SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Andi Muhammad Amir Dan I Wayan Laba : Pengendalian Secara Kimiawi Serangga Hama Utama Dan Vektor Virus Pada Tanaman
                                                                                                                  Tembakau



          PENGENDALIAN SECARA KIMIAWI SERANGGA HAMA UTAMA
               DAN VEKTOR VIRUS PADA TANAMAN TEMBAKAU




                              Andi Muhammad Amir1) dan I Wayan Laba2)
                            1) Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang
                      2)   Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor/PEI Cab. Bogor
                                           e-mail: andimohamir@yahoo.co.id


                                                      ABSTRAK

     Penelitian pengendalian secara kimiawi serangga hama utama dan vektor virus pada tanaman
     tembakau telah dilaksanakan di desa Jati Guwi, kecamatan Sumber Pucung, kabupaten Malang pada
     musim tanam tahun 2008, bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan insektisida terhadap
     hama utama tembakau yaitu ulat grayak Spodoptera litura F., penggerek pucuk Helicoverpa armigera
     Hubner dan kutu daun Myzus persicae Sulz. Perlakuan terdiri atas 6 (enam) tingkat konsentrasi
     insektisida berbahan aktif Abamektin yaitu 0,125; 0,25; 0,375; 0,50 0,75; 0,1 ml/l air, 1 (satu)
     tingkat konsentrasi insektisida berbahan aktif Beta siflutrin yaitu 0,5 ml/l dan kontrol (tanpa
     perlakuan) disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) diulang 4 (empat) kali. Hasil pengujian
     menunjukkan bahwa insektisida berbahan aktif Abamektin dengan konsentrasi 1,00 ml/l air efektif
     menekan populasi ulat grayak S. litura dan penggerek pucuk H. armigera dan konsentrasi 0,50–0,75
     ml/l air efektif menekan populasi vector virus M. persicae pada tanaman tembakau dengan tingkat
     efikasi insektisida 65,37 – 100%.

     Kata kunci:Tembakau Nicotiana tabaccum L., ulat grayak Spodoptera litura F., penggerek
                pucuk Helicoverpa armigera Hubner., dan kutu daun Myzus persicae Sulz.



                                                     ABSTRACT

     Research control of insect pest is chemically and vector virus in tobacco plants has been
     conducted in the distric of Jati Guwi, Sumber Pucung, Malang regency in the planting season in 2008,
     aims to determine the efficiency of the use of insecticides against the major pests of tobacco
     Spodoptera litura F., Helicoverpa armigera Hubner and Myzus persicae Sulz. The treatment
     consisted of 6 (six) contain active levels of insecticide Abamektin concentration of 0.125, 0.25,
     0.375, 0.50 0.75; 0.1 ml/ l water, 1 (one) level of concentration of Beta siflutrin insecticides contain
     active: 0, 5 ml / l and control (no treatment) arranged in a randomized block design (RBD) repeated 4
     (four) times. The results showed indicate that contain active insecticide Abamektin with
     concentration 1.00 ml / l water effectively suppress armyworm populations of S. litura and H.
     armigera and concentration from 0.50 to 0.75 ml/l water effectively suppress vector virus
     populations M. persicae on tobacco plants with insecticide efficacy rate from 65.37 to 100%.

     Keywords: Tobacco Nicotiana tabacum L., Spodoptera litura F.,Helicoverpa armigera Hubner.,
                and Myzus persicae.



                                                      PENDAHULUAN
       Tembakau (Nicotiana tabacum L.) adalah merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan
yang dapat diekspor dan menghasilkan devisa yang cukup tinggi karena memiliki ciri, rasa, dan aroma
                                                           1
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011



yang sangat khas. Produktivitas tembakau dalam negeri hingga saat ini mengalami penurunan baik
kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa faktor pembatas yang mempengaruhi hal tersebut antara lain
adalah menurunnya kesuburan tanah, iklim yang tidak menentu serta adanya serangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit.
        Diantara faktor pembatas tersebut diatas, kerugian yang paling dominan dalam budidaya
tembakau adalah akibat serangan hama utama yaitu ulat grayak Spodoptera. litura F. dan penggerek
pucuk Helicoverpa armigera Hubner yang dapat mencapai 60% (Subiyakto et al,, 1992). Selain dari
kedua jenis hama tersebut diatas, beberapa jenis hama lain seperti kutu daun Myzus persicae Sulz. dan
Thrips sp, juga merupakan hama pada tembakau yang mengakibatkan tingkat kerusakan cukup tinggi dan
juga merupakan vektor penyakit untuk jenis virus tertentu (Kalshoven, 1981). Serangan jenis hama
tersebut diatas dapat menyebabkan daun berlubang, cacat, keriting dan pertumbuhan tanaman tidak
sempurna. Keberadaan ulat grayak S. litura dan penggerek pucuk H. armigera selalu ada karena
keduanya termasuk polifagus yang mempunyai beberapa jenis tanaman inang baik tanaman sayuran,
pangan, perkebunan dan tanaman industri (Esquerra and Gabriel, 1969; Kalshoven, 1981).
        Pengendalian jenis-jenis serangga hama utama tersebut dan kutu daun masih mengandalkan
pestisida berbahan aktif kimiawi (insektisida). Penyemprotan insektisida yang secara terus-menerus
menyebabkan serangga berdaptasi, sehingga serangga menjadi resisten. Problem ini memacu petani
untuk menggunakan insektisida yang lebih banyak. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa pelaksanaan
penyemprotan tidak selalu sesuai dengan populasi dan macam serangga hama sasaran. Tumpang tindih
serangga hama dan kutu daun sering menimbulkan kekeliruan memilih insektisida yang tepat sehingga
populasi serangga dan kutu daun tidak menurun tetapi justru meningkat. Dampak negatif lainnya terlihat
dengan menurunnya populasi musuh alami atau meningkatnya ketahanan serangga hama terhadap
insektisida. Dari hasil penelitian Sri Hadiyani (1995), pada tembakau cerutu Besuki tingkat resistensi
ulat grayak S. litura telah mencapai 6,5 kali. Untuk mengantisipasi terjadinya efek samping penggunaan
insektisida, maka penggunaan insektisida harus secara selektif, yaitu insektisida yang efektif
membunuh serangga hama sasaran.
        Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan insektisida dalam mengendalikan
serangga hama utama dan kutu daun pada tanaman tembakau.

