Renungan kehidupan, sosial masyarakat, berbangsa, dan kepemimpinan
1. 1
(NASKAH)
JUDUL
KUMPULAN RENUNGAN, SUMBANGAN
PEMIKIRAN, TENTANG KEHIDUPAN DAN PERHATIAN
TERHADAP PERMASALAHAN SOSIAL
Disusun Sebagai Upaya Untuk Memberikan Sumbangan Pemikiran, Renungan
tentang Kehidupan, dan Pemerhati Sosial
H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar, SH, SIP, MH.
Jambi, April 2015
2. 2
IN LIGHT OF ROBIN WILIAMS’ DEAD:
“RENUNGAN”
Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMdMar, SH,SIP,MH)
Jika kekayaan itu bisa membuat orang menjadi bahagia, tentunya Adolf
Merckle, orang terkaya di Jerman, tidaklah menabrakkan badannya ke kereta
api.
Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson,
penyanyiterkenal dunia, tidak minum obat tidur hingga overdosis.
Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, Presiden
Brazil, tidak menembak jantungnya.
Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia tentunya Marilyn Monroe, artis
cantik sepanjang masa, tidak minum alcohol dan obat depresi hingga
overdosis.
Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentunya Thierry Costa, dokter
terkenal dari Perancis, tidak bunuh diri, akibatsebuah acara di televise.
Ternyata, bahagia atau tidaknya hidup seseorang (termasuk kita, sahabatku),
bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, cantiknya, kuasanya,
sehatnya, atau sesukses apapun hidupnya.
Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahgia adalah dirinya sendiri.
Mampukah ia mau mensyukurisemua yang sudah dimilikinya dalam segala hal.
“Kalau kebahagiaan itu bisa dibeli, pasti orang-orang kaya akan membeli
kebahagiaan itu, dan kita akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah
diborong habis oleh mereka”.
“Kalau kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan
kosong karena semua orang akan ke sana, berkumpul di mana kebahagiaan itu
berada”.
Untungnya kebahgiaan itu berada di dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak
perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu.
3. 3
“Yang kita perlukan adalah HATI yang BERSIH dan IKHLAS serta PIKIRAN yang
JERNIH, maka kita bisa menciptakan rasa BAHAGIA itu kapanpun, dimanapun,
dan dengan kondisiapapun”.
Intinya yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah bahwa
“KEBAHAGIAANITU MILIK SETIAP INSAN MANUSIA YANG DAPAT DAN PANDAI
BERSYUKUR”. “JIKA KITA TIDAK MEMILIKI APA YANG KITA SUKAI, MAKA
SUKAILAH APA YANG KITA MILIKI SAATINI.”
4. 4
MENCINTAI PEKERJAAN ATAU MENCINTAI
JABATAN??????????
Mencintai Pekerjaan Atau Mencintai Jabatan? ,”Jabatan adalah amanah yang
bisa menjadi berkah, namun tatkala dikuasai dengan cara yang salah maka
akan menjadi musibah”.
Jabatan merupakan tugas tanggung jawab dan bagi pejabatnya diberi
kewenangan dan kekuasaan untuk mengelola tugas dan tanggung jawabnya
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau setidaknya menjadi
institusi yang dipimpinnya ada suatu perubahan, kemajuan atau mendapatkan
citra dan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Jabatan merupakan
potensi sumber daya yang diperebutkan oleh banyak orang yang mampu dan
yang merasa mampu. Bagi orang-orang yang mampu pendekatannya adalah
impersonal atau basisnya pada kompetensi, sehingga professional dalam
mengelola kekuasaan dan kewenangannya yang akan membawa berkah bagi
banyak orang.
