SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 45
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN DIABETES
MELLITUS KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE
MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI KEPERAWATAN OREM
Di RSUD BANYUMAS
Dalam rangka memenuhi Final Exam Blok 6 Pasca Sarjana Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
Agik Priyo Nusantoro
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Indonesia semakin meningkat. Hal ini berdampak terhadap
adanya pergeseran pola penyakit. Penyakit menular dan kekurangan gizi
berangsur turun, diikuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif atau tidak
menular yang diakibatkan oleh pola hidup masyarakat yang kurang sehat,
salah satunya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan karena tubuh penderitanya tidak bisa secara
otomatis mengontrol kadar gula di dalam darah ( Sudoyo, 2006; Bustan,
2007).
Secara klinis terdapat dua tipe diabetes, yaitu DM tipe 1 yang
disebabkan kurangnya insulin secara absolute akibat proses autoimun dan
DM tipe 2 yang merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus
diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan
resistensi insulin (American council on exercise, 2001; Smeltzer, 2008).
Menurut survey yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia WHO,
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia dalam jumlah penderita
Diabetes Mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, sedangkan
urutan diatasnya adalah India, China dan Amerika Serikat. Setiap tahun ada
3,2 juta kematian yang disebabkan oleh DM. Penderita Diabetes Mellitus di
Indonesia diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 ( Tandra,
2008).
Diabetes Mellitus menyebabkan berbagai komplikasi bagi
penderitanya yang dapat menyebabkan timbulnya kelainan pada organ tubuh
yang lain, misalnya seperti kerusakan pada saraf, mata, jantung, ginjal,
ekstermitas dan bahkan sampai kematian. Penderita Diabetes Mellitus bisa
mengalami komplikasi jangka panjang dan keadaannya semakin memburuk
jika tidak segera mendapat pengobatan yang sesuai (Misnadiarly, 2006).
Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan
penyebab yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara
progresif dan kemudian berakhir pada gagal ginjal tahap akhir. Penyakit
ginjal tahap akhir adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal kronik ireversibel yang sudah mencapai tahapan
dimana penderita memerlukan terapi pengganti ginjal, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal (Suwitra, 2007). Fungsi utama ginjal dalam keadaan
normal adalah mengatur cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan asam
basa dan PH dalam darah, serta memiliki fungsi endokrin dan hormonal
(Smeltzer, 2008).
Model konsep menurut Dorothea Orem yang di kenal dengan model
Self Care memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan keperawatan
di pandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat di lakukan individu dalam
memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, yang di
tekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri (Hidayat,
2009). Keperawatan mandiri ( self care ) menurut orem merupakan suatu
pelaksanaan kegiatan yang di prakarsai dan di lakukan oleh individu itu
sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit.
Dukungan sosial, pendidikan dan durasi diabetes secara signifikan
mempengaruhi perilaku perawatan diri ( Bai, Chiou & Chang, 2009).
Melihat fenomena di atas, di harapkan Ny. R dengan Diabetes Mellitus
komplikasi Chronic Kidney Disease (CKD) dapat melakukan perawatan diri
sendiri sesusai tingkat pengkajian teori orem untuk mempertahankan
kehidupan kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan, baik sehat maupun
sakit
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui implementasi teori keperawatan Orem dengan
kasus Diabetes Mellitus
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah keperawatan pasien di hubungkan dengan
model teori keperawatan orem
b. Menganalisis efektivitas teori keperawatan Orem terhadap pasien
Diabetes Mellitus
BAB II
TINJAUAN TEORI KASUS
A. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. (Brunner &
Suddarth, 2002).
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi, dimana kadar gula di dalam darah
lebih tinggi dari biasa/normal (normal: 60 mg/dl sampai dengan 145 mg/dl),
ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel. Ini terjadi karena tidak
terdapat atau kekurangan atau resisten terhadap insulin.
Diabetes adalah suatu kondisi yang berjalan lama, disebabkan oleh kadar
gula yang tinggi dalam darah. Diabetes dapat dikontrol. Kadar gula dalam
darah akan kembali seperti biasa atau normal, dengan merubah beberapa
kebiasaan hidup seseorang yaitu : mengikuti suatu susunan makanan yang
sehat dan makan secara teratur, mengawasi/menjaga berat badan, memakan
obat resep dokter, olahraga secara teratur (Bakar-Tobing, 2006).
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang memerlukan perawatan
medis dan penyuluhan untuk self management yang berkesinambungan untuk
mencegah komplikasi akut maupun kronis.
B. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes melitus menurut ADA (American Diabetes Association)
2009 yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang
bertugas menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin
absolut. Proses destruksi ini dapat terjadi karena proses imunologik
maupun idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
1. Defek genetik fungsi sel beta akibat mutasi di :
a) kromosom 12, HNF-α ( dahulu MODY 3)
b) kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
c) kromosom 20, HNF-α (dahulu MODY 1)
d) kromosom 13, insulin promoter factor ( dahulu MODY 4)
e) kromosom 17, HNF-1β (dahulu MODY 5)
f) kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6) DNA mitokondria
2. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, eprechaunism,
sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.
3. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma/pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemikromatosis, pankreatopati fibro kalkulus,
lainnya.
4. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme, somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.
5. Karena obat/zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, lainnya.
6. Infeksi : rubella kongenital, CMV.
7. Imunologi (jarang) : sindrom Stiffman, antibody antireseptor insulin.
8. Sindrom genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom
Turner, sindrom Wolfram’s ataksia Friedreich’s, chorea Huntington,
porfiria, sindrom Prader Willi, lainnya.
4. Diabetes Kehamilan
C. Gejala dan Tanda-Tanda Diabetes Melitus
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala
kronik.
Gejala Akut Penyakit Diabetes melitus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi
bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli),
yaitu:
a. Banyak makan (poliphagia).
b. Banyak minum (polidipsia).
c. Banyak kencing (poliuria).
2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:
a. Banyak minum.
b. Banyak kencing.
c. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat
(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
d. Mudah lelah.
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.
Gejala Kronik Diabetes melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah
sebagai berikut:
1) Kesemutan.
2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3) Rasa tebal di kulit.
4) Kram.
5) Capai.
6) Mudah mengantuk.
7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
8) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual
menurun,bahkan impotensi.
10) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
D. Komplikasi Diabetes Mellitus
Sejak ditemukan banyak obat untuk menurunkan glukosa darah, terutama
setelah ditemukannya insulin, angka kematian penderita diabetes akibat
komplikasi akut bisa menurun drastis. Kelangsungan hidup penderita diabetes
lebih panjang dan diabetes dapat dikontrol lebih lama (Tandra, 2007).
Tandra (2007) mengemukakan bahwa selama bertahuntahun penderita hidup
dengan diabetes dan dapat memungkinkan munculnya berbagai kerusakan
atau komplikasi yang kronis pada penderitanya. Komplikasi kronis tersebut
yaitu :
1. Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan
sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ
lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan
saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi,
tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih.
Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang
perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa
darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan
dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke
saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik
(diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf
tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls
saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya
kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.
2. Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh
darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan
darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau
kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari
racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati
atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein
yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lama
seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi,
maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan
ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau
kerusakan saraf.
3. Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab
utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan
oleh diabetes, yaitu :
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah
kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak
pembuluh darah retina;
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi
keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah
dengan adanya glukosa darah yang tinggi; dan
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga
merusak saraf mata.
4. Penyakit jantung
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh
darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan
darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.
5. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus di
ingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati,
kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke
menjadidua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena hipertensi.
6. Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini
dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes dari pada orang yang
tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah
atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun
lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan
apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati
dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah
mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.
7. Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan
gula bisa bisa mengalami kerusakan hati (liver). Anggapan ini keliru. Hati
bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang
yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang
infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena itu, penderita
diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena mudah tertular
dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis
dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi atau
radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering
ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver,
biasanya (hamper 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk.
Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya
penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
8. Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paruparu
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara
sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian
pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.
9. Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena
kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang
mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut
yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga
mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang
infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak
rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini
adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus.
Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian
obat- obatan yang diminum.
10. Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes
mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah
mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin.
Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga
mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
E. Penatalaksanaan
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan
Diabetes Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal
yaitu:
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130
mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai
kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi
6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr
gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah
jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan
kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya
untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah
BAB III
TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN
A. Teori Orem Umum
Orem mengembangkan Teori Keperawatan Self-Care Deficit (teori umum)
terdiri dari 3 teori yang saling berhubungan, yaitu : (1) Theory Self-Care (2)
Theory Self-Care Deficit (3) Theory of nursing systems. Didalam 3 teori
tersebut dimasukkan 6 konsep sentral dan satu konsep tambahan. Konsep
sentral tersebut adalah: konsep self-care, unsur self-care, kebutuhan self-care
yang terapeutik, self-care deficit, unsur keperawatan dan system keperawatan,
sebagaimana konsep tambahan dari faktor-faktor kondisi dasar yang paling
penting untuk memahami teori umum Orem.
B. Teori Self-Care
Untuk memahami teori self-care perlu difahami terlebih dahulu tentang
konsep self-care, unsur self-care, faktor-faktor kondisi dasar dan kebutuhan
akan self-care yang terapeutik. Self-care adalah penampilan atau aktivitas
praktek berdasarkan keinginan individu dan dilaksanakan untuk
mempertahankan hidup, sehat dan kesejahteraan. Bila self-care dilaksanakan
secara efektif, itu akan menolong untuk memelihara integritas dirinya dan
fungsi kemanusiaan serta berkontribusi terhadap perkembangan kemanusian2.
Unsur self-care adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia atau
kekuatan untuk terlibat di dalam self-care. Kemampuan individu untuk
terlibat dalam self-care dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisi dasar. Yang
