SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 16
Pengertian Bahasa Indonesia Ilmiah
Bahasa Indonesia Ilmiah adalah ragam Bahasa Indonesia yang
digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat
terpelajar. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai
kegiatan yang bersifat resmi, ragam Bahasa Indonesia yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam Bahasa Indonesia
baku. Jadi, Bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam Bahasa
Indonesia baku yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh
kelompok masyarakat terpelajar.
Meski sama-sama baku, tetapi ada perbedaan dalam penggunaan
Bahasa Indonesia baku untuk kegiatan kenegaran dengan untuk
kegiatan ilmiah. Dalam kegiatan ilmiah, penggunaan Bahasa
Indonesia yang baku harus sesuai dengan sifat keilmuan yang
meliputi: benar, logis cermat dan sistematis. Selain itu, menurut
Nazar (2004: 8), penggunaan Bahasa Indonesia dalam kegiatan
ilmiah, baik apakah itu dalam bentuk tulis maupun lisan, yang
juga harus diperhatikan adalah kelengkapan, kecermatan, dan
kejelasan pengungkapan ide. Ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya salah tafsir dalam kegiatan ilmiah.
1. A. Ciri dan Karakter Bahasa Indonesia Ilmiah
Setiap ragam Bahasa memiliki ciri khasnya masing-
masing. Menurut Nazar (2004: 9), ciri ragam Bahasa Indonesia
Ilmiah sebagai berikut:
1. Kaidah Bahasa Indonesia yang digunakan harus benar
sesuai dengan kaidah pada Bahasa Indonesia baku, baik
kaidah tata ejaan maupun tata Bahasa (pembentukan kata,
frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta
yang dapat diterima akal sehat (logis).
3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung
satu makna. Hal ini tergantung pada ketepatan memilih
kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi, kalimat yang
digunakan efektif.
4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang
sebenarnya.
5. Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi/ bernas.
Oleh sebab itu, penggunaan kata dalam kalimat seperlunya,
tetapi pemilihannya tepat.
6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus
lugas yaitu langsung menuju pada sasaran.
7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan
secara runtun dan sistematis.
8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga
tidak menimbulkan salah tafsir.
Selain ciri, ragam Bahasa Indonesia yang digunakan untuk
kegiatan keilmuan tersebut juga memiliki karakteristik. Menurut
Suwignyo (2008: 11), Bahasa Indonesia untuk kegiatan
keilmuan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Objektif. Dalam artian kata-kata yang digunakan harus
netral/ tidak memihak dan berorientasi pada gagasan/
objeknya.
2. Ringkas dan Jelas. Komunikasi keilmuan adalah
komunikasi lugas dan langsung pada inti informasi. Oleh
sebab itu unsur Bahasa yang digunakan juga lugas dengan
menghindari kata-kata metaforis atau kata-kata konotatif.
Komunikasi keilmuan harus langsung pada inti informasi
dengan cara menggunakan unsur Bahasa.
3. Cendekia. Dalam artian, kecermatan dalam pemilihan kata.
Penulis harus mampu memilih kata dengan cermat
sehingga pernyataannya terbentuk dengan tepat, cemat,
logis, dan abstrak.
4. Formal. Artinya, Bahasa Indonesia yang digunakan untuk
kegiatan keilmuan haruslah bersifat formal.
5. Konsisten/ Taat Asas. Penggunaan unsur Bahasa dalam
karya keilmuan digunakan secara konsisten. Unsur
keBahasaan yang dimaksud adalah kosakata/ istilah,
bentukan kata, dan penggunaan singakatan. Dalam karya
keilmuan jika sebuah istilah atau kata digunakan maka
selanjutnya istilah/kata tersebut digunakan secara
konsisten.
“EJAAN BAHASA INDONESIA YANG
DISEMPURNAKAN”
1. A. Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan
Ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata,
tapi juga berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf
menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata
atau kalimat. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan
antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu Bahasa). Ia merupakan ketentuan yang mengatur
penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar berikut
penggunaan tanda bacanya.
Saat ini Bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan sebagai sistem tataBahasa yang
resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan tidak hanya
meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf
miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian
tanda baca saja, melainkan juga meliputi pedoman umum
pembentukan istilah dan pedoman pemenggalan kata.
Secara defenitif, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
adalah sistem ejaan Bahasa Indonesia yang didasarkan pada
Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972 yang diresmikan pada
tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia.
Sistem ejaan ini, pada mulanya, disebarkan melalui buku kecil
yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Buku kecil ini merupakan buku patokan
pemakaian sistem ejaan ini. Tetapi, di kemudian hari, karena
buku penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972
(Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah
ejaan yang lebih luas. Kemudian Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Kemudian, pada Tahun 1987, kedua buku pedoman tersebut
direvisi. Kemudian, edisi revisi dikuatkan dengan Putusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0543a/U/1987, tanggal
9 September 1987.
1. B. Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan
Sebelum diberlakukannya sistem ejaan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dalam sistem tataBahasa Bahasa
Indonesia, ada beberapa sistem ejaan yang berlaku dalam
tataBahasa Bahasa Indonesia. Pada tahun 1901 ditetapkan sistem
ejaan van Ophuijsen sebagai sistem ejaan yang berlaku resmi di
Indonesia. Ejaan van Ophuijsen merupakan ejaan Bahasa
Melayu dengan huruf Latin. Perancang ejaan ini adalah seorang
berkebangsaan Belana, vam Ophuijsen, dibantu oleh Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim.
Sistem ejaan ini berbeda dengan sistem ejaan dalam Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Berbeda dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang menggunakan
huruf y dalam menuliskan kata-kata yang, payah, atau sayang,
Ejaan van Ophuijsen masih menggunakan huruf j untuk
menuliskan kata-kata tersebut. Sementara untuk menuliskan
kata-kata seperti guru, itu, umur, ejaan van Ophuijsen tidak
menggunakan huruf u melainkan menggunakan huruf oe.
Setelah menggunakannya lebih dari empat puluh tahun lamanya,
akhirnya ejaan van Ophuijsen tidak diberlakukan lagi.
Keberadaannya diganti dengan ejaan Soewandi. Ejaan ini
diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947. Ejaan ini disebut juga
ejaan Republik.
Dalam sistem ejaan ini, Bahasa Indonesia sudah menggunakan
huruf u untuk menuliskan kata-kata semacam guru, itu, umur.
