SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 14
Tri Widodo W. Utomo
Nilai-Nilai
                                (Pancasila, Konstitusi)


                                  dijabarkan melalui


                    Policy System             Policy Process
Masalah fundamental muncul,       untuk mewujudkan
ketika:
1. Kebijakan Publik (KP) tdk
   mengandung values &
   philosophy bernegara.       CITA2 & TUJUAN
                                (Indonesia Merdeka)
2. KP tdk mampu mewujudkan
   cita-cita negara.
Policy System                 Policy Process

• Interdependensi antara     • PERUMUSAN MASALAH
  INPUT – PROSES –             (Pengenalan, Pencarian,
  OUTPUT;                      Pendefinisian, Spesifikasi)
• Interaksi & Interkoneksi   • PENGEMBANGAN &
  antara PELAKU –              PEMILIHAN ALTERNATIF
  LINGKUNGAN –                 (inc. Kriteria, Teknik
  KELOMPOK SASARAN             Analisis)
  – KEBIJAKAN PUBLIK.        • IMPLEMENTASI
                             • MONITORING & EVALUASI.
• Banyak KP yg kurang berorientasi
  pemecahan masalah (problem solving),
  dan kurang memperhatikan analisis
  perumusan masalah yg baik, sehingga
  seringkali justru menimbulkan masalah
  baru.
• Banyak KP yg kurang didukung oleh
  informasi yg valid dan lengkap (policy
  relevant information), sehingga
  mengurangi kualitas KP.
• Banyak KP yg tidak melalui proses analisis yg
  baku & tidak didahului oleh agenda setting yg
  benar, sehingga sebuah kebijakan lebih
  mencerminkan sebagai keinginan dari pada
  kebutuhan.
• Pendekatan sosiopolitis cenderung
  mendominasi pendekatan teknis (technocratic
  competence).
• Belum mantapnya sistem kelembagaan yg
  berperan melakukan pengelolaan proses KP,
  bahkan belum terbentuk sistem kelembagaan
  yg secara eksplisit bertugas mewujudkan
  keserasian, keharmonisan & keterpaduan,
  serta efektivitas & akuntabilitas pengelolaan
  kebijakan pembangunan nasional & daerah.
• Belum berfungsinya nilai-nilai dasar dalam Pancasila
  dan Konstitusi sbg guiding values and principles, yg
  menyebabkan kurang optimalnya kinerja KP.
   – Dari 2003-2012, MK menerima 425 permohonan Pengujian
     UU, dengan 100 diantaranya dikabulkan (MK, 2012).
   – Banyaknya Perda bermasalah & dibatalkan pemerintah
     pusat.
• Kurang efektifnya KP sebagai instrumen distribusi &
  redistribusi sumber daya, serta pemberdayaan potensi
  masyarakat, sehingga KP belum mampu mewujudkan
  tertib sosial, tertib politik, maupun kemajuan ekonomi
  & peradaban bangsa.
   – Maraknya konflik horizontal baik yg berlatar SARA,
     pertanahan, olahraga, atau tawuran biasa antar gank.
   – Angka kemiskinan dan pengangguran tahun 2010 yg relatif
     masih tinggi. Angka kemiskinan sebesar 13,13% atau 31.02
     juta jiwa sedang pengangguran terbuka sebesar 6,80% (BPS,
     2011).
   – Kinerja sektor pelayanan dasar (pendidikan & kesehatan) yg
     masih belum optimal.
• Rendahnya kohesi organisasional dalam
  formulasi dan implementasi kebijakan publik,
  yg ditandai oleh banyaknya silang pendapat,
  kontrasnya perbedaan opini, merebaknya
  egoisme jabatan/sektoral/ kedaerahan,
  melemahnya koordinasi, dsb.
• Masih tingginya ketidakkonsistenan,
  kekurangharmonisan, dan kekurangselarasan
  antara tujuan pembangunan pusat dan
  daerah, serta kesulitan dalam menjalin kerja
  sama antar stakeholder. Masing2 stakeholder
  memiliki pemahaman yg berbeda tentang
  issu kebijakan yg berkembang, serta prinsip2
  dan langkah2 pengelolaan kebijakan yg harus
  ditempuh.
• Rendahnya integritas & kepatuhan para
  penyelenggara negara terhadap sistem
  hukum (seperangkat peraturan perundang-
  undangan) yg menjadi pedoman dalam
  implementasi tugas-tugas publik, sehingga
  kewibawaan kebijakan publik menjadi sangat
  lemah.
   – Banyaknya kasus penyalahgunaan wewenang dan
     tingginya pejabat terlibat kasus korupsi;
   – Tradisi “kompromi” dalam penyelesaian kasus;
   – Gejala “pembangkangan” daerah terhadap pusat,
     misal dalam kasus BLT (mantan Mendagri
     Mardiyanto).
• KP kurang adaptif dan lemah dalam merespon
  lingkungan yg dinamis, untuk kemudian
  mentransformasikan menjadi norma
  kebijakan. Pada saat yg sama, formulasi KP
  juga sering kurang mengakomodir kebutuhan
  & tuntutan publik, sehingga penetapan KP
  sering ditolak oleh masyarakat (public veto).
  Kondisi ini antara lain disebabkan oleh
  lemahnya dukungan riset terhadap policy
  making process.
   – Frekuensi dan materi tuntutan dalam demonstrasi
     yg makin beragam.
   – Frekuensi perubahan kebijakan yg cukup tinggi
     bahkan sering ada klausul khusus untuk
     mengakomodir perubahan kebijakan.
• KP sering menutup diri terhadap
  partisipasi publik, sehingga terkesan
  hanya menguntungkan sekelompok orang
  dan kurang ada keberpihakan pada rakyat
  banyak. Beberapa KP juga memiliki
  bahasa yg sangat elitis dan tidak
  dimengerti oleh rakyat banyak
  (technocratic cabal).
• Identifikasi masalah ini tidak berarti mengabaikan
  kinerja positif dari KP yg ada, melainkan untuk
  menemukan solusi-solusi yg lebih kreatif & inovatif
  dalam rangka lebih meningkatkan output &
  otcomes kebijakan.
• Eksplorasi masalah kebijakan ini selanjutnya akan
  diikuti dengan identifikasi terhadap alternatif solusi
  untuk mengatasinya, aktivitas yang dibutuhkan,
  serta target outputs/outcomes yg diinginkan.
Mustopadidjaja, Program Nasional Pengembangan Kapasitas
    PENGELOLAAN PROSES KEBIJAKAN PUBLIK Dalam
    Penyelenggaraan Negara dan pembangunan Bangsa.
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=website
      .Persidangan.RekapitulasiPUU
http://www.bps.go.id/brs_file/naker-05mei11.pdf
http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul10.pdf
T E R I M A
K A S   I H ...

