SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 51
Downloaden Sie, um offline zu lesen
BAB I

                                    PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

            Rumah sakit merupakan instansi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan
  promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak
  positif maupun negatif. Dampak positif dari kegiatan rumah sakit adalah meningkatkan
  derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatif dari kegiatan rumah sakit antara
  lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit
  dan pencemaran lingkungan yang perlu perhatian khusus. (Rudiyanto, 2012)

            Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
  sakit   maupun    orang     sehat, dengan berkumpulnya orang sakit dan sehat tersebut
  memunculkan resiko yang dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
  terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Menurut Kepmenkes 1204,
  2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit

            Teori HM Bloom menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu unsur
  penting di dalam kehidupan diantara host dan agent penyakit, dalam hal ini lingkungan
  sebagai instrumen penyeimbang kehidupan, apabila kualitas lingkungan menurun, maka
  agent penyakit akan naik dan derajat kesehatan masyarakat akan turun.

            Penyehatan lingkungan rumah sakit merupakan kegiatan penunjang yang cukup
  vital dalam kegiatan pelayanan rumah sakit. Pedoman Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang
  persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, terdapat beberapa pokok pengelolahan
  sanitasi kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan
  limbah cair, pengelolaan sampah, pengelolaan sampah medis, pengelolaan makanan,
  pengelolaan linen, sanitasi ruangan dan peralatan, serta pengendalian serangga dan tikus.

            Semua kegiatan sanitasi di lingkungan rumah sakit berada di bawah program kerja
  Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL). Instalasi penyehatan lingkungan sebagai unit kerja
  RSUD Dr. Saiful Anwar Malang mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan manajemen

                                                                                              1
penyehatan lingkungan rumah sakit. Kegiatan manajemen tersebut dilakukan dengan
program-program yang mengacu pada peraturan dan pedoman yang berlaku dengan tujuan
utama peningkatan mutu pengelolaan dan pemantauan lingkungan RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang. Salah satu program instalasi penyehatan lingkungan rumah sakit adalah sanitasi
bangunan, ruangan, dan halaman. Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau
alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, oleh karena itu
perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja
dengan produktif secara sosial ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan
memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis
dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat
sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.
(Fahmi, 2009)

          WHO dan kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit menyatakan bahwa Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman rumah sakit
adalah suatu usaha untuk mengawasi berbagai faktor lingkungan fisik yang berpengaruh
terhadap manusia, terutama terhadap hal-hal yang yang mempunyai efek merusak
perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup semua ruang/unit dan halaman
yang ada di dalam batas pagar rumah sakit(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.

          Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman terdapat berbagai macam persyaratan
yang harus dipenuhi untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan oleh konstruksi
bangunan, ruangan, dan halaman tersebut.

          Ruangan rumah sakit terbagi berbagai zona resiko. Diantaranya zona resiko
rendah, resiko sedang, resiko tinggi, dan resiko sangat tinggi. Diantara zona-zona tersebut
persyaratannya tidak sama. Yang mana antara zona rendah dan zona yang lainnya ada
perbedaan persyaratan yang harus dipenuhi, baik fisik maupun mutu.




                                                                                         2
Salah satu contoh adalah ruangan di resiko sangat tinggi dindingnya harus mudah
dibersihkan, tidak boleh ada sudut, dinding pertemuan harus konus. Persyaratan ini mutlak
harus dipenuhi. Apabila persyaratan ini tidak dipenuhi maka dampak yang ditimbulkan akan
sangat besar baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan ataupun orang yang ada di rumah
sakit tersebut.

           Oleh karena itu diperlukan upaya penyehatan lingkungan rumah sakit khususnya
sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan
karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari dampak kegiatan
rumah sakit tersebut.




                                                                                        3
1.2 RUMUSAN MASALAH

  1. Bagaimana kegiatan lapangan di IPL RSUD dr. Saiful Anwar?

  2. Bagaimana sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr Saiful Anwar Malang
     sudah sesuai dengan kepmenkes 1204/MENKES/SK/IX/2004 ?

  3. Apa saja masalah-masalah yang terdapat dalam program sanitasi bangunan, ruangan, dan
     halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang?

  4. Bagaimana solusi alternatif untuk memecahkan masalah yang ada di program sanitasi
     bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 TUJUAN

  1.3.1. Tujuan umum

        Memperoleh ketrampilan, penyesuaian, pengetahuan, dan sikap serta mendeskripsikan
        kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di
        RSUD Saiful Anwar Malang

   1.3.2. Tujuan khusus

        1. Menggambarkan kegiatan lapangan di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL)
             RSUD dr. Saiful Anwar

        2. Mengetahui apakah sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD Saiful
             Anwar sudah sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang kesehatan
             lingkungan rumah sakit

        3. Mengidentifikasi masalah-masalah dalam program sanitasi bangunan, ruangan, dan
             halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang

        4. Menganalisis solusi alternatif tentang pemecahan masalah yang ada di program
             sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar



                                                                                       4
1.4. MANFAAT
   1.4.1. Bagi Mahasiswa
         Memperoleh wawasan, pemahaman, dan penghayatan serta pengalaman lapangan
         ruang lingkup Instalasi Penyehatan Lingkungan di RSUD dr Saiful Anwar Malang
         terutama di bidang sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman.
   1.4.2. Bagi Program Studi
         1. Mendapatkan masukan tentang perkembangan di bidang keilmuan dan teknologi
             yang diterapkan dalam praktik kerja di instansi tersebut
         2. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan instansi dalam
             upaya memberikan bekal mahasiswa untuk mengetahui dunia kerja
   1.4.3. Bagi Instansi atau RSUD dr. Saiful Anwar Malang
         1. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi dan penetapan kebijakan di IPL RSSA
             khususnya sanitasi bangunan, ruang, dan halaman. Dalam pelaksanaan program
             di wilayah kerja Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr. Saiful Anwar
             Malang.




                                                                                       5
BAB II

                                  TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Lingkungan

             Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu
    keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
    keadaan sehat dari manusia.

              Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan
    kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
    keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
    tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

            Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut World Health Organization
    (WHO), yaitu :

      1. Penyediaan air minum

      2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

      3. Pembuangan sampah padat

      4. Pengendalian vektor

      5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

      6. Higiene makanan, termasuk higiene susu

      7. Pengendalian pencemaran udara

      8. Pengendalian radiasi

      9. Kesehatan kerja

      10. Pengendalian kebisingan

      11. Perumahan dan pemukiman

      12. Aspek kesling dan transportasi udara

      13. Perencanaan daerah dan perkotaan

      14. Pencegahan kecelakaan

      15. Rekreasi umum dan pariwisata
                                                                                       6
16. Tindakan sanitasi dihubungkan dengan epidemi, darurat, bencana, daerah urban dan
          transmigrasi.

      17. Tindakan pencegaan

2.2. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

              Menurut WHO Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi berbagai faktor
    lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap manusia, terutama terhadap hal-hal yang yang
    mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.

              Sanitasi lebih menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor
    lingkungan yang mempengarui derajat kesehatan manusia dengan mengutamakan usaha
    pencegahan sehingga dapat menghindari munculnya penyakit. (Azwar, 1990)

              Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana banyak orang berkumpul
    untuk melakukan kegiatan secara insidentil maupun terus menerus, secara membayar
    maupun tidak membayar.(Soeparlan, 1989)

              Jadi sanitasi tempat-tempat umum bisa diartikan sebagai usaha untuk mengawasi
    dan mencegah kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh
    dan untuk umum terutama terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya / menularnya
    suatu penyakit. (Karbi, 2007)

    2.2.1. Jenis tempat-tempat umum antara lain : (Karbi, 2007)

           1. Yang berhubungan dengan sarana pariwisata :

              a. Penginapan/losmen

              b. Kolam renang

              c. Bioskop

              d. Tempat hiburan

              e. Tempat rekreasi

              f. Bilyard

              g. Tempat bersejarah
                                                                                         7
2. Yang berhubungan dengan sarana perhubungan :

         a. Terminal angkutan darat

         b. Terminal angkutan sungai

       3. Yang berhubungan dengan sarana komersial

         a. Pemangkas rambut

         b. Salon kecantikan

         c. Pasar-pasar

         d. Apotik

         e. Toko obat perbelanjaan

       4. Yang berhubungan dengan sarana sosial :

         a. Tempat-tempat ibadah

         b. Rumah sakit

         c. Klinik bersalin

         d. Sekolah-sekolah/asrama

         e. Panti asuhan

      5. Kantor-kantor pemerintahan dan swasta termasuk bank-bank pemerintah dan
         swasta

2.2.2. Secara umum sanitasi tempat umum dapat dilihat dari :

      1. Kualitas bangunan
         a. Bahan bangunan dan konstruksinya bisa menentukan apakah bangunan
             tersebut mudah rusak, terbakar, lembab, panas, sebagai sarang serangga
             pembawa penyakit, bising, kecelakaan, kebakaran, penyakit ISPA, penyakit
             bawaan vektor.
         b. Denah bangunan dan kecukupan ruang sesuai dengan fungsinya.




                                                                                    8
2. Persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan
   a. Bersih, kuat, mencegah sebagai tempat serangga dan binatang mengerat tata
       ruang sesui dengan fungsinya
   b. Kontruksi :
         1. Lantai kuat, kedap air, rata, tidak licin, mudah dibersihkan, lantai kontak
             air kemiringan 2-3%.
         2. Dinding rata, mudah dibersihkan
         3. Ventilasi : menjamin peredaran udara dalam ruang denga baik, atau bisa
             diberi ventilasi mekanis
         4. Atap tidak bocor, tidak menjadi genagan air
         5. Langit-langit tinggi minimal 2,5 m, mudah dibersihkan.
         6. Pintu dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
         7. Pencahayaan ruangan sesuai dengan aktifitas
3. Persyaratan kesehatan ruang/ kamar
           Bersih, tersedia tempat sampah, bebas dari serangga dan tikus, udara tidak
   berbau (terutama H2S dan Amoniak), tidak berasap, kadar debu kurang dari 0,26
   mg/m3, suhu 18-28 C, kelembaban 40% – 70 %, Tingkat kebisingan sesuai
   dengan fungsi ruangan.
4. Persyaratan kesehatan fasilitas sanitasi
   a. Penyediaan air bersih kualitas dan kuantitas memenuhi syarat, selalu tersedia
       pada setiap kegiatan secara berkesinanbungan, sistem perpiupaan dan
       mempunyai tekanan positif.
   b. Pembuangan air limbah sistem tertutup, kedap air, lancar dan diolah.
   c. Tempat sampah kuat, ringan, tahan karat, tahan air, mudah dibuka dan ditutup,
       sampah setiap hari dibuang, ada tempat pengumpul sampah
5. Ada peralatan yang mencegah masuknya serangga dan tikus.




                                                                                     9
2.3. Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan rumah sakit


               Persyaratan yang harus dipenuhi oleh instalasi penyehatan bangunan, ruangan,
     dan halaman, antara lain:
     1.   Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
          a. Lingkungan bangunan rumah               sakit harus    mempunyai batas yang          kelas,
               dilengkapi dengan agar         yang    kuat dan      tidak memungkinkan orang atau
               binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
          b. Luas lahan         bangunan dan     halaman harus      disesuaikan dengan luas       lahan
               keseluruhan sehingga        tersedia tempat parkir      yang memadai dan dilengkapi
               dengan rambu parkir.
          c.   Lingkungan       bangunan     rumah     sakit   harus     bebas   dari   banjir.    Jika
               berlokasi   di     daerah    banjir harus       menyediakan fasilitas/teknologi untuk
               mengatasinya.
          d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok
          e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas
               cahaya yang cukup.
          f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat
               genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia
               lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman
          g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
               masing-masing dihubungkan langsung dengan
          h. instalasi pengolahan limbah.
          i. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang
               menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
          j. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
               bersih   dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan         kuantitas     yang
               memenuhi persyaratan kesehatan,          sehingga       tidak   memungkinkan sebagai
               tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan
               binatang pengganggu lainnya

                                                                                                     10
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
  a. Lantai, dengan persyaratan sebagai berikut:
     1. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
         warna terang, dan mudah dibersihkan.
     2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup
         ke arah saluran pembuangan air limbah
     3. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah
         dibersihkan
  b. Dinding
  c. Ventilasi
     1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang
         dengan baik.
     2. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
     3. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan
         baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
     4. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus       disesuaikan dengan peruntukkan
         ruangan.
  d. Atap
     1. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
         tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
     2. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
  e. Langit-langit
     1. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
     2. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
     3. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
  f. Konstruksi
                 Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
     genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.




