1. KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan segala
kemudahan sehingga pembuat makalah dapat menyelesaikan makalah filsafat
tentang logika dengan mudah dan lancar. Makalah ini disusun untuk menjelaskan
tentang berpikir ilmiah dan peranannya di filsafat.
Makalah ini disusun secara sistematis dengan tujuan melengkapi tugas
mata kuliah filsafat. Dan makalah ini diharapkan dapat menjadi media informasi
dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai berpikir
ilmiah bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pembuat makalah telah berusaha menyajikan materi pada makalah ini
dengan sebaik-baiknya, tetapi kekurangan dan kesalahan pasti ada. Seperti kata
pepatah “ tak ada gading yang tak patah”. Semua yang ada dibumi ini tidak ada
yang sempurna. Yang sempurna itu adalah kesempurnaan itu sendiri. Atas dasar
kenyataan tersebut, saran dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik, sangat diharapkan dan diterima tim penyusun dengan tangan
terbuka. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan. Amin
Palembang, November 2014
Penulis
1
2. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................1
DAFTAR ISI .....................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................4
C. TUJUAN......................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN...................................................................5
A. PENGERTIAN BERPIKIR ILMIAH............................................5
B. LANGKAH-LANGKAH BERPIKIR ILMIAH............................6
BAB III. PENUTUP...........................................................................10
1. KESIMPULAN............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................11
2
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan akal dan
pikiran. Tanpa akal manusia tidak akan bisa membuat waduk/bendungan, jalan
dan jembatan, rumah-rumah bertingkat dan sebagainya. Hanya dengan akal dan
pikiran, manusia dapat berubah taraf kehidupannya dari tradisional, berkembang
dan mengikuti perkembangan sampai dengan modern.
Akal digunakan manusia untuk berpikir, berpikir merupakan sebuah kegiatan
mental yang menghasilkan pengetahuan. Jadi apabila manusia benar-benar
memaksimalkan fungsi otaknya untuk berpikir dalam menemukan pengetahuan
atau menghasilkan pengetahuan termasuk kategori berpikir ilmiah. Berpikir
ilmiah sebuah kegiatan yang seringkali dilakukan oleh para ilmuwan. Ilmuwan
dalam mengkaji dan meneliti hubungan kausalitas (sebab akibat) antara berbagai
macam peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia di alam semesta ini
menggunakan daya pikir yang logis analitis serta kritis. Maka dengan
kemampuan berpikirnya manusia bisa mengembangkan pengetahuan, baik ilmu
pengetahuan yang bersifat penyempurna dari ilmu pengetahuan sebelumnya
ataupun ilmu pengetahuan yang bersifat baru.
3
4. Ilmu pengetahuan dikatakan ilmiah jika memiliki metode dan cara yang benar dan
bisa dipertanggungjawabkan paling tidak ditunjang oleh tiga komponen utama :
pertama adanya objek, kedua adanya metode yang digunakan dan ketiga adanya
sistematika tertentu.2 Jadi berpikir ilmiah merupakan cara berpikir yang memiliki
tata cara dan aturan main yang berlandaskan sistematika tertentu dan benar
berdasarkan atas data empiris. Selanjutnya agar berpikir ilmiah bisa terlaksana dan
dilakukan dengan baik dan benar tentunya harus menggunakan langkah-langkah
dalam kerangka berpikir ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah inilah yang penulis
jadikan tema pokok dalam penjelasan isi makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian berpikir ilmiah?
2. Apa saja langkah-langkah dalam berpikir ilmiah?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan penulisan yaitu:
1. Menganalisis pengertian berpikir ilmiah
2. Menganalisis langkah-langkah berpikir ilmiah
4
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Berpikir Ilmiah
Sebelum lebih jauh menjelaskan apa yang dimaksud berpikir ilmiah, ada
baiknya lebih dahulu kita ketahui arti per kata dari kelompok kata tersebut.
Pertama kata berpikir. Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan menurut Poespoprodjo
berpikir adalah suatu aktifitas yang banyak seluk-beluknya, berlibat-libat,
mencakup berbagai unsur dan langkah-langkah. Menurut Anita Taylor et. Al.
berpikir adalah proses penarikan kesimpulan. Jadi berpikir merupakan sebuah
proses tertentu yang dilakukan akal budi dalam memahami, mempertimbangkan,
menganalisa, meneliti, menerangkan dan memikirkan sesuatu dengan jalan
tertentu atau langkah-langkah tertentu sehingga sampai pada sebuah kesimpulan
yang benar.
Sedangkan Ilmiah yakni “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan,
memenuhi syarat kaidah ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir
rasional dan berpikir empiris. Bersifat ilmiah apabila ia mengandung kebenaran
5
6. secara objektif, karena didukung oleh informasi yang telah teruji kebenarannya
dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang tajam.10
Berpikir rasional adalah berpikir menggunakan dan mengandalkan otak atau rasio
atau akal budi manusia sedangkan berpikir empiris berpikir dengan melihat
realitas empiris, bukti nyata atau fakta nyata yang terjadi di lingkungan yang ada
melalui panca indera manusia.
