1. q
lr
r
I
I
I
I
I
i
I
i
t
*,tJ*lJt * l8; Fl. (c
"[: :'l'tiirs!!1,':
I l'rl
:I,
LO il
L4H$fiLT
lE; ---
l"
I'
;,
.,q
k
ffi
$d
f
$
r
fi't&
p
IE
i#
il
t
ry
lr
If
{i
1(
Ii-i t.'
., I-"1 L Ii.
2. 7
I
(1)
tzt
UNDANG.UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987
Tentang
Hak Cipa
pasal 44
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengura-n-
kan atau memperbanyak suatu ciptaan atau mentri iz n
untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling n,'r-a
7 (tujuh) tahun dan / atan denda pating brr*
Rp 100.000.m0,00 (seratus juta rupiah).
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, rrlemarE-xar.
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu c ptaer
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagai -n€-a
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana rer-
lara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda psr
";
banyak Rp 50.000.000,00 ( limapuluh juta rup.E-
S
4. Perpustakaan Nasional : katalog dalam terbitan 6Df)
Wiryosumarto, Harsono
Teknologi pengelasan logam / oleh Harsono Wiryo-
sumarto, Toshie Okumura.
- Cet. 8.
- Jakarta: Pradnya
Paramita, zooo.
xii, 418 hlm. ;26 cm.
ISBN 979 - 408 - lT5 - 2
L Las. I. Judul. II. Okumura, Toshie
671.52
;;ffi1
TEKNOLOGI PENGELAS AN LOGAM
Judul asli : Welding Engineering
Oleh : Harsono Wiryosumano
Toshie Okumura
@ Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
Diterbitkan oleh : PT Pradnya Paramita
JalanBungaS-8A
Jakarta 13140
Cetakan Kedelapan : 2000
Dicetak oleh : PT Pertja
7. 3.4
Daftar Isi
Retak Pada Daerah Las .
