2. Definisi
• Stroke merupakan defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan
oleh gangguan vaskular berupa kekurangan suplai oksigen ke otak
yang berlangsung lebih dari 24 jam sehingga mengakibatkan
kerusakan atau nekrosis jaringan otak.
3. Definisi
• Stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak dengan tiba-tiba
terganggu atau ketika pembuluh darah di dalam otak pecah.
Kemudian sel-sel di dalam otak mengalami kematian ketika tidak
menerima oksigen dan nutrisi dari darah dalam jangka waktu yang
lama atau dengan tiba-tiba terjadi perdarahan ke dalam atau sekitar
otak.
4. Berdasarkan penyebab, stroke terbagi
menjadi:
1. Acute Ischemic Stroke (AIS) adalah stroke yang disebabkan karena
penyumbatan pembuluh darah di dalam otak.
2. Intracerebral hemorrhage (ICH) atau subarachnoid hemorrhage
(SAH) adalah stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah di otak sehingga menyebabkan kerusakan otak.
3. Serangan Transient Ischemic Attack (TIA) adalah ketika gejala stroke
membaik dan tidak menyebabkan kerusakan otak permanen.
5. Stroke Non Hemoragik atau Stroke Iskemik
• Stroke non hemoragik adalah defisit neurologis dimana terjadi
kerusakan atau nekrosis jaringan otak akibat kekurangan suplai
oksigen yang disebabkan oleh aliran darah yang terganggu berupa
penyumbatan pada pembuluh darah otak atau yang menuju ke otak,
dan hipoperfusi (Torpy, Burke dan Glass, 2010).
• Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena adanya sumbatan
pada aliran darah pada otak. Penyumbatan pada pembuluh darah
otak akan mengakibatkan kematian jaringan otak.
• Ada tiga penyebab utama stroke non hemoragik yaitu hipoperfusi,
emboli dan trombus (Stokes dan Stack, 2011).
6. Stroke Iskemik
• Stroke trombosis adalah stroke yang disebabkan karena adanya
gumpalan darah (thrombus) di arteri yang menuju ke otak. Thrombus
memblokir aliran darah menuju otak. Thrombus disebabkan karena
adanya penimbunan lemak atau kolesterol yang terbentuk di arteri
menuju otak.
• Stroke embolik adalah stroke yang disebabkan karena adanya bekuan
embolus yang terbentuk paling sering di arteri jantung yang dibawa
ke aliran darah dan menyumbat pembuluh darah kecil yang masuk
dan menuju ke otak (Gund et al. 2013).
7. Tanda dan Gejala Stroke Non Hemoragik
• Sakit kepala ringan atau sangat ringan
• Tidak ditemukan kejang dan muntah saat serangan
• Penurunan kesadaran ringan atau sangat ringan
• Paresis salah satu atau kedua anggota gerak dan atau wajah
• Aphasia, ataksia dan visual terganggu
• Serangan stroke non hemoragik biasanya pada saat penderita sedang
istirahat atau tidak melakukan aktivitas berat (Haghighi et al., 2017).
8. Stroke Hemoragik
• Stroke hemoragik adalah defisit neurologis dimana terjadi kerusakan
atau nekrosis jaringan otak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah ke dalam atau sekitar otak. Stroke hemoragik dibagi menjadi
perdarahan subarachnoid dan pendarahan intraserebral. Pendarahan
intraserebral biasanya mempengaruhi area otak yang lebih besar
(Mitra, 2009).
9. Stroke Hemoragik
• Stroke hemoragik disebabkan karena pecahnya pembuluh darah yang
sering terjadi akibat peningkatan tekanan darah akibat hipertensi.
Hipertensi menyebabkan pecahnya pembuluh darah karena dapat
melemahkan dinding pembuluh darah otak dengan meningkatkan
tekanan mekanis pada pembuluh darah, selain itu aktivasi system
renin-angiotensin yang disebabkan karena adanya hipertensi
mengakibatkan terjadinya inflamasi vascular dan bentuk pembuluh
darah menjadi abnormal (Tada et al. 2013).
10. Tanda dan Gejala Stroke Hemoragik
• Sakit kepala hebat
• Kesadaran menurun atau bingung
• Pingsan dan kejang
• Mual dan muntah pada saat serangan
• Vertigo
• Biasanya emosional sebelum serangan
• Paresis salah satu atau kedua anggota gerak atau wajah
• Gangguan visual
• Gangguan bicara dan leher kaku
• Serangan stroke hemoragik biasanya terjadi pada saat penderita sedang
beraktivitas (Mitra, 2009; Parmar, 2018).
11. Aliran darah ke otak terganggu, karena:
• Keadaan pembuluh darah Bila menyempit akibat stenosis atau ateroma
atau tersumbat oleh trombus atau embolus maka aliran darah ke otak
terganggu.
• Keadaan darah viskositas darah meningkat, polisitemia menyebabkan aliran
darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat dapat menyebabkan
oksigenasi otak menurun.
• Tekanan darah sistemik Autoregulasi serebral merupakan kemampuan
intrinsik otak untuk mempertahankan aliran darah ke otak tetap konstan
walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
• Kelainan jantung Kelainan jantung berupa atrial fibrilasi, blok jantung
menyebabkan menurunnya curah jantung. Selain itu lepasnya embolus juga
menimbulkan iskemia di otak akibat okulsi lumen pembuluh darah.