termasuk faktor-faktor kondisi dasar adalah : umur, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, orientasi sosio-kultural, faktor system
pelayanan kesehatan (diagnostik dan pengobatan), faktor system keluarga,
pola hidup (aktivitas secara teratur faktor lingkungan serta sumber-sumber
yang adekuat dan terjangkau. Secara normal, orang dewasa secara sukarela
memelihara dirinya sendiri. Bayi, anak-anak, orang tua, orang sakit dan orang
cacat membutuhan perawatan secara menyeluruh atau bantuan dalam
aktivitas self-care.
Kebutuhan Self-Care yang terapeutik adalah totalitas dari tindakan self-
care yang diperlihatkan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan self-care yang sudah diketahui dengan menggunakan
metode yang valid dan seperangkat kegiatan dan tindakan yang
berhubungan2. Kebutuhan self-care yang terapeutik dijadikan model pada
tindakan yang disengaja, yaitu tindakan yang sengaja dilakukan oleh
sekelompok orang untuk menghasilkan peristiwa dan hasil yang memberikan
keuntungan kepada orang lain secara spesifik.
Persayaratan self-care yang Universal dihubungkan dengan proses
kehidupan dan pemeliharaan integritas kemanusiaan beserta fungsi-fungsinya.
Hal tersebut umum pada setiap manusia selama seluruh siklus kehidupan dan
harus dipandang sebagai faktor yang saling berhubungan, saling
mempengaruhi satu sama lain. Istilah umum untuk persyaratan tersebut
adalah aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living). Orem (1991)
mengidentifikasi persyaratan self-care sebagai berikut : (1) Pemeliharaan
terhadap kecukupan udara, (2) Pemelihraan teradap kecukupan air, (3)
Pemeliharaan terhadap kecukupan makanan, (4) Perlengkapan yang
berhubungan dengan proses eliminasi dan sisa eliminasi, (5) Pemeliharaan
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, (6) Pemeliharaan keseimbangan
antara kesendirian dan interaksi social, (7) Pencegahan terhadap bahaya
kehidupan, fungsi manusia dan kesejahteraan manusia, (8) Peningkatan
fungsi-fungsi manusia dan perkembangan dalam kelompok social yang
sejalan dengan potensi manusia, tahu keterbatasan manusia, dan keinginan
manusia untuk menjadi normal. Penyimpangan kesehatan self-care
ditemukan dalam kondisi sakit, injuri, penyakit atau yang disebabkan oleh
tindakan medis yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi. Penyakit atau
injuri tidak hanya mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan fisiologisnya
atau mekanisme psikologis tapi juga mempengaruhi fungsi sebagai manusia.
C. Teori Self-Care Deficit
Teori self-care deficit merupakan inti dari teori umum keperawatan Orem.
Keperawatan dibutuhkan untuk orang dewasa atau orang-orang yang ada
dibawah tanggungannya dalam keadaan tidak mampu atau keterbatasan
dalam memberikan self-care yang efektif secara terus menerus. Keperawatan
diberikan jika kemampuan merawat berkurang dari yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan self-care yang sebenarnya sudah diketahui atau
kemampuan self-care atau kemandirian berlebihan atau sama dengan
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan self-care tetapi dimasa yang akan
datang dapat diperkirakan kemampuan merawat akan berkurang baik
kualitatif maupun kuantitatif dalam kebutuhan perawatan atau kedua-duanya.
Orem mengidentifikasi lima metode bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat
untuk orang lain, (2) Membimbing dan mengarahkan, (3) Memberikan
dukungan fisik dan psikologis, (4) Memberikan dan mempertahankan
lingkungan yang mendukung perkembangan individu, (5) Pendidikan.
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan semua metode ini
untuk memberikan bantuan self-care.
Aktivitas yang melibatkan perawat saat mereka memberikan asuhan
keperawaran dapat digunakan untuk menggambarkan domain keperawatan.
Lima area aktivitas untuk praktek keperawatan, yaitu : (1) Masuk ke dalam
dan mempertahankan hubungan perawat-klien dengan individu, keluarga atau
kelompok sampai klien secara sah dikeluarkan dari keperawatan, (2)
Menentukan apakah dan bagaimana klien dapat ditolong melalui
keperawatan, (3) Berespons terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan
klien akan kontak dan bantuann keperawatan, (4) Merumuskan, memberikan
dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-orang terdekat dalam
bentuk bantuan keperawatan, (5) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan
keperawatan dengan kehidupan sehari-hari klien, pelayanan kesehatan lain
yang dibutuhkan atau diterima dan pelayanan sosial dan pendidikan yang di
butuhkan dan diterima klien.
D. Sistem Keperawatan
Orem dalam teori sistem keperawatannya menggaris bawahi tentang
bagaimana kebutuhan self-care klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien atau
kedua-duanya. Sistem keperawatan dirancang oleh perawat berdasarkan
kebutuhan self-care dan kemampuan klien dalam menampilkan aktivitas self-
care. Apabila ada self-care deficit, yaitu defisit antara apa yang bisa
dilakukan (self-care agency) dan apa yang perlu dilakukan untuk
mempertahankan fungsi optimum (self-care demand), disinilah keperawatan
diperlukan.
Unsur keperawatan (nursing agency) adalah suatu atribut yang kompleks
dari orang yang dididik dan dilatih sebagai perawat yang memampukan
mereka untuk bertindak, mengetahui dan membantu orang lain memenuhi
kebutuhan self-care yang terapeutik dengan melaksanakan dan
mengembangkan self-care agency mereka sendiri.
Klasifikasi sistem keperawatan untuk memenuhi persyaratan self-care
klien ada 3 yaitu sistem kompensatori penuh (wholly compensatory system),
sistem kompensatori sebagian (partly compensatory system) dan sistem
dukungan-pendidikan (supportive-educative system).
Sistem keperawatan kompensatori penuh (wholly compensatory nursing
system) digambarkan oleh sebuah situasi dimana individu tidak mampu untuk
terlibat dalam tindakan self-care yang memerlukan kemandirian dan ambulasi
yang terkontrol serta pergerakan manipulatif atau penatalaksanaan medis
untuk menahan diri dari aktivitas. Seseorang dengan keterbatasan ini secara
sosial tergantung dengan orang lain untuk kelangsungan hidup dan
kesejahteraannya2. Kelompok orang dengan kondisi ini dibagi lagi menjadi :
(1) tidak mampu terlibat dalam berbagai bentuk tindakan yang disengaja,
contoh : klien koma; (2) waspada dan mampu untuk melakukan observasi,
penilaian dan keputusan tentang self-care serta hal-hal lain tapi tidak bisa atau
tidak boleh tindakan yang memerlukan ambulasi dan pergerakan manipulatif,
contoh : klien dengan fraktur C3 – C4; (3) tidak mampu menghadirkan
dirinya sendiri dan membuat penilaian yang tepat serta keputusan tentang
self-care serta hal-hal lain tapi bisa melakukan ambulasi dan mungkin mampu
melakukan beberapa tindakan self-care dengan supervisi dan bimbingan yang
terus menerus, contoh : klien Retardasi Mental.
Sistem keperawatan kompensatori sebagian (partly compensatory nursing
system) digambarkan oleh situasi dimana baik perawat dan klien melakukan
tidakan care atau tindakan lain yang bersifat manipulatif atau ambulasi. Baik
klien maupun perawat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan
tindakan perawatan2. Contoh: klien yang pasca operasi abdomen, yang
mampu mencuci wajah dan menggosok gigi tapi memerlukan bantuan
perawat dalam mobilisasi dan merawat luka.
Sistem keperawatan dukungan-pendidikan (supportive-educative nursing
system) adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melaksanakan atau
bisa dan harus belajar untuk melakukan tindakan self-care terapeutik yang
diperlukan yang berorientasi secara eksternal atau internal tapi tidak bisa
melakukannya tanpa bantuan. Dalam sistem ini klien melakukan semua self-
care. Peran perawat adalah sebagai pendidik atau konsultan dalam
meningkatkan kemampuan klien sebagai self-care agent.
E. PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI
OREM
1. PENGKAJIAN
Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status
perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan
pengobatan, faktor sistem keluarga); Pola hidup; Faktor lingkungan.
2. Observasi status kesehatan klien
Untuk menemukan masalah keperawatan berdasarkan self-care
defisit,maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada klien melalui
observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri
dari Minimal Care, Partial Care, Total Care
3. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis2 yang terdiri dari
pemenuhan kebutuhan oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,,
gangguan mengunyah, gangguan menelan, pemenuhan kebutuhan
eliminasi /pergerakan bowel, urinary, excrements, menstruasi, pemenuhan
kebutuhan aktivitas dan istirahat. Secara rinci pengembangan teori Orem
dengan masalah fisiologis adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Pemenuhan kebutuhan Oksigen
A. Saluaran Pernafasan
1. sumbatan pada saluran pernafasan oleh benda asing
2.kelaianan pada saluran pernafasan dan peningkatan resistensi jalan
pernafasan
B. Pengembanagan kapasitas vital paru
1. restriksi paru
2. penurunan pengembangan paru
3. perubahan jaringan paru terhadap pemenuhan kapasitas vital paru
4. keterbatasan ekspansi dada
5. pengaruh muskuler dan neuro terhadap pengembangan paru
C. Ventilasi alveolar optimal
1. alveoli yang terganggu
2. penurunan jumlah alveolus 3. kehilangan alveolus dan kapiler pulmonal
D. Mempertahankan keseimbangan gas diantara alveolus dan paru
1. hipoventilasi elveolar
2. penebalan alveolar dan membran kapiler
3. rendahnya aliran darah paru terhadap ventilasi
4. penurunan kapsitas oksigen
E. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap saraf sentral
1. Aktifitas ritme otomatis di medula oblongata
2. Reseptor regulasi kimia (kemoreseptor)
F. Terhentinya pernafsan sementara
1. Kekejangan umum
2. Tangis anak-anak
G. Tidak ada respirasi
1. Apneu yang muncul pada bayi normal
2. Apneu dengan pasien preterm
3. Apneu pada 24 jam pertama
4. Apneu pada penyakit kardiorespiratori
5. Apneu akibat gangguan metabolik
H. Distres respiratori
1. Ansietas
2. Histeria dan gangguan emosional
3. Patologi pada jantung dan paru
4. Pernafasan periodik pada bayi preterm
5. Dispneu dan sianosis pada bayi baru lahir
I. Penurunan respiratory rate dan kapasitas vital
1. Kaheksia
2. malnutrisi
J. Peningkatan kerja pernafasan
1. Injuri
2. Penyakit akut
Tabel 2. Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
A. Keadaan yang berkaitan dengan kebutuhan cairan dan nutrisi
1. kemampuan / ketidak mampuan
2. jenis komunikasi yang tidak dimengerti
3. kegagalan mengkomunikasikan kebutuhannya
4. kondisi pemasukan / input asupan nutrisi
B. Jenis makanan dan cairan yang tidak disukai dan mempengaruhi
1. yang berbeda dengan kebiasaan
2. yang berbeda dari standar
3. yang bnertentangan dengan kondisi individu
C. Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan
1. hal-hal yang perlu diperhatiakn
2. manfaat asupan cairan makanan
a. kondisi fisik
b. stimulasi fisik
c. perilaku yang tidak biasa
d. kondisi lingkungan yang mempengaruhi asupan
D. Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke dalam mulut
1. satus / tingkat perkembangan
2. abnormalitas pada mulut dan wajah
3. obstruksi-inflamasi dan lesi pada mulut
4. pengeluaran sekresi dari mulut dan hidung
5. kesul;itan untuk membuka dan menutup mulut
6. prosedur pembedahan pada mulut, rahang dan lidah yang mempengaruhi
pemasukan cairan dan nutrisi
7. pertukaran jaringan lunak di mulut
a. efek dari kekurangan nutrisi dan adanya pembatasan asupan
b. atropi mukosa mulut pada orang tua sehingga kemampuan merasakan
menurun dan adanya sensasi terbakar pada mulut
8. posisi tubuh yang terganggu pada saat makan dan minum tidak mampu
membuka mulut
Tabel 3. Gangguan mengunyah
A. Kondisi gangguan mengunyah
1. kondisi gigi dan rahang
2. kondisi otot untuk mengunyah
3. nyeri saatmengunyah akibat lesi pada jaringan lunak dan tulang
4. berurangnya jumlah saliva
5. kebiasaan toidak mengunyah makanan
B. Kondidi dan keadaan gangguan mengunyah
1. kondisi yang berhubungan dengan berkurangnya jumlah saliva
a. berkurangnya atau tertahannya sekresi saliva
b. adanya peradangan, tumor atau gangguan pada kelenjar yang
memproduksi saliva.
2. kondisi otot lidah dan pipi / wajah yang terganggu
3. kurang dalam mengunyah makanan
Tabel 4. Gangguan menelan
A. Kondisi dan keadaan gangguan mengunyah
1.Ketidakmampuan pada vase volunter akibat stupor dan koma
2. Gangguan pada fase involunter
a. kekacauan fungsi motorik
b. Penyimpangan pada bibir, palatum dan lidah
c. Paralisis total
d. Nyeri dan adanya obstruksi
B. Kondisi dan keadaan gangguan sampainya makanan dan minuman ke
oesofagus
1. Obstruksi dan nyeri faring
2. Kekacauan reflek menelan
3. Lesi pada cranial yang mengganggu
4. ukuran makanan yang menggangu
C. Keadaan yang mengganggu masuknya makanan ke lambung
1. Obstruksi
2. Penyimpangan oesofagus
3. Nyeri pada oesofagus
a. Radang
b. Lesi
c. Varises
d. Perforasi
e. Ruptur
4. Kekacauan syaraf menelan
5. Gangguan disfungsi motorik
6. refluk dari oesofagus ke lambung
Tabel 5. Pemenuhan kebutuhan eliminasi/pergerakan bowel
A. Perubahan pergerakan bowel dan Faeces
1. konstipasi-diare
2. Perubahan kepadatan, warna dan karakteristik faeces
3. Perubahan intregitas bowel, fungsi, dan perubahan struktur
B. Perasaan dan emosi yang mempengaruhi
1. Ketidaknyaman atau nyeri
2. Kecemasan atau ansietas akibat gangguan
C. Tingkah laku selama perawatan
1. Pergerakan yang sulit
2. Tidak nyama atau nyeri pada saat pergerakan
D. Lingkungan
1. Jamban
2. Sanitari lingkungan
3. Privacy pada saat B A B
4. Berbeda setiap individu
Tabel 6. Urinary
A. Perubahan pola urinary, urin dan integritas organ
1. Perubahan pola urinary
2. Perubahan kualitas dan kuantitas urine
3. Perubahan struktur dan fungsi integritas organ
B. Perasaan dan emosi yang mempengaruhi
1. Ketidaknyamanan atau nyeri
2. Kecemasan atau ansietas akibat gangguan
C. Tingkah laku selama perawatan
1. Pergerakan yang sulit
2. Tidak nyaman atau nyeri pada saat pergerakan
D. Lingkungan
1. Jamban
2. Sanitari lingkungan
3. Privasi pada saat BAK
4. Berbeda setiap individu
Tabel 7. Excrements Keringat
A. Perubahan pola
1. Keringat berkurang
2. Keringat meningkat
B. Reaksi klien
1. Keringat berkurang
2. Keringat meningkat
C. Tingkah laku selama perawatan
1. Pergerakan tubuh yang sulit
2. Nyeri
3. lingkungan
Tabel 8. Menstruasi
A. Perubahan pola
1. Waktu, durasi, jumlah
2. Supresi menstruasi
B. Perasaan dan emosi yang berhubungan
1. Tidak nyaman, nyeri
2. Cemas, ansietas
C. Tingkah laku selama perawatan
1. Pergerakan tubuh yang sulit
2. Nyeri
D. Lingkungan
1. Tempat tinggal yang kurang nyaman
2. Therapi keperawatan setiap individu berbeda
Tabel 9. Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat Faktor manusia
A. Gangguan dengan keseimbangan aktivitas dan istirahat
1. Kekurangan dan kelemahan
2. Emosi, keputusasaan, kegembiraan
3. Terjaga sepanjang malam
4. Narkosis, komposmentis
5. Menolak perhatian, konsentrasi pada persoalan di kehidupannya
6. Ketidakmampuan
7. Ketidak aktifan, immobilitas
B. Gangguan khusus aktifitas dan istirahat