3.4.1 Jenis Retak Las.
3.4.2 Penyebab Retak Las Dan Cara Menanggulanginya
BAB 4. PENGELASAN,PADA BEBERAPA JENIS LOGAM
Besi Dan Baja 89
4.1.2 Pengelasan Baja Karbon 89
4.1.3 Pengelasan Baja Cor 93
4.1.4 Pengalasan Besi Cor 95
4.1.5 Pengelasan Baja Paduan Rendah 100
4.1.6 Pengelasan Baja Tahan Karat. 109
Aluminium Dan P4duan Aluminium 113
4.2.1 Klasifikasi Aluminium dan Paduannya Serta Sifatnya Dalam Pengelasan. 113
4.2.2 Pengelasan Aluminium Dan Paduannya . 117
Pengelasan Logam Lainnya 122
4.3.1 Magnesium (Mg) Dan Paduannya 122
4.3.2 Tembaga (Cu) Dan Paduannya 126
4.3.3 Titanium (Ti) dan Paduannya 129
BAB 5. TEGANGAN SISADANPERUBAHAN BENTUK DALAM
'?ENGELASAN
Tegangan Sisa 135
5.1.1 Terjadinya Tegangan Sisa . 135
5.1.2 Distribusi Tegangan Sisa 137
5.1.3 Pengaruh Tegangan Sisa. 139
5.1.4 Pengukuran Besarnya Tegangan Sisa. . 142
5.1.5 Pengurangan Dan Pembebasan Tegangan Sisa 143
Perubahan Bentuk Dalam Pengelasan 144
5.2.1 Klasifikasi Perubahan Bentuk Dan Faktor Yang Mempengaruhi 144
5.2.2 Sambungan Las Dan Perubahan Bentuk 145
5.2.3 Perubahan Bentuk karena Pemotongan Dengan Gas . 152
5.2.4 Penghindaran Dan Pelurusan Perubahan Bentuk 153
BAB 6. PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS
Klasifikasi Sambungan Las 157
6.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur. . . . . . . 157
6.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan. 161
Tanda-Tanda Gambar Dalam Pengelasan 163
6.2,1 Tanda Gambar Dasar Dan Pelengkap 163
6.2.2 Cara Penempatan Tanda Gambar 163
Kekuatan Sambungan Las. 181
6.3,1 Kekuatan Statis. 181
6.3.2 KekuatanTumbuk ..'... 187
't7
77
78
4.t
4.2
4.3
5.1
5.2
6.1
6.2
6.3
9. 8.2
8.3
8.4
324
324
329
331
337
342
343
343
343
345
349
352
8.5
8.6
Daftar Isi
9.1.5 Pemeriksaan 274
8.1.6 Kwalifikasi Juru Las 275
Jembatan Dan Rangka Baja 275
8.2.1 Bangunan Jembatan 275
8.2.2 Rangka Baja . 285
Bejana Tekan Dan Pipa Pesat. 297
8.3.1 Bejana Penampung Bentuk Bola 297
8.3.2 Pipa Pesat. 309
Saluran Pipa . 318
9.4.1 Hal-hal Umum 318
8.4.2 Persiapan Pengelasan. 320
8.4.3 Pengelasan Pipa 321
8.4.4 Kwalifikasi Juru Las, Prosedur Pengelasan, Pemeriksaan dan Pengujian 324
8.4.5 Cacat Las Dan Kerusakan 324
Mesin-mesin Konstrukst
8.5.1 Konstruksi Mesin
8.5.2 Bahan Yang Digunakan .
8.5.3 Proses Pembuatan
8.5.4 Prosedur Pengelasan
8.5.5 Pemeriksaan Mutu .
Kendaraan Rel . .
8.6.1 Konstruksi Kendaraan Rel . .
8.6.2 Bahan Untuk Kendaraan Rel .
8.6.3 Pembuatan Kendaraan Rel . .
8.6.4 Pengelasan Kendaraan Rel . .
8.6.5 Pengawasan Las Pada Kendaraan Rel . .
BAB 9. PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN LAS
Peranan, Jenis dan p"rriuiJluri Pengujian Dan Pemeriksaan 355
9.1.1 Peranan Dan Tujuan Dari Pengujian Dan Pemeriksaan 355
9.1.2 Jenis Pengujian dan Pemeriksaan 357
9.1.3 Persiapan Sebelum Pengujian Dan Pemeriksaan. 360
Pengujian Merusak 361
PengujianTakMerusak... 361
9.3.1 Jenis Dan Cara Pengujian Tak Merusak 362
9.3.2 PenggunaanCaraPengujianYangTepat. ..'.:..' 370
Pengujian Amatan 375
BAB 10. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Kecelakaan Karena Cahaya Dan Sinar
l0.l.l Cahaya Dan Sinar Yang Berbahaya '
10.1.2 Pelindung Mata Dan Muka.
Kecelakaan Karena Listrik
10.2.1 Arus Listrik
10.2.2 Pencegahan Bahaya Listrik
Debu Dan Gas Dalam Asap Las
10.3.1 Debu Asap Las.
9.2
9.3
9.4
377
377
378
379
379
380
382
382
l0.l
10.3
12. Bab 1. Sejarah Dan Perkembangan Teknologi Las
ngan logam paduan emas-tembaga dan pematrian paduan timbal-timah menurut
keterangan yang didapat telah diketahui dan dipraktekkan dalam rentang waktu antara
tahum 4000 sampai 3000 S.M. Sumber energi panas yang dipergunakan pada waktu itu
diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau arang. Berhubung suhu yang diperoleh
dengan pembakaran kayu dan arang sangat rendah maka teknik penyambungan ini pada
waktu itu tidak dikembangkan lebih lanjut.
Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju
dengan pesat sehingga menjadi suatu teknik penyambungan yang mutakhir. Cara-cara
dan teknik-teknik pengelasan yang banyak digunakan pada waktu ini seperti las busur,
las resistansi listrik, las termit dan las gas, pada umumnya diciptakan pada akhir abad ke
19.
Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah alat tersebut digunakan dalam praktek
oleh Benardes dalam tahun 1885. Dalam penggunaan yang pertama ini Benardes
memakai elektroda yang dibuat dari batang karbon atau grafit. Dengan mendekatkan
elektroda ke logam induk atau logam yang akan dilas sejarak kira-kira 2 mm, maka
terjadi busur listrik yang merupakan sumber panas dalam proses pengelasan. Karena
panas yang timbul, maka logam pengisi yang terbuat dari logam yang sama dengan
logam induk mencair dan mengisi tempat sambungan. Dalam tahun 1889 Zerner
mengembangkan cara pengelasan busur yang baru dengan menggunakan busur listrik
yang dihasilkan oleh dua batang karbon. Dengan cara ini busur yang dihasilkan ditarik
ke logam dasar oleh gaya elektromagnit sehingga terjadi semburan busur yang kuat.
Slavianoff dalam tahun 1892 adalah orang pertama yang menggunakan kawat logam
elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang
terjadi. Dengan penemuan ini maka elektroda di samping berfungsi sebagai penghantar
dan pembangkit busur listrik juga berfungsi sebagai logam pengisi. Kemudian Kjellberg
menemukan bahwa kwalitas sambungan las menjadi lebih baik bila kawat elektroda
logam yang digunakan dibungkus dengan terak. Penemuan ini adalah permulaan dari
penggunaan las busur dengan elektroda terbungkus yang sangat luas penggunaannya
pada waktu ini.
Di samping penemuan-penemuan oleh Slavianoff dan Kjellberg dalam las busur
dengan elektroda terbungkus seperti diterangkan di atas, dalam tahun 1886 Thomson
menciptakan proses las resistansi listrik, Goldschmitt menemukan las termit dalam
tahun 1895 dan dalam tahun l90l las oksi-asetilen mulai digunakan oleh Fouche dan
Piccard. Karena banyaknya cara-cara pengelasan yang diciptakan selama dua dekade
sekitar tahun 1900, maka rentang waktu tersebut disebut masa keemasan pertama untuk
pengelasan logam. Selama l5 tahun sesudah tahun l9l0 tidak ada penemuan-penemuan
yang berarti dan baru tahun 1926 mulailah masa keemasan yang kedua dengan
ditemukannya las hidrogen atom oleh Lungumir, las busur logam dengan pelindung gas
mulia oleh Hobart dan Dener dan las busur rendam oleh Kennedy dalam tahun 1935.
Penemuan las busur rendam ini membuka jalan ke arah otomatisasi dalam bidang
pengelasan yang dapat memperbaiki kwalitas las secara menyolok. Kemudian dalam
tahun 1936 Wasserman menyusul dengan menemukan cara pembrasingan yang mem-
punyai kekuatan tinggi. Dalam tahun-tahun berikutnya sampai dengan tahun 1950 tidak
terjadi penemuan-penemuan baru.
Kamajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai sampai
dengan tahun 1950, telah mulai mempercepat lagi kemajuan dalam bidang las. Karena
itu, tahun 1950 dapat dianggap sebagai permulaan masa keemasan yang ketiga yang
masih terus berlangsung sampai sekarang. Selama masa keemasan yang ketiga ini telah
ditemukan cara-cara las baru antara lain las tekan dingin, las listrik terak, las busur
dengan pelindung gas COr,las gesek, las ultrasonik, las sinar elektron, las busur plasma,
14. Bab 1. Sejarah Dan Perkembangan Teknologi Las
Arah patahan (a)
Gbr. 1.2 Kapalyangpatahpada waktu ber-
labuh.
Arah patahan
(A) Pataban getas dan geser pada suatu pelat di kapal
tangki.
A
Titik mula
-
Arah patahan
-
-
Arahpatahan (c)
(B) Contoh dari permukaan patahan.
(b)
Zc
Gbr
Gbr. 1.3 Permukaan patahan dari kapal dalam Gbr. 1.2.
disebutkan di atas dibangunnya dalam tahun-tahun 1920-andi mana pada saat tersebut
juga sedang terjadi laju perkembangan teknologi las yang cepat.
Sekitar tahun 1940-an terjadi patah-getas pada beberapajembatan dan kapal r,ang
dilas. Walaupun secara statistik kecelakaan yang ditimbulkan oleh patah-getas ini tran., a
kecil saja, tetapi hal ini memberikan masalah teknik besar yang perlu segera diatasr.
Sehubungan dengan usaha pemecahan masalah tersebut banyak hal-hal baru dalam
teknologi las yang turut terpecahkan antara lain sifat mampu las dari baja. Dalam Gbr.