Tetapi masih seperti ejaan van Ophuijsen, ejaan ini juga masih
menggunakan huruf j untuk menuliskan kata-kata seperti pajah,
sajang, jang. Selain itu, tidak seperti Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, dalam ejaan Soewandi awalan di- dan
kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun,
disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
Hal tersebut jelas berbeda dengan sistem ejaan dalam Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, kata depan di dan imbuhan di-
ditulis dengan cara yang berbeda. Kata depan di pada di rumah,
di kebun ditulis secara terpisah. Sementara imbuhan di- pada
dimakan, ditulis tetap ditulis secara serangkai.
Selain ejaan van Ophuijsen dan ejaan Soewandi, Bahasa
Indonesia juga pernah memberlakukan ejaan Melindo. Ejaan ini
dihasilkan pada akhir 1959 lewat sidang perutusan Indonesia
dan Melayu. Tetapi karena perkembangan politik pada tahun-
tahun berikutnya, ejaan ini urung diresmikan penggunaannya.
“KARANGAN ILMIAH”
1. A. Pengertian Karangan Ilmiah
Perguruan tinggi merupakan pusat pengembangan ilmu
pengetahuan. Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,
perguruan tinggi dipenuhi dengan kegiatan ilmiah. Sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan, kedudukan karangan ilmiah
di perguruan tinggi sangat penting, sebab karangan ilmiah
merupakan bagian dari tuntutan formal akademik, dan ia
merupakan satu ciri lain dari suasana ilmiah akademisi.
Di perguruan tinggi, mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi
konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi produsen ilmu
pengetahuan, oleh karena itu penulisan karangan ilmiah menjadi
kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa di perguruan
tinggi. Artinya, mahasiswa bukan saja dapat membaca tulisan-
tulisan ilmiah, tetapi juga harus dapat menulis sendiri karangan-
karangan yang bersifat ilmiah. Jadi, menulis karangan ilmiah
dapat dikatakan merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam
seluruh proses pembelajara yang dialami setiap mahasiswa.
Karangan ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang bentuk, isi, dan
Bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Ia
merupakan hasil cipta tulis yang telah diakui dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis atau dikerjakan
sesuai dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau
konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan.
Karena karangan ilmiah berisi serangkaian hasil pemikiran yang
diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya., umumnya, ditulis
berdasarkan hasil-hasil pemikiran dan perenungan sendiri, serta
kesimpulan dan pendapat-pendapat sendiri. Karangan ilmiah
senantiasa didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan,
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun Bahasa
dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenaran
keilmiahannya. Dan setiap karangan ilmiah memiliki ciri-cirinya
yang meliputi: a. menggunakan Bahasa baku dalam
penulisannya, dan b. mengandung syarat kebenaran ilmiah.
Menurut Rahayu (2007: 55-56), syarat kebenaran ilmiah itu
meliputi koherensi, korispondensi dan pragmatis. Koherensi
dalam artian bahwa penyataan-pernyataan yang dibutnya
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Korespondensi berarti suatu
pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang
dikandungnya berhubungan atau memiliki korespondensi
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut atau sesuai
dengan faktanya. Dan pragramtis berarti pernytaan dianggap
benar karena pernyataan tersebut memiliki sifat pragmatis atau
fungsional dalam kehidupan praktis, dapat dipraktekkan dan
didayagunakan bagi kehidupan manusia dii dunia.
1. B. Tujuan Penulisan Karangan Ilmiah
Penulisan karangan ilmiah memiliki beberapa tujuan. Secara
umum, menurut Surakhmad (1988: 9), penulisan karangan
ilmiah memiliki tujuan melatih seseorang untuk menyusun hasil
pemikiran dan hasil penyelidikannya menurut cara-cara yang
lazim dipergunakan oleh sarjana-sarjana dalam dunia ilmu
pengetahuan, dan memberi kesempatan kepada setiap orang
untuk dapat mengikuti uraian dan data yang dikemukakan dalam
laporan ilmiah. Secara spesifik, Surakhmad berpendapat (1988:
11), karangan ilmiah memiliki tujuan melaporkan keterangan
dan pikiran secara jelas, ringkas dan tegas.
1. C. Jenis-jenis Karangan Ilmiah
Dilihat dari tujuan penulisannya, merujuk pada Djuharie (2001:
9), karangan ilmiah dapat dibedakan ke dalam dua jenis.
Pertama adalah untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan,
seperti makalah dan laporan buku atau laporan bab. Kedua
adalah karangan ilmuah yang merupakan syarat yang dituntut
dari mahasiswa ketika menyelesaikan satu program studi, seperti
skripsi, tesis, dan disertasi.
1. 1. Makalah
Makalah, merujuk pada Djuharie (2001: 11), merupakan
karangan ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup
dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah merupakan
salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan.
Menurut Djuharie (2001: 11), makalah memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Merupakan hasil kajian literature atau laporan
pelaksanaan suatu kegiatan lapangan yang sesuai dengan
cakupan permalsalahan suatu perkuliahan.
b) Mendemonstrasikan pemahaman mahasiswa tentang
permasalahan teoritik yang dikaji atau kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang
berhubungan dengan perkuliahan.
c) Menunjukkan kemampuan terhadap isi dari berbagai
sumber yang digunakan.
d) Mendemonstrasikan kemampuan meramu berbagai
sumber informasi dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.
Secara umum, Djuharie berpendapat (2001: 12) terdapat dua
jenis makalah yang berlaku di perguruan tinggi, yakni makalah
biasa (common paper) dan makalah posisi (position paper).
Makalah biasa (common paper) adalah makalah yang dibuat
mahahasiswa dalam bentuk yang deskriptif. Makalah jenis ini
dibuat mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap
permasalahan yang dibahas. Dalam makalah jenis ini,
mahasiswa diperkenankan mengemukakan berbagai aliran atau
pandangan yang ada tentang masalah yang dikaji. Dalam
makalah jenis ini, mahasiswa boleh memberikan pendapat baik
apakah itu dalam bentuk kritik atau saran mengenai aliran atau
pendapat yang dikemukakan. Tetapi ia tidak perlu memihak
pada salah satu aliran atau pendapat tertentu. Dengan demikian,
mahasiswa atau penyusun makalah tidak perlu berargumentasi
mempertahankan pendapat tersebut.
Selain makalah biasa (common paper), juga terdapat makalah
jenis makalah posisi (position paper). Makalah posisi merupakan
makalah yang dibuat oleh mahasiswa untuk menunjukkan posisi
teoritiknya dalam suatu kajian. Dalam makalah jenis ini,
mahasiswa diminta untuk tidak saja menunjukkan penguasaan
pengetahuan tertentu, tetapi juga dituntut untuk dapat
menunjukkan di pihak mana ia berdiri.
