Dokumen tersebut membahas pengaruh permasalahan transportasi terhadap ruang publik di kota Bandung. Permasalahan transportasi seperti kemacetan dan ketergantungan kendaraan pribadi berdampak pada berkurangnya ruang terbuka hijau dan meningkatnya polusi udara. Dokumen ini juga menjelaskan bagaimana perencanaan transportasi yang tidak menyeluruh dapat mempengaruhi penataan ruang kota secara keseluruhan."
1. PENGARUH PERMASALAHAN TRANSPORTASI TERHADAP
RUANG PUBLIK
Altim Setiawan **
Abstract
This paper is to describe the effect of transportation problem on public space and sample cause in Bandung
West Jawa. Proceded by introduction to transportation, problem and conflict which is caused by urban
design, sample cause in Bandung and some conceps which is discussed transportation system by side of
urban design. The discussion use literature review methods and to compare with field condition by existing
regulation.
Keyword: transportation, public space, urban design, Bandung.
1. Latar Belakang memadai, serta ketidak-efesienan pengguna
Pertambahan penduduk yang terjadi prasarana.
sebagai akibat dari laju urbanisasi dan Dampak permasalahan transportasi di
industrialisasi pada gilirannya akan mengakibatkan perkotaan berakibat menimbulkan permasalahan
pertumbuhan kota yang berakibat meningkatnya lalu lintas (kemacetan), pemborosan energi,
permintaan akan lahan kota. Dengan persediaan pemborosan infrastruktur, peningkatan polusi dan
lahan yang sangat terbatas, maka gejala kenaikan segregasi sosial.
harga lahan tidak dapat dihindarkan. Kenyataan ini Permasalahan transportasi itu sendiri
banyak dihadapi oleh kota-kota besar di dunia, menyebabkan permasalahan turunan yang
termasuk Indonesia, seperti di Jakarta, Surabaya, berkaitan dengan elemen-elemen perancangan kota
Makassar atau di Bandung. khususnya di kota Bandung. Salah satu dari
Hal tersebut membuat masyarakat lebih elemen-elemen tersebut adalah open space sebagai
memilih tinggal di daerah pinggiran kota public space.
(suburban) karena lahan yang lebih murah. Jika kita runut ke belakang, mengangkut
Sehingga menimbulkan dampak meningkatnya orang dan atau barang dari tempat ke tempat lain
angka pergerakan antar tempat sekaligus kebutuhan adalah kegiatan yang umurnya setua dengan
akan infrastruktur jalan dan moda transportasi peradaban manusia. Transportasi yang salah
sebagai pendukung aktivitas kawasan hunian satunya adalah kegiatan berlalu lintas adalah satu
dengan kota sebagai tempat kerja. bagian dalam kehidupan sebuah kota atau wilayah,
Transportasi sebagai bentuk pemenuhan manusia tetapi merupakan suatu hal yang penting. Jika kota
kebutuhan manusia, memerlukan dimensi ruang, diibaratkan sebagai jasmani manusia, maka sistem
moda dan sistem pengaturan dalam pergerakannya. transportasi diasosiasikan sebagai sistem peredaran
Mobilitas yang lancar hanya bisa terwujud, jika darah. Apabila sistem peredaran darah ( baca ;
ruang dalam bentuk prasarana atau penyediaan transportasi ) tidak baik, akan tercermin pada
(supply) seimbang secara dinamis dengan tekanan darah yang tinggi ( baca ; kemacetan lalu
permintaan akan pergerakan (demand). Sistem lintas ) sehingga disimpulkan orang ( baca ; kota )
pengaturan berfungsi sebagai rambu-rambu, guna tersebut sedang sakit. Jadi keadaan baik buruknya
memberikan kepastian keduanya berinteraksi sebuah kota dapat dibaca antara lain melalui
berdasarkan aturan main. kondisi lalu lintas dan angkutannya.
Sayangnya, kenyataan dan interaksi antara demand Pengadaan proyek jalan seringkali hanya
dan supply, khususnya di daerah perkotaan, kerap dirancang sebagai sarana transportasi tanpa
berlangsung dalam kondisi tidak seimbang. mempertimbangkan kehidupan (berbudaya) yang
Sebagian disebabkan tingginya growth kendaraan mungkin terjadi di dalam ruang dan waktu.
