SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
BAB I
MEMANDANG FENOMENA BUDAYA DENGAN KACAMATA
SEMIOTIK
Benny H. Hoed
Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.
Jika berbicara tentang semiotik, maka tidak akan lepas dari pengaruh teori tanda
dikotomi De Saussure yakni signifiant (signifier, ing; penanda, ind) sebagai bentuk
suatu tanda dan signifiant (signifier, ing; penanda, ind) sebagai makna dari bentuk
suatu tanda. Yang dimaksud tanda menurut Saussure ialah apa yang ada dalam
kehidupan manusia yang kita lihat sebagai bentuk dalam pikiran kita (citra tentang
bunyi bahasa) dan mempunyai makna tertentu. Tanda tersebut terstuktur dalam
kognsi manusia. Contohnya jika kita sedang memikirkan ’pohon’ maka akan
terbentuk dalam kognisi konsep pohon itu sendiri. Itulah yang dinamakan tanda.
Dalam hal ini hubungan antara tanda dan maknanya bersifat konvensi sosial bukan
bersifat pribadi.
Dalam bab ini dijelaskan bahwa semiotik dipandang dari dua sudut yaitu
semiotik struktural dan semiotik pragmatis. Pada semiotik struktural, tanda
merupakan suatu yang terstruktur dalam kognisi manusia dalam bermasyarakat.
Penggunaan tanda didasari oleh kaidah-kaidah yang disebut dengan parole. Kaidah
tersebut yang akan menentukan praktik dalam kehidupan yang disebut dengan
langue. Pada semiotik struktur ini juga dikenal dengan dikotomis yang berarti tanda
memiliki dua sisi yaitu prnanda dan petanda. Tokoh yang mengikuti semiotik
struktural ini yaitu Roland Barthes. Namun ia mengembangkan dikotomis Saussure
ini dengan konsep sintagme dan sistem sebagai dasar dari mengkaji kebudayaan
sebagai tanda. Sintagme didasari atas teori hubungan sintagmatik Saussure. Barthes
melihat bahwa suatu susunan didasari hubungan sintagmatik yang mempunyai unsur-
unsurnya sendiri dalam tempatnya masing-masing. Selain itu Barthes juga
mengembangkan model dikotomis petanda yang lebih dinamis dengan mengenalkan
konsep denotasi dan konotasi akibat pengembangan makna petanda. Selain Barthes
tokoh yang juga mengembangkan semiotik stuktural yaitu Derrida. Deridda yang
terkenal dengan dekonstruksinya berpendapat bahwa tanda tidak bersifat statis
melainkan dinamis yang dapat dimaknai oleh siapa saja, dalam situasi apa, tanda itu
digunakan dan proses pemaknaan suatu tanda tersebut dapat ditunda.
Semiotik pragmatis bersumber pada teori semiotik yang dikemukakan oleh
Peirce. Semiotik yang dipandang sebagai struktur dan bersifat dikotomis yang
dikemukakan oleh Saussure, dilihat oleh Peirce bukanlah suatu struktur melainkan
suatu proses kognitif dan bersifat trikotomis. Trikotomi tersebut adalah
representament yaitu sesuatu yang bersifat inderawi atau material yang berfungsi
sebagai tanda. Kehadiranya kemudian membangkitkan interpretant, yakni suatu
tanda yang ekuivalen dengannya, di dalam benak seorang interpreter. Lalu muncul
object yang diacu oleh tanda, atau sesuatu yang kehadirannya digantikan tanda.
Proses pemaknaan suatu tanda ini bersifat tidak terbatas dan kadar penafsiran
semakin lama semakin tinggi. Penafsiran seseorang terhadap suatu objek dapat
berbeda-beda tergantung pada apa yang ada di dalam kognisi seseorang. Suatu objek
dimaknai oleh seseorang berdasarkan juga pada pikiran dan pengalaman seseorang.
Dalam semiotik pragmatis ini dikenal tokoh Danesi dan Perron. Menurut Danesi dan
Perron tujuan semiotik ialah memahami tanda serta membangun pengetahuan tentang
sesuatu dalam kehidupan manusia atas dasar kemampuan kognitif.
Lain halnya dengan Barthes, Derrida, Danesi, dan Perron yang
mengembangkan semiotik struktural atau semiotik pragmatik, Umberto Eco
mengkaji kedua semiotik tersebut baik itu struktural dan pragmatik. Hal yang
pertama mengenai tersebut yaitu semiotik komunikasi yang melihat tanda sebagai
alat komunikasi antara pengirim dan penerima tanda dan yang kedua yaitu semiotik
signifikasi yang menitikberatkan pada produksi tanda itu sendiri. Dalam pemaknaan
tanda ini, Eco mengemukakan bahwa dalam memaknai suatu tanda sebenarnya si
penerima tanda telah memproduksi tanda baru. Pada dasarnya, produksi tanda yang
dikemukakan Eco merupakan suatu tindakan fisik yang tersiri dari empat jenis, yaitu:
recognition (pengenalan tanda), onstension (penunjukan dengan cara