Agar dapat membuat makalah jenis makalah posisi, mahasiswa
harus membaca berbagai sumber dari berbagai aliran tentang
topik yang sedang dibahas. Dari bahasan tersebut, mungkin saja
mahasiswa dapat memihak salah satu aliran yang ada tetapi
mungkin pula dia membuat suatu sintesis dari berbagai pendapat
yang ada. Jadi, kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi
merupakan kemampuan mutlak yang harus dikuasai oleh
mahasiswa dalam membuat makalah jenis ini, sebab dengan
kemampuan-kemampuan tersebut makalah jenis ini dapat
dihasilkan.
Baik makalah biasa atau makalah posisi, merujuk pada Djuharie
(2001: 13), memiliki sistematika yang terdiri atas: pendahuluan
(bagian tempat dikemukakannya persoalan yang akan dibahas),
isi (tempat didemonstrasikannya kemampuan mahasiswa dalam
menjawab masalah yang diajukan), dan kesimpuan (bagian yang
merupakan tempat disimpulkannya makna yang diberikan
penulis terhadap hasil diskusi/ uraian yang telah dilakukannya
dalam bagian isi).
1. 2. Laporan Buku
Laporan buku atau laporan bab, menurut Djuharie (2001: 14),
pada dasarnya adalah karangan ilmiah yang mendemonstrasikan
pemahaman mahasiswa terhadap isi buku atau bab yang
dilaporkan. Dalam bentuknya yang lebih tinggi, laporan buku
atau laporan bab juga mendemonstrasikan kemampuan analisis
dan evaluatif mahasiswa. Oleh karena itu, laporan buku atau
laporan bab bukanlah ringkasan atau terjemahan dari buku atau
bab yang dilaporkan.
Dalam membuat laporan jenis ini, mahasiswa diperbolehkan
mengutip beberapa bagian dari buku atau bab yang dibahasnya.
Kutipan tersebut sifatnya hanyalah untuk mendukung atau
memperkuat pendapat pelapor tentang isi dari bab atau buku
yang dibahasnya. Kutipan tersebut tidak boleh menjadi sesuatu
yang dominan dalam laporan yang disampaikannya.
Dalam laporan tersebut, mahasiswa diharuskan untuk
merumuskan isi pokok-pokok pemikiran dari buku atau bab
yang bersangkutan, serta komentar terhadap isi buku yang
dilaporkan. Rumusan isi pokok tersebut meliputi permasalahan
yang diajukan pengarang, cara pengarang menyelesaikan
permasalahan yang disajikan, konsep teori yang dikembangkan
dalam buku atau bab tersebut, serta ciri khas pendapat
pengarang. Dalam hal laporan bab, harus juga dinyatakan
kedudukan bab tersebut dalam keseluruhan isi buku.
Djuharie berpendapat (2001: 14), laporan buku memiliki
sistematika penyusunan yang terdiri dari: pendahuluan
(memberikan gambaran keadaan buku atau bab yang
dilaporkan), isi buku atau isi bab (mengemukakan isi dari buku
atau bab yang dilaporkan sebagai bukti pemahaman pelapor
terhadap buku atau bab yang dilaporkan), komentar (komentar
pelapor terhadap isi buku atau isi bab yang dilaporkan), dan
kesimpulan (kesimpulan tentang buku atau bab yang dilaporkan
atau implikasi terhadap studi yang sedang dipelajari).
1. 3. Skripsi
Skripsi, merujuk Djuharie (2001: 17), merupakan karangan
ilmiah akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program
Strata 1 (S1). Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik
mahasiswa yang bersangkutan dalam penelitian yang
berhubungan dengan masalah pendidikan sesuai dengan bidang
studinya. Skripsi disusun dan dipertahankan untuk mencapai
gelar Sarjana Strata Satu.
Menurut Djuharie (2001: 17-19), dalam membuat skripsi
mahasiswa biasanya melalui tiga tahapan, meliputi tahap
persiapan, tahap penelitian dan bimbingan, dan tahap
penyelesaian akhir. Tahap persiapan adalah tahap di mana
mahasiswa sebagai calon Sarjana Strata Satu diwajibkan untuk
menyusun usulan rancangan penulisan skripsi. Usulan
rancangan penulisan skripsi ini memuat: judul skripsi, latar
belakang masalah, identifikasi masalah termasuk pertanyaan
penelitian, variable penelitian, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, batasan istilah, asumsi dan hipotesis, ringkasan
tinjauan teoritis dari buku jurnal dan laporan penelitian yang
relevan, metodologi yang mencakup sample, instrumen, dan
teknik analisis, sistematika penulisan, dan agenda kegiatan
penelitian.
Pada tahap persiapan ini kandidat dianjurkan untuk melakukan
konsultasi atau diskusi dengan dosen yang memiliki spesialisasi
dalam bidang kajian yang bersangkutan. Tujuannya adalah
untuk memantapkan judul, permasalahan serta metodologi
penelitian yang dicanangkan. Sehingga kandidat tidak hanya
mendapatkan pengesahan, tetapi juga mendapatkan persetujuan
dari pembimbingnya dengan dikeluarkannya SK Dekan tentang
pembimbing.
Tahap berikutnya dalam membuat skripsi adalah tahap
pelaksanaan penelitian dan bimbingan. Dalam tahap ini, setelah
dikeluarkannya surat keputusan pengangkatan pembimbing,
mahasiswa atau calon sarjana strata satu mulai bekerja di bawah
bimbingan pembimbing yang telah ditunjuk. Apabila seorang
mahasiswa keberatan atas seorang pembimbing yang
bersangkutan dapat mengajukan permohonan penggantian
kepada ketua jurusan atau program studi.
Berdasarkan kesepakatan pembimbing dan mahasiswa peneliti,
kegiatan-kegiatan penelitian dilaksanakan selama proses
penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan proses penulisan.
Setiap hasil penelitian dan penulisan diajukan pada pertemuan
antara pembimbing dan mahasiswa peneliti.
1. 4. Tesis
Tesis, menurut Djuharie (2001: 19) merupakan karangan ilmiah
resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program
studi Strata Dua. Tesis merupakan bukti kemampuan yang
bersangkutan dalam penelitian pengembangan ilmu pada salah
satu disiplin ilmu. Tesis disusun dan dipertahankan untuk
memperoleh gelar Master atau Magister.
Menurut Djuharie (2001: 19-20), tesis memiliki karakteristik
sebagai berikut yang berfokus pada kajian mengenai salah satu
isu sentral yang tercakup dalam salah satu disiplin ilmu, sesuai
dengan disiplin yang dipelajari; merupakan pengujian empirik
terhadap posisi teoritik tertentu dalam disiplin ilmu yang
dipelajari, walaupun tidak harus menemukan suatu penemuan
baru; menggunakan data primer (data yang dikumpulkan dari
lapangan untuk penelitian lapangan) sebagai data utama, sedang
untuk penelitian bibliografi, digunakan sumber yang otentik;
dan, ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
1. 5. Disertasi
Disertasi, Djuharie berpendapat (2001: 20), merupakan karangan
ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan
program Strata Tiga. Disertasi merupakan bukti kemampuan
yang bersangkutan dalam penelitian yang berhubungan dengan
penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu. Disertasi disusun
dan dipertahankan untuk memperoleh gelar Doktor.
Menurut Djuharie (2001: 21), disertasi memiliki beberapa
karakteristik, yakni: berfokus pada kajian mengenai salah satu
isi disiplin ilmu yang sesuai dengan disiplin yang dipelajari,
kupasannya berfokus pada penemuan sesuatu yang baru dalam
disiplin ilmu yang dikaji secara mendalam, menggunakan data
primer sebagai data utama, dan ditulis dalam Bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Pengertian bahasa indonesia ilmiah