pribadi, pelayanan angkutan umum kurang
*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
2. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
1.2 Permasalahan Transportasi Sebagai Salah Satu Perencanaan/pembangunan sarana transportasi
Permasalahan Perkotaan kota yang integral dianggap belum terwujud,
Transportasi tak dapat lepas dari terutama integrasi antara sistem transportasi
permasalahan lalu lintas, lalu lintas adalah kegiatan usulan dengan pemanfaatan tata guna lahan,
lalu lalangnya manusia dan/ atau kendaraan, jaringan jalan existing, maupun perencanaan
sedangkan transportasi adalah usaha memindahkan rancang bangun kota secara keseluruhan yang
orang dan/ atau barang antar tempat. Usaha berkelanjutan. Kebanyakan penyelesaian
pemindahan ini hampir selalu menimbulkan permasalahan transportasi ‘hanya’
kegiatan lalu lintas. Lalu lintas merupakan medium diterjemahkan dengan penambahan jalan dan
kegiatan, akibat dari gabungan potensi guna lahan lahan parkir, sehingga program peningkatan
dan kemampuan transportasi (Blunden, 1971) aksesibilitas dan infrastruktur kota hanya
Transportasi secara harfiah, terdiri dari atas bertitik tolak pada penyelesaian jaringan jalan
prasarana dan sarana berupa jaringan jalan, rel, dan atau transportasi tanpa bersamaan dengan
bandar udara, pesawat terbang, kereta api, bus, penataan rancang bangun kota dari kawasan
taksi, yang memungkinkan pergerakan atau yang bersangkutan. Pada akhirnya
perjalanan dapat berlangsung. penyelesaian ini tidak akan berkorelasi dengan
inti permasalahan pergerakan kota yang ada
akibatnya penyelesaian transportasi tidak
tuntas, keruwetan infrastruktur kota makin
nyata dan kualitas kota semakin menurun.
Pengadaan proyek jalan seringkali hanya
dirancang sebagai sarana transportasi tanpa
mempertimbangkan kehidupan (berbudaya)
yang mungkin terjadi di dalam ruang dan
waktu.
Ketergantungan akan kendaraan pribadi.
kendaraan pribadi merupakan kelengkapan
kehidupan modern dan dianggap mampu
Gambar 1. Kemacetan di kawasan alun – alun menaikan status sosial bagi pemilik kendaraan,
Bandung ,Sumber: Dok. Pribadi 2002 dan dapat merepresentasikan kebebasan
pribadi. Kenyataanya kendaraan pribadi
merupakan moda transportasi yang paling
Prasarana fisik (supply) disediakan untuk nyaman untuk membawa orang kesetiap tujuan
memberikan pelayanan kepada lalu lintas; bisa yang diinginkan. Akibatnya pergerakan berupa
merupakan lalu lintas darat, penggunaan jasa transportasi publik semakin ditinggalkan.
kereta, angkutan umum dan lain-lain. Penyelesaian masalah transportasi pada
Sementara permintaan (demand), dalam wujud rancang bangun ruang kota seringkali
sederhana adalah jumlah orang, barang maupun menghilangkan sistem pergerakan yang telah
kendaraan yang lewat. Dengan demikian lalu lintas ada, atau bahkan potensinya sebagai identitas
merupakan turunan demand. Sehingga, jika ingin khas pergerakan kawasan. Upaya penyelesaian
lalu lintas lancar, efesien dan murah, besaran antara masalah transportasi seringkali tidak
supply dan demand harus seimbang. Karena jumlah menciptakan kota yang ramah pada manusia
maupun kualitas supply tidak lagi memadai sebagi pengguna, melainkan kota yang
dibanding dengan besar permintaan seperti yang memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan
dialami kota-kota di Indonesia antara lain, Jakarta, penggunaan kendaraan pribadi. Kehidupan
Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar, saat ini vitalis urban untuk menciptakan kota yang
kemacetan pun terjadi dimana – mana. Disiplin ‘hidup’ terlampau sering di ‘korbankan’ demi
pengendara, kondisi jalan dan aktifitas di sekitar pemenuhan kebutuhan parkir atau jalur
jalan seperti perdagangan (kaki lima) yang kendaraan pribadi. Pengadaan proyek jalan
menggunakan badan jalan juga menjadi salah satu seringkali hanya dirancang sebagai sarana
pemicu kemacetan lalu lintas. transportasi tanpa mempertimbangkan
Selain itu berbagai fenomena yang melatar kehidupan (berbudaya) yang mungkin terjadi
belakangi penyebab permasalahan dalam di dalam ruang dan waktu.
transportasi, antara lain:
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 11
3. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
Kerapkali penyelesaian permasalahan melalui beberapa penelitian di Amerika
transportasi dalam rancang bangun kota sebagai sistem yang efektif. Sistem ini masih
mencontoh suatu teori tertentu secara mentah- belum diterapkan di Indonesia dan masih
mentah tanpa melakukan penyesuaian dengan mengikuti pola-pola linier semisal jalan ring
karakter dan konteks setempat, sehingga road. Sehingga membuat perjalanan lebih
desain/penyelesaian yang dihasilkan hanya panjang. Time spend dan energi yang
indah untuk dinikmati dan tidak nyaman untuk dikeluarkan semakin lebih banyak. Yang
ditempati. penting di sini adalah bagaimana mengaitkan
Kasus yang nyata di Indonesia, pernah sistem linkage (baik jalan raya, rel kereta, dan
diterapkan konsep gerakan New Urbanism dari sebagainya) dengan penggunaan lahan.
