2. Lintasan
Proses Visual*
• Separuh atas lapang pandang → gyrus di bawah fisura
kalkarina,
• Separuh bawah lapang pandang → gyrus di atas fisura
kalkarina.
• Bagian tengah lapang pandang → korteks visual bagian
posterior,
• Bagian perifer lapang pandang → korteks lobus oksipital
anterior, medial dari fisura kalkarina
Penampang medial otak menggambarkan korteks visual primer di atas dan di bawah fisura kalkarina**
*http://www.edoctoronline.com/media/19/photos_6f6dc7df-28fe-433f-9aed-2cb301f35c4b.jpg; **Scott, 2011 2
3. Lintasan Proses Visuospasial
Korteks asosiasi unimodal:**
• Upstream unimodal → melihat
bentuk benda yang dilihat (apa),
• Downstream unimodal →
mengetahui lokasi benda (dimana)
• Proses visuokonstruksional dan
pergerakan → gyrus temporal
superior *
Downstream
unimodal
Upstream
unimodalFFA
*Scott, 2011; **Mesulam, 2000, ***Filley, 2011
Lobus parietal kanan merupakan regio utama
dalam fungsi visuospasial***
3
6. Persepsi Spasial
terhadap Jarak
Taksonomi orientasi topografikal:
1. Korteks parietal superior →
orientasi egosentrik
2. Gyrus cingulate posterior →
orientasi tujuan
3. Gyrus lingualis → gnosis tempat
4. Parahipokampus → orientasi
anterograde
D’Esposito, 2002
6
7. Persepsi Spasial terhadap Jarak
Figure 1. Place cells. To the right is a schematic of the
rat. The hippocampus, where the place cells are located
is highlighted. The grey square depicts the open field the
rat is moving over. Place cells fire when the animal
reaches a particular location in the environment. The
dots indicate the rat’s location in the arena when the
place cell is active. Different place cells in the
hippocampus fire at different places in the arena.
Figure 2. Grid cells. The grid cells are
located in the entorhinal cortex depicted in
blue. A single grid cell fires when the animal
reaches particular locations in the arena.
These locations are arranged in a hexagonal
pattern.
The 2014 Nobel Prize in Physiology or Medicine - Press Release. The Brain’s Navigational Place and Grid Cell System, Scientific Background.
http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/medicine/laureates/2014/press.html 7
May-Britt Moser dan Edvard Moser, 2014
8. Pemeriksaan Klinis
Visuospasial
Pemeriksaan
visuospasial meliputi
persepsi, scanning,
inatensi/ neglect,
rekognisi visual,
perbedaan warna,
konstruksional (praksis),
dan kemampuan
sintesis visual (Scott, 2011).
Kemampuan Visuoperseptual
2. Warna:
Merah_____ Ungu_____
Jingga_____ Kuning_____
Biru_____ Hijau_____
1. Pasangkan garis-garis yang sama
Jumlah benar_____
3. Visual Cancellation of A’s
Jumlah benar_____/16
4. Line bisection task
5. Visual Closure Recognition
A_____ (segi empat) B_____ (tanda panah)
8
10. Gangguan Konstruksional (Apraksia Konstruksional)
Defisit visuokonstruksional dapat
menyebabkan gangguan
neurobehavior:
• Gangguan persepsi visuospasial,
• Gangguan konseptualisasi dan
hubungan spasial,
• Inatensi sisi kiri,
• Gangguan motorik pada
menggambar, impersisten,
• Gangguan mempertahankan atensi
pada suatu tugas.
Gambar jam dan tanda salib pada penderita
dengan stroke hemisfer kanan
Kirshner, 1986
10
11. Gangguan Konstruksional (Apraksia Konstruksional)
• Terjadi pada 36-93% penderita dengan lesi hemisfer kanan (Kirshner, 1986).
• Tranel et al (2008) pada 133 subyek dengan lesi fokal satu sisi hemisfer, 30
subyek gagal, 87 subyek menggambar dengan baik, 16 subyek hasil
borderline → kegagalan dalam pemeriksaan CDT menunjukkan korelasi
kuat dengan lesi korteks parietal kanan (gyrus supramarginal) dan korteks
operkular fronto-parietal inferior kiri.
Gangguan visuospasial predominan dengan lesi hemisfer kanan, sedangkan
kegagalan dalam penentuan waktu predominan dengan lesi hemisfer kiri.