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualUwes Chaeruman
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaShally Rahmawaty
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiNuri Andhika Pratama
 
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiaMakalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiariskia_chandra
 
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam IslamHamida ID
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsinatal kristiono
 
Laporan Penjualan Kewirausahaan
Laporan Penjualan KewirausahaanLaporan Penjualan Kewirausahaan
Laporan Penjualan KewirausahaanDiah Dwi Ammarwati
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikUwes Chaeruman
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsispilody111
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaSyaiful Ahdan
 
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGISMAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGISUNIVERSITAS PALANGKARAYA
 
Makalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuMakalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuLinda Rosita
 
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negaraKedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negaraMuhammadIqbal169
 
Ppt teknologi informasi dan komunikasi
Ppt teknologi informasi dan komunikasiPpt teknologi informasi dan komunikasi
Ppt teknologi informasi dan komunikasiirmaerviana99
 
Laporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungLaporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungAisyah Turidho
 
KAIDAH KALIMAT
KAIDAH KALIMATKAIDAH KALIMAT
KAIDAH KALIMATsyoretta
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiaElvarinna Permata
 

Was ist angesagt? (20)

Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel Konseptual
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
 
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiaMakalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
 
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
 
PARAGRAF (ppt)
PARAGRAF (ppt)PARAGRAF (ppt)
PARAGRAF (ppt)
 
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbaku
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbakuPpt bahasa baku dan bahasa nonbaku
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
 
Laporan Penjualan Kewirausahaan
Laporan Penjualan KewirausahaanLaporan Penjualan Kewirausahaan
Laporan Penjualan Kewirausahaan
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
 
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGISMAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
 
Makalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuMakalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia baku
 
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negaraKedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
 
Ppt teknologi informasi dan komunikasi
Ppt teknologi informasi dan komunikasiPpt teknologi informasi dan komunikasi
Ppt teknologi informasi dan komunikasi
 
Kalimat efektif ppt
Kalimat efektif pptKalimat efektif ppt
Kalimat efektif ppt
 
Laporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungLaporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan Jagung
 
KAIDAH KALIMAT
KAIDAH KALIMATKAIDAH KALIMAT
KAIDAH KALIMAT
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
 

Ähnlich wie Pengertian bahasa indonesia ilmiah

Bahasa Indonesia Ardi Mawardi
Bahasa Indonesia Ardi MawardiBahasa Indonesia Ardi Mawardi
Bahasa Indonesia Ardi Mawardifirdayanti8
 
Bahasa Indonesia. Hasnur
Bahasa Indonesia. HasnurBahasa Indonesia. Hasnur
Bahasa Indonesia. HasnurArdiMawardi1
 
Makalah Bahasa Indonesia Firdayanti
Makalah Bahasa Indonesia FirdayantiMakalah Bahasa Indonesia Firdayanti
Makalah Bahasa Indonesia Firdayantifirdayanti8
 
Makalah bahasa indonesia.doc
Makalah bahasa indonesia.docMakalah bahasa indonesia.doc
Makalah bahasa indonesia.docNor Hidayati
 
Sejarah perkembangan Bahasa indonesia
Sejarah perkembangan Bahasa indonesiaSejarah perkembangan Bahasa indonesia
Sejarah perkembangan Bahasa indonesiaindraotsu
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Sejarah ejaan bahasa
Sejarah ejaan bahasaSejarah ejaan bahasa
Sejarah ejaan bahasavanny nindya
 
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiahMakalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiahPrescott Py3man
 
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Ibrahim Naki
 
Pengertian dan Fungsi Ejaan
Pengertian dan Fungsi EjaanPengertian dan Fungsi Ejaan
Pengertian dan Fungsi Ejaanariffikri12
 
ppt bahasa indonesia.pptx
ppt bahasa indonesia.pptxppt bahasa indonesia.pptx
ppt bahasa indonesia.pptxNicholasGmarzai
 
Mod ul bhs indonesia
Mod ul bhs indonesiaMod ul bhs indonesia
Mod ul bhs indonesiacitra Joni
 
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasaKedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasaRiski Hp
 

Ähnlich wie Pengertian bahasa indonesia ilmiah (20)

Bahasa Indonesia Ardi Mawardi
Bahasa Indonesia Ardi MawardiBahasa Indonesia Ardi Mawardi
Bahasa Indonesia Ardi Mawardi
 