                                                                                         11
g.   Pintu
               Pintu harus      kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
     masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
 h. Jaringan Instalasi
     1. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik,
        sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus        memenuhi
        persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan
        kesehatan.
     2. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah
        dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
 i. Lalu Lintas Antar Ruangan
     1. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian
        rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan
        hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya
        kecelakaan dan kontaminasi
     2. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus        dilengkapi dengan sarana
        pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang
        mudah      dipahami oleh      pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus
        dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari
        lantai terdekat bila listrik mati.
     3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila
        terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya      dan dilengkapi ram untuk
        brankar.
 j. Fasilitas Pemadam Kebakaran
               Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
     sesuai dengan ketentuan yang berlaku




                                                                                    12
3. Ruang Bangunan
   a. Zona dengan Risiko Rendah
                  Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,
      ruang    pertemuan, ruang      perpustakaan, ruang       resepsionis, dan ruang
      pendidikan/pelatihan. Dengan persyaratan sebagai berikut:
      1. Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang
      2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
         berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding              harus
         berbentuk konus.
      3. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,
         warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal
         2,70 meter dari lantai.
      4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang
         bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
      5. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan
         baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin
      6. adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan
         mekanis (exhauster) .
      7. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter
         dari lantai.
   b. Zona dengan Risiko Sedang
                  Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit
      menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan
      bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona
      risiko rendah.
   c. Zona dengan Risiko Tinggi
                  Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
      laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat
      (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:



                                                                                     13
1. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
      a. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi
          1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
      b. Dinding ruang       penginderaan medis     harus   berwarna gelap, dengan
          ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan
          dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara
          ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
   2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna
      terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus
   3. Langit-langit terbuat dari     bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna
      terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70
      meter dari lantai.
   4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang
      bawah jendela minimal 1,00 meter dari lanti.
   5. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter
      dari lantai.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
                Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
   perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan
   ketentuan sebagai berikut :
   1. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat
      dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.Langit-langit
      terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari
      lantai.
   2. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan         tinggi minimal 2,10 m, dan semua
      pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
   3. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan
      berwarna terang.




                                                                                   14
4. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
           dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-
           langit
       5. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
       6. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang
           dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan
           ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara
           bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah.
           Khusus untuk ruang       bedah ortopedi atau transplantasi organ        harus
           menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System
       7. Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu
           harus dibuat ruang antara.
       8. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang operasi
           perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian
           cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup.
       9. Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah        lantai atau
           di atas langit-langit.
       10. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
4.   Kualitas Udara Ruang
     a. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak)
     b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan
        rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/m3, dan tidak
        mengandung debu asbes.
5.   Tata Laksana
     a. Pemeliharaan Ruang Bangunan
       1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
       2. Pembersihan lantai di ruang          perawatan pasien dilakukan setelah
           pembenahan/merapi-kan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan
           dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
       3. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.

                                                                                      15
4. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel)
      yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.
   5. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.
   2. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua)
   3. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
      dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
b. Pencahayaan
   1. Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat
      cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
   2. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan
      barang/peralatan perlu diberikan penerangan. c. Ruang pasien/bangsal harus
      disediakan penerangan umum       dan penerangan untuk malam        hari dan
      disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada titik
      yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
c. Penghawaan (Ventilasi) dan Pengaturan Udara
   1. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus harus mendapat perhatian
      yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan
      dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran
      udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk rumah sakit
      yang menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan cooling
      tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU
      (Air Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri
      atau jamur.
      a. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan
          exhaustfan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi.
      b. Ruangan    dengan volume     100 m3     sekurang-kurangnya 1 (satu) fan
          dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik,




                                                                                16
2. Frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan 12 kali.
   a. Pengambilan supplai udara dari         luar, kecuali unit ruang   individual,
       hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal             7,50 meter dari
       exhauster atau perlengkapan pembakaran.
   b. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
3. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
4. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil
   dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya ddisediakan 2 (dua)
   buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
5. Suplai udara di atas lantai.
6. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya
   tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC,
   toilet, gudang.
7. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilenglengkapi dengan saringan 2
   beds. Saringan I dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan
   efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri) dipasang 90 %. Untuk
   mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari
   khusus central air conditioning system.
8. Penghawaan alamiah, lubang        ventilasi diupayakan sistem silang (cross
   ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak
9. terhalang.
10. Penghawaan ruang      operasi harus   dijaga agar    tekanannya lebih    tinggi
   dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air
   conditioner)
11. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner
   dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum
   0,20 meter dari langit-langit.
12. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali
   sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin



                                                                                17
glikol), atau disaring     dengan elektron presipitator atau menggunakan
      penyinaran ultra violet.
   13. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan
      pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu,
      dan gas).
d. Penghawaan (Ventilasi) dan Pengaturan Udara
   1. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar
      dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.
   2. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar
      diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara :
      a. Pada sumber bising di rumah sakit peredaman. Penyekatan, pemindahan,
          pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
      b. Pada sumber bising dari luar rumah sakit : penyekatan/penyerapan bising
          dengan penanaman pohon (freen belt), meninggikan tembok, dan
          meninggikan tanah (bukit buatan).
e. Fasilitas Penyediaan Air Minum dan Air Bersih
   1. Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
   2. Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat tidur/hari
   3. Air minum      dan air bersih   tersedia pada    setiap tempat kegiatan yang
      membutuhkan secara berkesinambungan.
   4. Distribusi air minum       dan air bersih       disetiap ruangan/kamar harus
      menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
   5. Persyaratan penyehatan air termasuk kualitas air minum dan kualitas air
      bersih
f. Penyehatan Air.
   1. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi
      a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.
      b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna
          terang, dan mudah dibersihkan.



                                                                                18
c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan
   tempat cuci tangan)tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar
   karyawan harus tersedia kamar mandi.
d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
   penahan bau (water seal).
e. Letak toilet dan kamar      mandi tidak berhubungan langsung dengan
   dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanit, unit rawat
   inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan
   ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1
   (satu) toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 – 30
   pengunjung pria.
i. Harus dilengkapi dengan slogan      atau peringatan untuk     memelihara
   kebersihan.
j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat
   menjadi tempat perindukan nyamuk.
k. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi




                                                                          19
BAB III

                                    PEMBAHASAN




3.1 Gambaran Umum

              Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan tanggal 13 Februari sampai 10
   Maret 2012 di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Di
   IPL terdapat beberpa program, sehingga dari 14 orang dibagi menjadi 4 kelompok yang
   terdiri dari 4 dan 3 orang di dalam kelompok tersebut yang masing-masing terdapat
   pembimbing. Di dalam pelaksanaan PKL sehari-hari dirolling sesuai dengan program kerja
   pembimbing yang mana 1 pembimbing lapangan mendampingi PKL selama 3 hari sesuai
   dengan program kerja pembimbing tersebut.

3.2 Sanitasi Bangunan, Ruangan, dan Halaman

               Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki
   peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
   maka kepuasan pasien adalah hal yang paling diutamakan, sehingga harus meningkatkan
   kualitas pelayanan baik medis maupun non medis, termasuk didalamnya fasilitas sanitasi
   sebagai penunjang pelayanan yang ada.

               Berikut ini data RSUD Saiful Anwar yang berhubungan dengan sanitasi
   bangunan, ruangan, dan halaman sebagai penunjan pelayanan kesehatan yang tercantum di
   dalam tabel 3.1




                                                                                        20
Tabel 3.1. Rincian sanitasi bangunan, ruangan dan halaman RSUD dr. Saiful Anwar

      No                       Jenis                           Jumlah satuan

       1    Luas lahan                                           84.106,60 m2

       2    Luas bangunan lantai I                               54.718,38 m2

       3    Luas seluruh bangunan                                76.689,98 m2

       4    Jumlah ruangan/ bangunan                               86 buah

       5    Jumlah KM / WC                                         278 buah

       6    Jumlah westafel                                        404 buah

       7    Luas selasar                                         15.106,16 m2

       8    Luas saluran air/ got/ pagar                         1.813,11 m2

       9    Luas halaman, jalan aspal dan tempat                 18.610,15 m2
            parkir

      10    Luas taman                                           8.964,96 m2




3.2.1. Sanitasi Kontruksi Bangunan dan Ruangan

       a. Lantai

                   Kontruksi lantai di RSSA terbuat dari keramik, mudah dibersihkan, di
           zona resiko rendah dan resiko sedang, diantara dinding dan lantai
           pertemuananya membentuk sudut, sedangkan di zona resiko tinggi dan resiko
           sangat tinggi pertemuan antara lantai dengan dinding tidak membentuk sudut
           (konus).




                                                                                    21
Lantai RSUD Saiful Anwar terdapat gambar yang menuntun kita ke
   pintu darurat (keluar) apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
   kebakaran ataupun gempa bumi.




   Gambar 3.1 Kontruksi lantai

b. Dinding




  Gambar 3.2 Kontruksi dinding


                                                                            22
Kontruksi dinding di RSSA terbuat dari batu bata dengan cat yang cerah,
   dan di zona resiko tinggi dan sangat tinggi dinding ruangannya terbuat dari
   keramik atau batu bata dengan dicat minyak bertujuan supaya mudah
   dibersihkan

c. Ventilasi

         Ventilasi di ruang-ruang RSSA dibuat menurut zona resiko yang mana
   bisa terdiri dari ventilasi alamiah, ventilasi buatan, ataupun keduanya. Ventilasi
   alamiah terdapat di ruang-ruang dengan zona resiko rendah. Di zona sedang
   bisa memakai keduanya baik ventilasi alami maupun buatan. Dan untuk
   ventilasi buatan terdapat di ruangan zona tinggi dan sangat tinggi.

         Ventilasi   ruangan-ruangan     di   RSSA     juga   menggunakan      cross
   ventilation, dan masing-masing ventilasi terdiri dari ventilasi insidental dan
   ventilasi permanen.




   Gambar 3.3. Kontruksi ventilasi


                                                                                  23
d. Atap

          Atap gedung RSSA terbuat dari genteng dan ada juga yang terbuat dari
   beton, yang dilengkapi dengan penagkal petir




   Gambar 3.4. Kontruksi atap genteng




   Gambar 3.5. Kontruksi atap beton




                                                                           24
e. Langit-langit

           Langit-langit ada yang terbuat dari asbes, juga ada yang terbuat dari
   beton dengan cat rata-rata warna putih, permukaan rata tidak berlobang,
   sehingga mudah dibersihkan.




   Gambar 3.6. Kontruksi langit-langit

f. Pintu




   Gambar 3.7. Kontruksi pintu


                                                                             25
Pintu yang ada di RSSA ada yang terbuat dari kayu dan dari kaca. Di
   pintu masuk RSSA pintu membuka kedalam, sedangkan di pintu keluar pintu
   dan pintu darurat membuka keluar. Dan lebar pintu minimal 1,5 meter

g. Lalu lintas antar ruangan (selasar)

          Selasar utama di RSSA dari IRNA 1-4 luas selasar 4 meter, dan untuk
   selasar menuju ruang-ruang perawatan lebarnya 3 meter. Dengan tujuan agar
   lalu lintas karyawan, pasien, maupun barang di dalam rumah sakit lancar.




   Gambar 3.8. Kontruksi selasar

h. Fasilitas pemadam kebakaran

          Dimasing-masing gedung dan ruangan ada APAR (Alat Pemadam Api
   Ringan) yang setiap bulan di kontrol oleh petugas IPL dan apabila sudah
   kedualuarsa akan ditukar kembali ke CV APAR tersebut.




