2. Kitab Mafahim ini pada dasarnya ingin
menjawab 3 (tiga) pertanyaan strategis
menyangkut HT dan ide-idenya.
Pertama, apa latar belakang munculnya
HT di tengah kancah berbagai gerakan
Islam di Dunia Islam?
Kedua, mengapa HT perlu mengadopsi
berbagai pemahaman (mafahim)
keislaman yang khas baginya?
Ketiga, apa saja pemahaman-pemahaman
Islam yang telah diadopsi HT guna
membangkitkan umat Islam?
3. Bagian awal kitab Mafahim (hal. 1-13)
menjelaskan latar belakang lahirnya HT.
HT muncul dalam realitas dimaksudkan
untuk menjadi gerakan alternatif setelah
gagalnya berbagai gerakan Islam untuk
membangkitkan umat dari
kemerosotannya
4. Pertama, adanya ketidakjelasan fikrah
(pemikiran) Islami di benak para
aktivisnya. Misalnya, fikrah mereka
campur aduk antara pemikiran Islami dan
filsafat Yunani
Kedua, adanya ketidakjelasan thariqah
(metode) Islami untuk menerapkan
fikrahnya. Misalnya, ingin menegakkan
syariah dalam kehidupan masyarakat tapi
thariqahnya non- politis (tanpa Daulah
Islamiyah) seperti mendirikan pesantren,
sekolah, dan sebagainya.
5. Ketiga, tidak adanya ikatan solid antara
fikrah dan thariqahnya sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan.
Misalnya, mengkaji hukum fikrah seperti
hukum nikah, tapi melalaikan hukum
thariqah untuk menerapkan hukum
nikah itu, yaitu hukum-hukum Khilafah.
Ingat, wali hakim dalam nikah itu
seharusnya adalah khalifah atau yang
mewakilinya.
6. Sebab kemerosotan itu tiada lain terjadi karena benak
umat mengalami kelemahan yang luar biasa (al-dha’f
asy-syadid) dalam memahami Islam (hal. 3).
Padahal, sebagaimana sudah dimaklumi, perilaku
manusia (suluk al-insan) itu dipengaruhi oleh
pemahamannya. Kelemahan dalam memahami Islam,
dengan sendirinya, akan membuat sikap dan perilaku
umat menjadi lemah pula dalam menjalani kehidupan,
yaitu merosot dari kondisinya yang seharusnya.
Umat Islam akhirnya hidup terjajah oleh negara-negara
penjajah yang kafir dalam sistem kehidupan sekuler.
7. (1) Transfer filsafat India, Persia, dan
Yunani pada abad ke-2 H ke tubuh umat
Islam dan adanya upaya untuk mencari
titik temunya dengan Islam, padahal
sebenarnya terdapat kontradiksi tajam
antara Islam dan filsafat;
8. (2) Adanya manipulasi berbagai pemikiran
dan hukum Islam oleh orang-orang yang
dengki terhadap Islam;
(3) Adanya pengabaian bahasa Arab yang
sesungguhnya mutlak perlunya untuk
memahami dan mengamalkan Islam,
termasuk untuk berijtihad guna mengatasi
masalah- masalah baru. Ini terjadi pada
abad ke-7 H.
(4) Adanya invasi misionaris, kemudian
invasi budaya dan politik dari negara-negara
Barat yang kafir sejak abad ke-17 M (Abdul
Qadim Zallum, Hizbut Tahrir, hal. 13).
9. Dampak berbagai faktor yang
mengaburkan di atas, membuat
benak kaum muslimin bagaikan
bejana yang penuh dengan aneka
macam air yang campur aduk,
antara yang suci dan najis.
Dengan pemahaman yang
amburadul dan kacau balau seperti
ini, wajar jika umat Islam
mengalami kemunduran yang
drastis
10. Maka dari itu, HT melihat adanya
keharusan untuk memperbarui
pemahaman umat Islam itu guna
membangkitkan kembali umat dari
kemerosotannya.
Caranya ialah dengan mengadopsi
sejumlah pemahaman Islam yang murni,
yang bebas dari unsur-unsur yang
mengaburkan atau mengotorinya.
Pemahaman Islam yang murni ini
bagaikan air yang suci lagi menyucikan.
11. Menyifati berbagai pemahaman
mengenai hukum dan pemikiran Islam
yang diadopsi HT itu, Taqiyuddin an-
Nabhani berkata,
"Ini adalah berbagai pendapat, pemikiran,
dan hukum yang Islami, bukan yang lain.
Tidak ada di dalamnya sesuatu pun yang
tidak Islami dan tidak terpengaruh pula
oleh segala sesuatu yang tidak Islami.
Sebaliknya ia adalah Islami semata, tidak
bersandar kecuali kepada pokok-pokok
ajaran Islam dan nash-nashnya."
(Taqiyuddin An- Nabhani, Mafahim, hal.
14).
12. Adapun pemahaman-pemahaman
Islami yang dijelaskan HT dalam kitab
Mafahim ini, berfokus pada 3 (tiga)
pemahaman, yaitu pemahaman yang
terkait dengan :
(1) Aqidah Islam
(2) Syariah Islam
(3) Dakwah Islam
13. Pembahasan Aqidah Islam nampak ketika HT meletakkan
Aqidah Islam sebagai jawaban terhadap Al- ‘Uqdatul Kubra
(Masalah-Masalah Besar Manusia) yang menyangkut
manusia, alam semesta, dan kehidupan.