                                                           BAHAN DAN METODA
        Penelitian telah dilaksanakan di areal pertanaman tembakau milik petani desa Jati Guwi,
kecamatan Sumber Pucung, kabupaten Malang pada musim tanam tahun 2008. Perlakuan terdiri atas 6
(enam) tingkat konsentrasi insektisida berbahan aktif Abamektin yaitu 0,125; 0,25; 0,375; 0,50 0,75;
0,1 ml/l, 1 (satu) tingkat konsentrasi insektisida berbahan aktif Beta siflutrin yaitu 0,5 ml/l dan kontrol
(tanpa perlakuan), disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) diulang 4 (empat) kali.
        Bibit tembakau rajangan yang berasal dari pesemaian ditanam pada petak-petak yang berukuran
5 m x 10 m, dengan jarak tanam 45 x 90 cm dengan sistem double row, satu bibit per lubang tanaman,
jarak antar perlakuan 2 m dan antar ulangan 3 m. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat
tanam dan 21 hari setelah tanam (HST) dengan dosis 200 kg Urea dan 100 kg SP-36 per ha.
        Aplikasi insektisida dimulai saat tanaman berumur 14 HST atau sudah ditemukan ulat instar-3
dan vector virus, menggunakan alat semprot punggung otomatis ”Knapsack sprayer” bertekanan tinggi
dengan volume semprot 400-600 l/ha.
        Parameter pengamatan meliputi tingkat populasi serangga hama utama dan kutu daun pada 20
tanaman contoh yang ditentukan secara acak mengikuti garis diagonal pada setiap petak. Pengamatan
dilakukan satu hari sebelum (-1) dan satu hari setelah (+1) aplikasi. Aplikasi dilakukan dengan interval
waktu 7 (Tujuh) hari sekali. Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran yang ditimbulkan
tidak berbeda antar perlakuan, maka efikasi insektisida dihitung dengan persamaan dari Abbott
(Ciba-Geygy,1981):

                                                                2
Andi Muhammad Amir Dan I Wayan Laba : Pengendalian Secara Kimiawi Serangga Hama Utama Dan Vektor Virus Pada Tanaman
                                                                                                                     Tembakau




                                     (Ca – Ta)
                      EI    =     ---------------            x 100 %
                                       Ca

dimana:
       EI = Efikasi insektisida yang diuji (%);
       Ta = Populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida
             yang diuji setelah penyemprotan insektisida;
       Ca = Populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak kontrol diuji setelah
             penyemprotan insektisida.
       Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran yang ditimbulkan berbeda antar
perlakuan, maka efikasi insektisida dihitung dengan persamaan dari Henderson and Titan
(Ciba-Geygy,1981):

                                        (Ta        Cb)
                      EI    =     1 - -------- x -------- x 100 %
                                      (Ca           Tb)

dimana:

           EI     =    Efektivitas insektisida yang diuji (%);
           Tb     =    populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan
                       insektisida yang diuji sebelum penyemprotan insektisida;
           Ta     =    populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan
                       insektisida yang diuji sebelum penyemprotan insektisida;
           Ca     =    populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak kontrol sebelum
                       penyemprotan insektisida;
           Cb     =    populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak
                       kontrol setelah penyemprotan insektisida.

                                             HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi ulat grayak Spodoptera litura
        Rata-rata populasi ulat grayak Spodoptera litura pada beberapa tingkat konsentrasi disajikan
pada Tabel 1. Pada aplikasi I, rata-rata populasi ulat grayak S. litura sehari sebelum aplikasi (-1),
secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara semua tingkat konsentrasi maupun
kontrol, kemudian sehari setelah aplikasi (+1), populasi S. litura pada semua tingkat konsentrasi
mengalami penurunan terutama insektisida Abamektin konsentrasi 0,50 ml/l air yaitu 3,10 ekor kecuali
kontrol yang cenderung meningkat hingga 9,33 ekor. Pada aplikasi II, sehari setelah aplikasi (+1)
konsentrasi 0,50 dan 0,75 ml/l air mampu menekan populasi hingga 1,73 ekor dan 1,75 ekor.
Selanjutnya pada aplikasi III dan IV, konsentrasi 0,50-0,75 ml/l masih mampu menekan populasi hingga
terendah yaitu 0,51 dan 0,26 ekor.




                                                              3
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011



                      Tabel 1.  Rata‐rata populasi ulat grayak Spodoptera litura pada 20 sample tanaman  tembakau.  Malang, 2008. 

