1) Pattimura adalah pahlawan nasional Indonesia dari Maluku yang melawan kolonialisme Belanda
2) Ia memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan kebijakan kolonial Belanda seperti pajak tanah dan kerja wajib
3) Perlawanannya berakhir dengan penangkapannya dan hukuman gantung oleh Belanda pada 1817
4. Pattimura (atau Thomas Matulessy) (lahir di Haria, pulau
Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal
di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), juga
dikenal dengan nama Kapitan Pattimura adalah
pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan nasional Indonesia.
5. Istilah Kapitan
Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija,
gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak.
Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara atas saran
abdul gafur, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan
antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Dari
sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri
Pattimura itu bermula
7. Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah
berkarier dalam militer sebagai mantan sersan Militer
Inggris. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk
atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja. mengingat
pada masa itu banyaknya kerajaan
8. Sebelum Perlawanan
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan
kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian
Belanda menetapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas
tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran
Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London
I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa
Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu
pemindahan koprs Ambon.
10. Berdasarkan Konvensi London (1817) Kepulauan Maluku
termasuk salah satu wilayah kekuasaan Inggris yang harus
diserahkan kepada Belanda. Setelah dilakukan penyerahan,
Pemerintah Belanda segera menunjuk Van Middelkoop
sebagai Gubernur di Kepulauan Maluku. Kembalinya
Belanda ke Maluku telah mendatangkan kemarahan
rakyat. hal ini disebabkan oleh hal berikut :
11. 1) Kembalinya pemerintah kolonial Belanda di Maluku dari
tangan Inggris.
2) Pemerintah kolonial Belanda memberlakukan kembali
penyerahan wajib dan kerja wajib yang sudah dihapusoleh
Inggris.
3) Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan uang kertas
sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di
Maluku,menambah kegelisahan rakyat.
4) Belanda mulai menggerakkan tenaga dari Kepulauan
Maluku untuk menjadi tentara Belanda.
5) Belanda diduga akan membebani rakyat dengan berbagai
kewajiban yang meberatkan seperti dimasa kekuasaan VOC
13. Sebagai awal ungkapan kemarahan, rakyat serentak
menyampaikan protes di bawah pimpinan Thomas
Matulessy. Mereka menyerahkan daftar keluhan rakyat
kepada Belanda yang ditandatangani oleh 21 Penguasa
dari daerah Saparua dan Nusa Laut. Belanda ternytaa
tidak menanggapi suara protes rakyat. oleh karena itu,
rakyat Saparua dan Nusa Laut berniat melakukan gerakan
perlawanan terhadap Belanda yang kemudian didukung
oleh rakyat di Honimoa, Haruku, Ambonia, Seram, dan
daerah lainnya.
14. Pada sebuah pertemuan yang berlangsung 9 Mei 1817
rakyat Maluku di Saparua mengangkat Thomas Matulessy
seabgai pimpinan gerakan perlawanan rakyat dengan gelar
Pattimura. Ia dinilai memiliki kecakapan di bidang
kepemimpinan dan militer. Pada saat Inggris berkuasa di
Malku, ia memasuki dinas militer dengan pangkat terakhir
mayor.
15. Pada pertemuan berikutnya, para pejuang Maluku bertekad
untuk merebut Benteng Duurstede dan mengusir semua
penghuninya. Pada 15 Mei 1817 aksi perlawanan terhadap
pemerintah Hindia Belanda dimulai. mulanya mereka
merampas perahu-perahu pos yang berada di Pelabuhan
Porto. Setelah itu, mreka mulai menyerang benteng. Banyak
serdadu Belanda yang ditangkap dan dibunuh, termasuk
Residen Porto, van den Berg. Saat itu juga benteng
Duurstede jatuh ke tangan rakyat Maluku.
16. Gubernur van Middelkoop terkejut mendengar kejadian itu.
Ia segera mengirim pasukan dari Ambon di bawah
pimpinan Mayor Beetjes. Pasukan ini didaratkan di
Saparua pada 20 Mei 1817. Akan tetapi, begitu mendarat,
rakyat Sparua menyambutnya dengna serentetan tembakan.
Dengan termaksa pasukan Beetjes memutar haluan dan
membelokkannya ke sebuah tikungan teluk di sebelah kiri
benteng. Di tempat ini, lagi-lagi Paskan Beetjes kembali
disambut serangan gencar.
17. Pasukan Beetjes menjadi kacau balau, sebaliknya rakyat
maluku semakin bersemangat. Belanda berusaha untuk
mundur, tetapi pasukan Pattimura terus mengejarnya. Di
dalam pertempuran ini, Mayor Beetjes tewas.
18. Sebagai Pembalasan atas kekalahannya, Belanda segera
menempatkan kapal-kapal perangnya di perairan Saparua.
Serangan segera dilancarkan dengna menembakkan meriam
ke arah Duurstede secara terus menerus. Pada 2 Agustus
1817 Belanda berhasil menduduki Benteng Duurstede.
Namun, mereka gagal menangkap Pattimura. Oleh karena
itu, Belanda segera melancarkan politik adu domba.
19. Belanda kemudian megerahkan pasukan secara besar-
besaran untuk menangkap Pattimura di Bukit Boi, Pada
16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman gantung di
Benteng Nieuw Victoriadi kota Ambon. Penangkapan
Patimura telah mengakhiri perjuangan rakyat maluku.