SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
BAB I

PENDAHULUAN

   A. Latar Belakang Masalah

      Pembangunan non-pertanian merupakan salah satu sektor yang saat ini
sedang digalakkan dan diharapkan serta menjadi manivestasi untuk mendukung
peningkatan perekonomian masyarakat. Salah satu bagian dari pembangunan non
–pertanian ialah bidang industri, dan dari perkembangan sektor industry ini
diharapkan mampu menguatkan perekonomian nasional karena berperan dalam
perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Semakin berkembangnya
sektor industry ini menyebabkan terjadinya percepatan perubahan penggunaan
lahan yang mengarah pada banguan industry. Disamping memberikan dampak
positif dari adanya pembangunan sektor industry, namun juga memberikan efek
terhadap potensi, kondisi, dan mutu sumberdaya alam dan lingkungan yang dalam
waktu panjang akan mengakibatkan potensi dan mutu lingkungan menurun jika
tidak disadari dengan bijaksana dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
alan untuk industry tersebut. Sehingga menjadi tujuan penting dalam
mempertahankan       dan   meningkatkan      perkembangan      industry   dengan
memperhatikan potensi dan mutu lingkungan agar upaya pengendalian dan
pencegahan terhadap kerusakan lingkungan dapat diminimalisir serta dilokalisir
(susilo, 1998).

      Agar pencapaian hasil dari pembangunan industry sesuai dengan yang
diharapkan perlu didukung oleh beberapa factor, seperti tersedianya sumberdaya
lahan yang cukup, stabilitas daerah yang kondusif dan pemasaran ekonomi.
Sumberdaya lahan yang memadai untuk pembangunan industry ialah pemusatan
industry, hal tersebut sesuai dengan kepres no. 53 tahun 1989, bahwasana
persyaratan lokasi    industry dengan pemusatan industry,         pengelolaannya
dilengkapi prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya. Untuk lebih jelasnya
disebutkan dalam pasal 7 bahwa pembangunan kawasan industri tidak mengurangi
area pertanian dan tidak dilakukan diatas tanah yang mempunyai fungsi utama
untuk melindungi sumberdaya alam dan warisan budaya. Sedangkan untuk
kriteria kawasan industry meliputi tersedianya sumber air baku yang cukup,
adanya pembuangan limbah, tidak menimbulkan dampak sosial yang berat, tidak
terletak di kawasan pangan lahan basah yang beririgasi dan berpotensi bagi
pengembangan irigasi, serta tidak terletak di kawasan hutan lindung dan hutan
produksi tetap dan terbatas.

      Dalam penempatan lokasi industry, jika ditinjau dari sudut pandang
geografis maka dilakukan dengan pertimbangan secara keruangan, yakni
memasukkan segala aspek baik yang mendukung maupun yang membatasi suatu
penggunaan lahan supaya tercapai keseimbangan. Salah satu arahan dalam upaya
untuk memanfaatkan lahan sebagai kawasan industry harus disesuaikan sifat fisik
yang representative, sehingga perlu peninjauan evaluasi kesesuaian lahan (sitorus,
1985).

      Kesesuaian lahan ialah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk suatu penggunaan tertentu ( Sitorus, 1995 : 42). Evaluasi lahan adalah
proses penilaian penampilan atau keragaan (performance) lahan jika dipergunakan
untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan, dan interpretasi survey dan studi
bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat
mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang
mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Selanjutnya Sitorus (1998) menyatakan
bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi
sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan
persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber
daya yang ada pada lahan tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah
memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan
penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan
alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.