           Bahan            Kons,             Aplikasi I                   Aplikasi II                    Aplikasi III                  Aplikasi VI 
            Aktif            ml/l  
                                            ‐1          +1               ‐1             +1            ‐1               +1          ‐1               +1 
       Abamektin            0,125       7,28 ab*     4,85 bc         4,50 bc         3,08 bc       2,69 bc          1,96 a      1,95 a           0,94 a 
       Abamektin             0,25       9,99 a       5,14 b          4,25 bcd        2,58 c        2,64 bc          1,51 a      1,51 a           0,70 a 
       Abamektin            0,375       6,25 a       4,04 bc         3,44 cd         2,28 c        2,95 bc          1,65 a      1,65 a           0,70 a 
       Abamektin             0,50       7,14 a       3,10 c          2,63 d          1,75 c        2,14 c           1,43 a      1,15 a           0,51 a 
       Abamektin             0,75       6,34 a       4,01 bc         3,13 cd         1,73 c        2,40 c           1,63 a      1,29 a           0,26 a 
       Abamektin             1,00       6,86 a       4,75 bc         4,20 bcd        2,71 c        2,61 bc          1,83 a      0,76 a           0,69 a 
       Beta sufliutrin       0,50       6,74 a       4,70 bc         5,75 b          4,40 b        3,88 b           2,36 a      0,95 a           0,49 a 
       Kontrol                 ‐        7,98 ab      9,33 a        14,46 a         14,21 a       16,55 a          17,09 b     13,95 b          13,78 b 

          Keterangan: 
                      ‐ 1 = sehari sebelum aplikasi;  +1 = sehari setelah aplikasi 
                      *  Angka‐angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada    
                           taraf 5% uji  jarak berganda Duncan. 


Populasi penggerek pucuk Helicoverpa armigera
        Rata-rata populasi H. armigera pada beberapa tingkat konsentrasi disajikan pada Tabel 2. Pada
aplikasi I, rata-rata populasi penggerek pucuk H. armigera sehari sebelum aplikasi (-1), tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata antara semua tingkat konsentrasi maupun kontrol, kemudian sehari
setelah aplikasi (+1), populasi menurun. Pada konsentrasi 0,75 ml/l air populasi hanya 1,74 ekor, lebih
rendah dibanding populasi pada semua tingkat konsentrasi yang diuji. Pada aplikasi III, populasi pada
semua tingkat konsentrasi yaitu antara 0,25-0,93 ekor, terendah pada konsentrasi 1,00 ml/l air yaitu
0,25 ekor. Selanjutnya pada aplikasi IV, konsentrasi 1,00 ml/l air populasinya hanya 0,03 ekor.

                 Tabel 2.  Rata‐rata populasi ulat penggerek pucuk Helicoverpa armigera  pada 20  sampel tanaman tembakau.  Malang, 2008. 

             Bahan            Kons.             Aplikasi I                 Aplikasi II                 Aplikasi III                  Aplikasi VI 
              Aktif            ml/l  
                                             ‐1           +1            ‐1           +1             ‐1              +1            ‐1             +1 
         Abamektin            0,125      3,95 a*       2,68 a       1,69 a        1,05 a        1,36 a           0,60 bc      0,40 a          0,20 a 
         Abamektin             0,25      3,64 a        2,22 a       1,74 a        1,00 a        1,43 a           0,93 b       0,58 a          0,33 a 
         Abamektin            0,375      3,34 a        1,73 a       1,94 a        0,91 a        1,41 a           0,73 bc      0,14 a          0,08 a 
         Abamektin             0,50      3,75 a        1,85 a       1,51 a        0,85 a        0,70 a           0,43 bc      0,11 a          0,04 a 
         Abamektin             0,75      3,50 a        1,74 a       1,79 a        0,76 a        0,69 a           0,28 c       0,21 a          0,08 a 
         Abamektin             1,00      4,23 a        2,23 a       1,49 a        0,64 a        0,60 a           0,25 c       0,14 a          0,03 a 
         Beta siflutrin        0,50      4,05 a        2,48 a       1,74 a        1,15 a        0,88 a           0,58 bc      0,70 a          0,29 a 
         Kontrol                 ‐       4,34 a        5,50 b       5,53 b        5,63 b        6,24 b           5,91 c       3,16 b          4,00 b 

            Keterangan: 
                        ‐ 1 = sehari sebelum aplikasi;  +1 = sehari setelah aplikasi 
                       *  Angka‐angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada   
                            taraf 5% uji  jarak berganda Duncan. 


Populasi kutu daun Myzus persicae
         Rata-rata populasi kutu daun M. persicae pada beberapa tingkat konsentrasi disajikan pada
Tabel 3. Pada aplikasi I, populasi M. persicae sehari setelah aplikasi (+1), populasi antara perlakuan
secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, tetapi jumlah populasi pada konsentrasi 1,00
ml/l air terendah dibanding dengan konsentrasi lainnya yaitu 27,69 ekor. Selanjutnya yaitu pada aplikasi
II, populasi M. persicae sehari setelah aplikasi (+1) merupakan populasi terendah yaitu 9,19 ekor pada
konsentrasi 1,00 ml/l air. Selanjutnya pada aplikasi III, sehari setelah aplikasi (+1), populasi menurun
dan yang terendah pada perlakuan konsentrasi 1,00 ml/l air yaitu 4,61 ekor. Pengamatan populasi
M. persicae selanjutnya tidak dilakukan karena populasi di lapang sudah tidak ada, hal ini disebabkan
karena pada saat tersebut curah hujan cukup tinggi.




                                                                              4
Andi Muhammad Amir Dan I Wayan Laba : Pengendalian Secara Kimiawi Serangga Hama Utama Dan Vektor Virus Pada Tanaman
                                                                                                                      Tembakau




                              Tabel 3.  Rata‐rata populasi kutu daun Myzus persicae  pada 20 tanaman sampel tembakau.  Malang, 2008.  