                                                                              26
Gambar 3.9. APAR RSUD dr. Saiful Anwar

i. Jaringan instalasi

          Jaringan instalasi di RSUD Saiful anwar sudah tertata dengan baik,
   ditanam di bawah tanah. Jalur instalasi air maupun limbah sudah terpisahkan.
   Di jalur air limbah sendiri sebelum menuju IPAL (Instalasi Pengolahan Air
   Limbah) juga dipisahkan antara pipa air limbah dari dapur, pipa air limbah dari
   kamar pasien, dan pipa air limbah dari laundry. Sebelum semuanya mengalir
   ke saluran pipa yang menuju IPAL terlebih dahulu ditampung di dalam bak
   Pre Treatment Basin (PTB) yang berfungsi untuk memperingan kerja dari
   IPAL. Di setiap pipa yang dialiri oleh air limbah terpasang bak control yang
   fungsinya sebagai control terhadap saluran, apabila tersumbat maka akan cepat
   untuk dilakukan penanganan. Sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi
   silang sangat kecil.




                                                                               27
Gambar 3.10. Bak Pre Treatment Basin (PTB)




Gambar 3.11. Bak kontrol




                                             28
j. Pencahayaan

         Pencahayaan    di   masing-masing    ruangan   RSUD    Saiful   Anwar
   menggunakan lampu listrik dengan saklar lampu ditaruh di dekat pintu dan
   intensitas cahaya diatur berdasarkan jenis ruangan yang ada. Untuk ruangan
   pelatihan akan tidak sama dengan ruangan operasi. Dan untuk mengkontrol
   intensitas cahaya yang ada di masing-masing ruangan dilakukan kontrol setiap
   6 bulan sekali menggunakan lux meter. Hal ini bertujuan supaya cahaya yang
   ada masih tetap ada pada batas yang dianjurkan sesuai dengan kepmenkes 1204
   tentang kesehatan lingkungan rumah sakit




   Gambar 3.12. Pencahayaan di ruang pelatihan




                                                                            29
k. Penghawaan

        Penghawaan di ruang dengan resiko tinggi dan sangat tinggi sangat
  penting. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi bakteri maupun . Penghawaan
  ini bisa memakai exhauster yang diletakkan 2 meter diatas lantai tepatnya
  diatas jendela. Selain menggunakan exhaust fan juga bisa menggunakan AC
  dan lampu tambahan. Di zona resiko tinggi yang penulis datangi lebih tepanya
  di ruangan isolasi bayi, penghawaannya menggunakan exhauster dan lampu
  tambahan.




  Gambar 3.13. Penghawaan di ruang isolasi bayi




                                                                           30
l. Penyehatan air bersih

         Penyehatan air bersih yang ada di RSUD Saiful anwar adalah dengan
   selalu mengkontrol sisa chlor agar selalu standar. Untuk mengontrol sisa chlor
   petugas selalu mengecek di ruangan klorinasi setiap pagi dan sore. Di ruang
   klorinasi ini terdapat alat digital yang berfungsi sebagai alat klorinasi secara
   otomatis, dari kaleng yang sudah berisi air dan chlor, melalui alat ini secara
   otomatis dialirkan ke tendon air. Untuk memastikan alat klorinasi otomatis
   tersebut fungsi yang kita harapkan maka kita harus cek sisa chlor nya secara
   manual. Apabila alat tersebut tidak sama dengan uji chlor secara manual,
   maka alat klorinasi tersebut harus dikalibrasi. Sehingga alat klorinasi bekerja
   sesuai yang kita harapkan




   Gambar 3.14. Mengisi air sebagai pengenceran bahan chlor




                                                                                31
m. Fasilitas toilet dan kamar mandi

          Toilet/kamar mandi yang ada di RSUD Saiful Anwar terdapat 278 buah
   yang tersebar di seluruh bangunan rumah sakit. Untuk keluarga pasien terletak
   di dekat ruang tunggu pasien. Di perkantoran terdapat di masing2 bagian
   ruangan. Kamar pasien setiap 2 ruangan yang terdiri dari 4 pasien terdapat 1
   kamar mandi. Dan untuk setiap poli terdapat 1 wastafel. Untuk membersihkan
   kamar mandi in memakai jasa pihak ketiga, pekerja outsourcing. Kondisi toilet
   yang ada di RSUD Saiful Anwar yang terletak di ruang tunggu pasien kurang
   terawat. Untuk di perkantoran dan ruang pasien sudah terawatt dengan baik.




   Gambar 3.15. Toilet/kamar mandi karyawan yang terawat dengan baik




                                                                                32
3.1.2. Sanitasi Ruang bangunan

               Pembagian      zona-zona   menurut   resiko   adalah   bertujuan   untuk
      meminimalisai infeksi nosokomial. Berikut adalah pembagian zona-zona ruangan
      yang ada di RSSA antara lain:

      a. Zona resiko rendah

                 Zona resiko rendah adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang
          di dalam kegiatannya tidak beresiko terhadap adanya pencemaran silang
          ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruang perkantoran yang
          tidak berhubungan langsung dengan pasien rumah sakit. Ruangan yang
          termasuk di dalam zona resiko rendah adalah:

          1. Ruang administrasi dan pertemuan

          2. Koridor

          3. Ruang komputer

          4. Ruang perpustakaan

          5. Ruang resepsionis/loket

          6. Ruang lobby

          7. Ruang pendidikan/pelatihan

          8. Ruang arsip, rekam medik




                                                                                    33
b. Zona resiko sedang

             Zona resiko sedang adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang
   di dalam kegiatannya tidak terlalu beresiko terhadap adanya pencemaran silang
   ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak
   langsung dengan barang yang berhubungan dengan pelayanan pasien baik medis
   maupun non medis. Ruangan yang termasuk di dalam zona resiko sedang
   adalah:

   1. Sterlilisasi

   2. Dapur

   3. Ruang pasien

   4. Ruang tunggu pasien

   5. Ruang ganti pakaian

   6. Lift/tangga

   7. Ruang rehabilitasi medis

   8. Ruang bengkel

   9. Ruang IPAL

   10. Kantin/food center

c. Zona resiko tinggi

             Zona resiko tinggi adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang
   di dalam kegiatannya beresiko terhadap adanya pencemaran silang ataupun
   infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak langsung
   dengan pasien rumah sakit. Ruangan yang termasuk di dalam zona resiko tinggi
   adalah:


                                                                               34
1. Pemulihan, perawatan

2. Observasi bayi

3. Perawatan bayi

4. Perawatan premature

5. ICU

6. Jenazah/autopsy

7. Penginderaan medis

8. Laboratorium

9. Radiologi

10. Ruang luka bakar

11. Endoscopy

12. Ruang cuci/laundry

13. Ruang isolasi

14. Ruang khusus penyakit tetanus

15. Ruang bank darah

16. ICCU

17. Ruang hemodialisa




                                    35
d. Zona resiko sangat tinggi

          Zona resiko sangat tinggi adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan
   yang di dalam kegiatannya sangat beresiko terhadap adanya pencemaran silang
   ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak
   langsung dengan pasien rumah sakit dan sangat rentan terjadi adanya infeksi.
   Sehingga perlu dilakukan penanganan yang lebih khusus. Ruangan yang
   termasuk di dalam zona resiko sangat tinggi adalah:

   1. Operasi

   2. Bersalin

   3. Ruang poli gigi

   4. Ruang patologi

   5. Ruang poli bedah




                                                                              36
3.2.3. Sanitasi Lingkungan Halaman Rumah Sakit

               Sanitasi lingkungan halaman rumah sakit juga sangat penting, hal ini
      dikarenakan penataan halaman yang terdiri dari halaman parkir, taman, dan ruang
      terbuka hijau disamping mempengaruhi aktivitas rumah sakit juga akan
      berpengaruh pada suplai udara bersih serta nilai estetika dan kenyamanan pasien
      serta orang yang berada di rumah sakit.

      a. Halaman rumah sakit

          1. Pagar RSUD dr. Saiful Anwar

                   Pagar lingkungan rumah sakit terdiri dari dua jenis. Untuk pagar yang
             ada di halaman depan rumah sakit menggunakan pagar besi, sedangkan di
             halaman belakang rumah sakit menggunakan pagar yang terbuat dari
             tembok. Pemberian pagar bertujuan supaya orang atau hewan peliharaan
             tidak bebas keluar masuk. Khususnya para pengunjung, karena untuk
             pengunjung yang bertujuan untuk menjenguk ada            jam-jam tertentu.
             Sehingga dengan adanya pagar rumah sakit petugas keamanan bisa
             mengkontrol pengunjung.

                   RSUD dr. Saiful Anwar memiliki jam berkunjung antara jam 16.00-
             18.00 wib. Sehingga diluar jam berkunjung tersebut orang yang akan masuk
             ke lingkungan rumah sakit dengan tujuan menjenguk orang sakit akan
             dilarang oleh security rumah sakit.




                                                                                     37
Gambar 3.16. Pagar halaman belakang rumah sakit

2. Halaman parkir

         Halaman parkir di RSUD dr. Saiful Anwar telah dilengkapi dengan
   rambu-rambu untuk keamanan pengendara, serta dilengkapi juga dengan
   tempat sampah. Hal ini bertujuan agar halaman rumah sakit senantiasa
   bersih.




   Gambar 3.17. Halaman parkir yang dilengkapi dengan tempat sampah



                                                                      38
3. Lingkungan rumah sakit

         Lingkungan di RSUD dr. Saiful Anwar telah dilengkapi dengan
   tempat sampah baik medis maupun non medis dengan ditandainya warna
   tempat sampah. Hijau untuk sampah umum dan kuning untuk sampah medis
   yang tersebar di seluruh lingkungan rumah sakit, dengan harapan petugas
   IPL akan lebih mudah dalam mengelolanya. Di lingkungan rumah sakit juga
   diberi papan peringatan yang berkaitan dengan ketertiban pengunjung.
   Bahkan awal masuk rumah sakit sudah ada peringatan-peringatan bagi
   pengunjung. Seperti contoh dialarang merokok di kawasan rumah sakit. Hal
   ini bertujuan untuk ketertiban dan kenyamanan pengunjung serta pasien
   yang ada di rumah sakit.

         Akses jalan di lingkungan rumah sakit beraspal dan menggunakan
   batako, sehingga saat hujan turun lingkungan rumah sakit tidak becek.




   Gambar 3.18. Selasar RSUD dr. Saiful Anwar dengan papan peringatan




                                                                           39
Gambar 3.19. Jalan beraspal di lingkungan RSUD dr. Saiful Anwar




Gambar 3.20. Tempat sampah umum yang ada di depan perkantoran




                                                                  40
2. Taman atau ruang terbuka hijau rumah sakit

                    Taman/RTH yang berada di RSUD dr. Saiful Anwar selain bertujuan
            untuk suplai udara bersih juga sebagai nilai estetika rumah sakit, sehingga RTH
            rumah sakit secara psikologis bisa mempercepat penyembuhan pasien juga
            menimbulkan kesan dingin dan sejuk berada di dalam rumah sakit.




            Gambar 3.21. Salah satu RTH di lingkungan RSUD dr. Saiful Anwar




3.3. Permasalahan

                Setiap program kerja IPL RSUD dr. Saiful Anwar pasti terdapat
    permasalahan-permasalahan, begitu juga di program kerja penyehatan sanitasi
    bangunan, ruangan, dan halaman.

                Permasalahan ada di dalam sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman antara
    lain:

    1. Kurang sadarnya pengunjung untuk membuang sampah sembarang tempat
        sehingga meskipun tersedia tempat sampah yang sudah tersebar di lingkungan
        rumah sakit masih saja terlihat sampah berserakan di lingkungan RSUD dr. Saiful
        Anwar
                                                                                        41
2. Sampah masih banyak terlihat terselip di antara rumput-rumput taman/RTH RSUD
          dr. Saiful Anwar sehingga mengurangi nilai estetika rumah sakit

       3. Taman/RTH dipakai jalan pintas pejalan kaki, sehingga mengurangi nilai estetika
          taman.

       4. Kamar mandi/toilet umum yang ada di ruang tunggu kondisi kebersihannya masih
          kurang

       5. Saluran air limbah menuju IPAL sering tersumbat oleh pembalut yang dibuang
          oleh pengunjung yang berasal dari kamar mandi.

