hama penting kedelai dan cara penanggulannya.
Simposium I. Peranan Hasil Penelitian Padi dan Palawija dalam Pembangunan Pertanian. Maros,
26-29 September 1977. Departemen Pertanian: Lembaga Pusat Penelitian Pertanian. hlm:1-20.
Katatny. 2003. Improvement of cell wall degrading enzymes production by alginate encapsulated
Trichoderma spp. http://pabww.screhr/ftbrfd/41219/pdf [1 Januari 2006].
Kim, J.J., M.S. Goetel, and D.R. Gilespie. 2007. Potential of Lecanicillium lecanii species for dual
microbial control of aphids and cucumber powdery fungus Sphaerotheca fuliginea. Biol Control
40: 327-332.
Kim, J.J., M.S. Goettel, and D.R. Gillespie. 2008. Evaluation of Lecanicillium longisporum Vertalec for
simultaneous suppression of cotton aphid Aphids gissypii and cucumber powdery mildew
Sphaerotheca fuliginea on potted cucumbers. Biol Control Crop Protection 29(6): 540-544.
Leland, J.E. 2001a. Enviromental-stress tolerant formulations of Metarhizium anisopliae var. Acridum
for control of African Desert Locust (Schistocerca gregaria). Dissertation. Virginia: Faculty of
VirginiaPolytechnic.
38
12. Yusmani Prayogo : Penambahan Minyak Nabati Untuk Meningkatkan Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii Dalam
Mengendalikan Telur Kepik Coklat (Riptortus Linearis) (Hemiptera: Alydidae) Pada Kedelai
http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd_12052001_115455/unrestrictited/JlelandDiser
tation. PDF [21 Juli 2005].
Leland, J.E. 200b. Coating Metarhizium anisopliae var Acridum with water soluble lignins for enhaced
UVB-protection and effects on virulence to Schistocerca Americana (Drary). Virginia:
Department of Entomology. http://essa.confex.com/esa/2001/echprogram/paper3552.htm [21
Juli 2005].
Lawhon, C. 2008. Lecithin supplements effectiveness in weight loss. The health psychology home page.
http://www.Lecithin/LECITHIN_SUPPLEMENT.html [2 Des 2008].
Moore, D., P.D. Bridge, P.M. Higgins, R.P. Bateman, and C. Prior. 1993. Ultra-violet radiation damage to
Metarhizium flavoviride conidia and the protection given by vegetable and mineral oils and
chemical sunscreens. Ann Appl Biol 122: 605-616.
Farques, J., J.C. Delmas, and R.A. Lebrun. 1994. Leaf comsuption by larva of the Colorado potato
beetle (Coleoptera: Chrysomelidae) infected with the entomopathogenic Beauveria bassiana. J
of Econ Entomol (87): 67-71.
McCoy, D.L. 2004. Enviromental persistence of entomopathogenic fungi. University of Florida.
http://www.agctr.Isu.edu/s265/McCoy.htm [21 Des 2005].
Mathews, G. 2001. Can biological agents be sprayed like chemical pesticides? http://pubs.nrc-
cnrc.gc.ca/cgi-bin/rp/rp2abste?cjmw99-0854nsnfcjm [5 Mar 2005].
Novizan. 2002. Membuat dan memanfaatkan pestisida ramah lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hlm:53-55.
Prayogo, Y. 2004. Keefektifan lima jenis cendawan entomopatogen terhadap hama pengisap polong
kedelai Riptortus linearis (Hemiptera: Alydidae) dan dampaknya terhadap predator Oxyopes
javanus Thorell (Araneida: Oxyopidae). [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Departemen Hama dan
Penyakit Tanaman. Institut Pertanian Bogor.
Prayogo, Y, T. Santoso, dan Widodo. 2004. Keefektifan lima jenis cendawan entomopatogen terhadap
telur hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis (Hemiptera; Alydidae). Seminar Nasional
Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang, 5 Oktober
2004. 11hlm.