                Bahan aktif                Kons.                     Aplikasi I                      Aplikasi II                   Aplikasi III 
                 insektisida                ml/l  
                                                               ‐1                +1              ‐1               +1             ‐1             +1 
         Abamektin                         0,125         53,21 a*            27,90 b         16,92 b         16,31 a        17,88 a        12,28 b 
         Abamektin                          0,25         58,03 a             34,03 b         30,19 b         16,99 a        16,60 a        10,73 bc 
         Abamektin                         0,375         55,43 a             40,58 ab        26,65 b         16,24 a        14,51 a          8,94 bc 
         Abamektin                          0,50         72,17 a             50,93 ab        25,05 b         12,99 a          4,90 a         2,28 bc 
         Abamektin                          0,75         52,39 a             39,05 b         40,94 ab        11,05 a        11,84 a          7,24 bc 
         Abamektin                          1,00         43,90 a             27,69 b         18,09 b           9,19 a         9,35 a         4,61 c 
         Beta siflutrin                     0,50         71,53 a             46,46 ab        20,81 b         12,54 a        12,38 a          7,89 bc 
         Kontrol                              ‐          61,08 a             62,73 a         60,24 a         58,96 b        47,04 b        53,21 a 

            Keterangan: 
                      ‐ 1 = sehari sebelum aplikasi;  +1 = sehari setelah aplikasi 
                     *  Angka‐angka yang diikuti oleh huruf  yang  sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada  
                          taraf 5% uji  jarak berganda Duncan, 


       Pada umumnya insektisida-insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama baik ulat dan
kutu daun bersifat sistemik. Insektisida sistemik mempunyai beberapa sifat membunuh berbagai
serangga. Sebagai racun syaraf yang manjur untuk ulat, dengan konsentrasi rendah, telah dapat
menghambat acetylcholinesterase dan meracuni jaringan lipoid serangga tersebut (O’ Brien and
Yamamoto. 1970; Nayar et al., 1978). Sebagai racun perut, dapat mematikan serangga dalam waktu
cepat dan sangat beracun untuk telur, larva mapun imago terutama H. armigera. (Anonim. 1984).
Sebagai racun kontak dapat menghambat produksi acetylcholinesterase yang mengakibatkan pemutusan
gerak oleh syaraf (Eto. 1976). Selanjutnya menurut Palumbo and Kerns (1994), insektisida sistemik
dapat memberikan perlindungan tanaman terhadap kutu daun selama 3 bulan.
Efikasi insektisida
        Dari hasil penghitungan dengan menggunakan persamaan dari About (Ciba-Geygy. 1981), maka
tingkat efikasi insektisida terhadap hama ulat grayak S. litura, penggerek pucuk H. armigera dan kutu
daun M. persicae pada tanaman tembakau cukup tinggi, masing-masing yaitu 61,75%, 100% dan 58,86%.

                                                                     KESIMPULAN
       Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa insektisida berbahan aktif Abamektin dengan
konsentrasi 1,00 ml/l air efektif menekan populasi ulat grayak S. litura dan penggerek pucuk
H. armigera dan konsentrasi 0,50–0,75 ml/l air efektif menekan populasi kutu daun M. persicae pada
tanaman tembakau dengan tingkat efikasi insektisida 65,37–100%.

                                                                DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1984. Larvin, Thiodikarb Insecticide, the Ideal Insecticide. Technical Information manual.
       Union Carbide. Agricultural Product Co. Inc. 49p.
Esquerra, M. M. and B. P. Gabriel. 1969. Insect Pest of Vegetables. Dept. of Ento. Coll of Agric Univ.
       of The Phillipines.
Eto, M. 1976. Organophosphorus Pesticide: Organic and Biochemical Chemistry. CRR Press. P.123-157.
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated by van der Laan. PT.
       Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta,
Nayar, K.K., TN. Ananthakrishman and B.V. david. 1976. General and Aplied Entomology. Tata Mc Grow
       Hill Publ.Co.Ltd. p.370-386.

                                                                               5
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011



O’Brien, R.D. and I. yamamoto. 1970. Biochemical Toxicology of Insecticide. Academic Press. New York.
        P.193-200.
Palumbo. J.C, Kerns D.L. 1994. Effects of imidacloprid as a soil treatment on colonization of green
       peach aphid and marketability of lettuce. Southwestern Entomologist 19: 339-346.
Sri Hadiyani. 1995. Pengendalian Serangga Hama Tanaman Kapas dan Tembakau dalam Resistensi
       Serangga Terhadap Insektisida dan Upaya Penanggulangannya, Risalah Seminar Perhimpunan
       Entomologi Indonesia (PEI) Cabang Malang.
Subiyakto, A. A. A. Gothama dan S. H. Isdijoso dan T. Soemartono. 1992. Penentuan Ambang Kendali
       Helicoverpa spp. Pada Tembakau Besuki Na Oosgt. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi
       Indonesia (PEI) IV di Jogyakarta. 28-30 Januari 1992.




                                                           6

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanPemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
 
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Yogi Nugraha
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)tochi run
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Pengendali hayat iiii
Pengendali hayat iiiiPengendali hayat iiii
Pengendali hayat iiiiDina akib
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPy Bayu
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat dihtedikaputra
 

Was ist angesagt? (17)

Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanPemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
 
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
BIOPESTISIDA
BIOPESTISIDABIOPESTISIDA
BIOPESTISIDA
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Biokontrol
BiokontrolBiokontrol
Biokontrol
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Pengendalian Hayati
Pengendalian HayatiPengendalian Hayati
Pengendalian Hayati
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
6330 20977-1-pb
6330 20977-1-pb6330 20977-1-pb
6330 20977-1-pb
 
Pengendali hayat iiii
Pengendali hayat iiiiPengendali hayat iiii
Pengendali hayat iiii
 
mikrobiologi
mikrobiologimikrobiologi
mikrobiologi
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 

Ähnlich wie 4 am amir-virus tembakau

8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabatixie_yeuw_jack
 
9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpaxie_yeuw_jack
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeniOperator Warnet Vast Raha
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-noneAndrew Hidayat
 