3.4.   Alternatif Solusi

                   Adanya permasalahan yang terdapat di IPL         RSUD dr. Saiful Anwar,
       khususnya sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman, penyusun mencoba member
       alternatif solusi yang mungkin berguna bagi instansi antara lain:

       1. Memberikan sosialisasi terhadap pengunjung rumah sakit tentang dampak
          membuang sampah sembarangan di lingkungan rumah sakit dalam bentuk poster,
          brosur, artikel, yang tersebar di seluruh lingkungan maupun ruangan rumah sakit

       2. Petugas selalu memotong atau merapikan taman-taman yang sudah mulai tidak
          rapi secara rutin, sehingga pengunjung tidak lagi menyisipkan sampah mereka ke
          dalam tanaman atau rumput yang tinggi

       3. Menanam tanaman lebih banyak lagi dan bervariasai sehingga taman tidak lagi
          dibuat jalan pintas oleh pejalan kaki

       4. Memberikan poster yang memperingatkan pengunjung untuk selalu menjaga
          kebersihan kamar mandi, selain itu juga memberikan sabun serta tempat sampah di
          dalam kamar mandi. Sehingga kebersihan kamar mandi tetap terjaga dan tidak
          menimbulkan bau serta pengunjung maupun pasien tidak lagi membuang sampah
          atau pembalut ke dalam WC


                                                                                            42
3.5. Analisa masalah

                  Permasalahan yang ada di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman,
     penyusun akan membahas permasalahan tersebut dengan disiplin ilmu kesehatan
     lingkungan antara lain:

     1. Masih banyak sampah yang berserakan dimana-mana, sampah disini merupakan
        limbah yang dihasilkan oleh individu akibat aktivitas mereka. Sampah yang
        dihasilkan ini jenisnya sampah umum atau domestik. Rumah sakit menurut
        kepmenkes no 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan, harus
        bersih tidak boleh ada sampah berserakan. Tujuan semua itu adalah upaya untuk
        mengurangi dampak yang ditimbulkan dari sampah tersebut. Karena sampah di
        rumah sakit akan banyak mempengaruhi, antara lain:

        a. Kesembuhan pasien, karena secara psikologi pasien akan dengan cepat sembuh
            kalau suasana rumah sakit sangat nyaman dan bersih.

        b. Sampah menjadi salah satu tempat perindukan bakteri, sehingga apabila sampah
            berserakan akan mempengaruhi infeksi nosokomial ataupun pencemaran silang.

        c. Sampah mempengaruhi nilai estetika bagi lingkungan rumah sakit. Apabila
            dibiarkan nilai estetika berkurang karena sampah maka rumah sakit akan tidak
            lagi menjadi rujukan masyarakat untuk berobat di rumah sakit tersebut.

     2. Banyak sampah yang diselipkan di sela-sela rumput taman rumah sakit yang
        meninggi. Sampah-sampah ini apabila dibiarkan maka akan menjadi tempat
        perindukan bakteri maupun hewan vektor seperti nyamuk. Untuk mengatasi maslah
        ini penyusun mencoba memberi alternatif solusi tentang perawatan dan pemotongan
        rumput secara berkala, karena dengan rumput yang dirawat orang tidak akan
        menyelipkan lagi sampah-sampah mereka kedalam rumput taman. Karena selama
        pengamatan penyusun sampah yang diselipkan di dalam rumput taman adalah di
        rumput yang sudah meninggi. Dengan tidak adanya sampah di taman rumah sakit
        akan menambah nilai estetika rumah sakit.

                                                                                     43
3. Taman masih dipakai jalan pintas oleh pejalan kaki. Taman merupakan nilai
            estetika bagi rumah sakit. Apabila taman ini dipakai jalan pintas oleh pejalan kaki,
            maka selain merusak tanaman tersebut juga merusak nilai estetika dari taman
            tersebut, sehingg penyusun memberikan alternatif solusi dengan menambah koleksi
            tanaman untuk taman rumah sakit. Dengan beragamnya tanaman RTH selain
            menambah nilai estetika, juga menambah suplai udara bersih rumah sakit, serta
            orang tidak lagi membuat taman yang kosong/ kurang kolesi tanamannya sebagai
            jalan pintas, karena sudah tidak ada lagi lahan kosong yang mereka gunakan
            sebagai jalan pintas.

        4. Kamar mandi/ toilet harus senantiasa bersih dan dibersihkan karena dengan
            bersihnya toilet maka akan mengurangi pencemaran silang maupun infeksi
            nosokomial di rumah sakit. Karena kamar mandi yang kotor adalah sumber
            pencemaran silang maupun infeksi nosokomial

        5. Saluran menuju IPAL tersumbat bisa menjadi sumber pencemaran silang maupun
            infeksi nosokomial. Karena saluran ini berisi limbah yang harus segera diolah.
            Apabila tersumbat, otomatis saluran ini akan terhenti. Terhentinya saluran air
            limbah ini akan membuat bakteri dengan mudah berkembang biak di tempat ini.
            Sehingga bisa denagan mudah menjadi sumber pencemaran silang maupun infeksi
            nosokomial.

         Jadi, untuk mengatasi permasalahan yang ada di sanitasi bangunan, ruangan, dan
halaman tidak hanya dibebankan pada petugas IPL, akan tetapi dibutuhkan peran aktif seluruh
elemen rumah sakit, baik petugas, pasien, maupun pengunjung.




                                                                                             44
BAB IV

                                         PENUTUP




5.1 KESIMPULAN

             Instalasi penyehatan lingkungan rumah sakit yang ada di RSUD dr. Saiful Anwar
   sudah merujuk pada Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
   lingkungan. 9 program kerja yang ada di IPL RSUD dr. Saiful Anwar sudah berjalan dengan
   baik, mulai dari prosedur kerja sampai kerja di lapangan.

             Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar semua sudah
  merujuk pada Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan lingkungan rumah sakit.
  Hanya ada sebagian kecil saja yang belum memenuhi, salah satunya adalah kontruksi dinding
  di ruang isolasi bayi yang menurut Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan
  lingkungan rumah sakit, pertemuan dinding dengan lantai harus berbentuk konus tidak
  membentuk sudut, akan tetapi di ruangan isolasi bayi tidak konus atau masih membentuk
  sudut. Dinding harus konus mempunyai tujuan yaitu supaya mudah dibersihkan sehingga
  tidak apabila dibersihkan benar-benar bersih tanpa meninggalkan sedikitpun kotoran, karena
  kotoran adalah media bakteri untuk berkembang biak. Lepas dari itu semua kondisi lapangan
  yang ada di ruang isolasi bayi menurut hasil laboratorium dari sampel sweap dinding, lantai,
  melalui uji MPN, hasilnya adalah untuk bakteri di ruangan tersebut masih dalam batas
  ambang normal. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode sterilisasi dan desinfeksi yang
  dilakukan petugas ruang isolasi bayi sangat baik.

             Meskipun sudah terencana dengan baik dalam pelaksanaan program kerja di
  Instalasi Penyehatan Lingkungan terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman, tidak
  menutup kemungkinan terdapat permasalahan-permasalahan yang menghambat program
  kerja tersebut. Di dalam sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman terdapat beberapa masalah
  tentang habit baik dari pengunjung maupun dari petugas rumah sakit sendiri sehingga
  penyusun memberikan alternatif solusi yang mungkin berguna bagi instansi. Untuk
  mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada sebenarnya tidak hanya dibebankan kepada
                                                                                           45
petugas IPL, akan tetapi semua yang terkait dengan rumah sakit ikut berperan aktif didalam
  mengatasi permasalahan yang ada di IPL terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan
  halaman.

             Dan alternatif   solusi yang diberikan juga berkaitan dengan solusi kesehatan
  lingkungan rumah sakit yang pada intinya adalah upaya untuk membuat sanitasi bangunan,
  ruangan, dan halaman, lebih baik lagi seperti pada ulasan bab III.

5.2 SARAN

             Program-program yang ada di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr.
  Saiful Anwar terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman sudah merujuk pada
  Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Hanya
  ada sebagian kecil yang belum memenuhi. Untuk itu penyusun menyarankan agar ruangan
  yang belum memenuhi persyaratan segera dipenuhi demi meminimallisasi dampak yang
  ditimbulkan. Selain itu, kami sebagai mahasiswa S1 Kesehatan Lingkungan menyarankan
  pada instansi IPL RSUD dr. Saiful Anwar umumnya dan laboratorium IPAL khususnya,
  untuk ruangan laboratorium dipisahkan tersendiri dengan IPAL. Karena suara bising dari
  mesin-mesin IPAL bisa mengganggu konsentrasi dalam pengujian sampel, selain itu seperti
  yang telah kita ketahui bersama adalah efek kronis kebisingan dari suara mesin yang ada di
  IPAL bisa menyebabkan ketulian.




                                                                                         46
DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. laporan Tahunan IPL. Malang: IPL RSUD dr. Saiful Anwar
Arifin,   Munif.     2010.      Dasar      Kesehatan       Lingkungan     Rumah       Sakit.
          inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/04/seri-kesehatan-lingkungan-rmuah-sakit.html
          (sitasi tanggal 16 Maret 2012 pukul 10.30 wib)
Karbi, 2007. Pengantar Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Malang: STIKES         WIDYAGAMA
          HUSADA
Kepmenkes,1204.     2004.    Persyaratan      Kesehatan     Lingkungan     Rumah      Sakit.
          www.jasamediavest.com/files/permenkes_1204-2004-persyaratan_kes_rs_pdf (sitasi
          tanggal 16 Maret 2012 pukul 10.30 wib)
Nasibu, Edwin. 2011. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Malang: STIKES
          WIDYAGAMA HUSADA
Rudiyanto, 2012. Laporan PKL Analisa limbah cair di Instalasi Pengolahan Air Limbah.
          Malang: UIN MAULANA MALIK IBRAHIM
Zainurita, 2010. Evaluasi Terhadap Sanitasi Ruang Perawatan Rumah Sakit Yasmin
          Banyuwangi. Surabaya: FKM Universitas Airlangga




                                                                                         47
LAMPIRAN-LAMPIRAN




         Lampiran 1. Orientasi dengan pembimbing lapangan




         Lampiran 2. Insenerator IPL RSUD dr. Saiful Anwar




                                                             48
Lampiran 3. TPS RSUD dr. Saiful Anwar




Lampiran 4. Abu insenerator yang selanjutnya digiling hingga menjadi pasir.




                                                                              49
Lampiran 5. Pengambilan sampel di IPAL




Lampiran 6. Pengecekan APAR




                                         50
Lampiran 7. Pemasangan racun tikus di gedung pavilyun




 Lampiran 8. Kegiatan Laboratorium




                                                        51

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Anjas Asmara, S.Si
 
Manajemen sanitasi-rumah-sakit-pertemuan-1.
Manajemen sanitasi-rumah-sakit-pertemuan-1.Manajemen sanitasi-rumah-sakit-pertemuan-1.
Manajemen sanitasi-rumah-sakit-pertemuan-1.Fidyah Mawadda Nur
 
form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiSyaiful Bahri
 
Kesehatan lingkungan pemukiman
Kesehatan lingkungan pemukimanKesehatan lingkungan pemukiman
Kesehatan lingkungan pemukimandwidiah
 
Penyuluhan etika batuk erizal azmi
Penyuluhan etika batuk   erizal azmiPenyuluhan etika batuk   erizal azmi
Penyuluhan etika batuk erizal azmiWahyudi Aprillian
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docxSANTOSA15
 
Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)
Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)
Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)Tini Wartini
 
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)infosanitasi
 
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Oswar Mungkasa
 
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...Muhamad Imam Khairy
 
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmedis
Sop   cara penanganan limbah   sampah medis dan nonmedisSop   cara penanganan limbah   sampah medis dan nonmedis
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmediswulan dari
 
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...infosanitasi
 
5.5.2.a Data supervisi atau hasil audit Program PPI.docx
5.5.2.a Data supervisi atau hasil audit Program PPI.docx5.5.2.a Data supervisi atau hasil audit Program PPI.docx
5.5.2.a Data supervisi atau hasil audit Program PPI.docxCristy665562
 
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Oswar Mungkasa
 
Ukuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologiUkuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologiIrfrans D' Rayyan
 

Was ist angesagt? (20)

Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
 
Manajemen sanitasi-rumah-sakit-pertemuan-1.
Manajemen sanitasi-rumah-sakit-pertemuan-1.Manajemen sanitasi-rumah-sakit-pertemuan-1.
Manajemen sanitasi-rumah-sakit-pertemuan-1.
 
form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasii
 
Kesehatan lingkungan pemukiman
Kesehatan lingkungan pemukimanKesehatan lingkungan pemukiman
Kesehatan lingkungan pemukiman
 
Penyuluhan etika batuk erizal azmi
Penyuluhan etika batuk   erizal azmiPenyuluhan etika batuk   erizal azmi
Penyuluhan etika batuk erizal azmi
 
sanitasi salon
sanitasi  salonsanitasi  salon
sanitasi salon
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
 
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
 
Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)
Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)
Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)
 
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
 
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
 
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
 
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmedis
Sop   cara penanganan limbah   sampah medis dan nonmedisSop   cara penanganan limbah   sampah medis dan nonmedis
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmedis
 
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
 
KONSEP K3 RS
KONSEP K3 RSKONSEP K3 RS
KONSEP K3 RS
 
ICRA.doc
ICRA.docICRA.doc
ICRA.doc
 
5.5.2.a Data supervisi atau hasil audit Program PPI.docx
5.5.2.a Data supervisi atau hasil audit Program PPI.docx5.5.2.a Data supervisi atau hasil audit Program PPI.docx
5.5.2.a Data supervisi atau hasil audit Program PPI.docx
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasi...
 
Ukuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologiUkuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologi
 

Andere mochten auch

Kepmenkes 1204 persyaratan
Kepmenkes 1204 persyaratan Kepmenkes 1204 persyaratan
Kepmenkes 1204 persyaratan Heri Permana
 
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsPermenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsErikoRiko
 
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedungPedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedunginfosanitasi
 
PERMENDIKNAS NO 24 TH 2006
PERMENDIKNAS NO 24 TH 2006PERMENDIKNAS NO 24 TH 2006
PERMENDIKNAS NO 24 TH 2006arvinefriani
 
Bahan 1 pedoman sanitasi rumah sakit di indonesia
Bahan 1 pedoman sanitasi rumah sakit di indonesiaBahan 1 pedoman sanitasi rumah sakit di indonesia
Bahan 1 pedoman sanitasi rumah sakit di indonesiaHarry
 
Sanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumSanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumsanggede
 
Isi makalah LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
Isi makalah LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”Isi makalah LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
Isi makalah LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”Febsi Meri
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...infosanitasi
 
3. permendiknas no. 24 2006 dan no. 6 tahun 2007 (pelaksanaan 22,23)
3. permendiknas no. 24 2006 dan no. 6 tahun 2007 (pelaksanaan 22,23) 3. permendiknas no. 24 2006 dan no. 6 tahun 2007 (pelaksanaan 22,23)
3. permendiknas no. 24 2006 dan no. 6 tahun 2007 (pelaksanaan 22,23) MA'ARIF NU CILACAP
 
Sanitasi bandara
Sanitasi bandaraSanitasi bandara
Sanitasi bandaraSiti Aisyah
 
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum SingarajaMakalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum SingarajaLaksmi_Perwira
 
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014Pedoman Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014infosanitasi
 
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swastaKmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swastafahrur1922
 
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Joy Irman
 
Laporan pasca pelatihan PONEK
Laporan pasca pelatihan PONEKLaporan pasca pelatihan PONEK
Laporan pasca pelatihan PONEKNita sari
 
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah SakitTeknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah SakitAnggi Nurbana Wahyudi
 
Analisa SWOT Rawat Jalan RS Permata Bekasi 2011
Analisa SWOT Rawat Jalan RS Permata Bekasi 2011Analisa SWOT Rawat Jalan RS Permata Bekasi 2011
Analisa SWOT Rawat Jalan RS Permata Bekasi 2011EARLY SUSAN
 
Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta
Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakartaLaporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta
Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakartalapalutu
 

Andere mochten auch (20)

Kepmenkes 1204 persyaratan
Kepmenkes 1204 persyaratan Kepmenkes 1204 persyaratan
Kepmenkes 1204 persyaratan
 
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsPermenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
 
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedungPedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
 
PERMENDIKNAS NO 24 TH 2006
PERMENDIKNAS NO 24 TH 2006PERMENDIKNAS NO 24 TH 2006
PERMENDIKNAS NO 24 TH 2006
 
Bahan 1 pedoman sanitasi rumah sakit di indonesia
Bahan 1 pedoman sanitasi rumah sakit di indonesiaBahan 1 pedoman sanitasi rumah sakit di indonesia
Bahan 1 pedoman sanitasi rumah sakit di indonesia
 
Sanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumSanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umum
 
Isi makalah LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
Isi makalah LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”Isi makalah LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
Isi makalah LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN DI INDUSTRI “COCO NONO”
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
 
modul rs
modul rsmodul rs
modul rs
 
Makalah pmm margono
Makalah pmm margonoMakalah pmm margono
Makalah pmm margono
 
3. permendiknas no. 24 2006 dan no. 6 tahun 2007 (pelaksanaan 22,23)
3. permendiknas no. 24 2006 dan no. 6 tahun 2007 (pelaksanaan 22,23) 3. permendiknas no. 24 2006 dan no. 6 tahun 2007 (pelaksanaan 22,23)
3. permendiknas no. 24 2006 dan no. 6 tahun 2007 (pelaksanaan 22,23)
 
Sanitasi bandara
Sanitasi bandaraSanitasi bandara
Sanitasi bandara
 
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum SingarajaMakalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
 
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014Pedoman Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014
Pedoman Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 2014
 
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swastaKmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
 
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tahapan Pelaksanaan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
 
Laporan pasca pelatihan PONEK
Laporan pasca pelatihan PONEKLaporan pasca pelatihan PONEK
Laporan pasca pelatihan PONEK
 
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah SakitTeknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
 
Analisa SWOT Rawat Jalan RS Permata Bekasi 2011
Analisa SWOT Rawat Jalan RS Permata Bekasi 2011Analisa SWOT Rawat Jalan RS Permata Bekasi 2011
Analisa SWOT Rawat Jalan RS Permata Bekasi 2011
 
Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta
Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakartaLaporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta
Laporan observasi lab bengkel smk mikael dan smkn 6 yogyakarta
 

Ähnlich wie Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes widyagama husada malang

K3LH presentasion (yuliana)
K3LH presentasion (yuliana)K3LH presentasion (yuliana)
K3LH presentasion (yuliana)Yuliana
 
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganKesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganLidiaSaphira
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksanaHafiz Duallist
 
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docxMAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docxDiorayBeslyMalik1
 
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkunganProspek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkunganAyuw Damayanti
 
K3- Ruang Lingkup Pelaksanaan K3 dalam Keperawatan (3).pdf
K3- Ruang Lingkup Pelaksanaan K3 dalam Keperawatan (3).pdfK3- Ruang Lingkup Pelaksanaan K3 dalam Keperawatan (3).pdf
K3- Ruang Lingkup Pelaksanaan K3 dalam Keperawatan (3).pdfnanangprasetyo12
 
Panduan kesehatan-dan-keselamatan-kerja-rumah-sakit-k3rs
Panduan kesehatan-dan-keselamatan-kerja-rumah-sakit-k3rsPanduan kesehatan-dan-keselamatan-kerja-rumah-sakit-k3rs
Panduan kesehatan-dan-keselamatan-kerja-rumah-sakit-k3rsIrmaRizkyUtami
 
Prinsip dasar kesehatan lingkungan2
Prinsip dasar kesehatan lingkungan2Prinsip dasar kesehatan lingkungan2
Prinsip dasar kesehatan lingkungan2sanggede
 
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKITDAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKITriri_hermana
 
0_Food_Handling_Pengantar_Hygiene_Sanita.pptx
0_Food_Handling_Pengantar_Hygiene_Sanita.pptx0_Food_Handling_Pengantar_Hygiene_Sanita.pptx
0_Food_Handling_Pengantar_Hygiene_Sanita.pptxdocfrd
 

Ähnlich wie Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes widyagama husada malang (20)

Rumah sakit
Rumah sakitRumah sakit
Rumah sakit
 
Sanitasi tempat
Sanitasi tempatSanitasi tempat
Sanitasi tempat
 
K3LH presentasion (yuliana)
K3LH presentasion (yuliana)K3LH presentasion (yuliana)
K3LH presentasion (yuliana)
 
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganKesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
 
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docxMAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
 
Program kesling 28042021
Program kesling 28042021Program kesling 28042021
Program kesling 28042021
 
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkunganProspek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
 
K3- Ruang Lingkup Pelaksanaan K3 dalam Keperawatan (3).pdf
K3- Ruang Lingkup Pelaksanaan K3 dalam Keperawatan (3).pdfK3- Ruang Lingkup Pelaksanaan K3 dalam Keperawatan (3).pdf
K3- Ruang Lingkup Pelaksanaan K3 dalam Keperawatan (3).pdf
 
Panduan kesehatan-dan-keselamatan-kerja-rumah-sakit-k3rs
Panduan kesehatan-dan-keselamatan-kerja-rumah-sakit-k3rsPanduan kesehatan-dan-keselamatan-kerja-rumah-sakit-k3rs
Panduan kesehatan-dan-keselamatan-kerja-rumah-sakit-k3rs
 
Karim klompok
Karim klompokKarim klompok
Karim klompok
 
Prinsip dasar kesehatan lingkungan2
Prinsip dasar kesehatan lingkungan2Prinsip dasar kesehatan lingkungan2
Prinsip dasar kesehatan lingkungan2
 
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKITDAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
 
Program kesling (1)
Program kesling (1)Program kesling (1)
Program kesling (1)
 
Program kesling
Program kesling Program kesling
Program kesling
 
Makalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkunganMakalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkungan
 
4292.pdf
4292.pdf4292.pdf
4292.pdf
 
Keperawatan komunitas 1
Keperawatan komunitas 1Keperawatan komunitas 1
Keperawatan komunitas 1
 
0_Food_Handling_Pengantar_Hygiene_Sanita.pptx
0_Food_Handling_Pengantar_Hygiene_Sanita.pptx0_Food_Handling_Pengantar_Hygiene_Sanita.pptx
0_Food_Handling_Pengantar_Hygiene_Sanita.pptx
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 

Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes widyagama husada malang

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan instansi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari kegiatan rumah sakit adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatif dari kegiatan rumah sakit antara lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan yang perlu perhatian khusus. (Rudiyanto, 2012) Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dengan berkumpulnya orang sakit dan sehat tersebut memunculkan resiko yang dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Menurut Kepmenkes 1204, 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit Teori HM Bloom menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu unsur penting di dalam kehidupan diantara host dan agent penyakit, dalam hal ini lingkungan sebagai instrumen penyeimbang kehidupan, apabila kualitas lingkungan menurun, maka agent penyakit akan naik dan derajat kesehatan masyarakat akan turun. Penyehatan lingkungan rumah sakit merupakan kegiatan penunjang yang cukup vital dalam kegiatan pelayanan rumah sakit. Pedoman Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, terdapat beberapa pokok pengelolahan sanitasi kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan limbah cair, pengelolaan sampah, pengelolaan sampah medis, pengelolaan makanan, pengelolaan linen, sanitasi ruangan dan peralatan, serta pengendalian serangga dan tikus. Semua kegiatan sanitasi di lingkungan rumah sakit berada di bawah program kerja Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL). Instalasi penyehatan lingkungan sebagai unit kerja RSUD Dr. Saiful Anwar Malang mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan manajemen 1
  • 2. penyehatan lingkungan rumah sakit. Kegiatan manajemen tersebut dilakukan dengan program-program yang mengacu pada peraturan dan pedoman yang berlaku dengan tujuan utama peningkatan mutu pengelolaan dan pemantauan lingkungan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Salah satu program instalasi penyehatan lingkungan rumah sakit adalah sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman. Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. (Fahmi, 2009) WHO dan kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menyatakan bahwa Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman rumah sakit adalah suatu usaha untuk mengawasi berbagai faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap manusia, terutama terhadap hal-hal yang yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup semua ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit. Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman terdapat berbagai macam persyaratan yang harus dipenuhi untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan oleh konstruksi bangunan, ruangan, dan halaman tersebut. Ruangan rumah sakit terbagi berbagai zona resiko. Diantaranya zona resiko rendah, resiko sedang, resiko tinggi, dan resiko sangat tinggi. Diantara zona-zona tersebut persyaratannya tidak sama. Yang mana antara zona rendah dan zona yang lainnya ada perbedaan persyaratan yang harus dipenuhi, baik fisik maupun mutu. 2
  • 3. Salah satu contoh adalah ruangan di resiko sangat tinggi dindingnya harus mudah dibersihkan, tidak boleh ada sudut, dinding pertemuan harus konus. Persyaratan ini mutlak harus dipenuhi. Apabila persyaratan ini tidak dipenuhi maka dampak yang ditimbulkan akan sangat besar baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan ataupun orang yang ada di rumah sakit tersebut. Oleh karena itu diperlukan upaya penyehatan lingkungan rumah sakit khususnya sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari dampak kegiatan rumah sakit tersebut. 3
  • 4. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana kegiatan lapangan di IPL RSUD dr. Saiful Anwar? 2. Bagaimana sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr Saiful Anwar Malang sudah sesuai dengan kepmenkes 1204/MENKES/SK/IX/2004 ? 3. Apa saja masalah-masalah yang terdapat dalam program sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang? 4. Bagaimana solusi alternatif untuk memecahkan masalah yang ada di program sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang? 1.3 TUJUAN 1.3.1. Tujuan umum Memperoleh ketrampilan, penyesuaian, pengetahuan, dan sikap serta mendeskripsikan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD Saiful Anwar Malang 1.3.2. Tujuan khusus 1. Menggambarkan kegiatan lapangan di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr. Saiful Anwar 2. Mengetahui apakah sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD Saiful Anwar sudah sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit 3. Mengidentifikasi masalah-masalah dalam program sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang 4. Menganalisis solusi alternatif tentang pemecahan masalah yang ada di program sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar 4
  • 5. 1.4. MANFAAT 1.4.1. Bagi Mahasiswa Memperoleh wawasan, pemahaman, dan penghayatan serta pengalaman lapangan ruang lingkup Instalasi Penyehatan Lingkungan di RSUD dr Saiful Anwar Malang terutama di bidang sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman. 1.4.2. Bagi Program Studi 1. Mendapatkan masukan tentang perkembangan di bidang keilmuan dan teknologi yang diterapkan dalam praktik kerja di instansi tersebut 2. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan instansi dalam upaya memberikan bekal mahasiswa untuk mengetahui dunia kerja 1.4.3. Bagi Instansi atau RSUD dr. Saiful Anwar Malang 1. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi dan penetapan kebijakan di IPL RSSA khususnya sanitasi bangunan, ruang, dan halaman. Dalam pelaksanaan program di wilayah kerja Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr. Saiful Anwar Malang. 5
  • 6. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut World Health Organization (WHO), yaitu : 1. Penyediaan air minum 2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran 3. Pembuangan sampah padat 4. Pengendalian vektor 5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6. Higiene makanan, termasuk higiene susu 7. Pengendalian pencemaran udara 8. Pengendalian radiasi 9. Kesehatan kerja 10. Pengendalian kebisingan 11. Perumahan dan pemukiman 12. Aspek kesling dan transportasi udara 13. Perencanaan daerah dan perkotaan 14. Pencegahan kecelakaan 15. Rekreasi umum dan pariwisata 6
  • 7. 16. Tindakan sanitasi dihubungkan dengan epidemi, darurat, bencana, daerah urban dan transmigrasi. 17. Tindakan pencegaan 2.2. Sanitasi Tempat-Tempat Umum Menurut WHO Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi berbagai faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap manusia, terutama terhadap hal-hal yang yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup. Sanitasi lebih menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengarui derajat kesehatan manusia dengan mengutamakan usaha pencegahan sehingga dapat menghindari munculnya penyakit. (Azwar, 1990) Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk melakukan kegiatan secara insidentil maupun terus menerus, secara membayar maupun tidak membayar.(Soeparlan, 1989) Jadi sanitasi tempat-tempat umum bisa diartikan sebagai usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh dan untuk umum terutama terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya / menularnya suatu penyakit. (Karbi, 2007) 2.2.1. Jenis tempat-tempat umum antara lain : (Karbi, 2007) 1. Yang berhubungan dengan sarana pariwisata : a. Penginapan/losmen b. Kolam renang c. Bioskop d. Tempat hiburan e. Tempat rekreasi f. Bilyard g. Tempat bersejarah 7
  • 8. 2. Yang berhubungan dengan sarana perhubungan : a. Terminal angkutan darat b. Terminal angkutan sungai 3. Yang berhubungan dengan sarana komersial a. Pemangkas rambut b. Salon kecantikan c. Pasar-pasar d. Apotik e. Toko obat perbelanjaan 4. Yang berhubungan dengan sarana sosial : a. Tempat-tempat ibadah b. Rumah sakit c. Klinik bersalin d. Sekolah-sekolah/asrama e. Panti asuhan 5. Kantor-kantor pemerintahan dan swasta termasuk bank-bank pemerintah dan swasta 2.2.2. Secara umum sanitasi tempat umum dapat dilihat dari : 1. Kualitas bangunan a. Bahan bangunan dan konstruksinya bisa menentukan apakah bangunan tersebut mudah rusak, terbakar, lembab, panas, sebagai sarang serangga pembawa penyakit, bising, kecelakaan, kebakaran, penyakit ISPA, penyakit bawaan vektor. b. Denah bangunan dan kecukupan ruang sesuai dengan fungsinya. 8
  • 9. 2. Persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan a. Bersih, kuat, mencegah sebagai tempat serangga dan binatang mengerat tata ruang sesui dengan fungsinya b. Kontruksi : 1. Lantai kuat, kedap air, rata, tidak licin, mudah dibersihkan, lantai kontak air kemiringan 2-3%. 2. Dinding rata, mudah dibersihkan 3. Ventilasi : menjamin peredaran udara dalam ruang denga baik, atau bisa diberi ventilasi mekanis 4. Atap tidak bocor, tidak menjadi genagan air 5. Langit-langit tinggi minimal 2,5 m, mudah dibersihkan. 6. Pintu dapat mencegah masuknya serangga dan tikus. 7. Pencahayaan ruangan sesuai dengan aktifitas 3. Persyaratan kesehatan ruang/ kamar Bersih, tersedia tempat sampah, bebas dari serangga dan tikus, udara tidak berbau (terutama H2S dan Amoniak), tidak berasap, kadar debu kurang dari 0,26 mg/m3, suhu 18-28 C, kelembaban 40% – 70 %, Tingkat kebisingan sesuai dengan fungsi ruangan. 4. Persyaratan kesehatan fasilitas sanitasi a. Penyediaan air bersih kualitas dan kuantitas memenuhi syarat, selalu tersedia pada setiap kegiatan secara berkesinanbungan, sistem perpiupaan dan mempunyai tekanan positif. b. Pembuangan air limbah sistem tertutup, kedap air, lancar dan diolah. c. Tempat sampah kuat, ringan, tahan karat, tahan air, mudah dibuka dan ditutup, sampah setiap hari dibuang, ada tempat pengumpul sampah 5. Ada peralatan yang mencegah masuknya serangga dan tikus. 9
  • 10. 2.3. Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan rumah sakit Persyaratan yang harus dipenuhi oleh instalasi penyehatan bangunan, ruangan, dan halaman, antara lain: 1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas, dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas. b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir. c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya. d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan h. instalasi pengolahan limbah. i. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah. j. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya 10
  • 11. 2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit a. Lantai, dengan persyaratan sebagai berikut: 1. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan. 2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah 3. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan b. Dinding c. Ventilasi 1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik. 2. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai 3. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis. 4. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan ruangan. d. Atap 1. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. 2. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir. e. Langit-langit 1. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. 2. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai. 3. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap. f. Konstruksi Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes. 11
  • 12. g. Pintu Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. h. Jaringan Instalasi 1. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan. 2. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum. i. Lalu Lintas Antar Ruangan 1. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi 2. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati. 3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar. j. Fasilitas Pemadam Kebakaran Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku 12
  • 13. 3. Ruang Bangunan a. Zona dengan Risiko Rendah Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan. Dengan persyaratan sebagai berikut: 1. Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang 2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. 3. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. 5. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin 6. adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster) . 7. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. b. Zona dengan Risiko Sedang Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah. c. Zona dengan Risiko Tinggi Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut: 13
  • 14. 1. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang. a. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang. b. Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette. 2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus 3. Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lanti. 5. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 2. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup. 3. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang. 14
  • 15. 4. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit- langit 5. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai 6. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System 7. Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara. 8. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup. 9. Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit. 10. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. 4. Kualitas Udara Ruang a. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak) b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/m3, dan tidak mengandung debu asbes. 5. Tata Laksana a. Pemeliharaan Ruang Bangunan 1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari. 2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/merapi-kan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan. 3. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari. 15