1.2 ditunjukkan suatu kapal yang mengalami patah getas dan dalam Gbr. 1.3 dapat
dilihat permukaan patahan sambungan las dari kapal tersebut. Jembatan Hasseli di
Belgia yang runtuh juga karena patah-getas dapat dilihat dalam Gbr. 1.4.
Dalam Gbr. 1.5 dapat dilihat retak yang terjadi pada balok utama dari jembatan
Riidersdorf di Jerman yang dibuat dari pelat baja yang dilas. Patahnya jembatan ini
disebabkan oleh retak-retak halus pada daerah pengaruh panas dari sambungan las
seperti yang ditunjukkan dalam Gbr. 1.6. Penyelidikan yang dilakukan terhadap patahan
ini membuktikan bahwa penyebab utamanya adalah menjalarnya patah getas yang
disebabkan oleh adanya cacat las seperti retak halus dan tegangan sisa dalam Ultran yung
16. Bab 1. Sejarah Dan Perkembangan Teknologi Las
terjadi pada waktu pengelasan. Penelitian yang dilakukan kemudian menunjukkan
bahwa sifat-sifat bahan yang digunakan terutama kepekaan terhadap takik dan retak las
memegang pernan utama dalam patah getas. Sebagai akibat dari penelitian-penelitian ini
maka ditentukanlah standar cara-cara pengujian seperti uji Charpy dengan takik V, uji
rambatan retak dan cara uji kepekaan retak. Dengan cara-cara pengujian ini maka
terbentuklah dasar-dasar pemilihan bahan yang sesuai untuk pengelasan. Cara-cara dan
dasar-dasar ini akan diterangkan lebih terperinci dalam bab yang lain.
Terwujudnya standar-standar teknik dalam pengelasan akan membantu memper-
luas lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi
yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang telah dicapai sampai dengan saat ini teknologi
las memegang peranan penting dalam masyarakat industri moderen.
2.1
t
I
18. Bab 2. Cara-cata Mengelas Dan Memotong
Tabel 2.1 Klasifikasi Cara Pengelasan.
;Las MIG
Las busur gas--]
LLas busur COz
Las busur gas-Las busur CO, dengan
Elektroda
terumpan
dan fluks elektroda berisi fluks
Las lektroda terbungkus
Las busur dengan elektro-
da berisi fluks
Las busur rendam
Las busur
logam tanpa
pelindung
Elektroda tak terumpan-Las TIG atau las wolfram gas
Las busur
fluks
Pengelas-
an cair
Penge-
lasan
tekan
Cara
Pemotonsan
Las listrik terak
Las listrik gas
Las termit
Las sinar elektron
Las busur plasma
Pema- ;-Pembrasingan
trian ---__Lpenyolderan
Tcbel 2.2 Klasifkssi Cara Pemotongan.
Las resistansi listrik
Las tekan gas
Las tempa
Las gesek
Las ledakan
Las induksi
Las ultrasonik
;
Pemotongan
I gas
I
LPemotongan
busur listrik
Las titik
Las tumpang
Las busur tekan
Las tumpul tekan
Pemotongan busur karbon
Pemotongan busur logam
Pemotongan busur plasma
Pemotongan busur udara
lPomotongan gas oksigen
-]- P.rrotoogan serbuk
LPemotongan sembur api
dikatakan semacam cara pemesinan dengan gas. Di samping dengan gas, potong sembur
dapat juga dilaksanakan dengan busur, karena itu dalam kelompok potong busur juga
terdapat potong sembur.
Cara pengelasan yang paling banyak digunakan pada waktu ini adalah pengelasan
cair dengan busur dan dengan gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik
danlas gas akan dibahas secara terpisah, sedangkan cara-carapengelasan yang lain akan
dikelompokkan dalam satu pokok pembahasan. Pemotongan, karena merupakan
masalah tersendiri maka pembahasan juga dilakukan secara terpisah'
20. rI
--
10 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
I ) Pemantap busur dan penyebab kelancaran pemlndahan butir-butir cairan
logam.
2) Sumber terak atau gas yang dapat melindungi logam cair terhadap udara di
sekitarnya.
3) Pengatur penggunaan.