Sedangkan bagi orang-orang yang merasa mampu basisnya adalah
pendekatan-pendekatan yang bersifat personal, kekerabatan, jaringan-
jaringan patron klien yang kadang mengabaikan atau memandang sebelah
mata pada kompetensi. Bisa diprediksi penguasa dengan cara-cara pendekatan
personal akan membawa dampak pada penyalahgunaan wewenang yang akan
menambah beban bagi masyarakat yang dilayaninya, parahnya lagi bisa
mendatangkan musibah akibat ketidak profesionalannya atau akibat dari
pendekatan-pendekatan yang bertentangan dengan upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Salah satu ciri orang yang professional adalah bangga dan mencintai
pekerjaannya. Mengapa demikian? Karena dirinya sadar dan menguasai
bidang tugasnya untuk memajukan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Namun sebaliknya salah satu contoh ketidak profesionalan
adalah mencintai jabatannya. Tentunya jabatan yang dianalogikan sebagai
jabatan-jabatan basah. Maka para pecinta jabatan ini akan melanggengkan
atau menyuburkan premanisme birokrasi. Kelompok-kelompok pecinta
jabatan akan mati-matian membangun kerajaan atau jaringan dalam birokrasi
5. 5
untuk menguasai jabatan-jabatan yang dianggap basah. Standar kompetensi
menjadi suatu cara untuk memangkas premanismebirokrasi.
Standar kompetensi dapat dikategorikan dalam bidang: kepemimpinan,
administrasi, operasionaldan capacity building
6. 6
E POLICING 1
Pada era globalisasi, sistim-sistim online merupakan kebutuhan untuk
memberikan pelayanan prima, sebagai program inisiatif anti korupsi,
reformasi birokrasi dan terobosan kreatif. Pemerintah akan membangun e
government, perbankan membangun e banking. Bagi kepolisian membangun
model atau pola pemolisiannya melalui e policing.
E Policing adalah pemolisian secara elektronik yang dapat diartikan sebagai
pemolisian secara on line, sehingga hubungan antara polisi dengan
masyarakat bisa terjalin dalam 24 jam sehari dan 7 jam dalam seminggu
tanpa batas ruang dan waktu untuk selalu dapat berinteraksi dan saling
berbagi informasi serta melakukan komunikasi. Hal tersebut bisa juga difahami
dengan membawa community policing pada sistim on line. Dengan demikian
e policing ini merupakan model pemolisian di era digital yang berupaya
menerobos sekat-sekat ruang dan waktu sehingga pelayanan-pelayanan
kepolisian dapat terselenggara dengan cepat, tepat, akurat, transparan,
akuntabel informasi, dan mudah diakses. E policing bisa menjadi strategi
inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan creative break through.
Dikatakan sebagai inisiatif antikorupsi karena meminimalisir bertemunya
person to person dalam pelayanan-pelayanan kepolisian di bidang administrasi
karena sudah dapat digantikan secara on line melalui e banking, atau melalui
ERI (electronic Registration Identification) dan sebagai reformasi birokrasi
karena dapat menerobos sekat-sekat birokrasi yang rumit, yang mampu
menembus ruang dan waktu misalnya tentang pelayanan informasi dan
komunikasi melalui internet, dan hubungan tata cara kerja dalam birokrasi
dapat diselenggarakan secara langsung dengan SMK (Standar Manajemen
Kinerja) yang dibuat melalui intranet/internet juga sehingga menjadi less
paper dan sebagainya.
Dikatakan sebagai bagian creative break through, melalui e policing banyak
program dan berbagai inovasi dan kreasi dalam pemolisian yang dapat
dikembangkan masanya pada sistim-sistim pelayanan SIM, Samsat, atau juga
dalam TMC baik melalui media elektronik, cetak maupun media social bahkan
secara langsung sekaligus.