1. Dispneu
2. Nyeri
3. Ketidaknyamanan
4. Sensori
5. Kecemasan, ansietas
Faktor lingkungan
A. Lingkungan sosial sesuai dengan keinginan
B. Penggunaan tempat dan waktu
1. Kerjs produktif, rekreasi, aktifitas berlebihan
2. Perubahan jenis aktifitas
3. Perubahan dari aktif ke istirahat
4. Cukup istirahat
5. Memelihara kondisi fisik yang sesuai
Lingkungan fisik
A. Kondisi yang menghalangi aktifitas atau istirahat
B. Hidung yang terganggu pada saat istirahat
C. Tidak biasa dengan suara tidur orang lain
D. Lampu kamar saat tidur
Situasi lingkungan
A. Situasi kritis pada keluarga dan tempat tinggal
B. Bencana alam
C. Peperangan
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
MRS tanggal : 17 Desember 2015 pukul 00.05
Pengkajian tgl. : 17 Desember 2015 pukul 08.00
Diagnosa Masuk : Diabetes Mellitus, CKD
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Usia : 62 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Status : Menikah
Alamat : Sumpiuh, Banyumas
B. RIWAYAT PASIEN
1. Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak kurang lebih 2 hari yang lalu, pasien mengalami sesak napas di
sertai badan terasa panas dan sedikit menggigil. Keadaan itu tidak
kunjung sembuh dan membuat pasien gelisah dan sulit tidur. Melihat
kondisi pasien seperti itu, suami pasien membawa ke IGD RSUD
Banyumas pada tanggal 17 Desember 2015 dini hari.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien menderita DM sejak 8 tahun yang lalu. Selain itu pasien juga
pernah terkena CVA 8 tahun yang lalu dengan hemiperisis dextra.
4. Riwayat Pengobatan dahulu :
Pasien mendapatkan obat anti diabetik oral setelah pertama kali
terdiagnosa DM dan di ganti dengan insulin. Dosis insulin pasien 14 ui
dan 18 ui sehari 2x. Pasien juga pernah mendapatkan program cuci darah
kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan 12x cuci darah setelah itu di
hentikan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ada anggota keluarga Ny.R yang terkena DM dan hipertensi yaitu kakak
dan adik Ny. R
C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
TD : 140/80 GDS : 432 mg/dl
N : 90x/menit SPO2 : 93
S : 36.7⁰ C
RR : 28x/menit
2. DATA FOKUS
Keadaan Umum Lemah, kesadaran Somnolen, nampak pucat
3. PEMERIKSAAN FISIK
B1(Breathing) : Pasien nampak sesak, nafas pasien tersengah
sengah, terpasang nasal kanul 4L/menit, Posisi tempat tidur pasien
Fowler, dispnea, tidak ada batuk, hasil Photo Thorax adanya efusi pleura
bilateral.
B2(BLOOD) : Dada kadang sedikit nyeri, CRT<3 detik, TD
140/80 mmHg, Nadi 90x/menit
B3(BRAIN) : Pasien merasa pusing, Kesadaran somnolen,
gelisah
B4(BLADDER) : Terpasang DC, urine output 200cc, sedikit minum
B5(BOWEL) : mual, tidak nafsu makan, mukosa bibir kering
pucat, Abdomen tampak asites, Px belum BAB, nampak obesitas
B6(BONE) : Tidak ada lesi, tidak ada fraktur, ada bintik-bintik
hitam bekas garukan di kaki.
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 11 FUNGSI GORDON
1. Health promotion & management
Pasien mengetahui bahwa penyakit diabetes melitus harus melakukan
pemeriksaan kadar gula darah secara rutin. Sehingga pasien rutin
memeriksaan kadar gulanya dengan alat glukometer di rumah nya sendiri.
Selain itu jika pasien kehabisan obat atau merasa tidak enak badan, pasien
akan pergi ke pelayanan kesehatan.
2. Nutrition
Pasien dan keluarga sudah mengerti tentang diit diabetes mellitus,
makanan apa saja yang harus di kurangi. Selama sakit pasien mengatakan
nafsu makan menurun karena mual dan sesak. Tiap kali makan hanya
habis 2 sendok makan.
3. Elimination
Pasien terpasang DC, terpasang infuse Nacl 20 tetes/menit. Urine output
24 jam 800cc
4. Activity & Exercise
Pasien dulunya sebelum sakit bekerja sebagai pedagang bersama suami
nya. Semenjak sakit, pasien lebih sering beristirahat di rumah dan
meninggalkan pekerjaannya.
5. Sleep
Kebutuhan tidur pasien tercukupi, tetapi ketika sesak nafas pasien sulit
untuk tidur.
6. Persepsi – Sensori & Kognitif
Klien mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus yang di derita nya
tetapi klien merasa cemas karena tiba-tiba sesak nafas.
Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, klien mengalami
gangguan penglihatan karena komplikasi dari Diabetes Mellitus.
7. Konsep Diri
Klien mengatakan selama ini selalu berusaha menjaga supaya gula
darahnya selalu stabil.
8. Pola Hubungan
Hubungan pasien dengan keluarga, pasien lain, perawat baik. Pasien
banyak dikunjungi oleh tetangganya dan keluarga besar nya.
9. Seksualitas
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan organ reproduksinya. Klien
mempunyai 3 anak, 2 anaknya sudah menikah dan 1 anak masih Kuliah.
10. Pola koping dan toleransi sress
Jika mempunyai masalah, pasien selalu bercerita dengan anggota
keluarga yang lain untuk meminta solusi.
11. Pola nilai – keyakinan ( spiritual )
Pasien beragama islam dan rajin melaksanakan ibadah sholat. Dan klien
mempunyai kenyakinan atas kesembuhan penyakitnya.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 17 Desember 2015
DL :
- WBC 19.2 10e3/uL - RBC 3.79 10e6/uL
- NEU 16.8 87.7% - HGB 10.8 g/dl
- LYM 1.19 6.19% - HCT 33.2 %
- MONO 1.00 5.24% - MCV 87.6 fL
- EOS .023 .121% - MCH 28.5 pg
- BASO .141 .734% - MCHC 32.5 g/dl
- RDW 14.2 %
- PLT 226 10e3/uL
- MPV 7.61 fL
Urine : 17-12-2015 pukul 06.38 am
- Glucose 470 mg/dl (75-115)
- Urea UV 92.8 mg/dl (10-50)
- Creatinine 2.62 mg/dl (0.50-1.20)
- Natrium 133 mmol/L (135-155)
- Kalium 4.8 mmol/L (3.5-5.5)
- Cloride 91 mmol/L (94-111)
Urine : 17-12-2015 pukul 05.23 pm
- GOT 33.4 U/L (0-50)
- GPT 19 U/L(0-50)
- Urea UV 86.4 mg/dl (10-50)
- Creatinine 2.59 mg/dl (0.50-1.20)
- Natrium 139 mmol/l (135-155)
- Kalium 4 mmol/l (3.5-5.5)
- Cloride 95 mmol/l (94-111)
Hasil Radiologi : 17-12-2015 pukul 15.30
- Thorax AP, supine, asimetris, inspirasi cukup dan
kondisi cukup hasil nya : Efusi Pleura Bilateral
Tanggal 20 Desember 2015
DL :
- WBC 9.04 10e3/uL - RBC 3.39 10e6/uL
- NEU 6.29 69.6% - HGB 9.44 g/dl
- LYM 1.94 21.5% - HCT 29.6 %
- MONO .547 6.05% - MCV 87.2 fL
- EOS .200 2.21% - MCH 27.8 pg
- BASO .059 .651% - MCHC 31.9 g/dl
- RDW 14.0 %
- PLT 186 10e3/uL
- MPV 7.54 fL
F. TERAPI
Di IGD tgl 17 Desember 2015
Infus Nacl 20 tetes/menit, Injeksi Lasik, Injeksi Ranitidin, Injeksi Insulin 20ui
Di Ruangan Wiku 2 19 Desember 2015
Infus Frutolit 10 tetes/menit, injeksi farsix, injeksi Omz, injeksi Ceftazidn,
injeksi Novorapid 14 ui, valsartan 80mg
DATA FOKUS PENGKAJIAN OREM
1. Pola Oksigenasi
Keluhan : Pasien mengeluh sesak
a. Respirasi Rate : > 25 x/menit
b. Pola Pernafasan : Reguler
c. Bunyi nafas : Vesikuler
d. Bunyi Nafas Tambahan : Tidak ada
e. Otot bantu pernafasan : Retraksi dada
f. Kondisi kulit : Pucat
g. Capilerry refil : < 3 detik
h. SPO2 : 93 %
2. Pola Cairan dan Elektrolit
Keluhan : Pasien sesak dan cemas BB : 60 kg
Input Output
IVFD 700 cc Urin 800 cc
Minum 500 cc Muntah - cc
TOTAL 1300 cc TOTAL 800 cc
Hasil Laboratorium :
Na : 139 mEq/L
Ka : 4 mEq/L
Cl : 95 mEq/L
Diagnosa Keperawatan :
□ Kekurangan volume cairan
□ Resiko kekurangan volume cairan
□ Kelebihan volume cairan
□ Resiko ketidakseimbangan volume cairan
□ Ketidakseimbangan elektrolit
2. Pola Nutrisi
Keluhan : Suami pasien mengatakan, pasien tidak nafsu makan.
Riwayat alergi : Tidak
Aktivitas Mandiri Sebagian
Orang Alat
Cairan
Elektrolit
 IVFD
Aktivitas Mandiri Sebagian Total
Orang Alat
Makan -  □NGT
□IVFD
-
BB : 55 kg
TB : 155 cm
IMT : 22 kg/m2
□ Gizi kurang : < 18
□ Gizi baik : 19-≤ 25
□ Gizi lebih : 26-30
□ Obesitas : > 30
Hasil Laboratorium :
Albumin : - gr%
Hb : 10.8 gr/dl
Hematokrit : 33.2 %
GDS : 432 mg/dl
Balance Cairan :Lebih
Keadaan Kulit :
a. Turgor kulit : < 2 detik
b. Kelembapan kulit : Lembab
ANALISA DATA
Nama : Ty. R No.RM: 396762
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Sebelum sakit Saat ini
Pola Makan Pagi, Siang, Malam Siang, Malam
Jenis Makanan Nasi, Sayur, Lauk, Buah Sayur, Lauk
Nafsu Makan Baik Tidak
Porsi Makan 1 porsi ¼ porsi
Gangguan Menelan Tidak Tidak
Muntah Tidak Tidak
Mual Tidak Ya
Data subyektif : Pasien
mengeluh sesak
Data Obyektif :
- Ku lemah
- Pucat
- Dipsnea
- Kesadaran somnolen
- SPO2 : 93 %
- TD 140/80
- Nadi 90x/menit
- Suhu 36.7 C
- RR 28x/menit
- GDS : 432mg/dl
- Terpasang O2 4L/mnt
- Posisi fowler
- Hasil Radiologi :
Efusi Pleura
Ketidak seimbangan
ventilasi
Gangguan Pertukaran Gas
Data Subyektif : Pasien
mengatakan kadar gula
darah nya selalu tinggi
Data Obyektif :
- KU lemah
- Obesitas
- GDS : 432mg/dl
- Glucosa urine :
470mg/dl
Diabetes Mellitus Ketidakstabilan kadar
glukosa Darah
Data Subyektif : Pasien
sesak dan cemas
Data Obyektif :
- Dipsneaites
- Asites
- Gelisah
- TD 140/80
- Nadi 90x/menit
- Suhu 36.7 C
- RR 28x/menit
- HGB : 10.8
- HCT : 33.2
- Radiologi : Efusi
Pleura
Penurunan fungsi Ginjal Kelebihan Volume Cairan
Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Diabetes
Mellitus
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
Nursing Care Planning
Diagnosa NOC NIC
Gangguan
Pertukaran gas
berhubungan
dengan ketidak
seimbangan
ventilasi
Tujuan / Kriteria Evaluasi :
1. Gangguan pertukaran gas
akan berkurang yang di
buktikan oleh tidak
terganggunya status
pernapasan
2. Pertukaran gas tidak akan
terganggu yang di
buktikan oleh indicator
PaO2-PaCO2 normal,
dispnea hilang dan
kesadaran composmentis
3. Ventilasi tidak akan
terganggu yang di
buktikan oleh
frekuensi,irama,kedalaman
napas normal
1. Kaji frekuensi napas,kedalaman
dan usaha napas
2. Pantau Saturasi O2
3. Pantau hasil gas darah (missal
kadar PaO2 yang rendah, PaCO2
yang tinggi)
4. Pantau Status mental (missal
tingkat kesadaran, gelisah)
5.Peningkatan frekuensi
pemantauan pada saat pasien
tampak somnolen
6. Observasi terhadap sianosis
7. Kolaborasidengan dokter dalam
pemberian obat
Ketidakstabilan
kadar glukosa darah
berhubungan
dengan Diabetes
Mellitus
Tujuan / Kriteria Evaluasi :
1. Tingkat pemeliharaan
kadar glukosa di dalam
plasma dan urine dalam
rentang normal
2. Pengobatan DM
terkendali, di buktikan
oleh manajemen mandiri
diabetes mellitus yang di
tingkatkan secara
konsisten
1. Kaji faktor yang dapat
meningkatkan resiko
ketidakseimbangan glukosa
2. Pantau kadar glukosa serum
3. Pantau keton urine
4. Pantau asupan dan haluaran
5. Pantau tanda dan gejala
hiperglikemi
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti diabetik
Kelebihan Volume
cairan berhubungan
dengan penurunan
fungsi ginal
Tujuan / Kriteria Evaluasi :
1. Kelebihan volume cairan
dapat di kurangi, yang di
buktikan oleh
keseimbangan cairan,
keseimbangan elektrolit
dan asam basa, dan
1. Kaji komplikasi pulmonal atau
kardiovaskular yang di
indikasikan dengan
peningkatan tanda gawat
napas, peningkatn frekuensi
nadi, peningkatan tekanan
darah
2. Kaji ekstermitas atau bagian
indicator fungsi ginjal
yang adekuat
2. Keseimbangan cairan
tidak terganggu yang di
buktikan oleh indicator
sebagai berikut :
- Keseimbangan
asupan dan haluaran
dalam 24 jam
- Berat badan stabile
- Berat jenis urine
dalam batas normal
tubuh yang edema terhadap
gangguan sirkulasi dan
integritas kulit
3. Manajemen cairan
- Timbang BB
- Pertahankan catatan
asupan dan haluaran yang
adekuat
- Pantau hasil laborat yang
relevan terhadap retensi
cairan. Misal peningkatan
berat jenis urine, BUN,
penurunan hematorkit
4. Lakukan dialysis, jika
diindikasikan
5. Konsultasi dengan dokter jika
tanda dan gejala memburuk
6. Berikan diuretic, jika perlu
BAB V
PEMBAHASAN
Teori yang diambil pada kasus Ny. R menggunakan teori Dorothea Orem
dengan model konsep self care dan kebutuhan perawatan diri pasien untuk
mempertahankan kehidupan, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan.
Teori ini terdiri dari :
a. Teori Self Care
1) Pengkajian Universal : Pada pengkajian ini, Ny. R mengalami gangguan
pada kebutuhan oksigenasi, hal itu yang menyebabkan Ny. R menjadi
gelisah sampai penurunan kesadaran.
2) Pengkajian Developmental : Ny. R mempunyai 3 orang anak dan ketiga
anaknya sudah berkeluarga. Ny.R tinggal berdua dengan suaminya di
rumah. Klien sudah melepas pekerjaannya dan hanya beristirahat di
rumah saja. Ny R tidak mengalami perubahan struktur tubuh akibat
Diabetes Melitus karena Ny. R masih menjaga ekstermitas agar tidak
terkena luka.
3) Pengkajian perubahan kesehatan : Ny. R mengalami perubahan status
kesehatan, dia sudah tidak mampu melakukan pergerakan seperti orang
normal dan mudah lelah sehingga membutuhkan istirahat yang cukup
dan teratur.
b. Self Care Deficit
1. Ny. R mengalami penurunan kemauan untuk merawat diri nya dan
menjaga penampilannya, misalnya seperti bersisir, memakai pengharum
badan dll.
2. Ny. R tidak mampu melakukan diit untuk mengontrol kadar gula darah
nya.
c. Teory Nursing System
Dari data-data yang sudah terkumpul dapat di simpulkan bahwa Ny. R
dalam kategori Partially compensatory System (bantuan sebagian).
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ny. R termasuk di dalam kategori Partially compensatory nursing system
yaitu memerlukan bantuan sebagian dari orang lain. Masalah self care defist
ditemukan karena klien tidak mempunyai kemauan dan ketidaktahuan
terhadap perawatan diri. Teori self care orem dapat di terapkan pada Ny. R
untuk mempertahankan kemampuan Ny. R untuk ikut serta dalam
mempertahankan kesehatannya
2. Peran perawat adalah membantu yang tidak mampu, memberi motivasi bagi
yang tidak mau dan memberikan pengetahuan terhadap klien yang memang
tidak mengetahui akan self care, sehingga akan tampak peran perawat sebagai
pelaksana, pendidik dan pengelola asuhan keperawatan
B. SARAN
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat dapat memodifikasi
berbagai konsep teori sehingga lebih fleksibel, kreatif dan inovatif tetapi tetap
memandang bahwa klien adalah manusia yang unik dengan masalah
keperawatan yang komperhensif serta disesuaikan dengan hukum, kode etik
dan moral sehingga praktek keperawatan akan berperan dalam peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka
Alligood, MA. (2014). Nursing Theorist and Their Work, Eighth edition. Louis:
Mosby Company.
Armstrong G and Lavery L.A. (2010). Clinical Care Of Diabetik Foot. 2nd ed.
American Diabetes Association
Aru W Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi Keempat.
Jakarta: FKUI
Brunner, & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 .
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hans Tandra. 2008. Segala Sesuiatu yang Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes.
Jakarta: Gramedia
M.N. Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka
Cipta
PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di
Indonesia. Jakarta: Penerbit PERKENI,
Smeltzer,S.C. Bare, B.G. Hinkle, J.L & Cheever, K.H. (2008). Tex Book Of
Surgical Medical Nursing. Ed12. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.
Soegondo S. 2006, Penyuluhan sebagai Komponen Terapi Diabetes dan
Penatalaksanaan Terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Suyono, S., 2007. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.
Dalam: Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., ed. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSAulia Kauri
 