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeniOperator Warnet Vast Raha
 
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeniOperator Warnet Vast Raha
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiDian Lestari
 
1-3-20 Uji Daya Bunuh Ekstrak daun Acacia nilotica terhadap Bakteri-Syarifah-...
1-3-20 Uji Daya Bunuh Ekstrak daun Acacia nilotica terhadap Bakteri-Syarifah-...1-3-20 Uji Daya Bunuh Ekstrak daun Acacia nilotica terhadap Bakteri-Syarifah-...
1-3-20 Uji Daya Bunuh Ekstrak daun Acacia nilotica terhadap Bakteri-Syarifah-...SyarifahMiftahulELJa1
 
7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonisxie_yeuw_jack
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluanKustam Ktm
 

Ähnlich wie 4 am amir-virus tembakau (20)

8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa
 
Antimikroba adila
Antimikroba adilaAntimikroba adila
Antimikroba adila
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
Pengendalian hayati
Pengendalian hayatiPengendalian hayati
Pengendalian hayati
 
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-none
 
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
 
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
 
Pf
PfPf
Pf
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
BAB I (2).pdf
BAB I (2).pdfBAB I (2).pdf
BAB I (2).pdf
 
4225 31257-1-pb
4225 31257-1-pb4225 31257-1-pb
4225 31257-1-pb
 
1-3-20 Uji Daya Bunuh Ekstrak daun Acacia nilotica terhadap Bakteri-Syarifah-...
1-3-20 Uji Daya Bunuh Ekstrak daun Acacia nilotica terhadap Bakteri-Syarifah-...1-3-20 Uji Daya Bunuh Ekstrak daun Acacia nilotica terhadap Bakteri-Syarifah-...
1-3-20 Uji Daya Bunuh Ekstrak daun Acacia nilotica terhadap Bakteri-Syarifah-...
 
14bookcabe
14bookcabe14bookcabe
14bookcabe
 
7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 

Mehr von xie_yeuw_jack

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwxie_yeuw_jack
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagarxie_yeuw_jack
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puruxie_yeuw_jack
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccanixie_yeuw_jack
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang baranganxie_yeuw_jack
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning tehxie_yeuw_jack
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2xie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---okxie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacanganxie_yeuw_jack
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabacixie_yeuw_jack
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanahxie_yeuw_jack
 

Mehr von xie_yeuw_jack (20)

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
12 sampul belakang
12 sampul belakang12 sampul belakang
12 sampul belakang
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 