Amerika, yang diaplikasikan di Pantai Carita “Alokasi dari lahan kota, seharusnya terkait
Resort Jakarta. Aplikasi konsep kawasan erat dengan sistem linkage ini”.
berorenitasi transit ( Transit Oriented Open space: konsekuensi yang paling jelas
Development /TOD) dengan berbagai adalah dari pilihnya kendaraan pribadi sebagai
perpaduan penataan fisik kawasan secara moda transportasi utama terhadap bentuk kota
terperinci dan mendetail. Namun kenyataannya adalah dibutuhkannya proporsi ruang kota
implementasi yang dilakukan di resort ini yang sangat besar terhadap luas kota secara
hanya menyontek mentah-mentah tampilan keseluruhan. Ruang ini dibutuhkan fasilitas
fisik bangunan bergaya Amerika dengan pergerakan kendaraan dan ruang untuk parkir.
setting lingkungan yang baru tanpa adanya Bisa dikatakan, ruang kota Bandung saat ini
karakter lingkungan ke’Indonesia’an, terutama didominasi oleh kendaraan dan segala
karakter pejalan kaki setempat. Desain infrastruktur penunjangnya. Belum ada
perumahan dan lingkungan resort ini tampak perhitungan yang akurat berapa luas yang
mewah, kebarat-baratan, namun menjadi diperlukan untuk sarana pergerakan mobil.
terlalu eleitis dan ‘to cute’ untuk dihuni. Bisa diperkirakan itu tidak kurang dari 25%
dari luas total kota Bandung, luas ini belum
1.3 Dampak yang Ditimbulkan Terhadap Elemen- termasuk parkir. Salah satu gambaran
Elemen Rancang Kota mengenai dampak permasalahan transportasi
Dari sudut perancangan kota saja, terhadap ruang terbuka sebagai ruang publik
permasalahan transportasi ini juga menimbulkan adalah bertambahnya jumlah kendaraan setiap
permasalahan elemen fisik perancangan kota tahun – terutama jenis kendaraan pribadi -
lainnya. Elemen tesebut adalah : land use, building jelas menjadi penyebab utama meningkatnya
form and massing, circulation dan parking, open kebutuhan akan parkir. Kota-kota lama yang
space, pedestrianways, activity support dan signage dibangun sebelum era kendaraan bermotor
(Shirvani, 1985:7) : pasti mengalami kesulitan untuk menyediakan
Tata guna lahan: lebih dominannya lahan parkir tanpa pengorbanan besar apalagi
penggunaan lahan untuk sarana dan prasarana di pusat kegiatan kota Bandung, sangat sulit
transportasi memperoleh ruang parkir yang memadai
Bentuk dan tata bangunan, signage dan sehingga penggunaan lahan pinggir jalan dan
preservasi: banyak prasarana yang dibangun invansi terhadap ruang terbuka kota lainnya
untuk transportasi juga diikuti dengan untuk parkir kendaraan tidak terhindarkan
penambahan signage yang mendominasi dan
tumpang tindih dengan reklame di jalan. 1.4 Jalan Sebagai Ruang Publik
Kita tidak bisa membayangkan jika Gedung Ruang Publik (public space) adalah ruang
Sate yang merupakan image kota Bandung dalam jaringan kota yang terbuka dan dapat dicapai
tertutup oleh jalan layang Pasupati secara visual maupun fisik, digunakan secara
preservasi. besama (common shared) dalam suasana kebebasan
Linkages: sistem lingkage harus mampu (freedom) dan kesamaan derajat (equality), serta
memberikan jalan alternatif di dalam kota. terbuka bagi pilihan-pilahan dan tindakan-tindakan
Kota-kota di Indonesia harusnya telah spontan. (Carr, 1992: 50, Grarnham, 1970: 55)
memiliki semacam grid. Tidak seperti sekarang Bentuk dan cara penggunaan ruang publik tidak
yang mengikuti arah-arah tradisional yang selalu sama, tergantung konteks tempatnya dan akar
sudah ada. Sistem grid ini telah terbukti budaya masing-masing tempat. Di negara-negara
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 12
4. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
barat ruang untuk berbagai aktifitas adalah di perpindahan untuk perpindahan barang dan orang,
square, sedangkan di negara timur (termasuk juga memiliki peran yang sedikit lebih abstrak yaitu
Indonesia) street atau jalan merupakan ruang bagi memberikan fasilitas sebagai tempat sekelompok
beragam aktifitas disamping merupakan sarana orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi.