4) Sumber unsur-unsur paduan.
Fluks biasanya terdiri dari bahan-bahan tertentu dengan perbandingan yang
tertentu pula. Bahan-bahan yang digunakan dapat digolongkan dalam bahan peman-
tapan busur, pembuat terak, penghasil gas, deoksidator, unsur paduan dan bahan
pengikat. Bahan-bahan tersebut antara lain oksida-oksida logam, karbonat, silikat,
fluorida, zat organik, baja paduan dan serbuk besi. Beberapa fluks yang sering digunakan
dan sifat-sifat utamanya dapat dilihat dalam Tabel 2.3.
Elektroda las yang ada di pasaran biasanya dibungkus dengan campuran bahan-
bahan fluks tertentu yang tergantung dari penggunaannya. Walaupun jenis elektroda
sangat banyakjumlahnya, tetapi secara garis besar dapat digolongkan dalam kelas-kelas
berikut yang pembagiannya didasarkan atas fluks yang membungkusnya.
Lempung Silikat
Talek
Titanium oksida
Feroksida
Kalsium karbonat
Ferro mangan
Mangan dioksida
Pasir Silisium
Kalium silikat
Natrium silikat
@ Fungsi utama
O Fungsi tambahan
a) Jenis oksida titan: Jenisini juga disebut rutil atau titania dan berisi banyak TiO2
di dalamnya. Busur yang dihasilkan oleh elektroda yang dibungkus dengan fluks
jenis ini tidak terlalu kuat, penetrasi atau penembusan cairan logammya dangkal
dan menghasilkan manik las yang halus. Karena itu jenis ini baik sekali untuk
o
o
Tabel 2.3 Macam dan Fungsi Bahao Fluks
22. t2 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
listrik AC atau listrik arus searah yang bahasa Inggrisnya "direct current" dan disingkat
menjadi listrik DC. Tetapi karena pertimbangan harga, mudahnya penggunaan dan
sederhananya perawatan, maka listrik AC lebih banyak dipergunakan. Keunggulan
penggunaan listrik DC adalah mantapnya busur yang ditimbulkan, sehingga sangat
sesuai untuk pengelasan pelat-pelat yang amat tipis. Di samping mantapnya busur juga
ternyata bahwa generator arus searah dapat digerakkan dengan mudah dengan motor-
motor bakar. Hal ini menyebabkan mesin-mesin las busur listrik DC banyak digunakan
di lapangan di mana sumber listrik tidak tersedia.
Berdasarkan sistem pengatur arus yang digunakan, mesin las busur listrik AC dapat
dibagi dalam empat jenis yaitu: jenis inti bergerak, jenis kumparan bergerak, jenis
reaktor jenuh dan jenis saklar. Skema dari masing-masing jenis tersebut dapat dilihat
dalam Gbr. 2.3(a), Gbr. 2.3(b), Gbr. 2.3(c), dan Gbr. 2,3(d).
Inti bergerak
Kumparan kedua
Sumber tenaga
Inti bergerak
(e) Jenb hti be4cn}.
Resistor berubah
Transformator
Sumber
tenaga
E
(3)
Reaktor
jenuh
Kumparan
kedua
.Logam induk
Jenis humperan bergereL
Elektroda
Logam induk
(c) Jenfu rerktor jenuh.o)
Kumparan kedua
Sumber
tenaga
Elektroda
(d) Jerds r*"r.
tot"t'nouu
Gbr. 2.3 Mein Las Listrit AC.
Pada jenis inti bergerak (Gbr.2.3a) inti pada kedudukan (1) akan memperbesar
kebocoran fluks magnit sehingga besar arus menurun. Hal sebaliknya akan terjadi
dengan inti pada kedudukan (3) yaitu karena kebocoran fluks magnit kecil maka arus
menjadi besar. Pada jenis kumparan bergerak pengaturan dilakukan dengan meng-
Roda pengatur
Kumparan pertama
24. t4 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
Tabel 2.5 Spesifikasi Elektroda Terbungkus dari Baja Lunak. (AWS A5.f -6{T)
Klasifikmi
AWS-ASTM
Posisi*'
lenrs tluks
pengelasan
Jenis Listrik
Kekuatan
tarik
(kgimm':)
Kekuatan Perpan-
luluh jangan
(kglmm'?) (%)
Kekutan tarik terendah kelompok E 60 setelah dilaskan adalah 60.000 psi atat 42,2kglmm2
E6010.............
