Dokumen tersebut membahas 6 maksim kesantunan berbahasa (bidal) yaitu:
1) Bidal ketimbangrasaan yang menganjurkan meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.
2) Bidal kemurahan yang menghormati orang lain dengan mengurangi keuntungan diri sendiri.
3) Bidal keperkenanan yang menghindari pernyataan menyinggung orang lain.
4) Bidal kerendahatian yang me
1. a) Bidal Ketimbangrasaan (tact maxim)
Setiap
peserta
petuturan
meminimalkan
kerugian
orang
lain,
atau
memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Dengan kata lain menurut maksim,
kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilakukan
dengan baik.
Contoh:
• “Jika tidak keberatan, sudilah datang dalam acara nanti malam!”
Tuturan ini santun karena membutuhkan biaya yang besar bagi diri sendiri
dan meminimalkan biaya kepada pihak lain sebagai mitra tutur serta keuntungan yang
sebesar-besarnya bagi mitra tuturnya.
b) Bidal Kemurahatian (generosity maxim)
Dengan maksim kemurahan ini, para peserta pertuturan dapat menghormati
orang lain. Penghormatan ini dapat terjadi jika orang mengurangi keuntungan pada
dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan orang lain. Tidak hanya dalam
menyuruh atau menawarkan sesuatu seseorang harus berlaku santun, tapi dalam
mengungkapkan perasaan dan menyatakan pendapat ia tetap diwajibkan berperilaku
demikian.
Contoh:
• “Jangan, tidak usah! Biar saya saja yang membuka jendelanya.”
Tuturan di atas santun karena meminimalkan keuntungan kepada diri sendiri
dan memaksimalkan keuntungan kepada mitra tuturnya.
c) Bidal Keperkenanan/penerimaan (approbation maxim)
Diutarakan dengan kalimat komisif dan imprositif. Agar setiap penutur
sedapat mungkin menghindari pernyataan yang tidak mengenakkan bagi orang lain,
terutama kepada lawan tutur.
2. Contoh:
A : “Tarianmu bagus sekali.”
B : “Ah, tidak sebagus itu, Pak.”
Tuturan antara A dan B di atas santun karena tuturan A meminimalkan
penjelekan kepada pihak lain dan memaksimalkan pujian kepeda pihak lain, yaitu
mitra tuturnya. Dengan perkataan lain bahwa seseorang dianggap santun dalam
bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan pada orang lain. Dengan maksim
ini, diharapkan peserta pertuturan tidak saling mengejek, dan saling merendahkan
pihak lain.
d) Bidal Kerendahatian (modesty maxim)
Diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif, bila kemurahan hati
berpusat pada orang lain. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan
memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat
pada diri sendiri.
Contoh:
• “Saya juga masih dalam taraf belajar, Bu.”
Tuturan di atas santun karena meminimalkan pujian kepada diri sendiri dan
memaksimalkan penjelekan kepeda diri sendiri.
e) Bidal Kesetujuan (agreement maxim)
Contoh:
• “Saya setuju sekali dengan pendapat Anda.”
3. Tuturan di atas santun kerena merupakan jawaban dari tuturan mitra tuturnya
yang meminimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dan mitra tutur serta
memaksimalkan kesetujuan antara diri sendiri dan pihak lain.
f) Bidal Kesimpatian (symphaty maxim)
Jika lawan tutur mendapatkan suatu kesuksesan dan kebahagiaan penutur
wajib mengungkapkan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan seusahan atau musibah,
penutur layak berduka cita, atau mengutarakan ucapan bela sungkawa sebagai tanda
kesimpatian, yakni memaksimalkan rasa simpati kepada lawan tuturnya.
Contoh:
• “Saya sangat turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Adinda
tercinta.”
Tuturan diatas santun karena meminimalkan antipati antara diri sendiri dengan
mitra tutur dan memaksimalkan simpati antara diri sendiri dengan mitra tutur.