penghubung dan sirkulasi dalam kota. Sehingga dapat disimpulkan jalan merupakan ruang
Fungsi jalan seringkali dipandang hanya terbuka dan digunakan sebagai ruang publik.
sebagai jalur transportasi. Mougtin (1991)
berpendapat bahwa jalan, selain menyediakan jalur
Gambar 2. Ringroad Ronda De Dalt Barcelona karya arsitek Joseph Anton Acebillo dan
Bernardo de Sola Susperregui - 1992
Sumber: Urbanismo Road System 1994
1.5 Ruang Publik yang Berkualitas ekonomi, fungsi, atau makna ekologis
Stephen Carr, dkk (Public Space, 1992:3 ) (Danisworo, 1988: 11)
mengatakan , “like the stage upon the drama of 1.6 Transportasi dan Estetika
communal life unfolds. Agar dapat berfungsi Sebagai akibat pertumbuhan kendaraan akan
dengan baik sebagai panggung – dimana drama ‘memaksa’ munculnya jalan-jalan baru dan
kehidupan berlangsung, maka ruang publik harus perbaikan jalan berupa pelebaran untuk
memenuhi kualitas tertentu secara permanen. Carr mengamodasikan pertumbuhan kendaraan.
mengemukakan dalam pemanfaatan sebuah ruang Diperlukan kerja sama beberapa disiplin ilmu
publik (public doamin) berdasarkan pola perilaku antara traffic engeenering, arsitek, urban desain dan
(bevioral setting) penggunanya, harus memiliki tiga lingkungan sehingga jalan bukan hanya
nilai utama yang dapat menjadi fungsi dan diakomadasi oleh kendaraan. Jalan sebagai ruang
pengendali pemanfaatannya, yaitu : publik harus dapat mengakomodasi pengguna
Responsive: Ruang publik harus dirancang dan selain
kelola untuk memenuhi kebutuhan penggunan. kendaraan, selain itu desain jalan setidaknya dapat
Kebutuhan tersebut antara lain, comfort, mempertimbangkan segi estetika sehingga nantinya
relaxation, active engagement, dan discovery dapat menjadi image kota. Desain jalan dikatakan
(Carr, 1992: 91 – 136) berhasil jika dapat mengakomodasikan semua
Democratic: Ruang publik harus melindungi pengguna jalan, baik dari segi fungsi keamanan,
hak-hak pengguna. Hak tersebut adalah: acces, keselamatan juga pertimbangkan kualitas estetika
freedom of action, claim, change, ownership dan lingkungannya. Sebagai contoh:
and disposition (Carr, 1992: 137 – 186) Di Barcelona –Spanyol- sebagai tuan rumah
Meaningful: Dengan memasukan konteks fisik pelaksanaan Olympic Games pada tahun 1992 kota
maupun sosial tertentu, ruang publik dapat ini mengadakan perbaikan infra struktur. Maksud
memberi makna sebagai place terhadap dari proyek ini adalah memperbaiki jaringan jalan
kepribadian seseoran, terhadap suatu kelompok yang sudah tidak memadai sebagai akibat
masyarakat tertentu atau terhadap masyarakat pertumbahan kendaraan dan juga sekaligus sebagai
luas (Carr, 1992: 186). Makna dalam tempat pelaksanaan sebagian pesta olah raga
pengertian ini dapat berupa makna sejarah, tersebut. Proyek tersebut antara lain Ronda De Dalt
budaya, tradisi, nilai-nilai keindahan, sosial yang konsepnya selain mengakomodasi persoalan
pertumbuhan kendaraan yang begitu cepat dan
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 13
5. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
terintergrasi dengan sistem urban environment, lokasi. Pada bagian hunian, jalur pedestrian ini
juga mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan disempurnakan dengan jalur hijau.
oleh elemen infrastruktur terhadap daerah hunian
dan struktur sosial kota.