      Di dalam menilai tingkat kesesuaian lahan maka dilakukan klasifikasi
dengan 2 (dua) cara, yakni :
1. Metode parametric

  Metode scoring merupakan salah satu metode dalam menentukan kesesuaian
  lahan untuk suatu penggunaan lahan. Metode scoring atau pengharkatan adalah
  teknik analisis data kuantitatif yang digunakan untuk memberikan nilai pada
  masing-masing krakteristik parameter dari sub-sub variable agar dapat dihitung
  nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya. Pendekatan parametrik dalam
  evaluasi kesesuaian lahan adalah pemberian nilai pada tingkat pembatas yang
  berbeda pada sifat lahan, dalam skala normal diberi nilai maksimum 100
  hingga nilai minimum 0. Nilai 100 diberikan jika sifat lahan optimal untuk tipe
  penggunaan lahan yang dipertimbangkan (Sys et al., 1991).

  Pendekatan parametrik mempunyai berbagai keuntungan yaitu kriteria yang
  dapat dikuantifikasikan dan dapat dipilih sehingga memungkinkan data yang
  obyektif; keandalan, kemampuan untuk direproduksikan dan ketepatannya
  tinggi. Masalah yang mungkin timbul dalam pendekatan parametrik ialah
  dalam hal pemilihan sifat, penarikan batas-batas kelas, waktu yang diperlukan
  untuk mengkuantifikasikan sifat serta kenyataan bahwa masing-masing
  klasifikasi hanya diperuntukkan bagi penggunaan lahan tertentu (Sitorus, 1998)

2. Metode factor penghambat

  Pendekatan pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan atau
  karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metode inimembagi lahan
  berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan adalah
  penyimpangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas lahan yang
  memberikan pengaruh buruk untuk berbagai penggunaan lahan (Sys et al.,
  1991).

     Pada umumnya dalam menilai kesesuaian lahan untuk pembangunan non-
pertanian menggunakan metode scoring atau parametric, hal tersebut karena yang
berperan menjadi factor penghitungan lebih mudah jika dianalisis menggunakan
metode parametric dan asumsi yang menjadi dasar dalam penggunaan lahan non-
pertanian ialah secara kuantitas lahan dan sedikit mengesampingkan factor
kualitas lahan, sehingga metode parametric lebih cocok daripada metode factor
penghambat.

    B. Perumusan masalah

      Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah yang akan dikaji sebagai berikut :

    1. Bagaimana penggunaan metode parametric dalam menganalisis kesesuaian
        lahan untuk non-pertanian ?
    2. Bagaimana keterkaiatan dari hasil penghitungan metode parametric
        dengan keadaan dilapangan ?


    C. Tujuan penelitian

      Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

    1. Mengetahui     penggunaan      metode   parametric   dalam   menganalisis
        kesesuaian lahan untuk non-pertanian
    2. Mengetahuai keterkaiatan dari hasil perhitungan metode parametric
        dengan keadaan dilapangan


    D. Manfaat penelitian

      Penulisan ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :

                                   1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangsih dalam perluasan khasanah ilmu pengetahuan yang
    bersifat teoritis, khususnya yang berhubungan dengan evaluasi kesesuian
    lahan untuk non-pertanian.
b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti-peneliti yang akan datang
    apabila akan meneliti hal yang serupa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat dan swasta, hasil penelitian ini diharapkan mampu
    memberikan manfaat terutama dalam penyediaan informasi kesesuaian lahan
    untuk non-pertanian.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan pemerintah sebagai salah satu
    pertimbangan untuk memperbaiki dan mengupayakan metode baru dalam
    menentukan lokasi untuk pembanguan non-pertanian, serta diharapkan dapat
    digunakan untuk bahan pengajaran geografi di SMP dan SMA sesuai dengan
    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.




