Kebijakan moneter dan fiskal mempengaruhi permintaan agregat melalui beberapa kanal. Kebijakan moneter mengontrol jumlah uang beredar dan mempengaruhi permintaan agregat melalui suku bunga dan preferensi likuiditas. Kebijakan fiskal seperti belanja pemerintah dan pajak dapat menggeser kurva permintaan agregat karena mempengaruhi pendapatan dan konsumsi rumah tangga. Ada pendapat yang mendukung dan menentang
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
1. PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP PERMINTAAN
AGREGAT
Seperti telah kita pelajari, ada banyak faktor yang mempengaruhi permintaan agregat selain
kebijakan moneter dan fiskal. Secara khusus, pengeluaran-pengeluaran yang memang telah
diniatkan oleh rumah tangga dan perusahaan menentukan permintaan barang dan jasa secara
keseluruhan. Seperti pengeluaran dana pendidikan yang memang telah lama diniatkan oleh
keluarga.
Selanjutnya bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi permintaan agregat?. Seperti bahasan
sebelumnya, kurva permintaan agregat berbentuk “downward sloping” atau miring kebawah
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
• Efek kekayaan
• Efek suku bunga
• Efek nilai tukar
Meskipun sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang miring kebawah, ketiga
pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-beda menurut jenis perekonomian. Untuk
memahami bagaimana kebijakan mempengaruhi permintaan agregat, kita mempelajari pengaruh
suku bunga secara lebih mendalam yang dibahas dalam teori preferensi likuiditas yang dikemukakan
oleh keynes. Dalam teori ini menyatakan bahwa suku bunga berbah-ubah untuk membuat jumlah
uang yang beredar dan permintaan uang menjadi seimbang. Suku bunga yang dimaksud dalam teori
ini adalah suku bungan nominal dan suku bungan riil untuk kemudian akan dikembangkan teori ini
dengan memperhatikan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang serta bagaimana masing-
masing bergantung pada suku bunga.
Jumlah Uang Yang Beredar
Seperti kita ketahui JUB dikendalikan oleh Bank Sentral yaitu dengan menjual atau membeli obligasi
pemerintah dalam operasi pasar terbuka, mengubah persyaratan cadangan, dan tingkat diskonto.
Perincian dari pengendalian moneter ini penting bagi implementasi kebijakan Bank Sentral, namun
tidak penting bagi pembahasan kita kali ini. Tujuan kita disini adalah untuk mengkaji bagaimana
perubahan-perubahan pada jumlah uang yang beredar mempengaruhi permintaan agregat barang
dan jasa. untuk tujuan tersebut kita hanya berasumsi bahwa Bank Sentral hanya mengendalikan
jumlah uang yang beredar secara langsung. Dengan kata lain, Bank Sentral menetapkan jumlah uang
yang beredar dalam perekonomian pada sembarang tingkat yang telah diputuskan. Jadi, karena JUB
ditetapkan oleh Bank Sentral secara langsung, maka JUB tidak bergantung pada variabel-variabel
ekonomi lainnya, seperti suku bunga dan lan-lain. Setelah Bank Sentral memutuskan kebijakannya,
jumlah uang yang beredar tidak mengalami perubahan, meskipun terdapat perubahan pada suku
bunga.
Permintaan Uang
2. Seperti yang telah kita ketahui bahwa permintaan uang berpengaruh pada suku bunga. Ketika suku
bunga naik maka permintaan uang akan turun, sebaliknya ketika suku bunga turun, permintaan uang
akan naik, sehingga kurvanya berbentuk downward sloping (sifatnya negatif).
Keseimbangan dalam Pasar Uang
ketika suku bunga naik diatas keseimbangan maka permintaan uang akan turun dibawah JUB yang
telah ditetapkan, orang lebih senang untuk menyimpan uangnya di Bank atau membeli obligasi
berbunga. Sehingga penerbit obligasi dan Bank kemudian merespon dengan menurunkan suku
bunga, dan orang akan lebih banyak memegang uang sehingga kurva keseimbangan akan tercipta.
Ketika suku bunga turun dibawah titik keseimbangan maka permintaan uang akan naik diatas JUB
yang telah ditetapkan oleh Bank Sentral, orang akan memilih untuk memegang uang lebih banyak
dan tidak ingin membeli obligasi, sehingga Bank Sentral dan penerbit obligasi akan meresponnya
dengan menaikkan suku bunga untuk menarik minat nasabah ataupun pembeli obligasi. akibatnya
permintaan uang akan turun dan kemidian akan mendekati pada titik keseimbangan. Teori
preferensi likuiditas ini memberi satu prinsip penting yaitu kebijakan moneter dapat dijelaskan, baik
dari segi jumlah uang yang beredar maupun dari segi tingkat suku bunga.
Bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi permintaan agregat?. Diantaranya dipengaruhi oleh
belanja pemeritah, dan tingkat perpajakan. Ketika belanja pemerintah naik maka akan berpengaruh
pada kenaikan output barang dan jasa sehingga kurva permintaan bergeser kekanan. Ada dua efek
yang dapat mempengaruhi pergeseran permintaan agregat yaitu efek pengganda yang akan
menggeser kurva permintaan lebih besar daripada belanja pemerintah, dan efek pembatasan paksa
yang akan menggeser kurva permintaan dibawah atau lebih kecil dari belanja pemerintah.
Selanjutnya ketika pemerintah menurunkan pajak pendapatan, orang akan memperoleh lebih
banyak pendapatannya yang mana dapat ditabung atau dengan meningkatkan konsumsi, sehingga
kurva permintaan agregat bergeser kekanan. Sebaliknya ketika pajak naik, orang akan lebih sedikit
menerima pendapatannya yang kemudian berdampak pada penurunan konsumsi, kurva permintaan
agregat bergeser kekiri.
Ada dua pendapat dari penggunaan kebijakan untuk kestabilan perekonomian yaitu pendapat yang
mendukung kebijakan stabilisasi aktif dan penentang kebijakan stabilisasi aktiif. Para pendukung
kebijakan stabilisasi aktif berpendapat bahwa ketika dalam suatu negara mengalami suatu masalah
dalam kebijakan moneter ataupun fiskal maka campur tangan para pembuat kebijakan sangatlah
diperlukan karena menyangkut perekonomian secara keseluruhan pada suatu negara. Sedangkan
para penentang kebijakan stabilisasi aktif berpendapat bahwa kebijakan moneter dan fiskal
terkadang berjalan lamban dan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga pembuat kebijakan
tidak seharusnya ikut campur karena hanya akan menyebabkan ketidakstabilan dalam
perekonomian. Namun para ekonom telah sepakat bahwa kelambanan dalam penerapan kebijakan
moneter dan fiskal dapat diatasi dengan Stabilisator Otomatis yang menjelaskan perubahan-
perubahan kebijakan fiskal yang mendorong permintaan agregat ketika perekonomian mengalami
resesi yang tidak mengharuskan pemerintah melakukan tindakan yang disegaja.