E60l I .............
86012 .............
E60l 3 .............
E6020.............
E6021 .............
Natrium slulosa tinggi
Kalium selulosa tinggi
Natrium titmia tinggi
Kalium titania tinggi
Oksida besi tinggi
Serbuk besi. oksida besi
F, V, OH, H
F, V, OH, H
F, V, OH, H
F, Y, OH, H
H-S
F
H.S
F
DC poluitm balik
AC atau DC polaritas balik
AC atau DC polritas lurus
AC atau DC polaritas ganda
AC atau DC polaritas lurus
AC atau DC polaritas ganda
AC atau DC polritas luru
AC atau DC polmitas ganda
22
22
t7
t7
25
25
43,6 3s,2
43,6 35,2
47,t 38,7
47,l 38,7
43,6 35,2
43,6 35,2
Kekuatan tarik terendah kelompok E70 setelah dilaskan adalah 70.00 psi atau 49,2kglm2
87014............. Serbuk besi, titania F, V, OH, H
E7015............. Natrium hidrogen rendah F, V, OH, H
87016............. Kalium hidrogen rendah F, V, OH, H
E7018............. Serbuk besi, hidrogen F, V, OH, H
rendah
E7024............. Serbuk besi, titania H-S, F
E7028............. Serbuk bmi, hidrogen H-S, F
rmdah
AC atau DC polaritas ganda
DC poluitas balit
AC atau DC polaritas balik
AC atau DC polritas balik
AC atau DC polaritas ganda
AC atau DC polaritas balik
42,2
t7
))
)1
22
t7
22
Klasifikasi
AWS_ASTM
Kekuatan tumbuk
terendah
*) Arti simbol: F
v
= datar
: vertikal
= atas kepala
: horizontal
: horizontal las sudut
OH
H
H.S
E6010, 86011 .....
E6027,87015 .....
E7016, E7018.....
87028......
E6012, E6013...
86020, E7014...
2,8 kg-m pada 28,9"C
2,8 kg-m pada 17,8"C
tidak disyaratkan
87024.......
Di samping penggunaan untuk baja lunak seperti disebutkan di atas, elektroda
terbungkus juga dibuat untuk pengelasan baja kuat, baja tahan panas, baja tahan karat,
besi cor, paduan tembaga, paduan nikel dan untuk pelapisan keras. Dalam Tabel 2.6
ditunjukkan elektroda untuk pelapisan keras.
Pelapisan keras biasanya dilaksanakan dengan menggunakan elektroda terbungkus
jenis oksida titan atau titania kapur yang dapat mempertinggi ketahanan terhadap
keausan. Karena sifat tidak peka terhadap retak dari jenis titania kapur, maka jenis ini
lebih banyak dipergunakan untuk keperluan tersebut. Untuk mendapatkan unsur-unsur
pengeras, ke dalam fluks dari elektroda pelapisan keras banyak ditambah dengan
senyawa-senyawa logam. Tambahan ini menyebabkan diameter elektroda menjadi lebih
besar. Kawat logam yang dipergunakan sebagai intinya adalah kawat baja lunak.
Elektroda terbungkus pada umumnya digunakan dalam pelaksanaan pengelasan
dengan tangan. Tetapi kadang-kadang digunakan juga cara otomatik yang sangat
sederhana seperti dalam pengelasan gaya berat. Pelaksanaan pengelasan ini ditunjukkan
dalam Gbr.2.4. Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa elektroda dipasangkan pada
pemegang yang terikat pada peluncur. Karena berat sendiri peluncur akan bergerak ke
bawah dan elektroda juga turut bergerak melalui garis las yang telah ditentukan. Dengan
jalan ini sambungan dilas secara otomatik. Pelaksanaan ini sangat baik untuk pengelasan
sudut horizontal dengan elektroda jenis oksida besi. Dalam pengelasan gaya berat ini
26. t6 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
2.2.2 Las Busur Gas
Las busur gas adalah cara pengelasan di mana gas dihembuskan ke daerah las untuk
melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfir. Gas yang digunakan
sebagai pelindung adalah gas helium (He), gas Argon (Ar), gas karbondioksida (CO2)
atau campuran dari gas-gas tersebut.