4 am amir-virus tembakau

  • 1. Andi Muhammad Amir Dan I Wayan Laba : Pengendalian Secara Kimiawi Serangga Hama Utama Dan Vektor Virus Pada Tanaman Tembakau PENGENDALIAN SECARA KIMIAWI SERANGGA HAMA UTAMA DAN VEKTOR VIRUS PADA TANAMAN TEMBAKAU Andi Muhammad Amir1) dan I Wayan Laba2) 1) Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang 2) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor/PEI Cab. Bogor e-mail: andimohamir@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian pengendalian secara kimiawi serangga hama utama dan vektor virus pada tanaman tembakau telah dilaksanakan di desa Jati Guwi, kecamatan Sumber Pucung, kabupaten Malang pada musim tanam tahun 2008, bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan insektisida terhadap hama utama tembakau yaitu ulat grayak Spodoptera litura F., penggerek pucuk Helicoverpa armigera Hubner dan kutu daun Myzus persicae Sulz. Perlakuan terdiri atas 6 (enam) tingkat konsentrasi insektisida berbahan aktif Abamektin yaitu 0,125; 0,25; 0,375; 0,50 0,75; 0,1 ml/l air, 1 (satu) tingkat konsentrasi insektisida berbahan aktif Beta siflutrin yaitu 0,5 ml/l dan kontrol (tanpa perlakuan) disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) diulang 4 (empat) kali. Hasil pengujian menunjukkan bahwa insektisida berbahan aktif Abamektin dengan konsentrasi 1,00 ml/l air efektif menekan populasi ulat grayak S. litura dan penggerek pucuk H. armigera dan konsentrasi 0,50–0,75 ml/l air efektif menekan populasi vector virus M. persicae pada tanaman tembakau dengan tingkat efikasi insektisida 65,37 – 100%. Kata kunci:Tembakau Nicotiana tabaccum L., ulat grayak Spodoptera litura F., penggerek pucuk Helicoverpa armigera Hubner., dan kutu daun Myzus persicae Sulz. ABSTRACT Research control of insect pest is chemically and vector virus in tobacco plants has been conducted in the distric of Jati Guwi, Sumber Pucung, Malang regency in the planting season in 2008, aims to determine the efficiency of the use of insecticides against the major pests of tobacco Spodoptera litura F., Helicoverpa armigera Hubner and Myzus persicae Sulz. The treatment consisted of 6 (six) contain active levels of insecticide Abamektin concentration of 0.125, 0.25, 0.375, 0.50 0.75; 0.1 ml/ l water, 1 (one) level of concentration of Beta siflutrin insecticides contain active: 0, 5 ml / l and control (no treatment) arranged in a randomized block design (RBD) repeated 4 (four) times. The results showed indicate that contain active insecticide Abamektin with concentration 1.00 ml / l water effectively suppress armyworm populations of S. litura and H. armigera and concentration from 0.50 to 0.75 ml/l water effectively suppress vector virus populations M. persicae on tobacco plants with insecticide efficacy rate from 65.37 to 100%. Keywords: Tobacco Nicotiana tabacum L., Spodoptera litura F.,Helicoverpa armigera Hubner., and Myzus persicae. PENDAHULUAN Tembakau (Nicotiana tabacum L.) adalah merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang dapat diekspor dan menghasilkan devisa yang cukup tinggi karena memiliki ciri, rasa, dan aroma 1
  • 2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011 yang sangat khas. Produktivitas tembakau dalam negeri hingga saat ini mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa faktor pembatas yang mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah menurunnya kesuburan tanah, iklim yang tidak menentu serta adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit. Diantara faktor pembatas tersebut diatas, kerugian yang paling dominan dalam budidaya tembakau adalah akibat serangan hama utama yaitu ulat grayak Spodoptera. litura F. dan penggerek pucuk Helicoverpa armigera Hubner yang dapat mencapai 60% (Subiyakto et al,, 1992). Selain dari kedua jenis hama tersebut diatas, beberapa jenis hama lain seperti kutu daun Myzus persicae Sulz. dan Thrips sp, juga merupakan hama pada tembakau yang mengakibatkan tingkat kerusakan cukup tinggi dan juga merupakan vektor penyakit untuk jenis virus tertentu (Kalshoven, 1981). Serangan jenis hama tersebut diatas dapat menyebabkan daun berlubang, cacat, keriting dan pertumbuhan tanaman tidak sempurna. Keberadaan ulat grayak S. litura dan penggerek pucuk H. armigera selalu ada karena keduanya termasuk polifagus yang mempunyai beberapa jenis tanaman inang baik tanaman sayuran, pangan, perkebunan dan tanaman industri (Esquerra and Gabriel, 1969; Kalshoven, 1981). Pengendalian jenis-jenis serangga hama utama tersebut dan kutu daun masih mengandalkan pestisida berbahan aktif kimiawi (insektisida). Penyemprotan insektisida yang secara terus-menerus menyebabkan serangga berdaptasi, sehingga serangga menjadi resisten. Problem ini memacu petani untuk menggunakan insektisida yang lebih banyak. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa pelaksanaan penyemprotan tidak selalu sesuai dengan populasi dan macam serangga hama sasaran. Tumpang tindih serangga hama dan kutu daun sering menimbulkan kekeliruan memilih insektisida yang tepat sehingga populasi serangga dan kutu daun tidak menurun tetapi justru meningkat. Dampak negatif lainnya terlihat dengan menurunnya populasi musuh alami atau meningkatnya ketahanan serangga hama terhadap insektisida. Dari hasil penelitian Sri Hadiyani (1995), pada tembakau cerutu Besuki tingkat resistensi ulat grayak S. litura telah mencapai 6,5 kali. Untuk mengantisipasi terjadinya efek samping penggunaan insektisida, maka penggunaan insektisida harus secara selektif, yaitu insektisida yang efektif membunuh serangga hama sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan insektisida dalam mengendalikan serangga hama utama dan kutu daun pada tanaman tembakau. BAHAN DAN METODA Penelitian telah dilaksanakan di areal pertanaman tembakau milik petani desa Jati Guwi, kecamatan Sumber Pucung, kabupaten Malang pada musim tanam tahun 2008. Perlakuan terdiri atas 6 (enam) tingkat konsentrasi insektisida berbahan aktif Abamektin yaitu 0,125; 0,25; 0,375; 0,50 0,75; 0,1 ml/l, 1 (satu) tingkat konsentrasi insektisida berbahan aktif Beta siflutrin yaitu 0,5 ml/l dan kontrol (tanpa perlakuan), disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) diulang 4 (empat) kali. Bibit tembakau rajangan yang berasal dari pesemaian ditanam pada petak-petak yang berukuran 5 m x 10 m, dengan jarak tanam 45 x 90 cm dengan sistem double row, satu bibit per lubang tanaman, jarak antar perlakuan 2 m dan antar ulangan 3 m. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanam dan 21 hari setelah tanam (HST) dengan dosis 200 kg Urea dan 100 kg SP-36 per ha. Aplikasi insektisida dimulai saat tanaman berumur 14 HST atau sudah ditemukan ulat instar-3 dan vector virus, menggunakan alat semprot punggung otomatis ”Knapsack sprayer” bertekanan tinggi dengan volume semprot 400-600 l/ha. Parameter pengamatan meliputi tingkat populasi serangga hama utama dan kutu daun pada 20 tanaman contoh yang ditentukan secara acak mengikuti garis diagonal pada setiap petak. Pengamatan dilakukan satu hari sebelum (-1) dan satu hari setelah (+1) aplikasi. Aplikasi dilakukan dengan interval waktu 7 (Tujuh) hari sekali. Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran yang ditimbulkan tidak berbeda antar perlakuan, maka efikasi insektisida dihitung dengan persamaan dari Abbott (Ciba-Geygy,1981): 2
  • 3. Andi Muhammad Amir Dan I Wayan Laba : Pengendalian Secara Kimiawi Serangga Hama Utama Dan Vektor Virus Pada Tanaman Tembakau (Ca – Ta) EI = --------------- x 100 % Ca dimana: EI = Efikasi insektisida yang diuji (%); Ta = Populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji setelah penyemprotan insektisida; Ca = Populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak kontrol diuji setelah penyemprotan insektisida. Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran yang ditimbulkan berbeda antar perlakuan, maka efikasi insektisida dihitung dengan persamaan dari Henderson and Titan (Ciba-Geygy,1981): (Ta Cb) EI = 1 - -------- x -------- x 100 % (Ca Tb) dimana: EI = Efektivitas insektisida yang diuji (%); Tb = populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji sebelum penyemprotan insektisida; Ta = populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji sebelum penyemprotan insektisida; Ca = populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak kontrol sebelum penyemprotan insektisida; Cb = populasi hama sasaran/persentase kerusakan tanaman pada petak kontrol setelah penyemprotan insektisida. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi ulat grayak Spodoptera litura Rata-rata populasi ulat grayak Spodoptera litura pada beberapa tingkat konsentrasi disajikan pada Tabel 1. Pada aplikasi I, rata-rata populasi ulat grayak S. litura sehari sebelum aplikasi (-1), secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara semua tingkat konsentrasi maupun kontrol, kemudian sehari setelah aplikasi (+1), populasi S. litura pada semua tingkat konsentrasi mengalami penurunan terutama insektisida Abamektin konsentrasi 0,50 ml/l air yaitu 3,10 ekor kecuali kontrol yang cenderung meningkat hingga 9,33 ekor. Pada aplikasi II, sehari setelah aplikasi (+1) konsentrasi 0,50 dan 0,75 ml/l air mampu menekan populasi hingga 1,73 ekor dan 1,75 ekor. Selanjutnya pada aplikasi III dan IV, konsentrasi 0,50-0,75 ml/l masih mampu menekan populasi hingga terendah yaitu 0,51 dan 0,26 ekor. 3
  • 4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011                       Tabel 1.  Rata‐rata populasi ulat grayak Spodoptera litura pada 20 sample tanaman  tembakau.  Malang, 2008.  Bahan   Kons,  Aplikasi I  Aplikasi II  Aplikasi III  Aplikasi VI  Aktif  ml/l       ‐1  +1  ‐1  +1  ‐1  +1  ‐1  +1  Abamektin  0,125  7,28 ab*  4,85 bc    4,50 bc    3,08 bc    2,69 bc    1,96 a    1,95 a    0,94 a  Abamektin  0,25  9,99 a  5,14 b    4,25 bcd    2,58 c    2,64 bc    1,51 a    1,51 a    0,70 a  Abamektin  0,375  6,25 a  4,04 bc    3,44 cd    2,28 c    2,95 bc    1,65 a    1,65 a    0,70 a  Abamektin  0,50  7,14 a  3,10 c    2,63 d    1,75 c    2,14 c    1,43 a    1,15 a    0,51 a  Abamektin  0,75  6,34 a  4,01 bc    3,13 cd    1,73 c    2,40 c    1,63 a    1,29 a    0,26 a  Abamektin  1,00  6,86 a  4,75 bc    4,20 bcd    2,71 c    2,61 bc    1,83 a    0,76 a    0,69 a  Beta sufliutrin  0,50  6,74 a  4,70 bc    5,75 b    4,40 b    3,88 b    2,36 a    0,95 a    0,49 a  Kontrol  ‐  7,98 ab  9,33 a  14,46 a  14,21 a  16,55 a  17,09 b  13,95 b  13,78 b            Keterangan:                        ‐ 1 = sehari sebelum aplikasi;  +1 = sehari setelah aplikasi                        *  Angka‐angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada                                taraf 5% uji  jarak berganda Duncan.  Populasi penggerek pucuk Helicoverpa armigera Rata-rata populasi H. armigera pada beberapa tingkat konsentrasi disajikan pada Tabel 2. Pada aplikasi I, rata-rata populasi penggerek pucuk H. armigera sehari sebelum aplikasi (-1), tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara semua tingkat konsentrasi maupun kontrol, kemudian sehari setelah aplikasi (+1), populasi menurun. Pada konsentrasi 0,75 ml/l air populasi hanya 1,74 ekor, lebih rendah dibanding populasi pada semua tingkat konsentrasi yang diuji. Pada aplikasi III, populasi pada semua tingkat konsentrasi yaitu antara 0,25-0,93 ekor, terendah pada konsentrasi 1,00 ml/l air yaitu 0,25 ekor. Selanjutnya pada aplikasi IV, konsentrasi 1,00 ml/l air populasinya hanya 0,03 ekor.                  Tabel 2.  Rata‐rata populasi ulat penggerek pucuk Helicoverpa armigera  pada 20  sampel tanaman tembakau.  Malang, 2008.  Bahan   Kons.  