Bahasa Indonesia. Hasnur
Bahasa Indonesia. HasnurBahasa Indonesia. Hasnur
Bahasa Indonesia. Hasnur
 
Makalah Bahasa Indonesia Firdayanti
Makalah Bahasa Indonesia FirdayantiMakalah Bahasa Indonesia Firdayanti
Makalah Bahasa Indonesia Firdayanti
 
Makalah bahasa indonesia.doc
Makalah bahasa indonesia.docMakalah bahasa indonesia.doc
Makalah bahasa indonesia.doc
 
Sejarah perkembangan Bahasa indonesia
Sejarah perkembangan Bahasa indonesiaSejarah perkembangan Bahasa indonesia
Sejarah perkembangan Bahasa indonesia
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbakuMakalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Untuk cover
Untuk coverUntuk cover
Untuk cover
 
Sejarah ejaan bahasa
Sejarah ejaan bahasaSejarah ejaan bahasa
Sejarah ejaan bahasa
 
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiahMakalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
 
Perkembangan Bahasa Indonesia
Perkembangan Bahasa IndonesiaPerkembangan Bahasa Indonesia
Perkembangan Bahasa Indonesia
 
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
 
Pengertian dan Fungsi Ejaan
Pengertian dan Fungsi EjaanPengertian dan Fungsi Ejaan
Pengertian dan Fungsi Ejaan
 
Gita r w
Gita r wGita r w
Gita r w
 
Ppt. bhs.indonesia
Ppt. bhs.indonesiaPpt. bhs.indonesia
Ppt. bhs.indonesia
 
S yuliani
S yulianiS yuliani
S yuliani
 
Materi sesi 1.pptx
Materi sesi 1.pptxMateri sesi 1.pptx
Materi sesi 1.pptx
 
ppt bahasa indonesia.pptx
ppt bahasa indonesia.pptxppt bahasa indonesia.pptx
ppt bahasa indonesia.pptx
 
Mod ul bhs indonesia
Mod ul bhs indonesiaMod ul bhs indonesia
Mod ul bhs indonesia
 
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasaKedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
 

Mehr von tarmizitaher

5. antifungal, antiviral dan obat imunisasi
5. antifungal, antiviral dan obat imunisasi5. antifungal, antiviral dan obat imunisasi
5. antifungal, antiviral dan obat imunisasitarmizitaher
 
2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatif2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatiftarmizitaher
 
2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokaltarmizitaher
 
1. pengantar farmakologi
1. pengantar farmakologi1. pengantar farmakologi
1. pengantar farmakologitarmizitaher
 
Pert 13 standar praktek keperawatan
Pert 13 standar praktek keperawatanPert 13 standar praktek keperawatan
Pert 13 standar praktek keperawatantarmizitaher
 
Pert 12 kode etik keperawatan indonesia
Pert 12 kode etik keperawatan indonesiaPert 12 kode etik keperawatan indonesia
Pert 12 kode etik keperawatan indonesiatarmizitaher
 
Pert 10 prinsip etik
Pert 10 prinsip etikPert 10 prinsip etik
Pert 10 prinsip etiktarmizitaher
 
Pert 5c contoh permasalahan etika dlm praktik keperawatan
Pert 5c contoh permasalahan etika dlm praktik keperawatanPert 5c contoh permasalahan etika dlm praktik keperawatan
Pert 5c contoh permasalahan etika dlm praktik keperawatantarmizitaher
 
Pert 5b permasalahan etika keperawatan psik stikba smt 2
Pert 5b permasalahan etika keperawatan psik stikba smt 2Pert 5b permasalahan etika keperawatan psik stikba smt 2
Pert 5b permasalahan etika keperawatan psik stikba smt 2tarmizitaher
 
Pert 5a teori etik psik stik ba smt 2
Pert 5a teori etik psik stik ba smt 2Pert 5a teori etik psik stik ba smt 2
Pert 5a teori etik psik stik ba smt 2tarmizitaher
 
Metode instruksional
Metode instruksionalMetode instruksional
Metode instruksionaltarmizitaher
 
4. fisiologi kardiovaskular
4. fisiologi kardiovaskular4. fisiologi kardiovaskular
4. fisiologi kardiovaskulartarmizitaher
 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletaltarmizitaher
 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletaltarmizitaher
 
2. fisiologi sistem respirasi
2. fisiologi sistem respirasi2. fisiologi sistem respirasi
2. fisiologi sistem respirasitarmizitaher
 
1. basic human physiology
1. basic human physiology1. basic human physiology
1. basic human physiologytarmizitaher
 

Mehr von tarmizitaher (20)

5. antifungal, antiviral dan obat imunisasi
5. antifungal, antiviral dan obat imunisasi5. antifungal, antiviral dan obat imunisasi
5. antifungal, antiviral dan obat imunisasi
 
4. antibiotik
4. antibiotik4. antibiotik
4. antibiotik
 
3. oksitosik
3. oksitosik3. oksitosik
3. oksitosik
 
2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatif2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatif
 
2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal
 
1. obat alergi
1. obat alergi1. obat alergi
1. obat alergi
 
1. pengantar farmakologi
1. pengantar farmakologi1. pengantar farmakologi
1. pengantar farmakologi
 
Pert 13 standar praktek keperawatan
Pert 13 standar praktek keperawatanPert 13 standar praktek keperawatan
Pert 13 standar praktek keperawatan
 
Pert 12 kode etik keperawatan indonesia
Pert 12 kode etik keperawatan indonesiaPert 12 kode etik keperawatan indonesia
Pert 12 kode etik keperawatan indonesia
 
Pert 10 prinsip etik
Pert 10 prinsip etikPert 10 prinsip etik
Pert 10 prinsip etik
 
Pert 5c contoh permasalahan etika dlm praktik keperawatan
Pert 5c contoh permasalahan etika dlm praktik keperawatanPert 5c contoh permasalahan etika dlm praktik keperawatan
Pert 5c contoh permasalahan etika dlm praktik keperawatan
 
Pert 5b permasalahan etika keperawatan psik stikba smt 2
Pert 5b permasalahan etika keperawatan psik stikba smt 2Pert 5b permasalahan etika keperawatan psik stikba smt 2
Pert 5b permasalahan etika keperawatan psik stikba smt 2
 
Pert 5a teori etik psik stik ba smt 2
Pert 5a teori etik psik stik ba smt 2Pert 5a teori etik psik stik ba smt 2
Pert 5a teori etik psik stik ba smt 2
 