Arsyad, sitanala. 1989. Konservasi tanah dan air. Bandung : IPB press

Sitorus, santun. 1998. Evaluasi sumberdaya lahan. Bandung : tarsito

Sarworini. 2011. Evaluasi kesesuaian lahan untuk lokasi sentra industry di
kecamatan kalikotes kabupaten klaten tahun 2011. Skripsi




http://tanahjuang.wordpress.com/2012/02/23/evaluasi-kesesuaian-lahan/

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Asal usul airtanah kel 1 b
Asal usul airtanah kel 1 bAsal usul airtanah kel 1 b
Asal usul airtanah kel 1 b
Annita Wardhani
 
Pengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanPengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahan
Aqyu DenganMyu
 
Makalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigMakalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sig
Eko Artanto
 

Was ist angesagt? (20)

Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas KlimaksMakalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
 
13 irigasi curah
13   irigasi curah13   irigasi curah
13 irigasi curah
 
Asal usul airtanah kel 1 b
Asal usul airtanah kel 1 bAsal usul airtanah kel 1 b
Asal usul airtanah kel 1 b
 
Berat volume
Berat volumeBerat volume
Berat volume
 
Pengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanPengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahan
 
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air LimbahStudi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air Limbah
 
Metode skoring
Metode skoringMetode skoring
Metode skoring
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
10 irigasi permukaan
10   irigasi permukaan10   irigasi permukaan
10 irigasi permukaan
 
Makalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigMakalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sig
 
Laporan praktikum penginderaan jauh
Laporan praktikum penginderaan jauhLaporan praktikum penginderaan jauh
Laporan praktikum penginderaan jauh
 
Kuliah 1 siklus hidrologi
Kuliah 1 siklus hidrologiKuliah 1 siklus hidrologi
Kuliah 1 siklus hidrologi
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisik
 
SDA (Air) Presentasi
SDA (Air) PresentasiSDA (Air) Presentasi
SDA (Air) Presentasi
 

Ähnlich wie Metode scoring

Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruBab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Purwandaru Widyasunu
 
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasiAnalisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Chintosa Into
 
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Bhakti Priatmojo
 
Geografi ekonomi dan globalisasi
Geografi ekonomi dan globalisasiGeografi ekonomi dan globalisasi
Geografi ekonomi dan globalisasi
Dechy Angellina
 
1.kontrak tgpl
1.kontrak tgpl1.kontrak tgpl
1.kontrak tgpl
Ary Ajo
 

Ähnlich wie Metode scoring (20)

Bahan ajar psd_l__.bab_-v
Bahan ajar psd_l__.bab_-vBahan ajar psd_l__.bab_-v
Bahan ajar psd_l__.bab_-v
 
Djaenudin et al, (2011)
Djaenudin et al, (2011)Djaenudin et al, (2011)
Djaenudin et al, (2011)
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruBab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
 
20230411 pdjgjbhd nvjfgvnfj
20230411  pdjgjbhd nvjfgvnfj20230411  pdjgjbhd nvjfgvnfj
20230411 pdjgjbhd nvjfgvnfj
 
Analisis Sistem Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Berwawasan Lingkungan
Analisis Sistem Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Berwawasan LingkunganAnalisis Sistem Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Berwawasan Lingkungan
Analisis Sistem Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Berwawasan Lingkungan
 
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasiAnalisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
 
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan agroteknologi 2014
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan agroteknologi 2014Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan agroteknologi 2014
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan agroteknologi 2014
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan agroteknologi 2014
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan agroteknologi 2014Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan agroteknologi 2014
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan agroteknologi 2014
 
Tugas evaluasi penyuluhan kelompok 2
Tugas evaluasi penyuluhan kelompok 2Tugas evaluasi penyuluhan kelompok 2
Tugas evaluasi penyuluhan kelompok 2
 
Paper kesesuaian lahan mijen
Paper kesesuaian lahan mijenPaper kesesuaian lahan mijen
Paper kesesuaian lahan mijen
 
Pemanfaatan data cuaca untuk kegiatan pertanian fixxxxxxxxxxx
Pemanfaatan data cuaca untuk kegiatan pertanian fixxxxxxxxxxxPemanfaatan data cuaca untuk kegiatan pertanian fixxxxxxxxxxx
Pemanfaatan data cuaca untuk kegiatan pertanian fixxxxxxxxxxx
 