Gambar 4.fasilitas pedestrian dengan pemilihan
Gambar 3. Jalan tol di kota Barcelona yang materi untuk penyelesain detail yang
terdiri dari dua lajur dan sangat menarik. Selain fungsi sebagai
dihubungkan dengan jembatan pedestrian dicapai juga segi estetika
serta ditengahnya terdapat ruang terpenuhi. Lokasi Barcelona. Sumber:
publik, berupa taman-taman dan Urbanismo Road System 1994
tempat bermain. Sumber: Urbanismo
Road System 1994
Sebelum Sesudah
Lahan kosong di tengah ringroad didesain sarana
olah raga berupa stadion olah raga yang terintegrasi
dengan sarana parkir. Setelah selesainya pesta olah
tersebut pemerintah setempat mengharapkan sarana
ini dipakai warga sebagai ruang publik untuk
berolah raga.
Sebelum Sesudah
Selain itu mereka mendesain jembatan yang tidak
hanya berfungsi sebagi sarana lalu lintas tetapi
mempertimbangkan segi estiteka.
Rivera Beach, Palm Beach Hayward,
California, 1992 (Duany dan Zyberk)
Elemen kuncinya adalah ‘the rethinking of the Proses transformasi hujan menjadi aliran
city as nine neighborhood’ masing-masing
Gambar 5. Riviera Beach, Palm Beach County,
memiliki identitas sendiri.
Florida 1991 (Mark Scimmenti).
Elemen lain adalah restorasi jalan utama, Sumber: Katz, 1994
dengan street wall dan arkade yang
memudahkan pejalan kaki mengakses berbagai
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 14
6. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
Gambar 6. Dac De Roda Bridge merupakan karya arsitek Santiago Calatrava yang berlokasi di
Barcelona, selesai tahun 1987. “bukan hanya sekedar Jembatan tetapi merupakan image kota’
Sumber: Urbanismo Road System 1994
1..7 Pengaruh Permasalahan Transportasi Kota ini membutuhkan pembebasan lahan pada jalur
Terhadap Kualitas Ruang Terbuka Sebagai yang dilewati. Pohon-pohon besar yang telah
Ruang Publik di Kota Bandung berumur puluhan tahun pada jalan Surapati,
Berbagai jalan di kota Bandung telah Pasteur dan jalan lain yang kena ‘imbas’ dari
bergeser fungsinya menjadi ruang publik daripada realisasi proyek ini, terbabat habis, sehingga
sekedar ruang untuk kendaraan, hal dapat kita amati suasana di sekitar proyek semakin panas,
pada jalan Cihampelas, daerah disekitar alun-alun, gersang, dan sumpek. Ini akan berdampak
jalan Merdeka, dan jalan Ir. Juanda. Kecenderungan langsung terhadap kualitas ruang terbuka hijau
ini tidak terlepas dari fungsi-fungsi yang ada di di kota Bandung.
sekitarnya, juga dipengaruhi oleh pergerakan Dilihat dari tingginya kebutuhan ruang untuk
manusia. Pengaruh-pengaruh permasalahan kendaraan, tidak mengherankan apabila
transportasi kota terhadap kualitas ruang terbuka berbagai ruang kota untuk kenyamanan manusia
sebagai ruang publik di kota Bandung, diantara lain berkegiatan di kota seperti taman-taman, jalur-
Pembangunan jalan layang pasupati dengan jalur pedestrian, ruang-ruang terbuka semakin
nilai sekitar ±Rp. 300 milyar yang peletakan tersita. Bayangkan, jika Jika perhitungan kasar
batu pertamanya dilakukan oleh Menkimpraswil ada kira-kira 1,5 juta kendaraan, termasuk
Jum’at 26-10-2001 (Pikiran Rakyat 26-9-2001). kendaraan umum, yang berada di kota Bandung,
Proyek Pasupati ini melintasi lembah Sungai maka dapat diperkirakan berapa ratus ribu mobil
Cikapundung untuk menghubungkan Jalan sehari yang akan menempati ruang untuk parkir.
Pasteur dan Jalan Surapati. Dalam perencanaan Jika kita menghitung luas lahan parkir dengan
titik awal jalan layang Pasupati dari arah barat standar 1 mobil membutuhkan 30 m2, maka
adalah jalan Djaoendjanan, mengikuti ruang yang dibutuhkan untuk parkir saja seluas
alinyemen Jalan Pasteur, menyeberang lembah 45 juta m2. angka ini ekivalen dengan 1,5 juta
Cikapundung, melalui jalan Cikapayang dan unit rumah type 21...!