Metode instruksional
Metode instruksionalMetode instruksional
Metode instruksional
 
4. fisiologi kardiovaskular
4. fisiologi kardiovaskular4. fisiologi kardiovaskular
4. fisiologi kardiovaskular
 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
 
2. fisiologi sistem respirasi
2. fisiologi sistem respirasi2. fisiologi sistem respirasi
2. fisiologi sistem respirasi
 
1. basic human physiology
1. basic human physiology1. basic human physiology
1. basic human physiology
 
Karakter
KarakterKarakter
Karakter
 

Pengertian bahasa indonesia ilmiah

  • 1. Pengertian Bahasa Indonesia Ilmiah Bahasa Indonesia Ilmiah adalah ragam Bahasa Indonesia yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat terpelajar. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai kegiatan yang bersifat resmi, ragam Bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam Bahasa Indonesia baku. Jadi, Bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam Bahasa Indonesia baku yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat terpelajar. Meski sama-sama baku, tetapi ada perbedaan dalam penggunaan Bahasa Indonesia baku untuk kegiatan kenegaran dengan untuk kegiatan ilmiah. Dalam kegiatan ilmiah, penggunaan Bahasa Indonesia yang baku harus sesuai dengan sifat keilmuan yang meliputi: benar, logis cermat dan sistematis. Selain itu, menurut Nazar (2004: 8), penggunaan Bahasa Indonesia dalam kegiatan ilmiah, baik apakah itu dalam bentuk tulis maupun lisan, yang juga harus diperhatikan adalah kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya salah tafsir dalam kegiatan ilmiah. 1. A. Ciri dan Karakter Bahasa Indonesia Ilmiah Setiap ragam Bahasa memiliki ciri khasnya masing- masing. Menurut Nazar (2004: 9), ciri ragam Bahasa Indonesia Ilmiah sebagai berikut: 1. Kaidah Bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah pada Bahasa Indonesia baku, baik
  • 2. kaidah tata ejaan maupun tata Bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf). 2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima akal sehat (logis). 3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi, kalimat yang digunakan efektif. 4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya. 5. Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi/ bernas. Oleh sebab itu, penggunaan kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat. 6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung menuju pada sasaran. 7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan sistematis. 8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. Selain ciri, ragam Bahasa Indonesia yang digunakan untuk kegiatan keilmuan tersebut juga memiliki karakteristik. Menurut Suwignyo (2008: 11), Bahasa Indonesia untuk kegiatan keilmuan memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Objektif. Dalam artian kata-kata yang digunakan harus netral/ tidak memihak dan berorientasi pada gagasan/ objeknya. 2. Ringkas dan Jelas. Komunikasi keilmuan adalah komunikasi lugas dan langsung pada inti informasi. Oleh sebab itu unsur Bahasa yang digunakan juga lugas dengan
  • 3. menghindari kata-kata metaforis atau kata-kata konotatif. Komunikasi keilmuan harus langsung pada inti informasi dengan cara menggunakan unsur Bahasa. 3. Cendekia. Dalam artian, kecermatan dalam pemilihan kata. Penulis harus mampu memilih kata dengan cermat sehingga pernyataannya terbentuk dengan tepat, cemat, logis, dan abstrak. 4. Formal. Artinya, Bahasa Indonesia yang digunakan untuk kegiatan keilmuan haruslah bersifat formal. 5. Konsisten/ Taat Asas. Penggunaan unsur Bahasa dalam karya keilmuan digunakan secara konsisten. Unsur keBahasaan yang dimaksud adalah kosakata/ istilah, bentukan kata, dan penggunaan singakatan. Dalam karya keilmuan jika sebuah istilah atau kata digunakan maka selanjutnya istilah/kata tersebut digunakan secara konsisten. “EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN” 1. A. Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tapi juga berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata atau kalimat. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan
  • 4. antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu Bahasa). Ia merupakan ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar berikut penggunaan tanda bacanya. Saat ini Bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagai sistem tataBahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan tidak hanya meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca saja, melainkan juga meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan pedoman pemenggalan kata. Secara defenitif, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem ejaan Bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972 yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Sistem ejaan ini, pada mulanya, disebarkan melalui buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Buku kecil ini merupakan buku patokan pemakaian sistem ejaan ini. Tetapi, di kemudian hari, karena buku penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
  • 5. Kemudian, pada Tahun 1987, kedua buku pedoman tersebut direvisi. Kemudian, edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. 1. B. Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Sebelum diberlakukannya sistem ejaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dalam sistem tataBahasa Bahasa Indonesia, ada beberapa sistem ejaan yang berlaku dalam tataBahasa Bahasa Indonesia. Pada tahun 1901 ditetapkan sistem ejaan van Ophuijsen sebagai sistem ejaan yang berlaku resmi di Indonesia. Ejaan van Ophuijsen merupakan ejaan Bahasa Melayu dengan huruf Latin. Perancang ejaan ini adalah seorang berkebangsaan Belana, vam Ophuijsen, dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sistem ejaan ini berbeda dengan sistem ejaan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Berbeda dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang menggunakan huruf y dalam menuliskan kata-kata yang, payah, atau sayang, Ejaan van Ophuijsen masih menggunakan huruf j untuk menuliskan kata-kata tersebut. Sementara untuk menuliskan kata-kata seperti guru, itu, umur, ejaan van Ophuijsen tidak menggunakan huruf u melainkan menggunakan huruf oe. Setelah menggunakannya lebih dari empat puluh tahun lamanya, akhirnya ejaan van Ophuijsen tidak diberlakukan lagi.