memperlihatkan contoh), replica (secara vektoral, dengan stilisasi, dan gabungan
keduanya atau stimuli yang terprogram), dan invention (tanda yang diciptakan
dengan stimuli terprogram, kongruensi, proyeksi, dan grafis). Eco juga menyangkal
pendapat Peirce yang mengatakan bahwa proses semiosis atau pemaknaan bersifat
tidak terbatas, ia berpendapat bahwa proses semiosis akan berhenti ketika manusia
dibatasi prinsip-prinsip supra individual atau jika dalam konteks kebudayaan adalah
kaidah-kaidah dalam kebudayaan yang menentukan sekaligus membatasi seseorang
untuk melakukan proses pemaknaan dalam pikiran manusia.
Dalam perkembangannya, semiotik kini dijadikan perangkat teori yang
digunakan untuk mengkaji kebudayaan manusia. Dengan didasari teori tanda De
Saussure, Barthes menggunakan teori itu untuk menjelaskan bagaimana kehidupan
masyarakat yang didominasi oleh konotasi. Konotasi yang merupakan perluasan dari
petanda jika sudah mengakar di suatu masyarakat akan menjadi mitos. Mitos
seringkali ditanggapi oleh masyarakat menjadi hal yang wajar padahal mitos tersebut
merupakan hasil dari konotasi yang sudah melekat dengan mantap di masyarakat.
Dengan menggunakan semiotik sebagai perangkat untuk memahami kebudayaan,
kita melihat kebudayaan sebagai suatu sistem tanda yang berkaitan satu sama lain
dengan memahami makna yang ada didalamnya.
Danesi dan Perron mengemukakan tiga ranah yang berkaitan dalam penelitian
semiotik yaitu yang pertama apa yang diserap manusia dari lingkungan sekitarnya
(the world) yang berkaitan dengan pancaindranya kemudian yang kedua melalui
representasi berkembang kegiatan di dalam pikiran dan yang ketiga bila hal tersebut
dilakukan dalam kehidupan sosial akan menjadi suatu kebudayaan. Ketiga hal
tersebut didasari oleh teori Peirce mengenai proses representasi dan representamen.
Dalam ranah yang ketiga, proses pemaknaan suatu tanda bersifat sosial yang artinya
pemaknaan tanda tersebut sudah berlaku secara sosial atau disebut sebagai ”the
signifying order”
Pendapat pribadi
Pada artikel ini, dijelaskan bahwa pemahaman akan semiotik berkembang
dari pemikiran strukturalis hingga pasca strukturalis. Pada pemikiran strukturalis,
tanda dipandang sebagai sesuatu yang terstruktur, tanda bersifat dikotomis dengan
adanya aspek penanda dan petanda. Para pasca strukturalis kemudian
mengembangkan prinsip ini dengan pengembangan segi petanda sehingga kita
mengenal konsep konotasi. Konotasi yang dikembangan oleh Barthes didasari oleh
pemahaman masyarakat yang jika melihat suatu tanda tidak hanya mengaitkannya
dengan makna dasarnya namun juga dikaitkan dengan konsep kebudayaannya, latar
belakang pengetahuanmya, dan pengalamannya akan suatu tanda. Derrida bahkan
berpendapat bahwa suatu pemahaman akan tanda dapat ditunda untuk menemukan
makna lain atau makna baru serta hubungan antara penanda dan petanda dapat
berubah-ubah sesuai kehendak pemakai tanda, ruang, dan waktu.
Jadi dapat dikatakan relasi antara penanda dan petanda dalam ilmu semiotik
berkembang dari struktural higga pasca struktural. Jika pada struktural hubungan
tersebut dinilai statis dan makna suatu tanda hanya merupakan otonomi pemberi
tanda maka pada pasca struktural hal tersebut sudah berkembang. Hubungan antara
penanda dan petanda bersifat dinamis dan pembaca tanda pun juga memiliki otonomi
dalam memberikan suatu pemaknaan sehingga makna dinyatakan tidak lagi tunggal.
Hubungan antara semiotik dan kebudayaan yaitu semiotik melihat suatu
fenomena budaya sebagai suatu tanda yang memiliki makna. Terdapat proses
semiosis ketika kita melihat fenomena budaya dengan memaknai fenomena,
kehidupan, dan aktifitas sosial budaya dalam masyarakat. Pemaknaan budaya melalui
semiotik dapat berbeda-beda pada tiap individu karena dipengaruhi oleh
pengetahuan, pengalaman, dan latar belakang individu itu sendiri terhadap suatu
’tanda’.
TEORI KEBUDAYAAN
TUGAS LAPORAN BACAAN
Dosen: Prof. Dr. Benny H. Hoed
”Memandang Fenomena Budaya dengan Kacamata
Semiotik” dalam Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya
Benny H. Hoed
OKTARI ANELIYA
1206335685
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaKomunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaLulu Luffiyah
 