130299213 analisa-jurnal
130299213 analisa-jurnal130299213 analisa-jurnal
130299213 analisa-jurnalDian Ratnasari
 
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus Diabetikum
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus DiabetikumAsuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus Diabetikum
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus DiabetikumProdalima Sinulingga, M.Kep
 
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan dengan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes MelitusAderia Carisna
 
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Daniel Gani
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSMenanti Senja
 
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_jAsuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_jmialing2
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusArif Al-Amin
 
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusAsuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusYesi Tika
 
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmLaporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmYabniel Lit Jingga
 

Was ist angesagt? (18)

Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
130299213 analisa-jurnal
130299213 analisa-jurnal130299213 analisa-jurnal
130299213 analisa-jurnal
 
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
 
Dm bab 1 5
Dm bab 1 5Dm bab 1 5
Dm bab 1 5
 
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus Diabetikum
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus DiabetikumAsuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus Diabetikum
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus Diabetikum
 
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan dengan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes Melitus
 
Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
Konsep Dasar Penyakit Diabetes MellitusKonsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
 
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
 
Kmb diabetes
Kmb   diabetesKmb   diabetes
Kmb diabetes
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_jAsuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Eklamsia 1
Eklamsia 1Eklamsia 1
Eklamsia 1
 
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusAsuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitus
 
Kaki diabetik
Kaki diabetikKaki diabetik
Kaki diabetik
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmLaporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
 