  • 6. Keberadaannya diganti dengan ejaan Soewandi. Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947. Ejaan ini disebut juga ejaan Republik. Dalam sistem ejaan ini, Bahasa Indonesia sudah menggunakan huruf u untuk menuliskan kata-kata semacam guru, itu, umur. Tetapi masih seperti ejaan van Ophuijsen, ejaan ini juga masih menggunakan huruf j untuk menuliskan kata-kata seperti pajah, sajang, jang. Selain itu, tidak seperti Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dalam ejaan Soewandi awalan di- dan kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang. Hal tersebut jelas berbeda dengan sistem ejaan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kata depan di dan imbuhan di- ditulis dengan cara yang berbeda. Kata depan di pada di rumah, di kebun ditulis secara terpisah. Sementara imbuhan di- pada dimakan, ditulis tetap ditulis secara serangkai. Selain ejaan van Ophuijsen dan ejaan Soewandi, Bahasa Indonesia juga pernah memberlakukan ejaan Melindo. Ejaan ini dihasilkan pada akhir 1959 lewat sidang perutusan Indonesia dan Melayu. Tetapi karena perkembangan politik pada tahun- tahun berikutnya, ejaan ini urung diresmikan penggunaannya.
  • 7. “KARANGAN ILMIAH” 1. A. Pengertian Karangan Ilmiah Perguruan tinggi merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, perguruan tinggi dipenuhi dengan kegiatan ilmiah. Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, kedudukan karangan ilmiah di perguruan tinggi sangat penting, sebab karangan ilmiah merupakan bagian dari tuntutan formal akademik, dan ia merupakan satu ciri lain dari suasana ilmiah akademisi. Di perguruan tinggi, mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi produsen ilmu pengetahuan, oleh karena itu penulisan karangan ilmiah menjadi kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Artinya, mahasiswa bukan saja dapat membaca tulisan- tulisan ilmiah, tetapi juga harus dapat menulis sendiri karangan- karangan yang bersifat ilmiah. Jadi, menulis karangan ilmiah dapat dikatakan merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajara yang dialami setiap mahasiswa. Karangan ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang bentuk, isi, dan Bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Ia merupakan hasil cipta tulis yang telah diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis atau dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan. Karena karangan ilmiah berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya., umumnya, ditulis berdasarkan hasil-hasil pemikiran dan perenungan sendiri, serta
  • 8. kesimpulan dan pendapat-pendapat sendiri. Karangan ilmiah senantiasa didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun Bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenaran keilmiahannya. Dan setiap karangan ilmiah memiliki ciri-cirinya yang meliputi: a. menggunakan Bahasa baku dalam penulisannya, dan b. mengandung syarat kebenaran ilmiah. Menurut Rahayu (2007: 55-56), syarat kebenaran ilmiah itu meliputi koherensi, korispondensi dan pragmatis. Koherensi dalam artian bahwa penyataan-pernyataan yang dibutnya koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Korespondensi berarti suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandungnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut atau sesuai dengan faktanya. Dan pragramtis berarti pernytaan dianggap benar karena pernyataan tersebut memiliki sifat pragmatis atau fungsional dalam kehidupan praktis, dapat dipraktekkan dan didayagunakan bagi kehidupan manusia dii dunia. 1. B. Tujuan Penulisan Karangan Ilmiah Penulisan karangan ilmiah memiliki beberapa tujuan. Secara umum, menurut Surakhmad (1988: 9), penulisan karangan ilmiah memiliki tujuan melatih seseorang untuk menyusun hasil pemikiran dan hasil penyelidikannya menurut cara-cara yang lazim dipergunakan oleh sarjana-sarjana dalam dunia ilmu pengetahuan, dan memberi kesempatan kepada setiap orang
  • 9. untuk dapat mengikuti uraian dan data yang dikemukakan dalam laporan ilmiah. Secara spesifik, Surakhmad berpendapat (1988: 11), karangan ilmiah memiliki tujuan melaporkan keterangan dan pikiran secara jelas, ringkas dan tegas. 1. C. Jenis-jenis Karangan Ilmiah Dilihat dari tujuan penulisannya, merujuk pada Djuharie (2001: 9), karangan ilmiah dapat dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama adalah untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan, seperti makalah dan laporan buku atau laporan bab. Kedua adalah karangan ilmuah yang merupakan syarat yang dituntut dari mahasiswa ketika menyelesaikan satu program studi, seperti skripsi, tesis, dan disertasi. 1. 1. Makalah Makalah, merujuk pada Djuharie (2001: 11), merupakan karangan ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan. Menurut Djuharie (2001: 11), makalah memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Merupakan hasil kajian literature atau laporan pelaksanaan suatu kegiatan lapangan yang sesuai dengan cakupan permalsalahan suatu perkuliahan.
  • 10. b) Mendemonstrasikan pemahaman mahasiswa tentang permasalahan teoritik yang dikaji atau kemampuan mahasiswa dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan perkuliahan. c) Menunjukkan kemampuan terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan. d) Mendemonstrasikan kemampuan meramu berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintesis yang utuh. Secara umum, Djuharie berpendapat (2001: 12) terdapat dua jenis makalah yang berlaku di perguruan tinggi, yakni makalah biasa (common paper) dan makalah posisi (position paper). Makalah biasa (common paper) adalah makalah yang dibuat mahahasiswa dalam bentuk yang deskriptif. Makalah jenis ini dibuat mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam makalah jenis ini, mahasiswa diperkenankan mengemukakan berbagai aliran atau pandangan yang ada tentang masalah yang dikaji. Dalam makalah jenis ini, mahasiswa boleh memberikan pendapat baik apakah itu dalam bentuk kritik atau saran mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan. Tetapi ia tidak perlu memihak pada salah satu aliran atau pendapat tertentu. Dengan demikian, mahasiswa atau penyusun makalah tidak perlu berargumentasi mempertahankan pendapat tersebut. Selain makalah biasa (common paper), juga terdapat makalah jenis makalah posisi (position paper). Makalah posisi merupakan makalah yang dibuat oleh mahasiswa untuk menunjukkan posisi teoritiknya dalam suatu kajian. Dalam makalah jenis ini,
