Buku Jantera Bianglala karya Ahmad Tohari menceritakan kisah cinta seorang wanita bernama Srintil setelah menjadi tahanan politik. Ia jatuh cinta pada dua pria, Bajus dan Rasus, namun kemudian kecewa karena ulah Bajus dan akhirnya bersatu kembali dengan cinta lamanya, Rasus.
1. PETUALANGAN CINTA SEORANG RONGGENG
Judul Buku : Jantera Bianglala
Pengarang : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia
Tanggal Terbit : Februari-1986
Jumlah Halaman : 240
Harga : Rp 3000
Buku setebal 240 halaman ini merupakan bagian ketiga dari trilogi yang terdiri
atas Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dinihari, dan Jantera Bianglala. Buku
ini diterbitkan pada tahun 1986 oleh Ahmad Tohari. Lelaki kelahiran Desa Tinggarjaya
Kecamatan Jatilawang, Banyumas, pada tanggal 13 Juni 1948 ini mengenyam
pendidikan formal sampai tingkat SMA.
Buku ini tidak lepas dari pengalaman hidup lingkungan sekitarnya. Ahmad
Tohari, Sang Penulis, bercerita tentang kehidupan desa yang dilanda malapetaka politik
tahun 1965. Akibat insiden tersebut, Dukuh Paruk hancur, baik secara fisik maupun
mental. Pedukuhan itu dibakar lalu Ronggeng beserta para penabuh calung ditahan.
Seorang Dukuh Paruk yang ditahan kembali ke pedukuhan setelah dua tahun
berlalu. Srintil, ronggeng bekas tahanan itu kembali dengan membawa harapan adanya
perubahan dalam dirinya. Pengalaman pahit sebagai tahanan politik membuat Srintil
sadar akan harkat sebagai manusia. Ia berniat untuk memperbaiki citra dirinya dengan
menjadi wanita somahan. Ia tidak ingin lagi melayani laki-laki manapun.
Ditengah bulatnya tekat Srintil, muncullah Bajus bagaikan malaikat yang
menjawab harapan Srintil. Kemunculan Bajus memberi sedikit harapan kepada Srintil
yang semakin lama semakin besar. Bajus adalah seorang kontraktor asal Jakarta yang
bertugas di Desa Dukuh Paruk. Di depan Srintil, Bajus selalu berkelakuan baik dan
sopan tidak seperti lelaki lainnya yang selalu menggodanya. Saat Srintil mulai
mencintai Bajus, muncullah Rasus ke pedukuhan.
Rasus adalah seorang tentara yang bertugas di Jawa Tengah sekaligus teman
kecil dan cinta pertama Srintil. Kepulangan Rasus bertujuan meminta izin untuk
Jantera Bianglala, Kelompok 3 XI IPA 4
2. bertugas ke Kalimantan. Ketika Srintil melihat Rasus kembali ke pedukuhan, ia merasa
malu terhadap dirinya sendiri karena ia bekas tahanan. Tidak ada yang dapat ia
banggakan seperti Rasus yang menjadi seorang tentara. Srintil berusaha untuk menemui
Rasus tetapi tidak berani. Akhirnya Rasus sendirilah yang menemui Srintil. Setelah
pertemuan antara Srintil dan Rasus, Srintil pun bingung untuk memilih Bajus orang yang
baru dikenalnya atau Rasus yang merupakan teman kecil sekaligus cinta pertamanya.
Setelah tiga hari kepulangan Rasus ke pedukuhan, Rasus pun langsung pergi ke
Kalimantan tanpa pamit kedapa Srintil. Srintil berpikir bahwa tidak ada harapan lagi
kepada Rasus dan ia menetapkan hatinya kepada Bajus. Akhirnya Srintil dan Bajus
semakin lama semakin akrab. Suatu hari Bajus mengajak Srintil ke sebuah acara rapat
dengan pengusaha-pengusaha kontraktor Jakarta. Srintil diminta untuk menunggu di
villa sampai acara selesai. Ternyata Srintil dijebak oleh Bajus dan di sana Bajus
menawarkan Srintil kepada pimpinan kontraktor yang bernama Blengur. Untungnya
Blengur tidak menerima tawaran itu.
Srintil sangat kecewa terhadap sikap Bajus karena Srintil berpikir Bajus adalah
lelaki yang berbeda dari yang lain. Srintil jatuh dalam kekecewaan yang dalam sehingga
mentalnya terganggu dan menjadi gila dan pada saat yang sama Rasus pulang dari
Kalimantan. Dia terkejut melihat Srintil yang menjadi gila. Rasus pun menyalahkan
dirinya sendiri karena tidak dapat menjaga Srintil dengan baik. Dulu, Ia juga
meninggalkan Srintil dengan menjadi tentara karena Rasus tidak suka Srintil menjadi
ronggeng. Sekarang Rasus menyesal dan berjanji untuk menikahi Srintil karena jauh dari
lubuk hati Rasus, Ia masih mencintai Srintil.
Buku ini telah membawa suatu kemajuan bagi sastra Indonesia karena cara
penyampaian ceritanya yang unik. Namun bahasa yang digunakan banyak menggunakan
bahasa Jawa sehingga sedikit sulit dimengerti oleh pembaca non Jawa. Dalam novel ini,
gaya bahasa yang digunakan menarik karena banyak menggunakan majas-majas seperti
majas hiperbola, majas personifikasi dan majas eufeminisme. Pendeskripsian latar dan
suasana dalam ceritanya pun bagus sehingga pembaca bisa membayangkan apa yang
dimaksud penulis.
Jantera Bianglala, Kelompok 3 XI IPA 4
3. Atas kelebihan dan kekurangan yang dimiliki buku Jantera Bianglala ini, buku
ini layak untuk dibaca dan Anda akan rugi bila tidak membaca buku ini. Banyak sekali
pelajaran hidup yang dapat ditarik dari isi novel tersebut. Mulai dari jangan mudah
percaya dengan orang yang baru dikenal, jangan berpikiran negatif terhadap orang lain,
dan lebih menghargai kehidupan yang diberikan. Selamat membaca.
Jantera Bianglala, Kelompok 3 XI IPA 4