7. 7
POLICING MEMANGKAS FEODALISME DALAM
BIROKRASI
Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMdMar, SH,SIP,MH)
E Policing memangkas Feodalisme dalam Birokrasi; Salah satu penyakit dalam birokrasi
adalah feodalisme yang merupakan suatu system yang tidak tersurat namun tersirat
sebagai bentuk nilai-nilai yang harus diikuti oleh anggota birokrasi secara berjenjang
dan bisa bervariasi antara satu dengan yang lain. Bentuk-bentuk feodalisme dalam
birokrasi memang tidak akan nampak dalam aturan atau sistim-sistim yang normative
namun ada dalam implementasinya, yang sebenarnya merupakan diskresi birokrasi
yaitu adanya kebijakan-kebijakan yang tidak tertulis dan dijadikan pedoman bagi
anggotanya dan dijabarkan dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan diantara mereka.
Feodalisme dalam birokrasi dapat ditunjukkan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bos can’t do no wrong, kalaupun salah tetapi dianggap sebagai
kebenaran, protesnya sebatas grundelan-grudelan saja;
2. Sistem Pola Patron Klien, klik, dinasti, group-groupan yang berbasis
pada kedekatan-kedekatan yang sifatnya personal;
3. Anggota birokrasi terobsesi dan berorientasi pada jabatan basah atau
strategis yang diisi oleh orang-orang kepercayaan yang dianggap sebagai
tanaman keras;
4. Rasa hutang budi atas pemberian jabatan, sehingga secara tidak
eksplisit adanya semacam kewajiban untuk memberi buluh bekti
glondong pangareng-areng (upeti atau tanda terima kasih atau tanda
titip diri);
5. Pengkategorian atau pemetaan wilayah dan posisi-posisi jabatan dalam
binaan atau bawaan kelompok-kelompok tertentu;
6. Rasa tidak percaya diri kalau tidak ada yang membawa atau tidak ada
cantolan atau tidak ada backingnya;
7. Titipjabatan, titipnama, titipnomor test, dansebagainya.
Poin-poin diatas sebenarnya sebagian kecil saja dari feodalisme birokrasi yang
berdampak pada kinerja yang tidak sehat, penuh dengan kepentingan-
kepentingan kelompok tertentu dan menjadi potensi tumbuh dan
8. 8
berkembangnya KKN. Kalau dibiarkan kondisi tersebut akan terus tumbuh dan
berkembang dan dampaknya yang sangat luar biasa berbahaya, mahal yang
harus dibayarkan antara lain adalah dalam wujud ketidakpercayaan, image
atau citra buruk. Melalui E policing akan memangkas jalur-jalur KKN, peluang –
peluang untuk penyalahgunaan wewenang, kesempatan-kesempatan untuk
membangun klik atau dinasti atau kelompok-kelompok dengan pendekatan
personal. Mengapa E policing menjadi harapan? Karena dengan menerapkan
E policing akan mendorong anggota menjadi professional, transparan,
akuntable, dalam kinerja birokrasi.
E Policing dalam bidang SDM
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian penting sebagai asset utama
dari institusi tersebut, pembinaan SDM yang baik adalah yang menghasilkan
atau menumbuhkembangkan SDM yang berkarakter. SDM yang berkarakter
adalah pembinaan SDM yang berbasis pada kompetensi, membangun disiplin
atas dasar kesadaran dan tanggung jawab serta mampu menanamkan nilai-
nilai budaya organisasi (core value) kepada setiap anggotanya dan
mempunyaikomitmen dalam mencapai tujuan organisasi.