Beras harga
Beras hargaBeras harga
Beras harga
 
Bagian 2 evaluasi lahan d3 psl
Bagian 2  evaluasi lahan d3 pslBagian 2  evaluasi lahan d3 psl
Bagian 2 evaluasi lahan d3 psl
 
Rptp anjak 2018
Rptp anjak 2018Rptp anjak 2018
Rptp anjak 2018
 
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
 
PPT SEMINAR PROPOSAL DZUHRI
PPT SEMINAR PROPOSAL DZUHRIPPT SEMINAR PROPOSAL DZUHRI
PPT SEMINAR PROPOSAL DZUHRI
 
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
 
Geografi ekonomi dan globalisasi
Geografi ekonomi dan globalisasiGeografi ekonomi dan globalisasi
Geografi ekonomi dan globalisasi
 
1.kontrak tgpl
1.kontrak tgpl1.kontrak tgpl
1.kontrak tgpl
 

Metode scoring

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan non-pertanian merupakan salah satu sektor yang saat ini sedang digalakkan dan diharapkan serta menjadi manivestasi untuk mendukung peningkatan perekonomian masyarakat. Salah satu bagian dari pembangunan non –pertanian ialah bidang industri, dan dari perkembangan sektor industry ini diharapkan mampu menguatkan perekonomian nasional karena berperan dalam perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Semakin berkembangnya sektor industry ini menyebabkan terjadinya percepatan perubahan penggunaan lahan yang mengarah pada banguan industry. Disamping memberikan dampak positif dari adanya pembangunan sektor industry, namun juga memberikan efek terhadap potensi, kondisi, dan mutu sumberdaya alam dan lingkungan yang dalam waktu panjang akan mengakibatkan potensi dan mutu lingkungan menurun jika tidak disadari dengan bijaksana dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alan untuk industry tersebut. Sehingga menjadi tujuan penting dalam mempertahankan dan meningkatkan perkembangan industry dengan memperhatikan potensi dan mutu lingkungan agar upaya pengendalian dan pencegahan terhadap kerusakan lingkungan dapat diminimalisir serta dilokalisir (susilo, 1998). Agar pencapaian hasil dari pembangunan industry sesuai dengan yang diharapkan perlu didukung oleh beberapa factor, seperti tersedianya sumberdaya lahan yang cukup, stabilitas daerah yang kondusif dan pemasaran ekonomi. Sumberdaya lahan yang memadai untuk pembangunan industry ialah pemusatan industry, hal tersebut sesuai dengan kepres no. 53 tahun 1989, bahwasana persyaratan lokasi industry dengan pemusatan industry, pengelolaannya dilengkapi prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya. Untuk lebih jelasnya disebutkan dalam pasal 7 bahwa pembangunan kawasan industri tidak mengurangi area pertanian dan tidak dilakukan diatas tanah yang mempunyai fungsi utama
  • 2. untuk melindungi sumberdaya alam dan warisan budaya. Sedangkan untuk kriteria kawasan industry meliputi tersedianya sumber air baku yang cukup, adanya pembuangan limbah, tidak menimbulkan dampak sosial yang berat, tidak terletak di kawasan pangan lahan basah yang beririgasi dan berpotensi bagi pengembangan irigasi, serta tidak terletak di kawasan hutan lindung dan hutan produksi tetap dan terbatas. Dalam penempatan lokasi industry, jika ditinjau dari sudut pandang geografis maka dilakukan dengan pertimbangan secara keruangan, yakni memasukkan segala aspek baik yang mendukung maupun yang membatasi suatu penggunaan lahan supaya tercapai keseimbangan. Salah satu arahan dalam upaya untuk memanfaatkan lahan sebagai kawasan industry harus disesuaikan sifat fisik yang representative, sehingga perlu peninjauan evaluasi kesesuaian lahan (sitorus, 1985). Kesesuaian lahan ialah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu ( Sitorus, 1995 : 42). Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (performance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan, dan interpretasi survey dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Selanjutnya Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Di dalam menilai tingkat kesesuaian lahan maka dilakukan klasifikasi dengan 2 (dua) cara, yakni :