Andere mochten auch

Asuhan keperawtan keluarga
Asuhan keperawtan keluarga Asuhan keperawtan keluarga
Asuhan keperawtan keluarga mario daton
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilakuAfra Balqis
 
Permainan dalam olahraga
Permainan dalam olahragaPermainan dalam olahraga
Permainan dalam olahragaImelda SaRi
 
Sosimetri wahidin 1
Sosimetri  wahidin 1Sosimetri  wahidin 1
Sosimetri wahidin 1wahidin_kia
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnDwi Ap
 
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikAsuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.pjj_kemenkes
 
Sosiometri wahidin 2
Sosiometri wahidin 2Sosiometri wahidin 2
Sosiometri wahidin 2wahidin_kia
 
Pengumpulan data dalam bimbingan konseling
Pengumpulan data dalam bimbingan konselingPengumpulan data dalam bimbingan konseling
Pengumpulan data dalam bimbingan konselingwahidin_kia
 
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganpjj_kemenkes
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisHaryani Nuravindari
 

Andere mochten auch (20)

Asuhan keperawtan keluarga
Asuhan keperawtan keluarga Asuhan keperawtan keluarga
Asuhan keperawtan keluarga
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilaku
 
Permainan dalam olahraga
Permainan dalam olahragaPermainan dalam olahraga
Permainan dalam olahraga
 
Sosimetri wahidin 1
Sosimetri  wahidin 1Sosimetri  wahidin 1
Sosimetri wahidin 1
 
Perkembangan Individu
Perkembangan IndividuPerkembangan Individu
Perkembangan Individu
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
 
Askep gagal ginjal kronik
Askep gagal ginjal kronikAskep gagal ginjal kronik
Askep gagal ginjal kronik
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep amputatum
Askep amputatumAskep amputatum
Askep amputatum
 
askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
 
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikAsuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
 
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
 
Sosiometri wahidin 2
Sosiometri wahidin 2Sosiometri wahidin 2
Sosiometri wahidin 2
 
Pengumpulan data dalam bimbingan konseling
Pengumpulan data dalam bimbingan konselingPengumpulan data dalam bimbingan konseling
Pengumpulan data dalam bimbingan konseling
 
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
 

Ähnlich wie ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS DAN CKD

Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusWarnet Raha
 
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesPengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesNiakhairani
 
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...SMAN2PANGKALPINANGHE
 
78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangren78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangrenkhriesna
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docxPROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docxKPSRSUI
 
DM_dan_HIPERTENSI.pptx
DM_dan_HIPERTENSI.pptxDM_dan_HIPERTENSI.pptx
DM_dan_HIPERTENSI.pptxLisaAL1
 
Preskripsi DM-Hipertensi
Preskripsi DM-HipertensiPreskripsi DM-Hipertensi
Preskripsi DM-HipertensiSiska Hermawati
 

Ähnlich wie ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS DAN CKD (20)

Farmasi Klinik
Farmasi KlinikFarmasi Klinik
Farmasi Klinik
 
DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUSDIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesPengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
 
BAB 1 - BAB 5 AENI.docx
BAB 1 - BAB 5 AENI.docxBAB 1 - BAB 5 AENI.docx
BAB 1 - BAB 5 AENI.docx
 
WHAT IS DIABETES.pdf
WHAT IS DIABETES.pdfWHAT IS DIABETES.pdf
WHAT IS DIABETES.pdf
 
Chapter II dm.pdf
Chapter II dm.pdfChapter II dm.pdf
Chapter II dm.pdf
 
78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangren78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangren
 
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Satpel diabetes melitus
Satpel diabetes melitusSatpel diabetes melitus
Satpel diabetes melitus
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
 
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docxPROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
 
Diabetes Melitus
Diabetes MelitusDiabetes Melitus
Diabetes Melitus
 
DM_dan_HIPERTENSI.pptx
DM_dan_HIPERTENSI.pptxDM_dan_HIPERTENSI.pptx
DM_dan_HIPERTENSI.pptx
 
Preskripsi DM-Hipertensi
Preskripsi DM-HipertensiPreskripsi DM-Hipertensi
Preskripsi DM-Hipertensi
 

Kürzlich hochgeladen

081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfBekti5
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 

Kürzlich hochgeladen (12)