Prayogo, Y., Santoso, dan Widodo. 2005. Kerentanan Stadia Nimfa Hama Pengisap Polong Kedelai
Riptortus linearis (Hemiptera: Alydidae) terhadap Jamur Entomopatogen Verticillium lecanii.
Hlm: Dalam. (Editor). Jurnal Agrikultura. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran Bandung.
Vol. (2): 15-23.
Samodra, H. and Y. Ibrahim Y. 2006. Effects of dust formulations of three entomophatogenic fungal
isolates against Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) in Rice grain. J Bios 17(1): 1-7.
Shinya, R., D. Aiuchi, A. Kushida, M. Tani, K. Kuramochi, A. Kushida, and M. Koike. 2008a. Effects of
fungal culture filtrates of Verticillium lecanii (Lecanicillium spp.) hubrid strains on Heterodera
glycines egg and juveniles. J Invertebr Pathol 97: 291-297.
Shinya, R., D. Aiuchi, A. Kushida, M. Tani, K. Kuramochi, and M. Koike. 2008b. Pathogenicity and its
mode of action in different sedentary stages of Heterodera glycines (Tylenchida:
Heteroderidae) by Verticillium lecanii hybrid strains. Appl Entomol Zool 43(2): 227-233.
39
13. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
Shinya, R., A. Watanabe, D. Aiuchi, M. Tani, K. Kuramochi, A. Kushida, and M. Koike. 2008c. Potential of
Verticillium lecanii (Lecanicillium lecanii) hybrid strains as biological control agents for soybean
cyst nematode: Is protoplast fusion an effective tool for development of plant-parasitic
nematode control agents?. J of Invertebr Pathol 98(3): 256-261.
Smith, N. and H. Sinoquet. 2004. Fungal bioinsecticide survival in response to UVB in 3D digitized
grapevine canopies a simulation study. Perancis. http://www.agr.hr/jcea/issue/jcea2-
34/pdfjcea234-9pdf [21 Jul 2005].
Soesanto, L. dan Darsam. 1993. Mikroba entomopatogenik: patogenisitasnya terhadap telur Nezara
viridula L. hlm: 327-332. Dalam: Martono, E., E. Mahrub, N.S. Putra, dan Y. Trisetyawati
(Editor). Simposium Patologi Serangga I. Yogyakarta, 12-13 Oktober 1993.
Sutanto A. 2008. Minyak: Jenis dan komposisi. NTUST Indonesian Student Association.
http://www/NTUST%20Indonesian%20Association20-%20 minyak %20Goreng. html [15 Jan
2008].
Tengkano, W. dan S. Sosromarsono. 1985. Bioekologi dan pengendalian pengisap polong kedelai (Nezara
viridula L., Riptortus linearis F., dan Piezodorus rubrofasciatus F.). Prosiding Simposium Hama
Palawija. PEI Cabang Bandung. Sukamandi, 3-4 Desember 1985. hlm:42-49.
Tengkano, W., M. Arifin, dan A. M. Tohir. 1992. Bioekologi, serangan, dan pengendalian hama pengisap
dan penggerek polong kedelai. Di dalam: Marwoto, Saleh N, Sunardi, Winarto A, editor. Risalah
Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai; Malang, 8-10 Agustus 1991. Balittan
Malang. Hlm: 117-153.
Todd, J.W. dan S.G. Turnipseed. 1974. Effect of southern green stink bug damage on yield and quality
of soybean. J. Econ. Entomol (3): 421-426.
Verhaar, M.A., T. Hijwegen, and J.C. Zadoks. 2004. Improvement of the efficacy of Verticillium lecanii
used in biocontrol of Sphaerotheca fuliginea by addition of oil formulation. Biocontr 44(1): 73-
87.
Williams, M.D.C., R.N. Edmondson, and Gill. 2000. The potential of some adjuvants in promoting
infection with Verticillium lecanii : laboratory bioassays with Myzus persicae. Ann Appl Biol
137(3): 3373-3482.
Yuen, G.Y. 2002. UV-B biodosimetry in turfgrass canopies. Crop Sci 42:859-868.
40