Aqidah Islam menjelaskan bahwa sebelum adanya manusia,
alam semesta, dan kehidupan, telah ada lebih dulu Allh
SWT sebagai al-Khaliq bagi ketiganya.
Aqidah Islam juga menjelaskan bahwa setelah tiadanya
manusia, alam semesta, dan kehidupan nanti, akan ada
Hari Kiamat yang sekaligus juga Hari Perhitungan (Yaumul
Hisab).
Karena itu, manusia wajib menjalani kehidupan dunia ini
sesuai perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya.
Sebab Allah sajalah yang menciptakannya dan memberinya
sejumlah perintah Allah dan larangan; dan pada Hari
Kiamat nanti manusia akan dihisab mengenai
keterikatannya dengan segala perintah dan larangan Allah
14. Namun, sebagaimana kitab Nizham al-
Islam, Aqidah Islam yang diterangkan
HT ini lalu dikaitkan dengan pemikiran
kontemporer, tidak diasingkan atau
dijauhkan darinya.
Maka, pembahasan Aqidah Islam ini
segera saja dilanjutkan dengan
pembahasan integrasi aspek material
dan spiritual (mazjul maadah bi ar-ruh)
(hal. 16-23).
15. Nampak jelas HT di sini berusaha keras
memerangi aqidah ideologi Kapitalisme,
yakni sekularisme, atau fashlul maadah
‘an ar-ruh. Artinya, memisahkan aspek
material (perbuatan manusia) dengan
aspek spiritual (kesadaran manusia
dalam beragama).
Dalam realitasnya, aqidah sekularisme
lalu menghasilkan pemisahan agama
dari negara, seperti yang terjadi saat
ini.
16. Pembahasan ini kemudian dilanjutkan
dengan bahasan Qadha`-Qadar (hal. 24-
26) dan bahasan sifat perbuatan manusia
(konsep khair-syar dan hasan-qabih)
(hal.26-30), serta bahasan nilai (qimah)
perbuatan manusia sebagai tujuan
perbuatan manusia yang mencakup nilai
akhlaq, kemanusiaan, materi, dan
spiritual (hal. 30-34).
17. Pembahasan Syariah Islam dalam
kitab Mafahim ini intinya, syariah itu
ada untuk diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat, bukan
untuk kenikmatan berpikir seperti
filsafat.
Maka harus ada formalisasi syariah
dalam wadah Darul Islam (hal. 35-36;
52-56).
18. Selain itu, kitab Mafahim ini juga
menjelaskan pemahaman HT seputar
syariah.
Misalnya bahwa hukum-hukum mengenai
ibadah, makanan, minuman, dan akhlaq
tidak didasarkan pada illat (alasan
hukum), tapi didasarkan pada nash
semata. (hal. 36 dst).
Contoh lainnya adalah bahasan dalil-dalil
syar’i, ijtihad dan taqlid yang penting
untuk dipahami (hal. 46-49).
19. HT juga meluruskan banyak
kesalahpahaman umat mengenai
syariah.
Misalnya, kesalahpahaman mengenai prinsip
kelayakan syariah untuk setiap waktu dan
tempat.
Maknanya bukanlah syariah itu dapat
berubah dan menyesuaikan diri pada segala
waktu dan tempat, melainkan syariah dapat
memberikan jawaban masalah manusia di
setiap waktu dan tempat (hal. 43).
20. HT juga meluruskan kesalahpahaman
umat yang memisahkan hukum fikrah
dan thariqah sebagaimana sudah
dicontohkan di atas (hal. 52-60).
21. Pembahasan dakwah Islam di sini
dimaksudkan untuk menjelaskan
metode mencapai kekuasaan untuk
melanjutkan kehidupan Islam dan
mengemban dakwah Islam ke seluruh
dunia. (hal. 62- 68).
22. Dijelaskan juga perbedaan dakwah
kepada Islam dan dakwah untuk
melanjutkan kehidupan Islam.
Dakwah kepada Islam dijalankan oleh
Daulah Islamiyah melalui penerapan Islam
secara nyata, mengacu kepada dakwah
Rasulullah SAW di Madinah..
Dakwah melanjutkan kehidupan Islam,
dijalankan oleh kelompok dakwah melalui
jalan dakwah mengacu kepada aktivitas
Rasulullah SAW di Makkah (hal. 72-76).
23. Pada bagian akhir (hal. 79-83) dijelaskan
bahwa masyarakat di Dunia Islam
sebenarnya masih terjajah oleh negara-
negara kafir baik dalam aspek politik,
ekonomi, budaya, maupun militer.
Karena itu, HT berjuang untuk
membebaskan negeri-negeri Islam dari
penjajahan dalam segala bentuknya,
hingga berhasil melanjutkan kehidupan
Islam dengan mendirikan Khilafah yang
akan mengemban risalah Islam ke
seluruh dunia dengan jalan jihad fi
sabilillah. [ ]