081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS DAN CKD

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN DIABETES MELLITUS KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI KEPERAWATAN OREM Di RSUD BANYUMAS Dalam rangka memenuhi Final Exam Blok 6 Pasca Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh : Agik Priyo Nusantoro PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia semakin meningkat. Hal ini berdampak terhadap adanya pergeseran pola penyakit. Penyakit menular dan kekurangan gizi berangsur turun, diikuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif atau tidak menular yang diakibatkan oleh pola hidup masyarakat yang kurang sehat, salah satunya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengontrol kadar gula di dalam darah ( Sudoyo, 2006; Bustan, 2007). Secara klinis terdapat dua tipe diabetes, yaitu DM tipe 1 yang disebabkan kurangnya insulin secara absolute akibat proses autoimun dan DM tipe 2 yang merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin (American council on exercise, 2001; Smeltzer, 2008). Menurut survey yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, sedangkan urutan diatasnya adalah India, China dan Amerika Serikat. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh DM. Penderita Diabetes Mellitus di Indonesia diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 ( Tandra, 2008).
  • 3. Diabetes Mellitus menyebabkan berbagai komplikasi bagi penderitanya yang dapat menyebabkan timbulnya kelainan pada organ tubuh yang lain, misalnya seperti kerusakan pada saraf, mata, jantung, ginjal, ekstermitas dan bahkan sampai kematian. Penderita Diabetes Mellitus bisa mengalami komplikasi jangka panjang dan keadaannya semakin memburuk jika tidak segera mendapat pengobatan yang sesuai (Misnadiarly, 2006). Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan penyebab yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan kemudian berakhir pada gagal ginjal tahap akhir. Penyakit ginjal tahap akhir adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik ireversibel yang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi pengganti ginjal, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2007). Fungsi utama ginjal dalam keadaan normal adalah mengatur cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan asam basa dan PH dalam darah, serta memiliki fungsi endokrin dan hormonal (Smeltzer, 2008). Model konsep menurut Dorothea Orem yang di kenal dengan model Self Care memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan keperawatan di pandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat di lakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, yang di tekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri (Hidayat, 2009). Keperawatan mandiri ( self care ) menurut orem merupakan suatu
  • 4. pelaksanaan kegiatan yang di prakarsai dan di lakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. Dukungan sosial, pendidikan dan durasi diabetes secara signifikan mempengaruhi perilaku perawatan diri ( Bai, Chiou & Chang, 2009). Melihat fenomena di atas, di harapkan Ny. R dengan Diabetes Mellitus komplikasi Chronic Kidney Disease (CKD) dapat melakukan perawatan diri sendiri sesusai tingkat pengkajian teori orem untuk mempertahankan kehidupan kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui implementasi teori keperawatan Orem dengan kasus Diabetes Mellitus 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi masalah keperawatan pasien di hubungkan dengan model teori keperawatan orem b. Menganalisis efektivitas teori keperawatan Orem terhadap pasien Diabetes Mellitus
  • 5. BAB II TINJAUAN TEORI KASUS A. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi, dimana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa/normal (normal: 60 mg/dl sampai dengan 145 mg/dl), ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel. Ini terjadi karena tidak terdapat atau kekurangan atau resisten terhadap insulin. Diabetes adalah suatu kondisi yang berjalan lama, disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam darah. Diabetes dapat dikontrol. Kadar gula dalam darah akan kembali seperti biasa atau normal, dengan merubah beberapa kebiasaan hidup seseorang yaitu : mengikuti suatu susunan makanan yang sehat dan makan secara teratur, mengawasi/menjaga berat badan, memakan obat resep dokter, olahraga secara teratur (Bakar-Tobing, 2006). Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang memerlukan perawatan medis dan penyuluhan untuk self management yang berkesinambungan untuk mencegah komplikasi akut maupun kronis.
  • 6. B. Klasifikasi Diabetes Mellitus Klasifikasi diabetes melitus menurut ADA (American Diabetes Association) 2009 yaitu : 1. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang bertugas menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin absolut. Proses destruksi ini dapat terjadi karena proses imunologik maupun idiopatik. 2. Diabetes Melitus Tipe 2 Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. 3. Diabetes Melitus Tipe Lain 1. Defek genetik fungsi sel beta akibat mutasi di : a) kromosom 12, HNF-α ( dahulu MODY 3) b) kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2) c) kromosom 20, HNF-α (dahulu MODY 1) d) kromosom 13, insulin promoter factor ( dahulu MODY 4) e) kromosom 17, HNF-1β (dahulu MODY 5) f) kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6) DNA mitokondria 2. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, eprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.
  • 7. 3. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemikromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya. 4. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme, somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya. 5. Karena obat/zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, lainnya. 6. Infeksi : rubella kongenital, CMV. 7. Imunologi (jarang) : sindrom Stiffman, antibody antireseptor insulin. 8. Sindrom genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram’s ataksia Friedreich’s, chorea Huntington, porfiria, sindrom Prader Willi, lainnya. 4. Diabetes Kehamilan C. Gejala dan Tanda-Tanda Diabetes Melitus Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik. Gejala Akut Penyakit Diabetes melitus Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. 1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu: a. Banyak makan (poliphagia).
  • 8. b. Banyak minum (polidipsia). c. Banyak kencing (poliuria). 2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala: a. Banyak minum. b. Banyak kencing. c. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu). d. Mudah lelah. e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik. Gejala Kronik Diabetes melitus Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah sebagai berikut: 1) Kesemutan. 2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum. 3) Rasa tebal di kulit. 4) Kram. 5) Capai. 6) Mudah mengantuk. 7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata 8) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
  • 9. 9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun,bahkan impotensi. 10) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg. D. Komplikasi Diabetes Mellitus Sejak ditemukan banyak obat untuk menurunkan glukosa darah, terutama setelah ditemukannya insulin, angka kematian penderita diabetes akibat komplikasi akut bisa menurun drastis. Kelangsungan hidup penderita diabetes lebih panjang dan diabetes dapat dikontrol lebih lama (Tandra, 2007). Tandra (2007) mengemukakan bahwa selama bertahuntahun penderita hidup dengan diabetes dan dapat memungkinkan munculnya berbagai kerusakan atau komplikasi yang kronis pada penderitanya. Komplikasi kronis tersebut yaitu : 1. Kerusakan saraf (Neuropathy) Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke
  • 10. saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena. 2. Kerusakan ginjal (Nephropathy) Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lama seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf. 3. Kerusakan mata (Retinopathy) Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu :
  • 11. a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina; b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi; dan c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga merusak saraf mata. 4. Penyakit jantung Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi. 5. Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus di ingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadidua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena hipertensi. 6. Penyakit pembuluh darah perifer Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes dari pada orang yang
  • 12. tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung. 7. Gangguan pada hati Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula bisa bisa mengalami kerusakan hati (liver). Anggapan ini keliru. Hati bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi atau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hamper 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya. 8. Penyakit paru-paru Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paruparu dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara
  • 13. sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah. 9. Gangguan saluran makan Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat- obatan yang diminum. 10. Infeksi Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
  • 14. E. Penatalaksanaan Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi: a. Obat hiperglikemik oral (OHO). Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan : 1) Pemicu sekresi insulin. 2) Penambah sensitivitas terhadap insulin. 3) Penghambat glukoneogenesis. 4) Penghambat glukosidase alfa. b. Insulin Insulin diperlukan pada keadaan : 1) Penurunan berat badan yang cepat. 2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis. 3) Ketoasidosis diabetik. 4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat. c. Terapi Kombinasi Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu: 1. Postprandial
  • 15. Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dl mengindikasikan diabetes. 2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes. 3. Tes toleransi glukosa oral Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl. 4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah
  • 16. BAB III TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN A. Teori Orem Umum Orem mengembangkan Teori Keperawatan Self-Care Deficit (teori umum) terdiri dari 3 teori yang saling berhubungan, yaitu : (1) Theory Self-Care (2) Theory Self-Care Deficit (3) Theory of nursing systems. Didalam 3 teori tersebut dimasukkan 6 konsep sentral dan satu konsep tambahan. Konsep sentral tersebut adalah: konsep self-care, unsur self-care, kebutuhan self-care yang terapeutik, self-care deficit, unsur keperawatan dan system keperawatan, sebagaimana konsep tambahan dari faktor-faktor kondisi dasar yang paling penting untuk memahami teori umum Orem. B. Teori Self-Care Untuk memahami teori self-care perlu difahami terlebih dahulu tentang konsep self-care, unsur self-care, faktor-faktor kondisi dasar dan kebutuhan akan self-care yang terapeutik. Self-care adalah penampilan atau aktivitas praktek berdasarkan keinginan individu dan dilaksanakan untuk mempertahankan hidup, sehat dan kesejahteraan. Bila self-care dilaksanakan secara efektif, itu akan menolong untuk memelihara integritas dirinya dan fungsi kemanusiaan serta berkontribusi terhadap perkembangan kemanusian2. Unsur self-care adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia atau kekuatan untuk terlibat di dalam self-care. Kemampuan individu untuk terlibat dalam self-care dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisi dasar. Yang
  • 17. termasuk faktor-faktor kondisi dasar adalah : umur, jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosio-kultural, faktor system pelayanan kesehatan (diagnostik dan pengobatan), faktor system keluarga, pola hidup (aktivitas secara teratur faktor lingkungan serta sumber-sumber yang adekuat dan terjangkau. Secara normal, orang dewasa secara sukarela memelihara dirinya sendiri. Bayi, anak-anak, orang tua, orang sakit dan orang cacat membutuhan perawatan secara menyeluruh atau bantuan dalam aktivitas self-care. Kebutuhan Self-Care yang terapeutik adalah totalitas dari tindakan self- care yang diperlihatkan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan self-care yang sudah diketahui dengan menggunakan metode yang valid dan seperangkat kegiatan dan tindakan yang berhubungan2. Kebutuhan self-care yang terapeutik dijadikan model pada tindakan yang disengaja, yaitu tindakan yang sengaja dilakukan oleh sekelompok orang untuk menghasilkan peristiwa dan hasil yang memberikan keuntungan kepada orang lain secara spesifik. Persayaratan self-care yang Universal dihubungkan dengan proses kehidupan dan pemeliharaan integritas kemanusiaan beserta fungsi-fungsinya. Hal tersebut umum pada setiap manusia selama seluruh siklus kehidupan dan harus dipandang sebagai faktor yang saling berhubungan, saling mempengaruhi satu sama lain. Istilah umum untuk persyaratan tersebut adalah aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living). Orem (1991) mengidentifikasi persyaratan self-care sebagai berikut : (1) Pemeliharaan