Pembinaan SDM secara elektronik dibangun untuk mengkikis atau
meminimalisir penyimpangan dan potensi-potensinya diharapkan mampu:
1. Membangun sistim data base bagi setiap anggota Polri di semua lini dan
tingkatan sesuaikompetensi dan spesifikasisebagaitrack recordnya;
2. Membangun standar-standar kualifikasi atau standar kompetensi untuk
penempatan, promosi, mutasidan demosi;
3. Memberikan akuntabilitas untuk mengikis KKN dan menuju “The Right
People in The Right Place”;
4. Membangun sistim jejaring atau networking;
5. Membangun dasar-dasar dalam memberikan penilaian kinerja dan
remunerasijuga reward and punishment;
6. Penyaluran kerja atau penggunaan SDM secara fungsional di dalam
maupun diluar struktur Polri;
7. Membangun kaderisasibagi pemimpin dimasa datang;
8. Menunjukkan adanya transparansi, akuntabilitas dan memberikan
harapan bagi anggota Polriberkarier atau mengambil keputusan;
9. 9
Pembinaan SDM yang berbasis elektronik diperlukan adanya SOP (standart
Operational Procedure) yang berisi:
1. Job Discription and Job Analysis;
2. Standarisasi keberhasilan tugas (yang dijabarkan berjenjang yang
mencakup antara lain kepemimpinan, administrasi, operasional, dan
capacity building);
3. Sistim penilaian kinerja yang mencakup kepemimpinan, administrasi,
operasionaland capacity building;
4. Sistem Reward and Punishment;
5. Etika kerja (apa yang harus dilakukan atau apa yang tidak boleh
dilakukan dan produk apa yang harus dihasilkan. Ini juga dijabarkan
berjenjang dan variatif (Do and Don’t)
10. 10
MATEMATIKA KEHIDUPAN
SUKSES DALAM ATTITUDE ATAU SIKAP, TERNYATA
MENENTUKAN DAN MENJADIKAN HIDUP KITA AKAN LEBIH
SUKSES
JIKA :
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
MAKA:
H+A+R+D+W+O+R+K/ KERJA KERAS
8+1+18+4+23+15+18+11=98%
K+N+O+W+L+E+D+G+E/ PENGETAHUAN:
11+14+15+23+12+5+4+7+5 =96%
L+O+V+E / CINTA:
12+15+22+5 =54%
L+U+C+K /KEBERUNTUNGAN :
12+21+3+11 =47 %
TIDAK ADA YANG MEMBUATNYA JADI 100%
LALU APA YANG MEMBUATNYA 100%...?????
APAKAH MONEY …..? NO…!!!!!
M+O+N+E+Y =
13+15+14+5+25 =72%
LEADERSHIP….?? NO…!!!!!
11. 11
L+E+A+D+E+R+S+H+I+P =
12+5+1+4+5+18+19+8+9+16 =97%
TERNYATA YANG BISA MEMBUATNYA MENJADI 100% ADALAH “
ATTITUDE”/SIKAP:
A+T+T+I+T+U+D+E =
1+20+20+9+20+21+4+5 =100%
INTINYA ATTITUDE ATAU SIKAP ITULAH YANG PALING PENTING DAN UTAMA
DALAM PERGAULAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BILA KITA INGIN
MENJADI BANGSA YANG BERMARTABAT MAKA TEKANKANLAH DIDALAM
PEMBINAAN ANAK BANGSA, PARA GENERASI MUDA SEBAGAI PENERUS KITA
SEMUA, JADIKANLAH INDONESIA BERMARTABAT DAN DISEGANI OLEH
PERGAULAN BANGSADIDUNIA
12. 12
KESADARAN
Kesadaran merupakan suatu kalimat yang penuh dengan makna yang tidak
dapat diwujudkan dengan mengucapkan dan mengulang kata-kata itu,
melainkan dibangun dan dilakukan atas dasar kemauan yang keras dan
semangat mencapai apa yang menjadi tujuan hidup dan kehidupannya.
Kesadaran merupakan bagian dari jalan hidup. Tatkala ada kesadaran maka
tanggung jawab akan tumbuh dan diikuti dengan disiplin.
Pendidikan, infrastruktur, sistim-sistim dan penegakkan hukum adalah untuk
membangun kesadaran. Tatkala kesadaran belum dicapai, maka sebenarnya
hanyalah kesia-siaan belaka, penuh kepura-puraan, seremonial dan tentu saja
tiada ketulusan. Takala kesadaran tidak ada, maka tanggung jawab dan disiplin
akan semu belaka. Semua demi sesuatu dan lagi-lagi tipu menipu, kemunafikan
akan menjadi bagian dari core valuenya.