berakhir di jalan Surapati. Pelaksanaan proyek
Gambar 7. Rencana Jalan Layang Pasupati Bandung yang melintasi lembah
Cikapundung Bandung . Sumber : Kimpraswil Bandung 2003
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 15
7. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
Dahulu Sekarang Pembangunan fisik seringkali diterjemahkan
dengan ‘membuat’ sesuatu yang baru, atau
‘mengganti’ dan ‘menghilangkan’ apa yang ada
sebelumnya. Penataan kota secara buta dengan niat
menciptakan ruang kota yang dikatakan ‘baik’,
justru menyebabkan keseragaman di berbagai
kawasan. Keberadaan sense of place kawasan yang
seharusnya mencirikan karakter khas kawasan
menjadi hilang. Hal ini terjadi pada pembangunan
Gambar 8. Kawasan alun-alun Bandung dahulu fungsi baru Bandung Eletronic Center di Jl.
dan sekarang. Sumber: Dok.Pribadi Purnawarman yang menimbulkan bangkitan lalu
2004
lintas sedangkan volume jalan tidak direncanakan
Kawasan alun-alun Bandung yang merupakan sebagai kawasan komersial, sehingga
kawasan publik dan merupakan image menimbulkan kemacetan pada kawasan tersebut.
kawasan, sebentar lagi menjadi halaman
Mesjid Agung dan menjadi taman parkir kota
sebagai akibat bertambah padatnya kendaraan.
Akan dikemanakan ‘meaningful’ dari kawasan
alun-alun tersebut?
Jl. Pasteur dahulu dengan image pohon palem
raja, memberikan perspektif yang jelas dengan
satu titik hilang di tengah, menyajikan
pemandangan menarik serta sebagai peneduh
bagi pejalan kaki, sekarang jalan ini tampak Holiday Inn
gersang dan dimakan oleh penambahan sarana
dan prasarana transportasi sebagai gantinya Gambar 11. Suasana pedestrian di depan
tampak ‘tanaman’ beton tiang pancang untuk 'holiday inn' Jl. Juanda Bandung
jalan layang pasupati. yang ‘merebut’ trotoar untuk
fungsi parkir hotel, pejalan
Dahulu Sekarang
akhirnya memilih untuk berjalan
di jalan raya karena merasa lebih
nyaman, tidak perlu naik turun
atau melewati lubang-lubang.
Sumber: Dok. Pribadi 2003
Gambar 9. Kondisi Jalan Pastuer dahulu dan
sekarang. Sumber: Dok.Pribadi 2002
Gambar 10. Konflik kepentingan antara
kendaraan dan pejalan kaki . Gambar 12. Bandung Electronic Center
Tampak Pos polisi di tengah merupakan salah satu penyebab
trotoar di perepatan Jl. Ir. kemacetan di sekitar kawasan
Jl. Purnawarman. Sumber: Dok.
merupakan proses– alamiah Martadinata.
Juanda Jl. yang sangat
Sumber: Dok. Pribadi 2002 Pribadi 2003
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 16
8. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
2. Konsep-konsep permasalahan spesifik konteks setempat.
Banyak konsep yang telah di tawarkan antara lain : (Indonesia – Amerika berbeda
Penggunaan angkutan yang bersifat masal permasalahannya).
misalnya, mass rapid transit (MRT) karena
kemampuan angkutnya yang lebih besar.
Sebagai perbandingan, kota Curitiba di Brasil,
misalnya, sejak 30 tahun yang lalu sudah
menetapkan bahwa pengembangan kota
mereka akan berorientasi pada angkutan umum
berupa bis karena pilihgan subway terlalu
mahal. Dipimpin oleh walikota yang juga
aktivitas sosial, kota Curitiba semakin
menunjukan keberhasilannya sebagai kota
yang secara lingkungan semakin meningkat
kualitasnya. Walaupun tingkat kepemilikan
mobil sangat tinggi (1.2 per kapita), akan tetapi
tingkat pemakaiannya sangat rendah. Saat ini Gambar 13. Model umum kawasan Transit-
70 persen penduduk memilih untuk memakai Oriented Development. Sumber:
bis umum sebagai sarana transportasi. Dengan Calthorpe. 1993
turunnya tingkat pemakaian kendaraan pribadi,
banyak jalan-jalan di pusat kota dirubah Traditional Neighbourhood Development
menjadi ruang-ruang terbuka yang beroreantasi (TND). Merupakan konsep yang diperkenalkan
pada pejalan kaki dan dipergunakan untuk oleh Andres Duany dan Elizabeth Plate-Zyberk
kegiatan-kegiatan publik. (1994). TND ini dioperasikan pada skala yang
Konsep Transit-Oriented Development (TOD) lebih kecil dari TOD. Unit dasar dari TND
yang merupakan pengembangan komunitas adalah neighbourhood, yang dibatasi ukuran
dengan fungsi mixed-use community dalam 16-18 hektar dan dikonfigurasikan dalam
radius jarak nyaman berjalan kaki sekitar 2000 radius tidak lebih 2,3 kilometer, sehingga
ft = 610m dari pusatnya yang merupakan titik kebanyakan dari huniannya berada dalam
transit dan area pusat komersial campuran. jangkuan jarak tiga menit berjalan kaki dari
Campuran berbagai macam fungsi yang taman lingkungan dan lima menit dari ruang
beragam sekaligus dalam satu lot lahan atau terbuka pusat. Sama dengan TOD, hunian
bahkan dalam satu bangunan dapat saja berupa terdapat fasilitas pendidikan, pusat kesehatan,
fungsi hunian, retail, komersial, perkantaoran, toko kebutuhan dan hiburan.