  • 16. 4. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat. 5. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri. 2. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) 3. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik. b. Pencahayaan 1. Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya. 2. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan. c. Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik. c. Penghawaan (Ventilasi) dan Pengaturan Udara 1. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus harus mendapat perhatian yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk rumah sakit yang menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan cooling tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur. a. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan exhaustfan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi. b. Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik, 16
  • 17. 2. Frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan 12 kali. a. Pengambilan supplai udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau perlengkapan pembakaran. b. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap. 3. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan. 4. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya ddisediakan 2 (dua) buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai. 5. Suplai udara di atas lantai. 6. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang. 7. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilenglengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri) dipasang 90 %. Untuk mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari khusus central air conditioning system. 8. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak 9. terhalang. 10. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air conditioner) 11. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20 meter dari langit-langit. 12. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin 17
  • 18. glikol), atau disaring dengan elektron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet. 13. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu, dan gas). d. Penghawaan (Ventilasi) dan Pengaturan Udara 1. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan. 2. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara : a. Pada sumber bising di rumah sakit peredaman. Penyekatan, pemindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising. b. Pada sumber bising dari luar rumah sakit : penyekatan/penyerapan bising dengan penanaman pohon (freen belt), meninggikan tembok, dan meninggikan tanah (bukit buatan). e. Fasilitas Penyediaan Air Minum dan Air Bersih 1. Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan. 2. Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat tidur/hari 3. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan. 4. Distribusi air minum dan air bersih disetiap ruangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. 5. Persyaratan penyehatan air termasuk kualitas air minum dan kualitas air bersih f. Penyehatan Air. 1. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih. b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. 18
  • 19. c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci tangan)tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus tersedia kamar mandi. d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (water seal). e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya. f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar. g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanit, unit rawat inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung. h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 – 30 pengunjung pria. i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan. j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. k. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi 19
  • 20. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan tanggal 13 Februari sampai 10 Maret 2012 di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Di IPL terdapat beberpa program, sehingga dari 14 orang dibagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4 dan 3 orang di dalam kelompok tersebut yang masing-masing terdapat pembimbing. Di dalam pelaksanaan PKL sehari-hari dirolling sesuai dengan program kerja pembimbing yang mana 1 pembimbing lapangan mendampingi PKL selama 3 hari sesuai dengan program kerja pembimbing tersebut. 3.2 Sanitasi Bangunan, Ruangan, dan Halaman Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka kepuasan pasien adalah hal yang paling diutamakan, sehingga harus meningkatkan kualitas pelayanan baik medis maupun non medis, termasuk didalamnya fasilitas sanitasi sebagai penunjang pelayanan yang ada. Berikut ini data RSUD Saiful Anwar yang berhubungan dengan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman sebagai penunjan pelayanan kesehatan yang tercantum di dalam tabel 3.1 20
  • 21. Tabel 3.1. Rincian sanitasi bangunan, ruangan dan halaman RSUD dr. Saiful Anwar No Jenis Jumlah satuan 1 Luas lahan 84.106,60 m2 2 Luas bangunan lantai I 54.718,38 m2 3 Luas seluruh bangunan 76.689,98 m2 4 Jumlah ruangan/ bangunan 86 buah 5 Jumlah KM / WC 278 buah 6 Jumlah westafel 404 buah 7 Luas selasar 15.106,16 m2 8 Luas saluran air/ got/ pagar 1.813,11 m2 9 Luas halaman, jalan aspal dan tempat 18.610,15 m2 parkir 10 Luas taman 8.964,96 m2 3.2.1. Sanitasi Kontruksi Bangunan dan Ruangan a. Lantai Kontruksi lantai di RSSA terbuat dari keramik, mudah dibersihkan, di zona resiko rendah dan resiko sedang, diantara dinding dan lantai pertemuananya membentuk sudut, sedangkan di zona resiko tinggi dan resiko sangat tinggi pertemuan antara lantai dengan dinding tidak membentuk sudut (konus). 21
  • 22. Lantai RSUD Saiful Anwar terdapat gambar yang menuntun kita ke pintu darurat (keluar) apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran ataupun gempa bumi. Gambar 3.1 Kontruksi lantai b. Dinding Gambar 3.2 Kontruksi dinding 22
  • 23. Kontruksi dinding di RSSA terbuat dari batu bata dengan cat yang cerah, dan di zona resiko tinggi dan sangat tinggi dinding ruangannya terbuat dari keramik atau batu bata dengan dicat minyak bertujuan supaya mudah dibersihkan c. Ventilasi Ventilasi di ruang-ruang RSSA dibuat menurut zona resiko yang mana bisa terdiri dari ventilasi alamiah, ventilasi buatan, ataupun keduanya. Ventilasi alamiah terdapat di ruang-ruang dengan zona resiko rendah. Di zona sedang bisa memakai keduanya baik ventilasi alami maupun buatan. Dan untuk ventilasi buatan terdapat di ruangan zona tinggi dan sangat tinggi. Ventilasi ruangan-ruangan di RSSA juga menggunakan cross ventilation, dan masing-masing ventilasi terdiri dari ventilasi insidental dan ventilasi permanen. Gambar 3.3. Kontruksi ventilasi 23
  • 24. d. Atap Atap gedung RSSA terbuat dari genteng dan ada juga yang terbuat dari beton, yang dilengkapi dengan penagkal petir Gambar 3.4. Kontruksi atap genteng Gambar 3.5. Kontruksi atap beton 24
  • 25. e. Langit-langit Langit-langit ada yang terbuat dari asbes, juga ada yang terbuat dari beton dengan cat rata-rata warna putih, permukaan rata tidak berlobang, sehingga mudah dibersihkan. Gambar 3.6. Kontruksi langit-langit f. Pintu Gambar 3.7. Kontruksi pintu 25
  • 26. Pintu yang ada di RSSA ada yang terbuat dari kayu dan dari kaca. Di pintu masuk RSSA pintu membuka kedalam, sedangkan di pintu keluar pintu dan pintu darurat membuka keluar. Dan lebar pintu minimal 1,5 meter g. Lalu lintas antar ruangan (selasar) Selasar utama di RSSA dari IRNA 1-4 luas selasar 4 meter, dan untuk selasar menuju ruang-ruang perawatan lebarnya 3 meter. Dengan tujuan agar lalu lintas karyawan, pasien, maupun barang di dalam rumah sakit lancar. Gambar 3.8. Kontruksi selasar h. Fasilitas pemadam kebakaran Dimasing-masing gedung dan ruangan ada APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang setiap bulan di kontrol oleh petugas IPL dan apabila sudah kedualuarsa akan ditukar kembali ke CV APAR tersebut. 26
  • 27. Gambar 3.9. APAR RSUD dr. Saiful Anwar i. Jaringan instalasi Jaringan instalasi di RSUD Saiful anwar sudah tertata dengan baik, ditanam di bawah tanah. Jalur instalasi air maupun limbah sudah terpisahkan. Di jalur air limbah sendiri sebelum menuju IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) juga dipisahkan antara pipa air limbah dari dapur, pipa air limbah dari kamar pasien, dan pipa air limbah dari laundry. Sebelum semuanya mengalir ke saluran pipa yang menuju IPAL terlebih dahulu ditampung di dalam bak Pre Treatment Basin (PTB) yang berfungsi untuk memperingan kerja dari IPAL. Di setiap pipa yang dialiri oleh air limbah terpasang bak control yang fungsinya sebagai control terhadap saluran, apabila tersumbat maka akan cepat untuk dilakukan penanganan. Sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi silang sangat kecil. 27
  • 28. Gambar 3.10. Bak Pre Treatment Basin (PTB) Gambar 3.11. Bak kontrol 28
  • 29. j. Pencahayaan Pencahayaan di masing-masing ruangan RSUD Saiful Anwar menggunakan lampu listrik dengan saklar lampu ditaruh di dekat pintu dan intensitas cahaya diatur berdasarkan jenis ruangan yang ada. Untuk ruangan pelatihan akan tidak sama dengan ruangan operasi. Dan untuk mengkontrol intensitas cahaya yang ada di masing-masing ruangan dilakukan kontrol setiap 6 bulan sekali menggunakan lux meter. Hal ini bertujuan supaya cahaya yang ada masih tetap ada pada batas yang dianjurkan sesuai dengan kepmenkes 1204 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit Gambar 3.12. Pencahayaan di ruang pelatihan 29
  • 30. k. Penghawaan Penghawaan di ruang dengan resiko tinggi dan sangat tinggi sangat penting. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi bakteri maupun . Penghawaan ini bisa memakai exhauster yang diletakkan 2 meter diatas lantai tepatnya diatas jendela. Selain menggunakan exhaust fan juga bisa menggunakan AC dan lampu tambahan. Di zona resiko tinggi yang penulis datangi lebih tepanya di ruangan isolasi bayi, penghawaannya menggunakan exhauster dan lampu tambahan. Gambar 3.13. Penghawaan di ruang isolasi bayi 30
  • 31. l. Penyehatan air bersih Penyehatan air bersih yang ada di RSUD Saiful anwar adalah dengan selalu mengkontrol sisa chlor agar selalu standar. Untuk mengontrol sisa chlor petugas selalu mengecek di ruangan klorinasi setiap pagi dan sore. Di ruang klorinasi ini terdapat alat digital yang berfungsi sebagai alat klorinasi secara otomatis, dari kaleng yang sudah berisi air dan chlor, melalui alat ini secara otomatis dialirkan ke tendon air. Untuk memastikan alat klorinasi otomatis tersebut fungsi yang kita harapkan maka kita harus cek sisa chlor nya secara manual. Apabila alat tersebut tidak sama dengan uji chlor secara manual, maka alat klorinasi tersebut harus dikalibrasi. Sehingga alat klorinasi bekerja sesuai yang kita harapkan Gambar 3.14. Mengisi air sebagai pengenceran bahan chlor 31
  • 32. m. Fasilitas toilet dan kamar mandi Toilet/kamar mandi yang ada di RSUD Saiful Anwar terdapat 278 buah yang tersebar di seluruh bangunan rumah sakit. Untuk keluarga pasien terletak di dekat ruang tunggu pasien. Di perkantoran terdapat di masing2 bagian ruangan. Kamar pasien setiap 2 ruangan yang terdiri dari 4 pasien terdapat 1 kamar mandi. Dan untuk setiap poli terdapat 1 wastafel. Untuk membersihkan kamar mandi in memakai jasa pihak ketiga, pekerja outsourcing. Kondisi toilet yang ada di RSUD Saiful Anwar yang terletak di ruang tunggu pasien kurang terawat. Untuk di perkantoran dan ruang pasien sudah terawatt dengan baik. Gambar 3.15. Toilet/kamar mandi karyawan yang terawat dengan baik 32
  • 33. 3.1.2. Sanitasi Ruang bangunan Pembagian zona-zona menurut resiko adalah bertujuan untuk meminimalisai infeksi nosokomial. Berikut adalah pembagian zona-zona ruangan yang ada di RSSA antara lain: a. Zona resiko rendah Zona resiko rendah adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang di dalam kegiatannya tidak beresiko terhadap adanya pencemaran silang ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruang perkantoran yang tidak berhubungan langsung dengan pasien rumah sakit. Ruangan yang termasuk di dalam zona resiko rendah adalah: 1. Ruang administrasi dan pertemuan 2. Koridor 3. Ruang komputer 4. Ruang perpustakaan 5. Ruang resepsionis/loket 6. Ruang lobby 7. Ruang pendidikan/pelatihan 8. Ruang arsip, rekam medik 33
  • 34. b. Zona resiko sedang Zona resiko sedang adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang di dalam kegiatannya tidak terlalu beresiko terhadap adanya pencemaran silang ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak langsung dengan barang yang berhubungan dengan pelayanan pasien baik medis maupun non medis. Ruangan yang termasuk di dalam zona resiko sedang adalah: 1. Sterlilisasi 2. Dapur 3. Ruang pasien 4. Ruang tunggu pasien 5. Ruang ganti pakaian 6. Lift/tangga 7. Ruang rehabilitasi medis 8. Ruang bengkel 9. Ruang IPAL 10. Kantin/food center c. Zona resiko tinggi Zona resiko tinggi adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang di dalam kegiatannya beresiko terhadap adanya pencemaran silang ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak langsung dengan pasien rumah sakit. Ruangan yang termasuk di dalam zona resiko tinggi adalah: 34
  • 35. 1. Pemulihan, perawatan 2. Observasi bayi 3. Perawatan bayi 4. Perawatan premature 5. ICU 6. Jenazah/autopsy 7. Penginderaan medis 8. Laboratorium 9. Radiologi 10. Ruang luka bakar 11. Endoscopy 12. Ruang cuci/laundry 13. Ruang isolasi 14. Ruang khusus penyakit tetanus 15. Ruang bank darah 16. ICCU 17. Ruang hemodialisa 35