Aplikasi I  Aplikasi II  Aplikasi III  Aplikasi VI  Aktif  ml/l       ‐1  +1  ‐1  +1  ‐1  +1  ‐1  +1  Abamektin  0,125  3,95 a*  2,68 a  1,69 a  1,05 a  1,36 a  0,60 bc  0,40 a  0,20 a  Abamektin  0,25  3,64 a  2,22 a  1,74 a  1,00 a  1,43 a  0,93 b  0,58 a  0,33 a  Abamektin  0,375  3,34 a  1,73 a  1,94 a  0,91 a  1,41 a  0,73 bc  0,14 a  0,08 a  Abamektin  0,50  3,75 a  1,85 a  1,51 a  0,85 a  0,70 a  0,43 bc  0,11 a  0,04 a  Abamektin  0,75  3,50 a  1,74 a  1,79 a  0,76 a  0,69 a  0,28 c  0,21 a  0,08 a  Abamektin  1,00  4,23 a  2,23 a  1,49 a  0,64 a  0,60 a  0,25 c  0,14 a  0,03 a  Beta siflutrin   0,50  4,05 a  2,48 a  1,74 a  1,15 a  0,88 a  0,58 bc  0,70 a  0,29 a  Kontrol  ‐  4,34 a  5,50 b  5,53 b  5,63 b  6,24 b  5,91 c  3,16 b  4,00 b              Keterangan:                          ‐ 1 = sehari sebelum aplikasi;  +1 = sehari setelah aplikasi                         *  Angka‐angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada                                taraf 5% uji  jarak berganda Duncan.  Populasi kutu daun Myzus persicae Rata-rata populasi kutu daun M. persicae pada beberapa tingkat konsentrasi disajikan pada Tabel 3. Pada aplikasi I, populasi M. persicae sehari setelah aplikasi (+1), populasi antara perlakuan secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, tetapi jumlah populasi pada konsentrasi 1,00 ml/l air terendah dibanding dengan konsentrasi lainnya yaitu 27,69 ekor. Selanjutnya yaitu pada aplikasi II, populasi M. persicae sehari setelah aplikasi (+1) merupakan populasi terendah yaitu 9,19 ekor pada konsentrasi 1,00 ml/l air. Selanjutnya pada aplikasi III, sehari setelah aplikasi (+1), populasi menurun dan yang terendah pada perlakuan konsentrasi 1,00 ml/l air yaitu 4,61 ekor. Pengamatan populasi M. persicae selanjutnya tidak dilakukan karena populasi di lapang sudah tidak ada, hal ini disebabkan karena pada saat tersebut curah hujan cukup tinggi. 4
  • 5. Andi Muhammad Amir Dan I Wayan Laba : Pengendalian Secara Kimiawi Serangga Hama Utama Dan Vektor Virus Pada Tanaman Tembakau                               Tabel 3.  Rata‐rata populasi kutu daun Myzus persicae  pada 20 tanaman sampel tembakau.  Malang, 2008.   Bahan aktif  Kons.  Aplikasi I  Aplikasi II  Aplikasi III   insektisida  ml/l       ‐1  +1  ‐1  +1  ‐1  +1  Abamektin  0,125  53,21 a*  27,90 b  16,92 b  16,31 a  17,88 a  12,28 b  Abamektin  0,25  58,03 a  34,03 b  30,19 b  16,99 a  16,60 a  10,73 bc  Abamektin  0,375  55,43 a  40,58 ab  26,65 b  16,24 a  14,51 a    8,94 bc  Abamektin  0,50  72,17 a  50,93 ab  25,05 b  12,99 a    4,90 a    2,28 bc  Abamektin  0,75  52,39 a  39,05 b  40,94 ab  11,05 a  11,84 a    7,24 bc  Abamektin  1,00  43,90 a  27,69 b  18,09 b    9,19 a    9,35 a    4,61 c  Beta siflutrin  0,50  71,53 a  46,46 ab  20,81 b  12,54 a  12,38 a    7,89 bc  Kontrol   ‐  61,08 a  62,73 a  60,24 a  58,96 b  47,04 b  53,21 a              Keterangan:                        ‐ 1 = sehari sebelum aplikasi;  +1 = sehari setelah aplikasi                       *  Angka‐angka yang diikuti oleh huruf  yang  sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada                             taraf 5% uji  jarak berganda Duncan,  Pada umumnya insektisida-insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama baik ulat dan kutu daun bersifat sistemik. Insektisida sistemik mempunyai beberapa sifat membunuh berbagai serangga. Sebagai racun syaraf yang manjur untuk ulat, dengan konsentrasi rendah, telah dapat menghambat acetylcholinesterase dan meracuni jaringan lipoid serangga tersebut (O’ Brien and Yamamoto. 1970; Nayar et al., 1978). Sebagai racun perut, dapat mematikan serangga dalam waktu cepat dan sangat beracun untuk telur, larva mapun imago terutama H. armigera. (Anonim. 1984). Sebagai racun kontak dapat menghambat produksi acetylcholinesterase yang mengakibatkan pemutusan gerak oleh syaraf (Eto. 1976). Selanjutnya menurut Palumbo and Kerns (1994), insektisida sistemik dapat memberikan perlindungan tanaman terhadap kutu daun selama 3 bulan. Efikasi insektisida Dari hasil penghitungan dengan menggunakan persamaan dari About (Ciba-Geygy. 1981), maka tingkat efikasi insektisida terhadap hama ulat grayak S. litura, penggerek pucuk H. armigera dan kutu daun M. persicae pada tanaman tembakau cukup tinggi, masing-masing yaitu 61,75%, 100% dan 58,86%. KESIMPULAN Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa insektisida berbahan aktif Abamektin dengan konsentrasi 1,00 ml/l air efektif menekan populasi ulat grayak S. litura dan penggerek pucuk H. armigera dan konsentrasi 0,50–0,75 ml/l air efektif menekan populasi kutu daun M. persicae pada tanaman tembakau dengan tingkat efikasi insektisida 65,37–100%. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1984. Larvin, Thiodikarb Insecticide, the Ideal Insecticide. Technical Information manual. Union Carbide. Agricultural Product Co. Inc. 49p. Esquerra, M. M. and B. P. Gabriel. 1969. Insect Pest of Vegetables. Dept. of Ento. Coll of Agric Univ. of The Phillipines. Eto, M. 1976. Organophosphorus Pesticide: Organic and Biochemical Chemistry. CRR Press. P.123-157. Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated by van der Laan. PT. Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta, Nayar, K.K., TN. Ananthakrishman and B.V. david. 1976. General and Aplied Entomology. Tata Mc Grow Hill Publ.Co.Ltd. p.370-386. 5
  • 6. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011 O’Brien, R.D. and I. yamamoto. 1970. Biochemical Toxicology of Insecticide. Academic Press. New York. P.193-200. Palumbo. J.C, Kerns D.L. 1994. Effects of imidacloprid as a soil treatment on colonization of green peach aphid and marketability of lettuce. Southwestern Entomologist 19: 339-346. Sri Hadiyani. 1995. Pengendalian Serangga Hama Tanaman Kapas dan Tembakau dalam Resistensi Serangga Terhadap Insektisida dan Upaya Penanggulangannya, Risalah Seminar Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) Cabang Malang. Subiyakto, A. A. A. Gothama dan S. H. Isdijoso dan T. Soemartono. 1992. Penentuan Ambang Kendali Helicoverpa spp. Pada Tembakau Besuki Na Oosgt. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) IV di Jogyakarta. 28-30 Januari 1992. 6