Jadi memang tidak semua berpikir akan mengahasilkan pengetahuan dan
ilmu dan juga tidak semua berpikir disebut berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah
memiliki aturan dan kaidah tersendiri yang harus diikuti oleh para pemikir dan
ilmuwan sehingga proses berpikir mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi khalayak ramai dan manusia pada umumnya.
B. Langkah-langkah Berpikir Ilmiah
Bagaimanapun juga berpikir ilmiah tetap menggunakan atau memakai
proses berpikir ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dikatakan bahwa apa yang
dipikirkan termasuk dalam kerangka berpikir ilmiah. Adapun proses berpikir
ilmiah menurut Sudjana menempuh langkah-langkah tertentu yang disanggah oleh
tiga unsur pokok, yakni pengajuan masalah, perumusan hipotesis, dan verifikasi
data.
Menurut Jujun ada lima langkah dalam kerangka berpikir ilmiah. Pertama
merumuskan masalah, kedua menyusun kerangka berpikir dalam pengajuan
hipotesis, ketiga merumuskan hipotesis, keempat menguji hipotesis dan langkah
terakhir adalah menarik suatu kesimpulan. Demikian pula menurut Nazir
penelitian menggunakan metode ilmiah sekurang-kurangnya dilakukan dengan
langkah-langkah berikut : (1) merumuskan serta mendefinisikan masalah, (2)
mengadakan studi kepustakaan, (3) memformulasikan hipotesa, (4) menentukan
model untuk menguji hipotesa, (5) mengumpulkan data, (6) menyusun,
menganalisa dan memberikan interpretasi, (7) membuat generalisasi kesimpulan.
Jadi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya langkah-langkah
atau taraf berpikir ilmiah dimulai dengan munculnya sebuah masalah
6
7. yang kemudian disusun dalam suatu bentuk rumusan masalah, selanjutnya
memberikan suatu solusi pemecahannya dalam bentuk jawaban atau kesimpulan
yang bersifat sementara terhadap pertanyaan atau permasalahan yang diajukan,
setelah itu menentukan cara yang benar untuk menguji hipotesis dengan
mengumpulkan data-data dan fakta-fakta empiris yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan sehingga akan menampakkan apakah benar terdapat fakta dan data
nyata tersebut atau tidak. Terakhir dapat ditarik sebuah kesimpulan apakah betul
sebuah hipotesis yang telah diajukan itu ditolak atau bahkan diterima,
berdasarkan data dan fakta yang ada, bukan berlandaskan terhadap opini atau
asumsi.
Berikut penjelasan langkah-langkah berpikir ilmiah dari dengan didukung
pendapat para ahli.
Langkah pertama dalam kerangka berpikir ilmiah adalah perumusan masalah.
Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang
penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Penting karena rumusan
masalah adalah ibarat pondasi rumah atau bangunan, tempat berpijak awal,
apabila salah menentukan dan tidak jelas batasan dalam melakukan akan
menyulitkan proses selanjutnya. Diantaranya akan menyulitkan seseorang atau
pembaca dalam memahami kejelasan judul, sehingga membuat pembaca
memahaminya dengan multi tafsir, oleh karena itu kejelasan judul perlu
dituangkan dalam perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan pedoman
dasar yang kuat bagi pelaksanaan penelitian. Khususnya untuk menyusun butir-butir
pertanyaan dalam alat (instrumen), angket, pedoman wawancara, pedoman
menelusur dokumen dan sebagainya dan membatasi permasalahan yang akan
diteliti.
Dalam perumusan masalah seorang peneliti dituntut untuk teliti dan
cermat menentukan batasan-batasan sebuah masalah yang akan diteliti sehingga
tidak membuat kabur permasalahan yang diteliti. Perumusan masalah umumnya
dan biasanya disusun dalam bentuk kalimat tanya, rumusan harus jelas dan berisi
implikasi adanya data untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah, rumusan
7
8. masalah juga harus merupakan dasar dalam membuat hipotesa dan menjadi dasar
bagi judul suatu kegiatan penelitian.
Langkah berikutnya perumusan hipotesis. “Hypo” artinya dibawah dan
“thesa” artinya kebenaran. Dalam bahasa Indonesia dituliskan hipotesa, dan
berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara atau
dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan
kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian yang diajukan terhadap masalah yang telah dirumuskan.21
Oleh karena itulah, suatu hipotesis mesti dikembang dari suatu teori terpercaya.
Jika hipotesis itu telah teruji oleh data empirik dan ternyata benar, maka jadilah
hipotesa itu menjadi teori atau tesis. Karena berdasarkan isi dan rumusannya
hipotesis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jenis hipotesis alternatif (Ha)
dan hipotesis nol (Ho).