hubungan bahasa dan pikiran
hubungan bahasa dan pikiranhubungan bahasa dan pikiran
hubungan bahasa dan pikiranheniwahyuarini95
 
tatanan sosial dan pengendalian sosial
 tatanan sosial dan pengendalian sosial tatanan sosial dan pengendalian sosial
tatanan sosial dan pengendalian sosialsuher lambang
 
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Alvin Agustino Saputra
 
Teori roland barthes
Teori roland barthesTeori roland barthes
Teori roland barthesRestuads
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)Diana Amelia Bagti
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaFair Nurfachrizi
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumPotpotya Fitri
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Lela Warni
 
Teori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeddy Ayomi
 
psikologi komunikasi
psikologi komunikasipsikologi komunikasi
psikologi komunikasiHartono Ikawy
 
ppt Pkn_Rifki Arohman.pptx
ppt Pkn_Rifki Arohman.pptxppt Pkn_Rifki Arohman.pptx
ppt Pkn_Rifki Arohman.pptxRifkiArohman
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraRizza Magfira
 

Was ist angesagt? (20)

Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaKomunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudaya
 
Bab 5 & bab 6
Bab 5 & bab 6Bab 5 & bab 6
Bab 5 & bab 6
 
hubungan bahasa dan pikiran
hubungan bahasa dan pikiranhubungan bahasa dan pikiran
hubungan bahasa dan pikiran
 
ROLAND BARTHES
ROLAND BARTHESROLAND BARTHES
ROLAND BARTHES
 
tatanan sosial dan pengendalian sosial
 tatanan sosial dan pengendalian sosial tatanan sosial dan pengendalian sosial
tatanan sosial dan pengendalian sosial
 
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
 
Teori roland barthes
Teori roland barthesTeori roland barthes
Teori roland barthes
 
Materi wacana
Materi wacanaMateri wacana
Materi wacana
 
Makalah multikulturalisme
Makalah multikulturalismeMakalah multikulturalisme
Makalah multikulturalisme
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukum
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
 
Teori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapan
 
psikologi komunikasi
psikologi komunikasipsikologi komunikasi
psikologi komunikasi
 
ppt Pkn_Rifki Arohman.pptx
ppt Pkn_Rifki Arohman.pptxppt Pkn_Rifki Arohman.pptx
ppt Pkn_Rifki Arohman.pptx
 
Teori kritis
Teori kritisTeori kritis
Teori kritis
 
Beberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahanBeberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahan
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
Filsafat postmodernisme
Filsafat postmodernismeFilsafat postmodernisme
Filsafat postmodernisme
 

Ähnlich wie Semiotik dan dinamika sosial budaya

Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Yunita Wirapraja
 
Uas 3 mitos barthes prof okke
Uas 3 mitos barthes prof okkeUas 3 mitos barthes prof okke
Uas 3 mitos barthes prof okkejuniato
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasOktari Aneliya
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordKaer Bikers
 
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifInetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifRiska sasaka
 
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmuPerspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmuIchan32
 
Komunikasi Semiotika
Komunikasi SemiotikaKomunikasi Semiotika
Komunikasi Semiotikamustikaph
 