  • 18. terhadap kecukupan udara, (2) Pemelihraan teradap kecukupan air, (3) Pemeliharaan terhadap kecukupan makanan, (4) Perlengkapan yang berhubungan dengan proses eliminasi dan sisa eliminasi, (5) Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, (6) Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi social, (7) Pencegahan terhadap bahaya kehidupan, fungsi manusia dan kesejahteraan manusia, (8) Peningkatan fungsi-fungsi manusia dan perkembangan dalam kelompok social yang sejalan dengan potensi manusia, tahu keterbatasan manusia, dan keinginan manusia untuk menjadi normal. Penyimpangan kesehatan self-care ditemukan dalam kondisi sakit, injuri, penyakit atau yang disebabkan oleh tindakan medis yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi. Penyakit atau injuri tidak hanya mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan fisiologisnya atau mekanisme psikologis tapi juga mempengaruhi fungsi sebagai manusia. C. Teori Self-Care Deficit Teori self-care deficit merupakan inti dari teori umum keperawatan Orem. Keperawatan dibutuhkan untuk orang dewasa atau orang-orang yang ada dibawah tanggungannya dalam keadaan tidak mampu atau keterbatasan dalam memberikan self-care yang efektif secara terus menerus. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan self-care yang sebenarnya sudah diketahui atau kemampuan self-care atau kemandirian berlebihan atau sama dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan self-care tetapi dimasa yang akan
  • 19. datang dapat diperkirakan kemampuan merawat akan berkurang baik kualitatif maupun kuantitatif dalam kebutuhan perawatan atau kedua-duanya. Orem mengidentifikasi lima metode bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat untuk orang lain, (2) Membimbing dan mengarahkan, (3) Memberikan dukungan fisik dan psikologis, (4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu, (5) Pendidikan. Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan semua metode ini untuk memberikan bantuan self-care. Aktivitas yang melibatkan perawat saat mereka memberikan asuhan keperawaran dapat digunakan untuk menggambarkan domain keperawatan. Lima area aktivitas untuk praktek keperawatan, yaitu : (1) Masuk ke dalam dan mempertahankan hubungan perawat-klien dengan individu, keluarga atau kelompok sampai klien secara sah dikeluarkan dari keperawatan, (2) Menentukan apakah dan bagaimana klien dapat ditolong melalui keperawatan, (3) Berespons terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak dan bantuann keperawatan, (4) Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-orang terdekat dalam bentuk bantuan keperawatan, (5) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan keperawatan dengan kehidupan sehari-hari klien, pelayanan kesehatan lain yang dibutuhkan atau diterima dan pelayanan sosial dan pendidikan yang di butuhkan dan diterima klien.
  • 20. D. Sistem Keperawatan Orem dalam teori sistem keperawatannya menggaris bawahi tentang bagaimana kebutuhan self-care klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien atau kedua-duanya. Sistem keperawatan dirancang oleh perawat berdasarkan kebutuhan self-care dan kemampuan klien dalam menampilkan aktivitas self- care. Apabila ada self-care deficit, yaitu defisit antara apa yang bisa dilakukan (self-care agency) dan apa yang perlu dilakukan untuk mempertahankan fungsi optimum (self-care demand), disinilah keperawatan diperlukan. Unsur keperawatan (nursing agency) adalah suatu atribut yang kompleks dari orang yang dididik dan dilatih sebagai perawat yang memampukan mereka untuk bertindak, mengetahui dan membantu orang lain memenuhi kebutuhan self-care yang terapeutik dengan melaksanakan dan mengembangkan self-care agency mereka sendiri. Klasifikasi sistem keperawatan untuk memenuhi persyaratan self-care klien ada 3 yaitu sistem kompensatori penuh (wholly compensatory system), sistem kompensatori sebagian (partly compensatory system) dan sistem dukungan-pendidikan (supportive-educative system). Sistem keperawatan kompensatori penuh (wholly compensatory nursing system) digambarkan oleh sebuah situasi dimana individu tidak mampu untuk terlibat dalam tindakan self-care yang memerlukan kemandirian dan ambulasi yang terkontrol serta pergerakan manipulatif atau penatalaksanaan medis untuk menahan diri dari aktivitas. Seseorang dengan keterbatasan ini secara
  • 21. sosial tergantung dengan orang lain untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraannya2. Kelompok orang dengan kondisi ini dibagi lagi menjadi : (1) tidak mampu terlibat dalam berbagai bentuk tindakan yang disengaja, contoh : klien koma; (2) waspada dan mampu untuk melakukan observasi, penilaian dan keputusan tentang self-care serta hal-hal lain tapi tidak bisa atau tidak boleh tindakan yang memerlukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, contoh : klien dengan fraktur C3 – C4; (3) tidak mampu menghadirkan dirinya sendiri dan membuat penilaian yang tepat serta keputusan tentang self-care serta hal-hal lain tapi bisa melakukan ambulasi dan mungkin mampu melakukan beberapa tindakan self-care dengan supervisi dan bimbingan yang terus menerus, contoh : klien Retardasi Mental. Sistem keperawatan kompensatori sebagian (partly compensatory nursing system) digambarkan oleh situasi dimana baik perawat dan klien melakukan tidakan care atau tindakan lain yang bersifat manipulatif atau ambulasi. Baik klien maupun perawat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan tindakan perawatan2. Contoh: klien yang pasca operasi abdomen, yang mampu mencuci wajah dan menggosok gigi tapi memerlukan bantuan perawat dalam mobilisasi dan merawat luka. Sistem keperawatan dukungan-pendidikan (supportive-educative nursing system) adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melaksanakan atau bisa dan harus belajar untuk melakukan tindakan self-care terapeutik yang diperlukan yang berorientasi secara eksternal atau internal tapi tidak bisa melakukannya tanpa bantuan. Dalam sistem ini klien melakukan semua self-
  • 22. care. Peran perawat adalah sebagai pendidik atau konsultan dalam meningkatkan kemampuan klien sebagai self-care agent. E. PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI OREM 1. PENGKAJIAN Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem keluarga); Pola hidup; Faktor lingkungan. 2. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan berdasarkan self-care defisit,maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total Care 3. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis2 yang terdiri dari pemenuhan kebutuhan oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,, gangguan mengunyah, gangguan menelan, pemenuhan kebutuhan eliminasi /pergerakan bowel, urinary, excrements, menstruasi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Secara rinci pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis adalah sebagai berikut:
  • 23. Tabel 1. Pemenuhan kebutuhan Oksigen A. Saluaran Pernafasan 1. sumbatan pada saluran pernafasan oleh benda asing 2.kelaianan pada saluran pernafasan dan peningkatan resistensi jalan pernafasan B. Pengembanagan kapasitas vital paru 1. restriksi paru 2. penurunan pengembangan paru 3. perubahan jaringan paru terhadap pemenuhan kapasitas vital paru 4. keterbatasan ekspansi dada 5. pengaruh muskuler dan neuro terhadap pengembangan paru C. Ventilasi alveolar optimal 1. alveoli yang terganggu 2. penurunan jumlah alveolus 3. kehilangan alveolus dan kapiler pulmonal D. Mempertahankan keseimbangan gas diantara alveolus dan paru 1. hipoventilasi elveolar 2. penebalan alveolar dan membran kapiler 3. rendahnya aliran darah paru terhadap ventilasi 4. penurunan kapsitas oksigen E. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap saraf sentral 1. Aktifitas ritme otomatis di medula oblongata 2. Reseptor regulasi kimia (kemoreseptor) F. Terhentinya pernafsan sementara 1. Kekejangan umum 2. Tangis anak-anak G. Tidak ada respirasi 1. Apneu yang muncul pada bayi normal 2. Apneu dengan pasien preterm 3. Apneu pada 24 jam pertama 4. Apneu pada penyakit kardiorespiratori 5. Apneu akibat gangguan metabolik H. Distres respiratori 1. Ansietas 2. Histeria dan gangguan emosional 3. Patologi pada jantung dan paru 4. Pernafasan periodik pada bayi preterm 5. Dispneu dan sianosis pada bayi baru lahir I. Penurunan respiratory rate dan kapasitas vital 1. Kaheksia 2. malnutrisi J. Peningkatan kerja pernafasan 1. Injuri 2. Penyakit akut
  • 24. Tabel 2. Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit A. Keadaan yang berkaitan dengan kebutuhan cairan dan nutrisi 1. kemampuan / ketidak mampuan 2. jenis komunikasi yang tidak dimengerti 3. kegagalan mengkomunikasikan kebutuhannya 4. kondisi pemasukan / input asupan nutrisi B. Jenis makanan dan cairan yang tidak disukai dan mempengaruhi 1. yang berbeda dengan kebiasaan 2. yang berbeda dari standar 3. yang bnertentangan dengan kondisi individu C. Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan 1. hal-hal yang perlu diperhatiakn 2. manfaat asupan cairan makanan a. kondisi fisik b. stimulasi fisik c. perilaku yang tidak biasa d. kondisi lingkungan yang mempengaruhi asupan D. Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke dalam mulut 1. satus / tingkat perkembangan 2. abnormalitas pada mulut dan wajah 3. obstruksi-inflamasi dan lesi pada mulut 4. pengeluaran sekresi dari mulut dan hidung 5. kesul;itan untuk membuka dan menutup mulut 6. prosedur pembedahan pada mulut, rahang dan lidah yang mempengaruhi pemasukan cairan dan nutrisi 7. pertukaran jaringan lunak di mulut a. efek dari kekurangan nutrisi dan adanya pembatasan asupan b. atropi mukosa mulut pada orang tua sehingga kemampuan merasakan menurun dan adanya sensasi terbakar pada mulut 8. posisi tubuh yang terganggu pada saat makan dan minum tidak mampu membuka mulut
  • 25. Tabel 3. Gangguan mengunyah A. Kondisi gangguan mengunyah 1. kondisi gigi dan rahang 2. kondisi otot untuk mengunyah 3. nyeri saatmengunyah akibat lesi pada jaringan lunak dan tulang 4. berurangnya jumlah saliva 5. kebiasaan toidak mengunyah makanan B. Kondidi dan keadaan gangguan mengunyah 1. kondisi yang berhubungan dengan berkurangnya jumlah saliva a. berkurangnya atau tertahannya sekresi saliva b. adanya peradangan, tumor atau gangguan pada kelenjar yang memproduksi saliva. 2. kondisi otot lidah dan pipi / wajah yang terganggu 3. kurang dalam mengunyah makanan Tabel 4. Gangguan menelan A. Kondisi dan keadaan gangguan mengunyah 1.Ketidakmampuan pada vase volunter akibat stupor dan koma 2. Gangguan pada fase involunter a. kekacauan fungsi motorik b. Penyimpangan pada bibir, palatum dan lidah c. Paralisis total d. Nyeri dan adanya obstruksi B. Kondisi dan keadaan gangguan sampainya makanan dan minuman ke oesofagus 1. Obstruksi dan nyeri faring 2. Kekacauan reflek menelan 3. Lesi pada cranial yang mengganggu 4. ukuran makanan yang menggangu C. Keadaan yang mengganggu masuknya makanan ke lambung 1. Obstruksi 2. Penyimpangan oesofagus 3. Nyeri pada oesofagus a. Radang b. Lesi c. Varises d. Perforasi e. Ruptur 4. Kekacauan syaraf menelan 5. Gangguan disfungsi motorik 6. refluk dari oesofagus ke lambung
  • 26. Tabel 5. Pemenuhan kebutuhan eliminasi/pergerakan bowel A. Perubahan pergerakan bowel dan Faeces 1. konstipasi-diare 2. Perubahan kepadatan, warna dan karakteristik faeces 3. Perubahan intregitas bowel, fungsi, dan perubahan struktur B. Perasaan dan emosi yang mempengaruhi 1. Ketidaknyaman atau nyeri 2. Kecemasan atau ansietas akibat gangguan C. Tingkah laku selama perawatan 1. Pergerakan yang sulit 2. Tidak nyama atau nyeri pada saat pergerakan D. Lingkungan 1. Jamban 2. Sanitari lingkungan 3. Privacy pada saat B A B 4. Berbeda setiap individu Tabel 6. Urinary A. Perubahan pola urinary, urin dan integritas organ 1. Perubahan pola urinary 2. Perubahan kualitas dan kuantitas urine 3. Perubahan struktur dan fungsi integritas organ B. Perasaan dan emosi yang mempengaruhi 1. Ketidaknyamanan atau nyeri 2. Kecemasan atau ansietas akibat gangguan C. Tingkah laku selama perawatan 1. Pergerakan yang sulit 2. Tidak nyaman atau nyeri pada saat pergerakan D. Lingkungan 1. Jamban 2. Sanitari lingkungan 3. Privasi pada saat BAK 4. Berbeda setiap individu
  • 27. Tabel 7. Excrements Keringat A. Perubahan pola 1. Keringat berkurang 2. Keringat meningkat B. Reaksi klien 1. Keringat berkurang 2. Keringat meningkat C. Tingkah laku selama perawatan 1. Pergerakan tubuh yang sulit 2. Nyeri 3. lingkungan Tabel 8. Menstruasi A. Perubahan pola 1. Waktu, durasi, jumlah 2. Supresi menstruasi B. Perasaan dan emosi yang berhubungan 1. Tidak nyaman, nyeri 2. Cemas, ansietas C. Tingkah laku selama perawatan 1. Pergerakan tubuh yang sulit 2. Nyeri D. Lingkungan 1. Tempat tinggal yang kurang nyaman 2. Therapi keperawatan setiap individu berbeda
  • 28. Tabel 9. Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat Faktor manusia A. Gangguan dengan keseimbangan aktivitas dan istirahat 1. Kekurangan dan kelemahan 2. Emosi, keputusasaan, kegembiraan 3. Terjaga sepanjang malam 4. Narkosis, komposmentis 5. Menolak perhatian, konsentrasi pada persoalan di kehidupannya 6. Ketidakmampuan 7. Ketidak aktifan, immobilitas B. Gangguan khusus aktifitas dan istirahat 1. Dispneu 2. Nyeri 3. Ketidaknyamanan 4. Sensori 5. Kecemasan, ansietas Faktor lingkungan A. Lingkungan sosial sesuai dengan keinginan B. Penggunaan tempat dan waktu 1. Kerjs produktif, rekreasi, aktifitas berlebihan 2. Perubahan jenis aktifitas 3. Perubahan dari aktif ke istirahat 4. Cukup istirahat 5. Memelihara kondisi fisik yang sesuai Lingkungan fisik A. Kondisi yang menghalangi aktifitas atau istirahat B. Hidung yang terganggu pada saat istirahat C. Tidak biasa dengan suara tidur orang lain D. Lampu kamar saat tidur Situasi lingkungan A. Situasi kritis pada keluarga dan tempat tinggal B. Bencana alam C. Peperangan
  • 29. BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN MRS tanggal : 17 Desember 2015 pukul 00.05 Pengkajian tgl. : 17 Desember 2015 pukul 08.00 Diagnosa Masuk : Diabetes Mellitus, CKD A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Usia : 62 tahun Jenis kelamin: Perempuan Suku : Jawa Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Pedagang Status : Menikah Alamat : Sumpiuh, Banyumas B. RIWAYAT PASIEN 1. Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak napas 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak kurang lebih 2 hari yang lalu, pasien mengalami sesak napas di sertai badan terasa panas dan sedikit menggigil. Keadaan itu tidak kunjung sembuh dan membuat pasien gelisah dan sulit tidur. Melihat