  • 36. d. Zona resiko sangat tinggi Zona resiko sangat tinggi adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang di dalam kegiatannya sangat beresiko terhadap adanya pencemaran silang ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak langsung dengan pasien rumah sakit dan sangat rentan terjadi adanya infeksi. Sehingga perlu dilakukan penanganan yang lebih khusus. Ruangan yang termasuk di dalam zona resiko sangat tinggi adalah: 1. Operasi 2. Bersalin 3. Ruang poli gigi 4. Ruang patologi 5. Ruang poli bedah 36
  • 37. 3.2.3. Sanitasi Lingkungan Halaman Rumah Sakit Sanitasi lingkungan halaman rumah sakit juga sangat penting, hal ini dikarenakan penataan halaman yang terdiri dari halaman parkir, taman, dan ruang terbuka hijau disamping mempengaruhi aktivitas rumah sakit juga akan berpengaruh pada suplai udara bersih serta nilai estetika dan kenyamanan pasien serta orang yang berada di rumah sakit. a. Halaman rumah sakit 1. Pagar RSUD dr. Saiful Anwar Pagar lingkungan rumah sakit terdiri dari dua jenis. Untuk pagar yang ada di halaman depan rumah sakit menggunakan pagar besi, sedangkan di halaman belakang rumah sakit menggunakan pagar yang terbuat dari tembok. Pemberian pagar bertujuan supaya orang atau hewan peliharaan tidak bebas keluar masuk. Khususnya para pengunjung, karena untuk pengunjung yang bertujuan untuk menjenguk ada jam-jam tertentu. Sehingga dengan adanya pagar rumah sakit petugas keamanan bisa mengkontrol pengunjung. RSUD dr. Saiful Anwar memiliki jam berkunjung antara jam 16.00- 18.00 wib. Sehingga diluar jam berkunjung tersebut orang yang akan masuk ke lingkungan rumah sakit dengan tujuan menjenguk orang sakit akan dilarang oleh security rumah sakit. 37
  • 38. Gambar 3.16. Pagar halaman belakang rumah sakit 2. Halaman parkir Halaman parkir di RSUD dr. Saiful Anwar telah dilengkapi dengan rambu-rambu untuk keamanan pengendara, serta dilengkapi juga dengan tempat sampah. Hal ini bertujuan agar halaman rumah sakit senantiasa bersih. Gambar 3.17. Halaman parkir yang dilengkapi dengan tempat sampah 38
  • 39. 3. Lingkungan rumah sakit Lingkungan di RSUD dr. Saiful Anwar telah dilengkapi dengan tempat sampah baik medis maupun non medis dengan ditandainya warna tempat sampah. Hijau untuk sampah umum dan kuning untuk sampah medis yang tersebar di seluruh lingkungan rumah sakit, dengan harapan petugas IPL akan lebih mudah dalam mengelolanya. Di lingkungan rumah sakit juga diberi papan peringatan yang berkaitan dengan ketertiban pengunjung. Bahkan awal masuk rumah sakit sudah ada peringatan-peringatan bagi pengunjung. Seperti contoh dialarang merokok di kawasan rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk ketertiban dan kenyamanan pengunjung serta pasien yang ada di rumah sakit. Akses jalan di lingkungan rumah sakit beraspal dan menggunakan batako, sehingga saat hujan turun lingkungan rumah sakit tidak becek. Gambar 3.18. Selasar RSUD dr. Saiful Anwar dengan papan peringatan 39
  • 40. Gambar 3.19. Jalan beraspal di lingkungan RSUD dr. Saiful Anwar Gambar 3.20. Tempat sampah umum yang ada di depan perkantoran 40
  • 41. 2. Taman atau ruang terbuka hijau rumah sakit Taman/RTH yang berada di RSUD dr. Saiful Anwar selain bertujuan untuk suplai udara bersih juga sebagai nilai estetika rumah sakit, sehingga RTH rumah sakit secara psikologis bisa mempercepat penyembuhan pasien juga menimbulkan kesan dingin dan sejuk berada di dalam rumah sakit. Gambar 3.21. Salah satu RTH di lingkungan RSUD dr. Saiful Anwar 3.3. Permasalahan Setiap program kerja IPL RSUD dr. Saiful Anwar pasti terdapat permasalahan-permasalahan, begitu juga di program kerja penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman. Permasalahan ada di dalam sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman antara lain: 1. Kurang sadarnya pengunjung untuk membuang sampah sembarang tempat sehingga meskipun tersedia tempat sampah yang sudah tersebar di lingkungan rumah sakit masih saja terlihat sampah berserakan di lingkungan RSUD dr. Saiful Anwar 41
  • 42. 2. Sampah masih banyak terlihat terselip di antara rumput-rumput taman/RTH RSUD dr. Saiful Anwar sehingga mengurangi nilai estetika rumah sakit 3. Taman/RTH dipakai jalan pintas pejalan kaki, sehingga mengurangi nilai estetika taman. 4. Kamar mandi/toilet umum yang ada di ruang tunggu kondisi kebersihannya masih kurang 5. Saluran air limbah menuju IPAL sering tersumbat oleh pembalut yang dibuang oleh pengunjung yang berasal dari kamar mandi. 3.4. Alternatif Solusi Adanya permasalahan yang terdapat di IPL RSUD dr. Saiful Anwar, khususnya sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman, penyusun mencoba member alternatif solusi yang mungkin berguna bagi instansi antara lain: 1. Memberikan sosialisasi terhadap pengunjung rumah sakit tentang dampak membuang sampah sembarangan di lingkungan rumah sakit dalam bentuk poster, brosur, artikel, yang tersebar di seluruh lingkungan maupun ruangan rumah sakit 2. Petugas selalu memotong atau merapikan taman-taman yang sudah mulai tidak rapi secara rutin, sehingga pengunjung tidak lagi menyisipkan sampah mereka ke dalam tanaman atau rumput yang tinggi 3. Menanam tanaman lebih banyak lagi dan bervariasai sehingga taman tidak lagi dibuat jalan pintas oleh pejalan kaki 4. Memberikan poster yang memperingatkan pengunjung untuk selalu menjaga kebersihan kamar mandi, selain itu juga memberikan sabun serta tempat sampah di dalam kamar mandi. Sehingga kebersihan kamar mandi tetap terjaga dan tidak menimbulkan bau serta pengunjung maupun pasien tidak lagi membuang sampah atau pembalut ke dalam WC 42
  • 43. 3.5. Analisa masalah Permasalahan yang ada di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman, penyusun akan membahas permasalahan tersebut dengan disiplin ilmu kesehatan lingkungan antara lain: 1. Masih banyak sampah yang berserakan dimana-mana, sampah disini merupakan limbah yang dihasilkan oleh individu akibat aktivitas mereka. Sampah yang dihasilkan ini jenisnya sampah umum atau domestik. Rumah sakit menurut kepmenkes no 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan, harus bersih tidak boleh ada sampah berserakan. Tujuan semua itu adalah upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari sampah tersebut. Karena sampah di rumah sakit akan banyak mempengaruhi, antara lain: a. Kesembuhan pasien, karena secara psikologi pasien akan dengan cepat sembuh kalau suasana rumah sakit sangat nyaman dan bersih. b. Sampah menjadi salah satu tempat perindukan bakteri, sehingga apabila sampah berserakan akan mempengaruhi infeksi nosokomial ataupun pencemaran silang. c. Sampah mempengaruhi nilai estetika bagi lingkungan rumah sakit. Apabila dibiarkan nilai estetika berkurang karena sampah maka rumah sakit akan tidak lagi menjadi rujukan masyarakat untuk berobat di rumah sakit tersebut. 2. Banyak sampah yang diselipkan di sela-sela rumput taman rumah sakit yang meninggi. Sampah-sampah ini apabila dibiarkan maka akan menjadi tempat perindukan bakteri maupun hewan vektor seperti nyamuk. Untuk mengatasi maslah ini penyusun mencoba memberi alternatif solusi tentang perawatan dan pemotongan rumput secara berkala, karena dengan rumput yang dirawat orang tidak akan menyelipkan lagi sampah-sampah mereka kedalam rumput taman. Karena selama pengamatan penyusun sampah yang diselipkan di dalam rumput taman adalah di rumput yang sudah meninggi. Dengan tidak adanya sampah di taman rumah sakit akan menambah nilai estetika rumah sakit. 43
  • 44. 3. Taman masih dipakai jalan pintas oleh pejalan kaki. Taman merupakan nilai estetika bagi rumah sakit. Apabila taman ini dipakai jalan pintas oleh pejalan kaki, maka selain merusak tanaman tersebut juga merusak nilai estetika dari taman tersebut, sehingg penyusun memberikan alternatif solusi dengan menambah koleksi tanaman untuk taman rumah sakit. Dengan beragamnya tanaman RTH selain menambah nilai estetika, juga menambah suplai udara bersih rumah sakit, serta orang tidak lagi membuat taman yang kosong/ kurang kolesi tanamannya sebagai jalan pintas, karena sudah tidak ada lagi lahan kosong yang mereka gunakan sebagai jalan pintas. 4. Kamar mandi/ toilet harus senantiasa bersih dan dibersihkan karena dengan bersihnya toilet maka akan mengurangi pencemaran silang maupun infeksi nosokomial di rumah sakit. Karena kamar mandi yang kotor adalah sumber pencemaran silang maupun infeksi nosokomial 5. Saluran menuju IPAL tersumbat bisa menjadi sumber pencemaran silang maupun infeksi nosokomial. Karena saluran ini berisi limbah yang harus segera diolah. Apabila tersumbat, otomatis saluran ini akan terhenti. Terhentinya saluran air limbah ini akan membuat bakteri dengan mudah berkembang biak di tempat ini. Sehingga bisa denagan mudah menjadi sumber pencemaran silang maupun infeksi nosokomial. Jadi, untuk mengatasi permasalahan yang ada di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman tidak hanya dibebankan pada petugas IPL, akan tetapi dibutuhkan peran aktif seluruh elemen rumah sakit, baik petugas, pasien, maupun pengunjung. 44
  • 45. BAB IV PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Instalasi penyehatan lingkungan rumah sakit yang ada di RSUD dr. Saiful Anwar sudah merujuk pada Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan. 9 program kerja yang ada di IPL RSUD dr. Saiful Anwar sudah berjalan dengan baik, mulai dari prosedur kerja sampai kerja di lapangan. Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar semua sudah merujuk pada Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan lingkungan rumah sakit. Hanya ada sebagian kecil saja yang belum memenuhi, salah satunya adalah kontruksi dinding di ruang isolasi bayi yang menurut Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan lingkungan rumah sakit, pertemuan dinding dengan lantai harus berbentuk konus tidak membentuk sudut, akan tetapi di ruangan isolasi bayi tidak konus atau masih membentuk sudut. Dinding harus konus mempunyai tujuan yaitu supaya mudah dibersihkan sehingga tidak apabila dibersihkan benar-benar bersih tanpa meninggalkan sedikitpun kotoran, karena kotoran adalah media bakteri untuk berkembang biak. Lepas dari itu semua kondisi lapangan yang ada di ruang isolasi bayi menurut hasil laboratorium dari sampel sweap dinding, lantai, melalui uji MPN, hasilnya adalah untuk bakteri di ruangan tersebut masih dalam batas ambang normal. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode sterilisasi dan desinfeksi yang dilakukan petugas ruang isolasi bayi sangat baik. Meskipun sudah terencana dengan baik dalam pelaksanaan program kerja di Instalasi Penyehatan Lingkungan terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman, tidak menutup kemungkinan terdapat permasalahan-permasalahan yang menghambat program kerja tersebut. Di dalam sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman terdapat beberapa masalah tentang habit baik dari pengunjung maupun dari petugas rumah sakit sendiri sehingga penyusun memberikan alternatif solusi yang mungkin berguna bagi instansi. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada sebenarnya tidak hanya dibebankan kepada 45
  • 46. petugas IPL, akan tetapi semua yang terkait dengan rumah sakit ikut berperan aktif didalam mengatasi permasalahan yang ada di IPL terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman. Dan alternatif solusi yang diberikan juga berkaitan dengan solusi kesehatan lingkungan rumah sakit yang pada intinya adalah upaya untuk membuat sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman, lebih baik lagi seperti pada ulasan bab III. 5.2 SARAN Program-program yang ada di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr. Saiful Anwar terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman sudah merujuk pada Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Hanya ada sebagian kecil yang belum memenuhi. Untuk itu penyusun menyarankan agar ruangan yang belum memenuhi persyaratan segera dipenuhi demi meminimallisasi dampak yang ditimbulkan. Selain itu, kami sebagai mahasiswa S1 Kesehatan Lingkungan menyarankan pada instansi IPL RSUD dr. Saiful Anwar umumnya dan laboratorium IPAL khususnya, untuk ruangan laboratorium dipisahkan tersendiri dengan IPAL. Karena suara bising dari mesin-mesin IPAL bisa mengganggu konsentrasi dalam pengujian sampel, selain itu seperti yang telah kita ketahui bersama adalah efek kronis kebisingan dari suara mesin yang ada di IPAL bisa menyebabkan ketulian. 46
  • 47. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. laporan Tahunan IPL. Malang: IPL RSUD dr. Saiful Anwar Arifin, Munif. 2010. Dasar Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/04/seri-kesehatan-lingkungan-rmuah-sakit.html (sitasi tanggal 16 Maret 2012 pukul 10.30 wib) Karbi, 2007. Pengantar Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Malang: STIKES WIDYAGAMA HUSADA Kepmenkes,1204. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. www.jasamediavest.com/files/permenkes_1204-2004-persyaratan_kes_rs_pdf (sitasi tanggal 16 Maret 2012 pukul 10.30 wib) Nasibu, Edwin. 2011. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Malang: STIKES WIDYAGAMA HUSADA Rudiyanto, 2012. Laporan PKL Analisa limbah cair di Instalasi Pengolahan Air Limbah. Malang: UIN MAULANA MALIK IBRAHIM Zainurita, 2010. Evaluasi Terhadap Sanitasi Ruang Perawatan Rumah Sakit Yasmin Banyuwangi. Surabaya: FKM Universitas Airlangga 47
  • 48. LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Orientasi dengan pembimbing lapangan Lampiran 2. Insenerator IPL RSUD dr. Saiful Anwar 48
  • 49. Lampiran 3. TPS RSUD dr. Saiful Anwar Lampiran 4. Abu insenerator yang selanjutnya digiling hingga menjadi pasir. 49
  • 50. Lampiran 5. Pengambilan sampel di IPAL Lampiran 6. Pengecekan APAR 50
  • 51. Lampiran 7. Pemasangan racun tikus di gedung pavilyun Lampiran 8. Kegiatan Laboratorium 51