Weitere ähnliche Inhalte

Mehr von Tri Widodo W. UTOMO

Mehr von Tri Widodo W. UTOMO (20)

Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
 
Inovasi Pelayanan Publik untuk IKN
Inovasi Pelayanan Publik untuk IKNInovasi Pelayanan Publik untuk IKN
Inovasi Pelayanan Publik untuk IKN
 
Kepemimpinan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Kepemimpinan Dalam Pelaksanaan PekerjaanKepemimpinan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Kepemimpinan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
 
Transformasi Organisasi: Peningkatan Integritas Dalam Mewujudkan Budaya Mutu
Transformasi Organisasi: Peningkatan Integritas Dalam Mewujudkan Budaya MutuTransformasi Organisasi: Peningkatan Integritas Dalam Mewujudkan Budaya Mutu
Transformasi Organisasi: Peningkatan Integritas Dalam Mewujudkan Budaya Mutu
 
ASN Harus Sehat untuk Kinerja Bangsa yang Maksimal
ASN Harus Sehat untuk Kinerja Bangsa yang MaksimalASN Harus Sehat untuk Kinerja Bangsa yang Maksimal
ASN Harus Sehat untuk Kinerja Bangsa yang Maksimal
 
Inovasi Desa Berbasis Potensi dan Peran Motivator Desa
Inovasi Desa Berbasis Potensi dan Peran Motivator DesaInovasi Desa Berbasis Potensi dan Peran Motivator Desa
Inovasi Desa Berbasis Potensi dan Peran Motivator Desa
 
Inovasi & Entrepreneurship Aparat Pemdes
Inovasi & Entrepreneurship Aparat PemdesInovasi & Entrepreneurship Aparat Pemdes
Inovasi & Entrepreneurship Aparat Pemdes
 

Identifikasi Masalah Bidang Revitalisasi Manajemen Pemerintahan dari Perspektif Policy System and Process