• Hier et al dalam Kirshner (1986) studi neurofisiologi CT scan pada 41 penderita stroke
hemisfer kanan → korelasi kuat dalam kegagalan menyusun balok dan
unilateral neglect pada menggambar berhubungan dengan lesi parietal
posterior kanan.
11
12. Dressing Impairment (Dressing Apraxia)
Gangguan ini diduga berkaitan dengan dua keadaan:
1. Ketidakmampuan konseptual terhadap hubungan antara ruang
dengan benda berupa pakaian yang melekat di tubuhnya,
2. Kecenderungan adanya neglect pada sisi tubuh sebelah kiri.
Kirshner, 1986
12
13. Hemineglect dan Anosognosia
Pengabaian pada separuh ruang sisi kiri
menyebabkan pasien tidak memahami
apa yang terjadi pada sisi kiri dan tidak
dapat melakukan respons terhadap
stimulus dari arah tersebut.
13
14. Hemineglect dan Anosognosia
Anosognosia: denial of illness,
penyangkalan bahwa dirinya sakit.
Pada kondisi anosognosia,
penderita menyadari akan adanya
ekstremitas kontralateral, namun
tidak mengakui adanya paresis*
Selain neglect adanya defisit motorik, terdapat abnormalitas fungsi sensoris:**
• Sensory loss extinction
• Alestesia: mengakui adanya stimulus, namun mengatakan bahwa stimulus berasal dari
sisi kanan.
• Sensasi khusus terhadap ekstremitas kirinya: perasaan telah diamputasi, phantom
limb, atau seperti ada tambahan tungkai
*D’Esposito, 2002; **Kirshner, 1986
14
16. Disorientasi Spasial dan Topografikal
Disorientasi spasial:
1. Disorientasi terhadap bayangan atau bagian dari tubuhnya (loss of
body image),
2. Disorientasi terhadap ruang di sekitarnya (external space).
Disorientasi spasial → disorientasi topografikal.
16
17. Area Lesi Disorientasi Topografikal pada Hemisfer Kanan
No Gangguan Definisi Lokasi Lesi
1 Disorientasi
egosentrik
Ketidakmampuan
merepresentasikan lokasi benda
terhadap dirinya
Parietalis posterior
2 Disorientasi
tujuan (heading
disorientastion)
Ketidakmampuan
merepresentasikan arah tujuan
terhadap lingkungan eksternal
Gyrus cingulate
posterior
3 Landmark
agnosia
Ketidakmampuan
merepresentasikan tempat atau
lokasi penting pada suatu
lingkungan
Gyrus lingualis
4 disorientasi
anterograde
ketidakmampuan menyampaikan
informasi baru mengenai suatu
lingkungan
Parahipokampus
D’Esposito, 2002
17
18. Tatalaksana Gangguan Visuospasial
• Tatalaksana farmakologis → penyebab terjadinya gangguan visuospasial.
• Tatalaksana non farmakologis → rehabilitasi kognitif. Metode awal pada
rehabilitasi neglect adalah kesadaran orientasi dan atensi sisi kiri.*
• Anosognosia → mengingatkan keadaan tubuh yang sakit, membantu
ekstremitas yang lumpuh dengan tangan yang sehat, dan mengajarkan
berbagai tindakan yang aman.
• Unilateral spatial neglect → menstimulasi diri dari sisi kiri, berinteraksi
dengan orang-orang dari sebelah kiri, dan melatakkan benda-benda di
sebelah kanan.
• Disorientasi ruang → mengatur tata ruang tidak terlalu penuh, dan cukup
terang dan tenang.
• Apraksia berpakaian → memberi tanda pada bagian tertentu pakaiannya.**
*Pesilla, 2006; **Kusumoputro
18
19. Terapi Kaca Prisma untuk Hemispatial Neglect
• Tes menunjuk (simple pointing
session).
• Sepasang lensa prisma (sham
google) 50 menghasilkan
pergeseran yang berlawanan.
• Memodifikasi hubungan visuo-
motor.
Pisella, 2006
19
20. Mirror Therapy untuk Hemispatial Neglect
Aktivasi mirror neuron system (MNS) oleh glutamatergik dan
mekanisme neurotropik pada lobus parietal inferior kanan (gyrus
supramarginal) → meningkatkan fungsi atensi dan persepsi visual.
20
http://www.strokengine.ca/images/mirror_img_0019_small.jpg
http://img.20mn.fr/Ajlpkk5mRai7x7LS3mau0A/648x360_deux-cambodgiens-amputes-jambe-utilisent-miroir-lors-seance-therapie-contre-douleur-27-janvier-2012-centre-cambodge.jpg