  • 30. kondisi pasien seperti itu, suami pasien membawa ke IGD RSUD Banyumas pada tanggal 17 Desember 2015 dini hari. 3. Riwayat penyakit dahulu : Pasien menderita DM sejak 8 tahun yang lalu. Selain itu pasien juga pernah terkena CVA 8 tahun yang lalu dengan hemiperisis dextra. 4. Riwayat Pengobatan dahulu : Pasien mendapatkan obat anti diabetik oral setelah pertama kali terdiagnosa DM dan di ganti dengan insulin. Dosis insulin pasien 14 ui dan 18 ui sehari 2x. Pasien juga pernah mendapatkan program cuci darah kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan 12x cuci darah setelah itu di hentikan. 5. Riwayat Penyakit Keluarga : Ada anggota keluarga Ny.R yang terkena DM dan hipertensi yaitu kakak dan adik Ny. R C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda-tanda vital TD : 140/80 GDS : 432 mg/dl N : 90x/menit SPO2 : 93 S : 36.7⁰ C RR : 28x/menit 2. DATA FOKUS Keadaan Umum Lemah, kesadaran Somnolen, nampak pucat
  • 31. 3. PEMERIKSAAN FISIK B1(Breathing) : Pasien nampak sesak, nafas pasien tersengah sengah, terpasang nasal kanul 4L/menit, Posisi tempat tidur pasien Fowler, dispnea, tidak ada batuk, hasil Photo Thorax adanya efusi pleura bilateral. B2(BLOOD) : Dada kadang sedikit nyeri, CRT<3 detik, TD 140/80 mmHg, Nadi 90x/menit B3(BRAIN) : Pasien merasa pusing, Kesadaran somnolen, gelisah B4(BLADDER) : Terpasang DC, urine output 200cc, sedikit minum B5(BOWEL) : mual, tidak nafsu makan, mukosa bibir kering pucat, Abdomen tampak asites, Px belum BAB, nampak obesitas B6(BONE) : Tidak ada lesi, tidak ada fraktur, ada bintik-bintik hitam bekas garukan di kaki. D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 11 FUNGSI GORDON 1. Health promotion & management Pasien mengetahui bahwa penyakit diabetes melitus harus melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin. Sehingga pasien rutin memeriksaan kadar gulanya dengan alat glukometer di rumah nya sendiri. Selain itu jika pasien kehabisan obat atau merasa tidak enak badan, pasien akan pergi ke pelayanan kesehatan.
  • 32. 2. Nutrition Pasien dan keluarga sudah mengerti tentang diit diabetes mellitus, makanan apa saja yang harus di kurangi. Selama sakit pasien mengatakan nafsu makan menurun karena mual dan sesak. Tiap kali makan hanya habis 2 sendok makan. 3. Elimination Pasien terpasang DC, terpasang infuse Nacl 20 tetes/menit. Urine output 24 jam 800cc 4. Activity & Exercise Pasien dulunya sebelum sakit bekerja sebagai pedagang bersama suami nya. Semenjak sakit, pasien lebih sering beristirahat di rumah dan meninggalkan pekerjaannya. 5. Sleep Kebutuhan tidur pasien tercukupi, tetapi ketika sesak nafas pasien sulit untuk tidur. 6. Persepsi – Sensori & Kognitif Klien mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus yang di derita nya tetapi klien merasa cemas karena tiba-tiba sesak nafas.
  • 33. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, klien mengalami gangguan penglihatan karena komplikasi dari Diabetes Mellitus. 7. Konsep Diri Klien mengatakan selama ini selalu berusaha menjaga supaya gula darahnya selalu stabil. 8. Pola Hubungan Hubungan pasien dengan keluarga, pasien lain, perawat baik. Pasien banyak dikunjungi oleh tetangganya dan keluarga besar nya. 9. Seksualitas Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan organ reproduksinya. Klien mempunyai 3 anak, 2 anaknya sudah menikah dan 1 anak masih Kuliah. 10. Pola koping dan toleransi sress Jika mempunyai masalah, pasien selalu bercerita dengan anggota keluarga yang lain untuk meminta solusi. 11. Pola nilai – keyakinan ( spiritual ) Pasien beragama islam dan rajin melaksanakan ibadah sholat. Dan klien mempunyai kenyakinan atas kesembuhan penyakitnya. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 17 Desember 2015
  • 34. DL : - WBC 19.2 10e3/uL - RBC 3.79 10e6/uL - NEU 16.8 87.7% - HGB 10.8 g/dl - LYM 1.19 6.19% - HCT 33.2 % - MONO 1.00 5.24% - MCV 87.6 fL - EOS .023 .121% - MCH 28.5 pg - BASO .141 .734% - MCHC 32.5 g/dl - RDW 14.2 % - PLT 226 10e3/uL - MPV 7.61 fL Urine : 17-12-2015 pukul 06.38 am - Glucose 470 mg/dl (75-115) - Urea UV 92.8 mg/dl (10-50) - Creatinine 2.62 mg/dl (0.50-1.20) - Natrium 133 mmol/L (135-155) - Kalium 4.8 mmol/L (3.5-5.5) - Cloride 91 mmol/L (94-111) Urine : 17-12-2015 pukul 05.23 pm - GOT 33.4 U/L (0-50) - GPT 19 U/L(0-50) - Urea UV 86.4 mg/dl (10-50) - Creatinine 2.59 mg/dl (0.50-1.20)
  • 35. - Natrium 139 mmol/l (135-155) - Kalium 4 mmol/l (3.5-5.5) - Cloride 95 mmol/l (94-111) Hasil Radiologi : 17-12-2015 pukul 15.30 - Thorax AP, supine, asimetris, inspirasi cukup dan kondisi cukup hasil nya : Efusi Pleura Bilateral Tanggal 20 Desember 2015 DL : - WBC 9.04 10e3/uL - RBC 3.39 10e6/uL - NEU 6.29 69.6% - HGB 9.44 g/dl - LYM 1.94 21.5% - HCT 29.6 % - MONO .547 6.05% - MCV 87.2 fL - EOS .200 2.21% - MCH 27.8 pg - BASO .059 .651% - MCHC 31.9 g/dl - RDW 14.0 % - PLT 186 10e3/uL - MPV 7.54 fL F. TERAPI Di IGD tgl 17 Desember 2015 Infus Nacl 20 tetes/menit, Injeksi Lasik, Injeksi Ranitidin, Injeksi Insulin 20ui
  • 36. Di Ruangan Wiku 2 19 Desember 2015 Infus Frutolit 10 tetes/menit, injeksi farsix, injeksi Omz, injeksi Ceftazidn, injeksi Novorapid 14 ui, valsartan 80mg DATA FOKUS PENGKAJIAN OREM 1. Pola Oksigenasi Keluhan : Pasien mengeluh sesak a. Respirasi Rate : > 25 x/menit b. Pola Pernafasan : Reguler c. Bunyi nafas : Vesikuler d. Bunyi Nafas Tambahan : Tidak ada e. Otot bantu pernafasan : Retraksi dada f. Kondisi kulit : Pucat g. Capilerry refil : < 3 detik h. SPO2 : 93 % 2. Pola Cairan dan Elektrolit Keluhan : Pasien sesak dan cemas BB : 60 kg Input Output IVFD 700 cc Urin 800 cc Minum 500 cc Muntah - cc TOTAL 1300 cc TOTAL 800 cc Hasil Laboratorium : Na : 139 mEq/L Ka : 4 mEq/L Cl : 95 mEq/L Diagnosa Keperawatan : □ Kekurangan volume cairan □ Resiko kekurangan volume cairan □ Kelebihan volume cairan □ Resiko ketidakseimbangan volume cairan □ Ketidakseimbangan elektrolit
  • 37. 2. Pola Nutrisi Keluhan : Suami pasien mengatakan, pasien tidak nafsu makan. Riwayat alergi : Tidak Aktivitas Mandiri Sebagian Orang Alat Cairan Elektrolit  IVFD Aktivitas Mandiri Sebagian Total Orang Alat Makan -  □NGT □IVFD - BB : 55 kg TB : 155 cm IMT : 22 kg/m2 □ Gizi kurang : < 18 □ Gizi baik : 19-≤ 25 □ Gizi lebih : 26-30 □ Obesitas : > 30 Hasil Laboratorium : Albumin : - gr% Hb : 10.8 gr/dl Hematokrit : 33.2 % GDS : 432 mg/dl Balance Cairan :Lebih Keadaan Kulit : a. Turgor kulit : < 2 detik b. Kelembapan kulit : Lembab
  • 38. ANALISA DATA Nama : Ty. R No.RM: 396762 Data Etiologi Masalah Keperawatan Sebelum sakit Saat ini Pola Makan Pagi, Siang, Malam Siang, Malam Jenis Makanan Nasi, Sayur, Lauk, Buah Sayur, Lauk Nafsu Makan Baik Tidak Porsi Makan 1 porsi ¼ porsi Gangguan Menelan Tidak Tidak Muntah Tidak Tidak Mual Tidak Ya
  • 39. Data subyektif : Pasien mengeluh sesak Data Obyektif : - Ku lemah - Pucat - Dipsnea - Kesadaran somnolen - SPO2 : 93 % - TD 140/80 - Nadi 90x/menit - Suhu 36.7 C - RR 28x/menit - GDS : 432mg/dl - Terpasang O2 4L/mnt - Posisi fowler - Hasil Radiologi : Efusi Pleura Ketidak seimbangan ventilasi Gangguan Pertukaran Gas Data Subyektif : Pasien mengatakan kadar gula darah nya selalu tinggi Data Obyektif : - KU lemah - Obesitas - GDS : 432mg/dl - Glucosa urine : 470mg/dl Diabetes Mellitus Ketidakstabilan kadar glukosa Darah Data Subyektif : Pasien sesak dan cemas Data Obyektif : - Dipsneaites - Asites - Gelisah - TD 140/80 - Nadi 90x/menit - Suhu 36.7 C - RR 28x/menit - HGB : 10.8 - HCT : 33.2 - Radiologi : Efusi Pleura Penurunan fungsi Ginjal Kelebihan Volume Cairan
  • 40. Diagnosa Keperawatan : 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi 2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Diabetes Mellitus 3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal Nursing Care Planning Diagnosa NOC NIC Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi Tujuan / Kriteria Evaluasi : 1. Gangguan pertukaran gas akan berkurang yang di buktikan oleh tidak terganggunya status pernapasan 2. Pertukaran gas tidak akan terganggu yang di buktikan oleh indicator PaO2-PaCO2 normal, dispnea hilang dan kesadaran composmentis 3. Ventilasi tidak akan terganggu yang di buktikan oleh frekuensi,irama,kedalaman napas normal 1. Kaji frekuensi napas,kedalaman dan usaha napas 2. Pantau Saturasi O2 3. Pantau hasil gas darah (missal kadar PaO2 yang rendah, PaCO2 yang tinggi) 4. Pantau Status mental (missal tingkat kesadaran, gelisah) 5.Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen 6. Observasi terhadap sianosis 7. Kolaborasidengan dokter dalam pemberian obat Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Diabetes Mellitus Tujuan / Kriteria Evaluasi : 1. Tingkat pemeliharaan kadar glukosa di dalam plasma dan urine dalam rentang normal 2. Pengobatan DM terkendali, di buktikan oleh manajemen mandiri diabetes mellitus yang di tingkatkan secara konsisten 1. Kaji faktor yang dapat meningkatkan resiko ketidakseimbangan glukosa 2. Pantau kadar glukosa serum 3. Pantau keton urine 4. Pantau asupan dan haluaran 5. Pantau tanda dan gejala hiperglikemi 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti diabetik Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginal Tujuan / Kriteria Evaluasi : 1. Kelebihan volume cairan dapat di kurangi, yang di buktikan oleh keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa, dan 1. Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskular yang di indikasikan dengan peningkatan tanda gawat napas, peningkatn frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah 2. Kaji ekstermitas atau bagian
  • 41. indicator fungsi ginjal yang adekuat 2. Keseimbangan cairan tidak terganggu yang di buktikan oleh indicator sebagai berikut : - Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam - Berat badan stabile - Berat jenis urine dalam batas normal tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit 3. Manajemen cairan - Timbang BB - Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang adekuat - Pantau hasil laborat yang relevan terhadap retensi cairan. Misal peningkatan berat jenis urine, BUN, penurunan hematorkit 4. Lakukan dialysis, jika diindikasikan 5. Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala memburuk 6. Berikan diuretic, jika perlu BAB V PEMBAHASAN
  • 42. Teori yang diambil pada kasus Ny. R menggunakan teori Dorothea Orem dengan model konsep self care dan kebutuhan perawatan diri pasien untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan. Teori ini terdiri dari : a. Teori Self Care 1) Pengkajian Universal : Pada pengkajian ini, Ny. R mengalami gangguan pada kebutuhan oksigenasi, hal itu yang menyebabkan Ny. R menjadi gelisah sampai penurunan kesadaran. 2) Pengkajian Developmental : Ny. R mempunyai 3 orang anak dan ketiga anaknya sudah berkeluarga. Ny.R tinggal berdua dengan suaminya di rumah. Klien sudah melepas pekerjaannya dan hanya beristirahat di rumah saja. Ny R tidak mengalami perubahan struktur tubuh akibat Diabetes Melitus karena Ny. R masih menjaga ekstermitas agar tidak terkena luka. 3) Pengkajian perubahan kesehatan : Ny. R mengalami perubahan status kesehatan, dia sudah tidak mampu melakukan pergerakan seperti orang normal dan mudah lelah sehingga membutuhkan istirahat yang cukup dan teratur. b. Self Care Deficit
  • 43. 1. Ny. R mengalami penurunan kemauan untuk merawat diri nya dan menjaga penampilannya, misalnya seperti bersisir, memakai pengharum badan dll. 2. Ny. R tidak mampu melakukan diit untuk mengontrol kadar gula darah nya. c. Teory Nursing System Dari data-data yang sudah terkumpul dapat di simpulkan bahwa Ny. R dalam kategori Partially compensatory System (bantuan sebagian). BAB VI
  • 44. PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ny. R termasuk di dalam kategori Partially compensatory nursing system yaitu memerlukan bantuan sebagian dari orang lain. Masalah self care defist ditemukan karena klien tidak mempunyai kemauan dan ketidaktahuan terhadap perawatan diri. Teori self care orem dapat di terapkan pada Ny. R untuk mempertahankan kemampuan Ny. R untuk ikut serta dalam mempertahankan kesehatannya 2. Peran perawat adalah membantu yang tidak mampu, memberi motivasi bagi yang tidak mau dan memberikan pengetahuan terhadap klien yang memang tidak mengetahui akan self care, sehingga akan tampak peran perawat sebagai pelaksana, pendidik dan pengelola asuhan keperawatan B. SARAN Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat dapat memodifikasi berbagai konsep teori sehingga lebih fleksibel, kreatif dan inovatif tetapi tetap memandang bahwa klien adalah manusia yang unik dengan masalah keperawatan yang komperhensif serta disesuaikan dengan hukum, kode etik dan moral sehingga praktek keperawatan akan berperan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Daftar Pustaka
  • 45. Alligood, MA. (2014). Nursing Theorist and Their Work, Eighth edition. Louis: Mosby Company. Armstrong G and Lavery L.A. (2010). Clinical Care Of Diabetik Foot. 2nd ed. American Diabetes Association Aru W Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi Keempat. Jakarta: FKUI Brunner, & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 . Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hans Tandra. 2008. Segala Sesuiatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia M.N. Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta: Penerbit PERKENI, Smeltzer,S.C. Bare, B.G. Hinkle, J.L & Cheever, K.H. (2008). Tex Book Of Surgical Medical Nursing. Ed12. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. Soegondo S. 2006, Penyuluhan sebagai Komponen Terapi Diabetes dan Penatalaksanaan Terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Suyono, S., 2007. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. Dalam: Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., ed. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,