Semiotika, Tanda, dan Makna dalam Komunikasi
Semiotika, Tanda, dan Makna dalam KomunikasiSemiotika, Tanda, dan Makna dalam Komunikasi
Semiotika, Tanda, dan Makna dalam KomunikasiAlfiyah Dhiya Atika
 
Filosofi penelitian kualitatif
Filosofi penelitian kualitatifFilosofi penelitian kualitatif
Filosofi penelitian kualitatifSrie Hartono
 
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifInetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifRiska sasaka
 
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHANPERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHANardeliatriyaniPutri
 
Tugas semiotika komunikasi
Tugas semiotika komunikasiTugas semiotika komunikasi
Tugas semiotika komunikasiJurnal Go-Blog
 

Ähnlich wie Semiotik dan dinamika sosial budaya (20)

Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
 
Semiotika
SemiotikaSemiotika
Semiotika
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Uas 3 mitos barthes prof okke
Uas 3 mitos barthes prof okkeUas 3 mitos barthes prof okke
Uas 3 mitos barthes prof okke
 
Jurnal 1
Jurnal 1Jurnal 1
Jurnal 1
 
Kapita selekta
Kapita selektaKapita selekta
Kapita selekta
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
 
Konsep
KonsepKonsep
Konsep
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
 
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifInetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
 
8.5 teori interaksionisme
8.5 teori interaksionisme8.5 teori interaksionisme
8.5 teori interaksionisme
 
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmuPerspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
 
Komunikasi Semiotika
Komunikasi SemiotikaKomunikasi Semiotika
Komunikasi Semiotika
 
Teori-Semiotika medi.pptx
Teori-Semiotika medi.pptxTeori-Semiotika medi.pptx
Teori-Semiotika medi.pptx
 
Semiotika, Tanda, dan Makna dalam Komunikasi
Semiotika, Tanda, dan Makna dalam KomunikasiSemiotika, Tanda, dan Makna dalam Komunikasi
Semiotika, Tanda, dan Makna dalam Komunikasi
 
Filosofi penelitian kualitatif
Filosofi penelitian kualitatifFilosofi penelitian kualitatif
Filosofi penelitian kualitatif
 
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifInetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
 
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHANPERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
 
ANOTASI
ANOTASIANOTASI
ANOTASI
 
Tugas semiotika komunikasi
Tugas semiotika komunikasiTugas semiotika komunikasi
Tugas semiotika komunikasi
 

Mehr von Oktari Aneliya

teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingOktari Aneliya
 
Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessOktari Aneliya
 
Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourseOktari Aneliya
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Oktari Aneliya
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasOktari Aneliya
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasOktari Aneliya
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahOktari Aneliya
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropologyOktari Aneliya
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiOktari Aneliya
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Oktari Aneliya
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material finalOktari Aneliya
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finassOktari Aneliya
 
karya sastra minangkabau
karya sastra minangkabaukarya sastra minangkabau
karya sastra minangkabauOktari Aneliya
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Oktari Aneliya
 

Mehr von Oktari Aneliya (16)

teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
 
Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politeness
 
Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourse
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
 
Standardisasi bahasa
Standardisasi bahasaStandardisasi bahasa
Standardisasi bahasa
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uas
 
Semiotik uas
Semiotik uasSemiotik uas
Semiotik uas
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropology
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisi
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material final
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finass
 
karya sastra minangkabau
karya sastra minangkabaukarya sastra minangkabau
karya sastra minangkabau
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
 