  • 11. mahasiswa diminta untuk tidak saja menunjukkan penguasaan pengetahuan tertentu, tetapi juga dituntut untuk dapat menunjukkan di pihak mana ia berdiri. Agar dapat membuat makalah jenis makalah posisi, mahasiswa harus membaca berbagai sumber dari berbagai aliran tentang topik yang sedang dibahas. Dari bahasan tersebut, mungkin saja mahasiswa dapat memihak salah satu aliran yang ada tetapi mungkin pula dia membuat suatu sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Jadi, kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi merupakan kemampuan mutlak yang harus dikuasai oleh mahasiswa dalam membuat makalah jenis ini, sebab dengan kemampuan-kemampuan tersebut makalah jenis ini dapat dihasilkan. Baik makalah biasa atau makalah posisi, merujuk pada Djuharie (2001: 13), memiliki sistematika yang terdiri atas: pendahuluan (bagian tempat dikemukakannya persoalan yang akan dibahas), isi (tempat didemonstrasikannya kemampuan mahasiswa dalam menjawab masalah yang diajukan), dan kesimpuan (bagian yang merupakan tempat disimpulkannya makna yang diberikan penulis terhadap hasil diskusi/ uraian yang telah dilakukannya dalam bagian isi).
  • 12. 1. 2. Laporan Buku Laporan buku atau laporan bab, menurut Djuharie (2001: 14), pada dasarnya adalah karangan ilmiah yang mendemonstrasikan pemahaman mahasiswa terhadap isi buku atau bab yang dilaporkan. Dalam bentuknya yang lebih tinggi, laporan buku atau laporan bab juga mendemonstrasikan kemampuan analisis dan evaluatif mahasiswa. Oleh karena itu, laporan buku atau laporan bab bukanlah ringkasan atau terjemahan dari buku atau bab yang dilaporkan. Dalam membuat laporan jenis ini, mahasiswa diperbolehkan mengutip beberapa bagian dari buku atau bab yang dibahasnya. Kutipan tersebut sifatnya hanyalah untuk mendukung atau memperkuat pendapat pelapor tentang isi dari bab atau buku yang dibahasnya. Kutipan tersebut tidak boleh menjadi sesuatu yang dominan dalam laporan yang disampaikannya. Dalam laporan tersebut, mahasiswa diharuskan untuk merumuskan isi pokok-pokok pemikiran dari buku atau bab yang bersangkutan, serta komentar terhadap isi buku yang dilaporkan. Rumusan isi pokok tersebut meliputi permasalahan yang diajukan pengarang, cara pengarang menyelesaikan permasalahan yang disajikan, konsep teori yang dikembangkan dalam buku atau bab tersebut, serta ciri khas pendapat pengarang. Dalam hal laporan bab, harus juga dinyatakan kedudukan bab tersebut dalam keseluruhan isi buku. Djuharie berpendapat (2001: 14), laporan buku memiliki sistematika penyusunan yang terdiri dari: pendahuluan (memberikan gambaran keadaan buku atau bab yang dilaporkan), isi buku atau isi bab (mengemukakan isi dari buku
  • 13. atau bab yang dilaporkan sebagai bukti pemahaman pelapor terhadap buku atau bab yang dilaporkan), komentar (komentar pelapor terhadap isi buku atau isi bab yang dilaporkan), dan kesimpulan (kesimpulan tentang buku atau bab yang dilaporkan atau implikasi terhadap studi yang sedang dipelajari). 1. 3. Skripsi Skripsi, merujuk Djuharie (2001: 17), merupakan karangan ilmiah akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program Strata 1 (S1). Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa yang bersangkutan dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah pendidikan sesuai dengan bidang studinya. Skripsi disusun dan dipertahankan untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu. Menurut Djuharie (2001: 17-19), dalam membuat skripsi mahasiswa biasanya melalui tiga tahapan, meliputi tahap persiapan, tahap penelitian dan bimbingan, dan tahap penyelesaian akhir. Tahap persiapan adalah tahap di mana mahasiswa sebagai calon Sarjana Strata Satu diwajibkan untuk menyusun usulan rancangan penulisan skripsi. Usulan rancangan penulisan skripsi ini memuat: judul skripsi, latar belakang masalah, identifikasi masalah termasuk pertanyaan penelitian, variable penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan istilah, asumsi dan hipotesis, ringkasan tinjauan teoritis dari buku jurnal dan laporan penelitian yang relevan, metodologi yang mencakup sample, instrumen, dan teknik analisis, sistematika penulisan, dan agenda kegiatan penelitian.
  • 14. Pada tahap persiapan ini kandidat dianjurkan untuk melakukan konsultasi atau diskusi dengan dosen yang memiliki spesialisasi dalam bidang kajian yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk memantapkan judul, permasalahan serta metodologi penelitian yang dicanangkan. Sehingga kandidat tidak hanya mendapatkan pengesahan, tetapi juga mendapatkan persetujuan dari pembimbingnya dengan dikeluarkannya SK Dekan tentang pembimbing. Tahap berikutnya dalam membuat skripsi adalah tahap pelaksanaan penelitian dan bimbingan. Dalam tahap ini, setelah dikeluarkannya surat keputusan pengangkatan pembimbing, mahasiswa atau calon sarjana strata satu mulai bekerja di bawah bimbingan pembimbing yang telah ditunjuk. Apabila seorang mahasiswa keberatan atas seorang pembimbing yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan penggantian kepada ketua jurusan atau program studi. Berdasarkan kesepakatan pembimbing dan mahasiswa peneliti, kegiatan-kegiatan penelitian dilaksanakan selama proses penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan proses penulisan. Setiap hasil penelitian dan penulisan diajukan pada pertemuan antara pembimbing dan mahasiswa peneliti. 1. 4. Tesis Tesis, menurut Djuharie (2001: 19) merupakan karangan ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program studi Strata Dua. Tesis merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam penelitian pengembangan ilmu pada salah
  • 15. satu disiplin ilmu. Tesis disusun dan dipertahankan untuk memperoleh gelar Master atau Magister. Menurut Djuharie (2001: 19-20), tesis memiliki karakteristik sebagai berikut yang berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup dalam salah satu disiplin ilmu, sesuai dengan disiplin yang dipelajari; merupakan pengujian empirik terhadap posisi teoritik tertentu dalam disiplin ilmu yang dipelajari, walaupun tidak harus menemukan suatu penemuan baru; menggunakan data primer (data yang dikumpulkan dari lapangan untuk penelitian lapangan) sebagai data utama, sedang untuk penelitian bibliografi, digunakan sumber yang otentik; dan, ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 1. 5. Disertasi Disertasi, Djuharie berpendapat (2001: 20), merupakan karangan ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program Strata Tiga. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu. Disertasi disusun dan dipertahankan untuk memperoleh gelar Doktor. Menurut Djuharie (2001: 21), disertasi memiliki beberapa karakteristik, yakni: berfokus pada kajian mengenai salah satu isi disiplin ilmu yang sesuai dengan disiplin yang dipelajari, kupasannya berfokus pada penemuan sesuatu yang baru dalam disiplin ilmu yang dikaji secara mendalam, menggunakan data primer sebagai data utama, dan ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.