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal
tertentu pada kelompok yang berbeda. Sedangkan hipotesis nol (Ho) adalah
kebalikan dari hipotesis alternatif, yaitu menyatakan tidak adanya hubungan atau
tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih.
Namun biasanya dalam penelitian deskriptif biasanya hipotesis bertujuan untuk
membuat deskripsi mengenai hal yang diteliti, bukan bertujuan untuk menguji
hipotesis.
Setelah perumusan hipotesis langkah selanjutnya adalah pengujian
hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta
yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.23 Setiap hipotesis dapat diuji
kebenarannya tentu saja dengan menggunakan bukti-bukti empiris serta teknik
analisis yang secermat mungkin, karena dengan demikian halnya, maka suatu
hipotesis akan menentukan arah dan fokus upaya pengumpulan dan penganalisaan
data.
8
9. Jadi hipotesis adalah usaha untuk mengumpulkan bukti-bukti yang relevan
dan berhubungan serta mendukung terhadap hipotesis yang telah diajukan
sehingga bisa teruji kebenaran hipotesis tersebut atau tidak dan hal ini sangat
penting untuk dilakukan karena tanpa ada proses pengujian hipotesis dalam
sebuah penelitian akan sulit penelitian tersebut dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara ilmiah.
Langkah terakhir dalam kerangka berpikir ilmiah adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan merupakan salah satu faktor yang penting dalam sebuah
proses penelitian, kenapa demikian, karena dengan kesimpulan yang ada dalam
suatu penelitian akan menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian.
Kesimpulan itu berupa natijah hasil dari penafsiran dan pembahasan data yang
diperoleh dalam penelitian, sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam
perumusan masalah.
Sedangkan menurut Suharsimi bahwa suatu kesimpulan bukan suatu karangan
dari pembicaraan-pembicaraan lain, melainkan hasil proses tertentu “menarik”,
dalam arti “memindahkan” sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain.
Menarik sebuah kesimpulan dalam suatu kegiatan penelitian tidak boleh
sembarangan tanpa ada suatu data atau fakta yang ada dan diperoleh dalam
kegiatan penelitian. Jadi sebuah kesalahan yang fatal apabila penarikan
kesimpulan tanpa dilandasi dan berdasarkan data atau fakta yang telah diperoleh,
apalagi hanya berdasarkan interpretasi dan opini seorang peneliti.
Seharusnya kesimpulan itu menjawab permasalahan yang ada dalam
kegiatan penelitian, sehingga antara hipotesis, permasalahan sangat berhubungan
erat dengan kesimpulan. Maksudnya adalah penarikan kesimpulan tidak akan
jelas, jika tidak ada data dan fakta yang menjawab sementara dari persoalan atau
permasalahan yang telah ditentukan, yang sering disebut dalam istilah penelitian
dengan hipotesis. Sehingga terlihat dengan jelas hubungan antara permasalahan,
hipotesis dan kesimpulan.
9
10. BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berpikir ilmiah merupakan cara berpikir yang memiliki dan menggunakan cara
dan aturan tertentu dimulai dari adanya sebuah masalah sampai pada langkah
terakhir dengan sebuah penarikan kesimpulan
Tidak semua berpikir bisa dikatakan berpikir ilmiah, karena bagaimanapun juga
berpikir ilmiah harus menggunakan metode atau cara serta aturan tertentu yang
telah ditetapkan. Setiap manusia berhak untuk berpikir namun hanya manusia
yang memiliki ilmu pengetahuanlah yang bisa berpikir baik rasional dan kritis
dalam memahami dan memecahkan permasalahan
Proses berpikir ilmiah itu melalui beberapa tahapan atau rangkaian kerangka
berpikir ilmiah, dengan menggunakan pedoman atau kerangka berpikir ilmiah
tentunya akan menghasilkan suatu pengetahuan yang berguna bagi manusia
lainnya atau masyarakat pada umumnya, bukankah orang yang paling bermanfaat
di muka bumi adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dengan fungsinya manusia sebagai khalifah fil ardi maka untuk mengawal alam
jagad raya ini manusia harus memaksimalkan otak dan pikirannya didalam
10
11. memikirkan dan manalar sesuatu dengan pedoman, acuan atau kerangka berpikir
ilmiah. Sehingga bisa menjaga alam jagad raya ini dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Yogyakarta : Rineka Cipta, 1992.
Arifin, Tatang. M. Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1995
Bisri, Cik Hasan, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan
Skripsi, Jakarta : Logos 1998.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, 1991.
Faisal, Sanafiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional,
1982.
Hasan, Chalijah, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, Jakarta : Al Ikhlas, 1994.
Narbuko, Cholid, Metode Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara, 1997.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983.
Poespoprodjo, W., Logika Scientifika Pengantar Dialektika dan Ilmu, Bandung :
Pustaka Grafika, 1999.
Sudjana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung : Sinar Baru, 1991.
Suseno, Slameto, Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Jakarta : Gramedia, 1986.
11
12. Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 1996.
12