Semiotik dan dinamika sosial budaya

  • 1. BAB I MEMANDANG FENOMENA BUDAYA DENGAN KACAMATA SEMIOTIK Benny H. Hoed Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Jika berbicara tentang semiotik, maka tidak akan lepas dari pengaruh teori tanda dikotomi De Saussure yakni signifiant (signifier, ing; penanda, ind) sebagai bentuk suatu tanda dan signifiant (signifier, ing; penanda, ind) sebagai makna dari bentuk suatu tanda. Yang dimaksud tanda menurut Saussure ialah apa yang ada dalam kehidupan manusia yang kita lihat sebagai bentuk dalam pikiran kita (citra tentang bunyi bahasa) dan mempunyai makna tertentu. Tanda tersebut terstuktur dalam kognsi manusia. Contohnya jika kita sedang memikirkan ’pohon’ maka akan terbentuk dalam kognisi konsep pohon itu sendiri. Itulah yang dinamakan tanda. Dalam hal ini hubungan antara tanda dan maknanya bersifat konvensi sosial bukan bersifat pribadi. Dalam bab ini dijelaskan bahwa semiotik dipandang dari dua sudut yaitu semiotik struktural dan semiotik pragmatis. Pada semiotik struktural, tanda merupakan suatu yang terstruktur dalam kognisi manusia dalam bermasyarakat. Penggunaan tanda didasari oleh kaidah-kaidah yang disebut dengan parole. Kaidah tersebut yang akan menentukan praktik dalam kehidupan yang disebut dengan langue. Pada semiotik struktur ini juga dikenal dengan dikotomis yang berarti tanda memiliki dua sisi yaitu prnanda dan petanda. Tokoh yang mengikuti semiotik struktural ini yaitu Roland Barthes. Namun ia mengembangkan dikotomis Saussure ini dengan konsep sintagme dan sistem sebagai dasar dari mengkaji kebudayaan sebagai tanda. Sintagme didasari atas teori hubungan sintagmatik Saussure. Barthes melihat bahwa suatu susunan didasari hubungan sintagmatik yang mempunyai unsur- unsurnya sendiri dalam tempatnya masing-masing. Selain itu Barthes juga mengembangkan model dikotomis petanda yang lebih dinamis dengan mengenalkan konsep denotasi dan konotasi akibat pengembangan makna petanda. Selain Barthes
  • 2. tokoh yang juga mengembangkan semiotik stuktural yaitu Derrida. Deridda yang terkenal dengan dekonstruksinya berpendapat bahwa tanda tidak bersifat statis melainkan dinamis yang dapat dimaknai oleh siapa saja, dalam situasi apa, tanda itu digunakan dan proses pemaknaan suatu tanda tersebut dapat ditunda. Semiotik pragmatis bersumber pada teori semiotik yang dikemukakan oleh Peirce. Semiotik yang dipandang sebagai struktur dan bersifat dikotomis yang dikemukakan oleh Saussure, dilihat oleh Peirce bukanlah suatu struktur melainkan suatu proses kognitif dan bersifat trikotomis. Trikotomi tersebut adalah representament yaitu sesuatu yang bersifat inderawi atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kehadiranya kemudian membangkitkan interpretant, yakni suatu tanda yang ekuivalen dengannya, di dalam benak seorang interpreter. Lalu muncul object yang diacu oleh tanda, atau sesuatu yang kehadirannya digantikan tanda. Proses pemaknaan suatu tanda ini bersifat tidak terbatas dan kadar penafsiran semakin lama semakin tinggi. Penafsiran seseorang terhadap suatu objek dapat berbeda-beda tergantung pada apa yang ada di dalam kognisi seseorang. Suatu objek dimaknai oleh seseorang berdasarkan juga pada pikiran dan pengalaman seseorang. Dalam semiotik pragmatis ini dikenal tokoh Danesi dan Perron. Menurut Danesi dan Perron tujuan semiotik ialah memahami tanda serta membangun pengetahuan tentang sesuatu dalam kehidupan manusia atas dasar kemampuan kognitif. Lain halnya dengan Barthes, Derrida, Danesi, dan Perron yang mengembangkan semiotik struktural atau semiotik pragmatik, Umberto Eco mengkaji kedua semiotik tersebut baik itu struktural dan pragmatik. Hal yang pertama mengenai tersebut yaitu semiotik komunikasi yang melihat tanda sebagai alat komunikasi antara pengirim dan penerima tanda dan yang kedua yaitu semiotik signifikasi yang menitikberatkan pada produksi tanda itu sendiri. Dalam pemaknaan tanda ini, Eco mengemukakan bahwa dalam memaknai suatu tanda sebenarnya si penerima tanda telah memproduksi tanda baru. Pada dasarnya, produksi tanda yang dikemukakan Eco merupakan suatu tindakan fisik yang tersiri dari empat jenis, yaitu: recognition (pengenalan tanda), onstension (penunjukan dengan cara memperlihatkan contoh), replica (secara vektoral, dengan stilisasi, dan gabungan keduanya atau stimuli yang terprogram), dan invention (tanda yang diciptakan