  • 3. 1. Metode parametric Metode scoring merupakan salah satu metode dalam menentukan kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan lahan. Metode scoring atau pengharkatan adalah teknik analisis data kuantitatif yang digunakan untuk memberikan nilai pada masing-masing krakteristik parameter dari sub-sub variable agar dapat dihitung nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya. Pendekatan parametrik dalam evaluasi kesesuaian lahan adalah pemberian nilai pada tingkat pembatas yang berbeda pada sifat lahan, dalam skala normal diberi nilai maksimum 100 hingga nilai minimum 0. Nilai 100 diberikan jika sifat lahan optimal untuk tipe penggunaan lahan yang dipertimbangkan (Sys et al., 1991). Pendekatan parametrik mempunyai berbagai keuntungan yaitu kriteria yang dapat dikuantifikasikan dan dapat dipilih sehingga memungkinkan data yang obyektif; keandalan, kemampuan untuk direproduksikan dan ketepatannya tinggi. Masalah yang mungkin timbul dalam pendekatan parametrik ialah dalam hal pemilihan sifat, penarikan batas-batas kelas, waktu yang diperlukan untuk mengkuantifikasikan sifat serta kenyataan bahwa masing-masing klasifikasi hanya diperuntukkan bagi penggunaan lahan tertentu (Sitorus, 1998) 2. Metode factor penghambat Pendekatan pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan atau karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metode inimembagi lahan berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan adalah penyimpangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas lahan yang memberikan pengaruh buruk untuk berbagai penggunaan lahan (Sys et al., 1991). Pada umumnya dalam menilai kesesuaian lahan untuk pembangunan non- pertanian menggunakan metode scoring atau parametric, hal tersebut karena yang berperan menjadi factor penghitungan lebih mudah jika dianalisis menggunakan metode parametric dan asumsi yang menjadi dasar dalam penggunaan lahan non-
  • 4. pertanian ialah secara kuantitas lahan dan sedikit mengesampingkan factor kualitas lahan, sehingga metode parametric lebih cocok daripada metode factor penghambat. B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dikaji sebagai berikut : 1. Bagaimana penggunaan metode parametric dalam menganalisis kesesuaian lahan untuk non-pertanian ? 2. Bagaimana keterkaiatan dari hasil penghitungan metode parametric dengan keadaan dilapangan ? C. Tujuan penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah : 1. Mengetahui penggunaan metode parametric dalam menganalisis kesesuaian lahan untuk non-pertanian 2. Mengetahuai keterkaiatan dari hasil perhitungan metode parametric dengan keadaan dilapangan D. Manfaat penelitian Penulisan ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis a. Memberikan sumbangsih dalam perluasan khasanah ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis, khususnya yang berhubungan dengan evaluasi kesesuian lahan untuk non-pertanian. b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti-peneliti yang akan datang apabila akan meneliti hal yang serupa.
  • 5. 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat dan swasta, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat terutama dalam penyediaan informasi kesesuaian lahan untuk non-pertanian. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan pemerintah sebagai salah satu pertimbangan untuk memperbaiki dan mengupayakan metode baru dalam menentukan lokasi untuk pembanguan non-pertanian, serta diharapkan dapat digunakan untuk bahan pengajaran geografi di SMP dan SMA sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Arsyad, sitanala. 1989. Konservasi tanah dan air. Bandung : IPB press Sitorus, santun. 1998. Evaluasi sumberdaya lahan. Bandung : tarsito Sarworini. 2011. Evaluasi kesesuaian lahan untuk lokasi sentra industry di kecamatan kalikotes kabupaten klaten tahun 2011. Skripsi http://tanahjuang.wordpress.com/2012/02/23/evaluasi-kesesuaian-lahan/