Kesadaran dibangun dari pemahaman dan pengalaman sehingga apa yang
dirasakan, apa yang dilihat, didengarnya, menjadi suatu spirit bagi dirinya
untuk bangga akan peran dan fungsinya dalam hidup dan kehidupan. Bagi
orang yang telah memiliki kesadaran ia bias membantu untuk menyadarkan,
kemampuan menyadarkan adalah mentransformasidan memberikehidupan.
Telur rajawali yang dierami oleh ayam kampung setelah menetas ia akan
menjadi ayam kampung, jika tidak ada yang menyadarkan ia sampai mati
sebagai ayam kampung dan tak akan pernah terbang. Tatkala ia disadarkan
oleh sesuatu atau disadarkan oleh orang lain bahwa dirinya yang sebenarnya
adalah burung Rajawali, maka ia akan berusaha terbang, dan menjadi terbang
jauh mengangkasa menembus cakrawala, untuk menggapailangit biru.
13. 13
PRESTASI
Apa Prestasinya…..?
Prestasi pemimpin dapat dilihat dari keberhasilan tugas dan tanggung
jawabnya untuk memperbaiki, menyiapkan, membangun, mencegah yang
jahat dan keliru, memberdayakan, mencerdaskan, menang dalam persaingan
bahkan untuk mendapatkan kepercayaan dari dalam atau luar. Semua itu
diperlukan kemampuan untuk mengemas, memaknai dan memasarkan.
Sehingga mampu untuk : a. membungkus, b. memprogram, c. menyajikan, d.
menata, f. memperindah, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas yang
lebih baik atau lebih indah dari aslinya. Kata plesetan dapat memaknai kata
mengemas sebagai upaya menjadi emas. Maknanya adalah menjadikan
sesuatu memiliki berharga.
Kompetensi sebagai standar-standar kemampuan untuk menjadikan sesuatu
lebih baik dan bermakna semestinya dimiliki setiap pemimpin disemua lini.
Untuk menjadikan sesuatu yang biasa-biasa saja menjadi sesuatu yang luar
biasa. Tatkala tidak mampu mengemas maka barang bagus yang bermutu
sekalipun bias rusak bahkan menjadi lebih hancur. Sebagai contoh makanan-
makanan tradisional yang mempunyai rasa sedap dikemas secara rendah dan
biasa saja. Lain halnya dikemas dengan bahan-bahan yang lebih kuat, lebih
menarik dan diberi logo kemudian dijual di Mall-mall kota besar, maka
harganya bias berlipat-lipat tanpa dikomplain oleh masyarakat. Demikian
halnya Negara tatkala dikemas dengan baik dan benar maka akan lebih maju,
dan mendapat kepercayaan dan dukungan dari mana-mana. Namun
sebaliknay tatkala tidak mampu atau gagal, jangankan maju, mempertahankan
hidup saja sudah setengah mati.
Mencapai prestasibagi pemimpin diperlukan kemampuan antara lain :
1. Memimpin, Kepemimpinan yang berprestasi adalah mampu mengemas,
memaknai dan memasarkan sehingga mampu mengangkat harkat
martabat dan derajad yang dipimpinnya;
2. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi mampu menjadikan dan menunjukkan sesuatu dengan cara-
cara modern;
14. 14
3. Seni, seni membuat sesuatu menjadi lebih indah, lebih menarik,
memiliki karakter dan menunjukkan suatu cita rasa yang tinggi.
Pemimpin yang tidak memenuhi standar kompetensi dan seni untuk
mengemas dan memaknai serta memasarkan maka sebenarnya hanya
penunggu waktu untuk diganti, mungkin juga bias menjadi benalu.