  • 3. dengan stimuli terprogram, kongruensi, proyeksi, dan grafis). Eco juga menyangkal pendapat Peirce yang mengatakan bahwa proses semiosis atau pemaknaan bersifat tidak terbatas, ia berpendapat bahwa proses semiosis akan berhenti ketika manusia dibatasi prinsip-prinsip supra individual atau jika dalam konteks kebudayaan adalah kaidah-kaidah dalam kebudayaan yang menentukan sekaligus membatasi seseorang untuk melakukan proses pemaknaan dalam pikiran manusia. Dalam perkembangannya, semiotik kini dijadikan perangkat teori yang digunakan untuk mengkaji kebudayaan manusia. Dengan didasari teori tanda De Saussure, Barthes menggunakan teori itu untuk menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat yang didominasi oleh konotasi. Konotasi yang merupakan perluasan dari petanda jika sudah mengakar di suatu masyarakat akan menjadi mitos. Mitos seringkali ditanggapi oleh masyarakat menjadi hal yang wajar padahal mitos tersebut merupakan hasil dari konotasi yang sudah melekat dengan mantap di masyarakat. Dengan menggunakan semiotik sebagai perangkat untuk memahami kebudayaan, kita melihat kebudayaan sebagai suatu sistem tanda yang berkaitan satu sama lain dengan memahami makna yang ada didalamnya. Danesi dan Perron mengemukakan tiga ranah yang berkaitan dalam penelitian semiotik yaitu yang pertama apa yang diserap manusia dari lingkungan sekitarnya (the world) yang berkaitan dengan pancaindranya kemudian yang kedua melalui representasi berkembang kegiatan di dalam pikiran dan yang ketiga bila hal tersebut dilakukan dalam kehidupan sosial akan menjadi suatu kebudayaan. Ketiga hal tersebut didasari oleh teori Peirce mengenai proses representasi dan representamen. Dalam ranah yang ketiga, proses pemaknaan suatu tanda bersifat sosial yang artinya pemaknaan tanda tersebut sudah berlaku secara sosial atau disebut sebagai ”the signifying order”
  • 4. Pendapat pribadi Pada artikel ini, dijelaskan bahwa pemahaman akan semiotik berkembang dari pemikiran strukturalis hingga pasca strukturalis. Pada pemikiran strukturalis, tanda dipandang sebagai sesuatu yang terstruktur, tanda bersifat dikotomis dengan adanya aspek penanda dan petanda. Para pasca strukturalis kemudian mengembangkan prinsip ini dengan pengembangan segi petanda sehingga kita mengenal konsep konotasi. Konotasi yang dikembangan oleh Barthes didasari oleh pemahaman masyarakat yang jika melihat suatu tanda tidak hanya mengaitkannya dengan makna dasarnya namun juga dikaitkan dengan konsep kebudayaannya, latar belakang pengetahuanmya, dan pengalamannya akan suatu tanda. Derrida bahkan berpendapat bahwa suatu pemahaman akan tanda dapat ditunda untuk menemukan makna lain atau makna baru serta hubungan antara penanda dan petanda dapat berubah-ubah sesuai kehendak pemakai tanda, ruang, dan waktu. Jadi dapat dikatakan relasi antara penanda dan petanda dalam ilmu semiotik berkembang dari struktural higga pasca struktural. Jika pada struktural hubungan tersebut dinilai statis dan makna suatu tanda hanya merupakan otonomi pemberi tanda maka pada pasca struktural hal tersebut sudah berkembang. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat dinamis dan pembaca tanda pun juga memiliki otonomi dalam memberikan suatu pemaknaan sehingga makna dinyatakan tidak lagi tunggal. Hubungan antara semiotik dan kebudayaan yaitu semiotik melihat suatu fenomena budaya sebagai suatu tanda yang memiliki makna. Terdapat proses semiosis ketika kita melihat fenomena budaya dengan memaknai fenomena, kehidupan, dan aktifitas sosial budaya dalam masyarakat. Pemaknaan budaya melalui semiotik dapat berbeda-beda pada tiap individu karena dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan latar belakang individu itu sendiri terhadap suatu ’tanda’.
  • 5. TEORI KEBUDAYAAN TUGAS LAPORAN BACAAN Dosen: Prof. Dr. Benny H. Hoed ”Memandang Fenomena Budaya dengan Kacamata Semiotik” dalam Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya Benny H. Hoed OKTARI ANELIYA 1206335685 PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2013