12. Problematik Fisioterapi
• Hemiparese atau hemiplegi anggota gerak (biasanya hanya salah satu sisi tubuh)
• Gangguan tonus otot yaitu flaccid (hipotonus) atau spastik (hipertonus)
• Gangguan sensorik
• Depresi
• Postural alignment/postural control
• Gangguan keseimbangan (biasanya akibat imobilisasi, gangguan sensasi dan
gangguan persepsi spasial)
• Gangguan pola berjalan
• Gangguan kemampuan fungsional serta aktivitas sehari-hari (Saunders, Greig dan
Mead, 2014).
• Pada pasien stroke, biasanya muncul reaksi asosiasi yang merupakan reaksi
abnormal pada tonus postural dan gerakan kompensasi yang merupakan gerakan
pada bagian tubuh lain yang seharusnya tidak bergerak tetapi ikut bergerak (Raj,
2006).
13. Fase penyembuhan pada pasien stroke
• Secara umum, fase penyembuhan pada pasien stroke terbagi menjadi
3 yaitu flaccid atau hipotonus (fase 1), spastisitas atau hipertonus
(fase 2-5) dan penyembuhan (fase 6) (Brunnstorm, 1970).
1. Fase 1
• Fase 1 yaitu flaccid dimana pasien tidak dapat menggerakan anggota
gerak yang sakit.
2. Fase 2
• Pada fase 2 spastisitas mulai timbul. Sinergis dasar ekstremitas
muncul sebagai reaksi asosiasi atau kompensasi minimal atau pasien
mulai dapat menggerakan sebagian anggota gerak yang sakit baik
secara disadari.
14. 3. Fase 3
• Pada fase 3 spastisitas semakin meningkat atau berat dengan gerakan
pola sinergis yang disadari. Pasien dapat menggerakan anggota
geraknya hanya dalam pola sinergis massal. Reaksi asosiasi dan
kompensasi lebih nyata dan dalam pola yang sama dengan
sinergisnya.
4. Fase 4
• Pada fase 4 yaitu pola sinergis dan spastisitas mulai menurun. Pasien
mulai dapat menggerakan anggota geraknya diluar pola sinergis. Ada
3 gerakan kombinasi yang merupakan ciri khas pada fase keempat
yaitu meletakkan tangan di belakang tubuh, fleksi shoulder, dan dapat
melakukan gerakan pronasi supinasi pada posisi fleksi elbow 90 ̊.
15. 5. Fase 5
• Pada fase 5 spastisitas minimal. Pasien dapat melakukan gerakan
kombinasi yang lebih kompleks di luar pengaruh pola sinergis.
Gerakan-gerakan pada tahap ini yaitu mengangkat lengan ke samping
(horizontal abduksi shoulder), fleksi shoulder lebih dari 90 ̊ dengan
posisi ekstensi elbow.
6. Fase 6
• Pada fase ini spastisitas hilang dan pasien sudah dapat melakukan
banyak kombinasi gerakan dengan koordinasi yang cukup baik (jika
dilihat sepintas tampak normal).
17. National Institute Health Stroke Scale (NIHSS)
• National Institute Health Stroke Scale (NIHSS) adalah alat ukur
kuantitatif yang sering digunakan untuk mengukur tingkat keparahan
Stroke. NIHSS adalah alat penilaian sistematis yang mengukur
kuantitatif stroke yang terkait dengan defisit neurologik.
• NIHSS tidak hanya digunakan untuk menilai derajat defisit neurologik
saja, tetapi juga untuk memfasilitasi komunikasi antara pasien dengan
tenaga medik, mengevaluasi, menentukan perawatan yang tepat dan
memrediksi hasil dari pasien stroke, menentukan prognosis awal dan
komplikasi serta intervensi yang diperlukan.
18.
19.
20.
21.
22. Intervensi Fisioterapi
• NDT atau Bobath
• Motor Relearning Program (MRP)
• PNF
• Core Stability
• Gait exercise
23. Neuro Developmental Treatment (NDT) atau
Metode Bobath
Neuro Development Treatment (NDT) atau bobath
adalah suatu metode terapi latihan menggunakan konsep
perlakuan yang didasarkan atas inhibisi aktivitas
abnormal refleks dan pembelajaran gerak normal
melalui penanganan manual dan fasilitasi, bertujuan
untuk mengoptimalisasi fungsi dengan peningkatan
kontrol postur dan gerakan selektif melalui fasilitasi.
24. Teknik Bobath
1. Inhibisi
Suatu upaya untuk menghambat dan menurunkan tonus otot. Tekniknya disebut
Reflex inhibitory pattern. Perubahan tonus postural dan pattern menyebabkan
dapat bergerak lebih normal dengan menghambat pola gerak abnormal menjadi
sikap tubuh yang normal dengan menggunakan teknik RIP (Reflex Inhibiting
Pattern).
Tujuannya : untuk mengoptimalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postur
dan gerakan selektif melalui fasilitasi.
25. 2. Fasilitasi
Upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak motorik yang
sempurna pada tonus otot normal. Tekniknya disebut “Key Point Of Control”.
Tujuannya :
a. Untuk memperbaiki kontrol postural
b. Untuk memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal.
c. Untuk memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja, diperlukan dalam
aktifitas sehari-hari.
26. 3. Stimulasi
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kontrol postural serta untuk meregulasi
dan saling mempengaruhi antara kelompok agonis dan antagonis. Hal ini dapat
diaplikasikan pada keadaan spastik dengan menambah inhibisi dan fasilitasi.