15. 15
KIASAN
NEK WANI OJO WEDI-WEDI, NEK WEDI OJO
WANI-WANI
(KALAU BERANI JANGAN TAKUT-TAKUT, KALAU
TAKUT JANGAN BERANI-BERANI)
Makna dari “ Nek wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani”, secara singkat
jangan ragu-ragu. Kalimat-kalimat motivasi di sekolah militer dikatakan “ Ragu-
ragu lebih baik mundur”. Tatkala akan melakukan perbuatan baik, dan benar
belum tentu jalannya lancer atau mendapat dukungan dari semua pihak. Yang
menjadi sahabat, teman seperjuangan, pendukung loyal sekalipun bias
membuat ragu-ragu. Dalam bahasa jawa dikenal mringgang-mringging. Dalam
pementasan theater gandrik yang berjudul tangis ada contoh sikap mringgang-
mringging tadi. Den baguse ngarso (susilo) yang memerankan orang gila yang
menimbang-nimbang sebuah benda, “ Iki telek opo roti (ini kotoran ayam atau
roti)”, ini diucapkan berkali-kali dan akhirnya dipegang dan di baui sambil
berteriak,”ow…telek”.
Seorang pemimpin yang ragu-ragu atau tidak tegas bias menjadi masalah,
tatkala mengambil keputusan bukan lagi menemukan solusi, akan tetapi malah
menemukan telek (analogi bagi musibah untuk banyak orang). Kalau sudah
dipikirkan dengan matang, dengan tekat yang bulat ,” what ever will be, do it”.
Ketegasan akan membawa dampak bagi banyak orang. Terutama dalam
memberantas KKN. Semakin ragu-ragu akan semakin telek yang kita pegang.
Memang membuat tidak ragu-ragu bukanlah hal yang mudah, karena
diperlukan adanya berbagai persyaratan baik akademis, sosiologis, politis,
ekonomis, dan banyak hal. Namun tatkala sudah diputuskan segera saja
dilaksanakan yakin kalau yang dipegang adalah roti bukannya telek lagi….
Semoga………………………………………………………………………………………………………..
16. 16
EMPATI
Hati manusia memang tidak menentu, namun menentukan.Dinamakan tidak
menentukan karena bisa berubah-ubah dan bisa cepat berubah. Dari kondisi
yang baik tiba-tiba menjadi marah. Dari yang lembut tiba-tiba menjadi sangat
keras. Hati dikatakan menentukan, karena suasana hati sangat
mempengaruhi dalam berbagai aspek kehidupan. Berkomunikasi misalnya
tatkala hati sedang enak kondisi normal, bisa menjadi lembut penuh dengan
kata-kata yang mengenakkan dan menyejukkan. Sebaliknya tatkala hati
sedang menghadapi guncangan , entah tertekan atau bergeser dari posisinya,
apa yang dikatakan bisa saja berdampak melukai dan menimbulkan suasana
hati yang tidak nyaman.
Hati bagi manusia tidaklah nampak, namun sebagai wujud tanda hidup yang
menjadikan sesuatu menjadi lebih hidup. Memberikan makna disamping
logika, karena makna tidak hanya logika saja tetapi juga rasa.
Hati yang dipenuhi dengan rasa negative maka akan bermunculan ungkapan-
ungkapan emosi dan disharmoni. Dampaknya menjadi egois, arogan, konflik
bahkan kebencian. Sebaliknya hati yang positif akan memunculkan ungkapan-
ungkapan bahkan perilaku yang humanis, memahami, memaafkan bahkan
romantic yang membuat suasana nyaman, sejuk dan penuh dengan
kedamaian.
Empati merupakan produk dari hati yang positif, hati yang sehat, terkendali
dan tidak terluka batinnya. Tahan uji, kuat mental, tidak hancur saat dipuji-
puji. Kesehatan jiwa juga dimulai dari empati. Karena empati inilah akan
menunjukkan pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyejukkan,
mengenakkan, dan memberi harapan. Empati merupakan taburan hati yang
saratdengan kasih untuk memberi yang terbaik.