ruang terbuka, dan fungsi lainnya. Lingkungan Kelompok neighbourhood membentuk
yang walkable environment diciptakan tidak villages, yang dipisahkan satu sama lain
hanya bagi seluruh penghuni namun juga dengan taman, tetapi dihubungkan dengan
pendatang dalam melakukan perjalanan yang jalan utama. Area komersial dan fasilitas
seluruhnya dilayani oleh sistem transit, baik publik digunakan untuk melayani village
kendaraan pribadi, umum, maupun moda seperti fasilitas rekreasi dan bioskop atau skala
transportasi lanjutan lainnya besar seperti fasilitas publik seperti pemadam
Konsep ini muncul ketika perencanaan kebakaran, pusat pertemuan atau rumah
kawasan kota kebanyakan kurang terintegrasi peristerahatan. Inti dari TND merupakan
dengan baik dalam perencanaan yang kompak jaringan jalan dengan koneksi frekuensial –
antara sistem transportasi, penggunaan lahan yang memperlancar aliran lalu lintas karena
sekitar, pemanfaatan jaringan jalan,, menyediakan jalur untuk berbagai perjalanan.
perencanaan rancang bangun kota. Konsep ini Jaringan seperti membuat
dikembangkan oleh Peter Calthorpe. Konsep pedestrian dan pergerakan kendaraan tidak
ini layak dilakukan terutama untuk memberikan bermotor lebih mudah dengan memperlambat
kerangka berpikir awal ide penerapan suatu lalu lintas kendaraan dan membuat perjalanan
lingkungan transit menjadi suatu pusat semakin dekat dibandingkan dengan tempat
komunitas. Namun harus dipertimbangkan yang memiliki hirarki sistem jalan. Konsep
sejumlah variabel tak terduga yang timbul dari tersebut tadi dikombinasikan dengan
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 17
9. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
kebutuhan guna lahan campuran, dapat Hal ini dapat sukses karena lalu-lintas
dihasilkan komunitas dimana berjalan kendaraan secara bertahap didorang keluar
merupakan pilihan yang realistik untuk pusat kota, atau paling tidak diperlambat
sebagian besar perjalanan harian. Hal ini dapat kecepatan dan dikurangi volumenya, untuk
dilihat pada contoh kasus Sea Side di Florida di menjamin keselarasan dengan arus pedestrian.
gambar 13. Ruang-ruang terbuka yang berada di
Conpehagen satu persatu dirombak dari areal
parkir menjadi ruang-ruang publik yang aktif
dan aktraktif.
People – Oriented City cukup relevan untuk
diwacanakan melihat kondisi yang sedang
berkembang di Indonesia, termasuk kota
Bandung. Potensi yang ada di Indonesia
dengan adanya moda transportasi yang
bervariasi. Moda transportasi tersebut adalah
bus dan kereta api. Selain itu terdapat moda-
moda lain yang lebih kecil, seperti angkutan
kota, bajaj, becak, delman, dan ojek. Ini
merupakan modal yang signifikan karena
Gambar 14. Layout jalan dan gang yang berpola bervariasinya jenis transportasi maka akan
grid terarahkan pada sebuah square lebih memudahkan pergantian moda apabila
di bagian pusatnya. Square ini diperlukan.
didefinisikan oleh bangunan mixed
use dengan ketinggian 2 hingga 3 3. Penutup
lantai yang pada perkembangannya Melihat permasalahan lalu lintas di Bandung
menjadi area komersial dan retail yang banyak pengaruh negatifnya terhadap
penunjang lingkungan sekitarnya. kota salah satunya terhadap Open Space
Area komersial yang utama dibagi sebagai public space. Manusia mulai
dalam 2 area retail. Sumber: The tersingkirkan oleh kendaraan bermotor, yang
Seaside Story.htm tentunya masyarakat kota akan menanggung
beban yang negatif yang pada akhirnya akan
Konsep People – Oriented City merupakan kualitas kota.
