Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Powerpoint Filsafat Eksistensialisme "Eksistensialisme dan Kehidupan Individu didalam Masyarakat"
1. Assalamualaikum Wr Wb
Nama : Tri Yusti Lestari
NIM : 2227132210
Kelas/Semester : III/D
No Absen : 16
No Telepon : 085778682963
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. .
SEJARAH ALIRAN EKSISTENSIALISME
Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman
Martin Heidegger (1889-1976). Eksistensialisme merupakan filsafat dan
akar metodologinya berasal dari metoda fenomologi yang dikembangkan
oleh Hussel (1859-1938). Aliran eksistensialisme berasal dari
pemikiran Soren Kierkergaard (Denmark, 1813-1855) dan Nietzche.
Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk
menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”.
Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia
melupakan individualitasnya).
Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut
manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah,
keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-
1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya adalah untuk menjawab
pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”. Jawabannya
manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk
merealisasikan diri secara jujur dan berani.
4. PENGERTIAN EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme merupakan filsafat yang memandang
segala gejala berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah
cara manusia berada di dunia. Cara berada manusia berbeda
dengan cara beradanya benda-benda materi. Keberadaan
benda-benda materi berdasarkan ketidaksadaran akan dirinya
sendiri, dan juga tidak terdapat komunikasi antara satu
dengan yang lainnya. Tidak demikian dengan keberadaan
manusia, yang mana manusia dengan manusia lain sama
sederajat. Dan benda-benda materi akan bermakna karena
manusia.
5. Hubungan Eksistensialisme dan Kurikulum 2013
Setiap kebenaran itu berasal dari setiap pengalaman yang
dialami oleh masing-masing individu. Hal ini dikarenakan bahwa realistis
merupakan kenyataan hidup itu sendiri. Untuk menggambarkan sebuah
realitas, kita harus menggambarkan apa yang ada dalam diri kita, bukan
yang ada di luar kondisi manusia.
Contoh kecilnya terdapat pada pelaksanaan kegiatan pendidikan
di negara ini. Sebelum lahirnya Kurikulum 2013, seorang siswa di sebuah
sekolah merupakan penonton dari sebuah skema pendidikan dan
pendidik merupakan tokoh utama yang menjalankan peran tersebut.
Para pendidik ini dengan mudahnya menjadikan mereka seperti para
“penonton bayaran” yang dengan mudahnya diberikan pengarahan dan
para siswa tersebut tidak memberikan perlawanan yang berarti.
6. Tahukah anda apa sajakah kelebihan kurikulum 2013?
Kurikulum 2013 ini merupakan kurikulum yang mengarahkan
siswa menjadi seorang yang aktif, kreatif, mandiri, percaya diri,
bertanggung jawab, tekun, dan mempunyai rasa solidaritas yang tinggi.
Apa hubungan kurikulum 2013 ini dengan filsafat eksistensialisme?
Kurikulum 2013 ini menjadikan siswa aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, siswa menjadi aktif dalam mengemukakan
argumentasi, siswa dapat berekspresi dan menjadi diri sendiri, siswa
tidak lagi dituntut menjadi “penonton bayaran” yang mana hanya
ditugaskan untuk mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru.
Kejadian tersebut senada dengan konsep yang terdapat dalam
eksistensialisme, bahwasannya pemahaman eksistensialisme terhadap
nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan.
7. Dan kurikulum 2013 sesuai dengan tujuan pendidikan di dalam
filsafat eksistensialisme yang mana mendorong setiap individu agar
mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri.
Kurikulum 2013 ini pun sesuai dengan kurikulum eksistensialisme
bahwasannya kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang member para
siswa kebebasan individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melaksanakan pencarian-
pencarian mereka sendiri, dan menarik kesimpulan mereka sendiri.
Menurut pandangan ini tidak ada satu mata pelajaran tertentu yang
lebih penting daripada yang lainnya.
Kurikulum 2013 ini pun sesuai dengan prinsip eksistensialisme
bahwa seorang pendidik harus memberikan kebebasan siswa memilih
dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu
mereka menemukan makna dari kehidupaa mereka namun tetap
berpegang teguh pada logika yang menunjukkan bahwa kebebasan
memiliki aturan, dan rasa hormat akan kebebasan orang lain itu penting
8. Peran Pendidik dalam Eksistensialisme dan Kurikulum 2013
Dengan banyaknya penyimpangan yang terjadi pada pendidik di
negeri ini, setelah munculnya kurikulum 2013, diharapkan bahwa
pendidik mampu membimbing dan mengarahakan siswa dengan
seksama sehingga siswa mampu berpikir relatif dengan melalui
pertanyaan-pertanyaan. Dalam arti bahwa pendidik tidak mengarahkan
dan tidak memberi instruksi. Dan proses belajar yang baik dapat
dilakukan melalui dialog.
Pendidik menanyakan tentang ide-ide yang dimiliki siswa,
megajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa untuk memilih
alternatif-alternatif, sehingga siswa akan melihat, bahwa kebenaran
tidak terjadi pada manusia, melainkan dipilih oleh manusia.
Pendidik hadir dalam kelas dengan wawasan yang luas agar betul-betul
menghasilkan diskusi tentang mata pelajaran.
9. Siswa dan Perkembangan Zaman
Perkembangan zaman yang sangat pesat, menjadikan siswa
dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang segala hal yang
ingin mereka tanyakan. Dengan adanya internet dan penggunakan
jejaring social yang semakin mudah dan luas. Siswa dapat menambah
ilmu pengetahuannya tanpa harus menanyakan hal tersebut terhadap
guru kelasnya.
Pengalaman ini pun menjadikan siswa mempunyai kebebasan
dalam mengekspresikan segala yang ada di dalam pikirannya, siswa
tidak lagi menjadi seorang yang buta akan pengetahuan. Perkembangan
zaman inipun menjadi faktor dalam berkembangnya aliran
eksistensialisme. Kebebasan siswa dalam berpendapat menjadi faktor
yang tidak lepas dari eksistensialisme.
10. Kebebasan yang terjadi dalam eksistensialisme tidak telepas dari
logika dalam menjalankannya. Siswa merupakan cikal bakal dalam
menjalankan kehidupan di masa yang akan datang. Pemikiran yang
benar dibutuhkan dalam membentuk siswa agar menjadi sosok yang
bermanfaat dengan pemikiran dan pengalaman yang menarik, sehingga
setiap pengalaman yang mereka alami dapat dikembangkan dan diyakini
sebagai sesuatu yang benar.
Siswa dapat mengambil tindakan yang baik dari setiap
pengalaman yang pernah dialami. Dalam praktiknya siswa tersebut
dibentuk dalam kehidupan pendidikan yang berpegang teguh pada
kebebasan. Tidak ada bentuk universal, setiap siswa memiliki keinginan
untuk bebas (free will) dan berkembang.
Pendidikan sebaiknya menekankan refleksi yang mendalam
terhadap komitmen dan pilihan sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui peyadaran diri dengan menerapkan prinsip dan standar
pengembangan kepribadian. Standar dan prinsip yang bervariasi pada
tiap individu bebas untuk dipilih dan diambil.