  • 2. Nilai-Nilai (Pancasila, Konstitusi) dijabarkan melalui Policy System Policy Process Masalah fundamental muncul, untuk mewujudkan ketika: 1. Kebijakan Publik (KP) tdk mengandung values & philosophy bernegara. CITA2 & TUJUAN (Indonesia Merdeka) 2. KP tdk mampu mewujudkan cita-cita negara.
  • 3. Policy System Policy Process • Interdependensi antara • PERUMUSAN MASALAH INPUT – PROSES – (Pengenalan, Pencarian, OUTPUT; Pendefinisian, Spesifikasi) • Interaksi & Interkoneksi • PENGEMBANGAN & antara PELAKU – PEMILIHAN ALTERNATIF LINGKUNGAN – (inc. Kriteria, Teknik KELOMPOK SASARAN Analisis) – KEBIJAKAN PUBLIK. • IMPLEMENTASI • MONITORING & EVALUASI.
  • 4. • Banyak KP yg kurang berorientasi pemecahan masalah (problem solving), dan kurang memperhatikan analisis perumusan masalah yg baik, sehingga seringkali justru menimbulkan masalah baru. • Banyak KP yg kurang didukung oleh informasi yg valid dan lengkap (policy relevant information), sehingga mengurangi kualitas KP.
  • 5. • Banyak KP yg tidak melalui proses analisis yg baku & tidak didahului oleh agenda setting yg benar, sehingga sebuah kebijakan lebih mencerminkan sebagai keinginan dari pada kebutuhan. • Pendekatan sosiopolitis cenderung mendominasi pendekatan teknis (technocratic competence). • Belum mantapnya sistem kelembagaan yg berperan melakukan pengelolaan proses KP, bahkan belum terbentuk sistem kelembagaan yg secara eksplisit bertugas mewujudkan keserasian, keharmonisan & keterpaduan, serta efektivitas & akuntabilitas pengelolaan kebijakan pembangunan nasional & daerah.
  • 6. • Belum berfungsinya nilai-nilai dasar dalam Pancasila dan Konstitusi sbg guiding values and principles, yg menyebabkan kurang optimalnya kinerja KP. – Dari 2003-2012, MK menerima 425 permohonan Pengujian UU, dengan 100 diantaranya dikabulkan (MK, 2012). – Banyaknya Perda bermasalah & dibatalkan pemerintah pusat.
  • 7. • Kurang efektifnya KP sebagai instrumen distribusi & redistribusi sumber daya, serta pemberdayaan potensi masyarakat, sehingga KP belum mampu mewujudkan tertib sosial, tertib politik, maupun kemajuan ekonomi & peradaban bangsa. – Maraknya konflik horizontal baik yg berlatar SARA, pertanahan, olahraga, atau tawuran biasa antar gank. – Angka kemiskinan dan pengangguran tahun 2010 yg relatif masih tinggi. Angka kemiskinan sebesar 13,13% atau 31.02 juta jiwa sedang pengangguran terbuka sebesar 6,80% (BPS, 2011). – Kinerja sektor pelayanan dasar (pendidikan & kesehatan) yg masih belum optimal.
  • 8. • Rendahnya kohesi organisasional dalam formulasi dan implementasi kebijakan publik, yg ditandai oleh banyaknya silang pendapat, kontrasnya perbedaan opini, merebaknya egoisme jabatan/sektoral/ kedaerahan, melemahnya koordinasi, dsb. • Masih tingginya ketidakkonsistenan, kekurangharmonisan, dan kekurangselarasan antara tujuan pembangunan pusat dan daerah, serta kesulitan dalam menjalin kerja sama antar stakeholder. Masing2 stakeholder memiliki pemahaman yg berbeda tentang issu kebijakan yg berkembang, serta prinsip2 dan langkah2 pengelolaan kebijakan yg harus ditempuh.
  • 9. • Rendahnya integritas & kepatuhan para penyelenggara negara terhadap sistem hukum (seperangkat peraturan perundang- undangan) yg menjadi pedoman dalam implementasi tugas-tugas publik, sehingga kewibawaan kebijakan publik menjadi sangat lemah. – Banyaknya kasus penyalahgunaan wewenang dan tingginya pejabat terlibat kasus korupsi; – Tradisi “kompromi” dalam penyelesaian kasus; – Gejala “pembangkangan” daerah terhadap pusat, misal dalam kasus BLT (mantan Mendagri Mardiyanto).
  • 10. • KP kurang adaptif dan lemah dalam merespon lingkungan yg dinamis, untuk kemudian mentransformasikan menjadi norma kebijakan. Pada saat yg sama, formulasi KP juga sering kurang mengakomodir kebutuhan & tuntutan publik, sehingga penetapan KP sering ditolak oleh masyarakat (public veto). Kondisi ini antara lain disebabkan oleh lemahnya dukungan riset terhadap policy making process. – Frekuensi dan materi tuntutan dalam demonstrasi yg makin beragam. – Frekuensi perubahan kebijakan yg cukup tinggi bahkan sering ada klausul khusus untuk mengakomodir perubahan kebijakan.
  • 11. • KP sering menutup diri terhadap partisipasi publik, sehingga terkesan hanya menguntungkan sekelompok orang dan kurang ada keberpihakan pada rakyat banyak. Beberapa KP juga memiliki bahasa yg sangat elitis dan tidak dimengerti oleh rakyat banyak (technocratic cabal).
  • 12. • Identifikasi masalah ini tidak berarti mengabaikan kinerja positif dari KP yg ada, melainkan untuk menemukan solusi-solusi yg lebih kreatif & inovatif dalam rangka lebih meningkatkan output & otcomes kebijakan. • Eksplorasi masalah kebijakan ini selanjutnya akan diikuti dengan identifikasi terhadap alternatif solusi untuk mengatasinya, aktivitas yang dibutuhkan, serta target outputs/outcomes yg diinginkan.
  • 13. Mustopadidjaja, Program Nasional Pengembangan Kapasitas PENGELOLAAN PROSES KEBIJAKAN PUBLIK Dalam Penyelenggaraan Negara dan pembangunan Bangsa. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=website .Persidangan.RekapitulasiPUU http://www.bps.go.id/brs_file/naker-05mei11.pdf http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul10.pdf
  • 14. T E R I M A K A S I H ...