konsep perancangan kota yang mengutamakan Banyak konsep telah ditawarkan oleh para
perhatiannya pada manusia. Konsep ini pakar Urban design diantaranya mass rapid
mencakup konsep TOD dan TND. Manusia transit (MRT), Transit Oriented Development
yang semula mulai disingkirkan oleh (TOD), Traditional Neighbourhood
keberadaan kendaraan bermotor kembali Development (TND), dan Konsep People –
menjadi subyek utama dalam proses Oriented City, yang tentunya kita tidak dapat
perancangan kota. Skala-skala kota yang implementasikan begitu saja pada kota kita,
semula beroreantasi pada pergerakan banyak faktor-faktor yang menjadi
kendaraan dikembalikan pada skala-skala pertimbangan diantaranya adalah sosial budaya
manusia yang berjalan. Salah satu tujuan dari masyarakat kita. Kemudian kebijakan-
konsep ini adalah mengurangi ketergantungan kebijakan daerah pemerintah serta pranata
kepada kendaraan bermotor/pribadi. Konsep ini yang belum berorentasi pada sepenuhnya
bertujuan menciptakan sebuah kota yang kepada publik. Ini dapat kita lihat banyaknya
manusiawi. Memberikan hak kepada pejalan kebijakan-kebijakan yang tidak jelas,
untuk melakukan aktivitas dengan nyaman peruntukan lahan yang sering berubah-ubah
tanpa merasa terganggu oleh kendaraan yang dampaknya tentu sangat luas, misalnya
bermotor. Banyak kota-kota di negara maju keluarnya izin pembangunan yang
telah melaksanakan konsep ini diantaranya, mengundang bangkitan lalu lintas sehingga
Denmark yang pada tahun 1962, jalan-jalan di menimbulkan permasalahan transportasi,
pusat kota Copenhagen masih dijejali oleh permasalahan transportasi itu sendiri
kendaraan bermotor dan ruang terbuka yang menyebabkan permasalahan turunan yang
ada dipergunakan untuk lahan parkir. berkaitan elemen-elemen perancangan kota.
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 18
10. Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik
Membangun jaringan dan sistem transportasi Mayer, J.R, Kain, J.F. Wohl, M, The Urban
umum yang efektif dan efesien. Misalnya Transportation Problem, Havard University
dengan menjalan konsep MRT sehingga Press, Cambrige, Massachusetts;1974
transportasi yang merupakan sarana vital untuk
kehidupan urban akan menjadi lebih baik dan Tardiyana. Ahmad D, Makalah Tema: Fenomena
mobilitas manuisa dalam kota akan lebih Ruang dan Bentuk Sebuah Metropolis, Mei
mudah. Dengan begitu diharapkan 2000
ketergantungan terhadap kendaraan pribadi
semakin berkurang. Warpani, Suwardjoko P, Pengelolaan Lalu Lintas
Pengurangan penggunaan kendaraan pribadi dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB; 2002
pada kawasan kota sehingga kepadatan lalu
lintas berkurang, selain konsep-konsep yang ....Urbanismo Road System 1994
disebutkan diatas, ada beberapa alternatif untuk
membatasi penggunaan kendaraan pribadi www. The Seaside Story.htm (2002)
diantaranya adalah : penetapan restribusi parkir
yang tinggi dan waktu parkirnya dibatasi,
menaikkan BBM, meningkatkan kualitas dan
fasilitas angkutan umum dan lain-lain.
Sehingga pengguna kendaraan termotivasi
untuk menggunakan kendaraan umum.
Menciptakan ruang publik yang akomodatif,
adaptif dan aspiratif sehingga penggunan
merasa nyaman dalam penggunaan ruang
publik.
4. Daftar Pustaka
Appleyard, Donald, Livable Streets, University of
Califonia Press, Berkeley, CA; 1991
Carr, Stephen, M. Francis, L.G. Rivlin, A.M. Stone,
Public Space, Cambrige University Press,
New York;1992
Calthorpe, Peter, The Next American Metropolis,
Priceton Architectural Press, New
York;1993
Crawford, J.H, Carfree Cities, International Books,
2000
Dana. Djefry W, Ciri Perancangan Kota Bandung,
PT Gramedia Pustaka Jaya, Jakarta;1990
Gehl. Jan, Gemzøe. Lars, Public Spaces – Public
Life, The Danish Architectural Press,
Conpenhagen;1996
Hayward, Richard. McGlynn, Sue. Making Better
Places: Urban Design Now, Buttetrworth
Architecture, Oxford;1993
Karz, Peter. The Urbanism : Toward and
Architecture of Community. mcGraw-Hill,
inc., New York, 1994
“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 19