Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas praktik pengelolaan ikan hias dan ekowisata di Kota Sabang, termasuk upaya revisi peraturan daerah untuk mengatur penangkapan ikan hias secara berkelanjutan dan penyiapan sistem database biota ornamental. Dokumen tersebut juga menggambarkan ekosistem terumbu karang, mangrove, dan keanekaragaman ikan karang di Kota Sabang.
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Rencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
1. MELIHAT KEMBALI PRAKTIK BIJAK PENGELOLAAN IKAN
HIAS DAN EKOWISATA
TERANGI, JAKARTA 23 Mei 2013
KOTA SABANG
The Art of Nature
2. Gambaran UmumS a b a n g S e k i l a s
Panjang garis pantai : 96,3 Km
Luas daratan : 153 Km2
Luas Perairannya : 920 Km2
Jumlah Kecamatan : 2
Jumlah Gampong : 18
Jumlah Mukim : 7
Jumlah Penduduk :30.653
Jumlah Panglima laot : 11
POSISI :
05º46’28”- 05º54’28” LU
dan 95º13’02”- 95º22’36” BT
SEBELAH UTARA
dengan Selat Malaka
SEBELAH SELATAN
dengan Samudera Indonesia
SEBELAH TIMUR
dengan Selat Malaka
SEBELAH BARAT
dengan Samudera Indonesia
PULAU KOTA SABANG :
1. Pulau Weh
2. Pulau Rubiah
3. Pulau Klah
4. Pulau Rondo
5. Pulau Seulako
4. EKOSISTEM MANGROVEEKOSISTEM MANGROVE
EKOSISTEM MANGROVE
DOMINAN TERDAPAT DI
GAMPONG IBOH, DIIKUTI
GAMPONG JABOI,
BALOHAN DAN SEDIKIT
DI KR. RAYA. DENGAN
JENIS YANG DOMINAN
ADALAH RHIZOPORA SP.
5. EKOSISTEM MANGROVEIKAN KARANG
Berdasarkan penelitian
Wildlife Conservation Society
(WCS) - Marine Program
Indonesia yang dilakukan dari
tahun 2006-2009 tercatat 589
jenis ikan karang terdapat di
Pulau Weh.
Kelimpahan ikan karang tertinggi terdapat Kelurahan Iboih sebanyak 454 jenis
biomasa ikan karang tertinggi terdapat di kelurahan ujung kareng sebanyak
1595, 13 kg/ha
6. EKOSISTEM MANGROVE
SEKILAS AKTIFITAS PENANGKAPAN IKAN HIAS
DI KOTA SABANG
Aktifitas penangkapan ikan hias di Kota Sabang sudah di mulai
sejak pertengahan tahun 1980-an
Aktifitas ini sempat terhenti awal tahun 1997-an, karena adanya
indikasi kerusakan lingkunan dari kegiatan tersebut, dengan
dikeluarkannya Peraturan daerah (Perda) Nomor 6 Tahun
1997, tentang Perlindungan dan Pelestarian Kawasan Perairan
Pantai Dalam Kotamadya Daerah Tingkat II Sabang (Lembaran
Daerah nomor 4 tahun 1998, Seri C nomor 2).
Pada awal tahun 1999, sekelompok masyarakat nelayan di
Gampong Beurawang memulai kembali aktifitas penangkapan
ikan hias, namun kali ini menggunakan cara penangkapan yang
ramah lingkungan, dimana praktek penangkapannya tidak lagi
menggunakan racun ikan, melainkan menggunakan jaring
khusus untuk penangkap ikan hias.
7. EKOSISTEM MANGROVERENCANA KEDEPAN
Faktanya, selama ini aktifitas penangkapan ikan hias terus
berlangsung, dan Belum ada SISTEM untuk mendata dan
memonitoring, serta perijinan khusus pada kegiatan
penangkapan ikan hias di Kota Sabang
Pemerintah merencanakan meninjau kembali Perda Nomor 6
Tahun 1997 untuk direvisi, dan melihat adanya peluang
peningkatan PAD dari sektor ini
Penyiapan Dokumen
dan naskah Akademis
Konsultasi
Publik
Penyusunan
Draft Kebijakan
Konsultasi
Publik
Finalisasi
Draft
Kebijakan
Konsultasi
Publik
Proses
Penyusunan
Qanun
8. EKOSISTEM MANGROVEPROGRESS
DIMULAI TAHUN 2012 PENGENALAN DAN PRATIK BIJAK
PERIKANAN HIAS DI PULAU PRAMUKA OLEH YAYASAN
TERANGI
BULAN APRIL 2013 BERSAMA YAYASAN TERANGI TELAH
DILAKUKAN LANGKAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN
PENYUSUNAN SISTEM DATABASE BIOTA ORNAMENTAL DI
KOTA SABANG DAN SEBAGAI MOMENTUM AWAL REVISI
PERDA NO. 6 TAHUN 1997
BAPAK MEMBICARAKAN KARAKTERISTIK UMUM KOTA SABANG YG TERLETAK DI PULAU WEH, DENGAN KARAKTERISTIK SEPERTI TERTERA DI SLIDE
BAPAK MENJELASKAN SEBARAN TERUMBU KARANG DI KOTA SABANG DENGAN KONDISI HIJAU BAIK, KUNING SEDANG DAN MERAH BURUK. Perlu diketahui PersentasepenutupankaranghiduptertinggiterdapatdiwilayahPanglimaLaotIeMeuleeyaitudilokasiUjongKareungsebesar 70 % Daerah-daerah yang memilikikondisitutupankarangbaik (50-74,9 %) adalahAnoeItam, Benteng, Ujung Seuke, Ba’ Kopra, Sumurtiga, UjongKareung, Jaboidan Canyon (Iboih).