(1) Klasifi.kasi
Las busur gas biasanya dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelompok elektroda
tak terumpan dan kelompok elektroda terumpan. Kelompok elektroda tak terumpan
menggunakan batang wolfram sebagai elektroda yang dapat menghasilkan busur listrik
tanpa turut mencair, sedangkan kelompok elektroda terumpan sebagai elektrodanya
digunakan kawat las. Skema dari kedua kelompok lni ditunjukkan dalam Gbr. 2.5.
Kawat pengisi
Pipa gas
pelindung
Logam induk
(e) Jenis ehlhodr trk tenmpon. (b) J€lb dcfhodr t rmpsr.
Gbr. 2.5 Les Bu$r Grs.
Kelompok elektroda tak terumpan masih dibagi lagi ke dalam dua jenis yaitu jenis
dengan logam pengisi dan jenis tanpa logam pengisi. Kelompok ini biasanya meng-
gunakan gas mulia sebagai pelindung sehingga secara keseluruhannya nama kelompok
ini menjadi las wolfram gas mulia atau dalam bahasa Inggris: tungsten inert gas welding
yang disingkat menjadi TIG welding atau las TIG.
Kelompok elektroda terumpan kadang-kadang juga dibagi lagi dalam dua jenis
berdasarkan kawat elektrodanya, yaitu jenis kawat elektroda pejal dan jenis kawat
elektroda dengan inti fluks. Dalam kelompok ini digunakan dua macam gas pelindung
yaitu gas mulia dan gas CO2. Kelompok dengan pelindung gas mulia nama keseluruhan-
nya menjadi las busur logam gas mulia yang dalam bahasa Inggris adalah: metal inert gas
arc welding yang biasanya disingkat menjadi MIG welding atau las MIG. Pada waktu ini
umumnya gas pelindung yang digunakan berupa campuran dari gas Ar dan gas COr.
Di samping klasifikasi berdasarkan gas selubung dipergunakan juga klasifikasi yang
didasarkan pada sifat busur. Karena akhir-akhir ini banyak sistem penyediaan sumber
listrik yang dapat menghasilkan busur dengan sifat-sifat khusus, maka klasifikasi ini
banyak dipergunakan. Dalam Tabel2.7 ditunjukkan klasifikasi las busur gas yang ada
pada waktu ini.
(2) Las Wolfram Gas Mulia (Las TIG)
Skema dari las TIG dapat dilihat dalam Gbr. 2.5.a. Seperti tampak dalam gambar,
busur listriknya timbul antarabatang wolfram dan logam induk dan dilindungi oleh gas
Argon.
Elektroda
Wolfram
Kawat las
28. 18 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
terlalu tinggi, karena itu dengan polaritas ini dapat digunakan arus yang besar.
Sebaliknya dalam polaritas balik elektroda menjadi panas sekali, sehingga arus Iistrik
yang dapat dialirkan menjadi rendah. Untuk ukuran eletroda ya.rg rr*u dalam polaritas
balik kira-kira hanya l/10 arus pada polaritas lurus yang dapat dialirkan. Bilu uru,
terlalu besar maka ujung elektroda akan turut mencair dan merubah komposisi logam
cair yang dihasilkan. dengan polaritas balik penetrasi ke dalam logam induk menJadi
dangkal dan lebar. Di samping itu terjadi proses ionisasi pada gas Argon yang
menyelubunginya dan terbentuk ion-ion Ar positip, yang menumbuk logam dasar dan
dapat melepaskan lapisan oksida yang ada di permukaannya. Karena sifatnya yang
dapat membersihkan maka peristiwa ini dinamakan aksi pembersihan. Pengaruh
polaritas terh.adap proses pengelasan TIG dapat dilihat dalam Gbr.23.
rl
Mesin las DC
^ ----S2FElektroda(s-- g
@LogamindukIon Argon
Logam induk
- ---'V1'q-Poraritasbarik
^.-.,
-
Polaritaslurus
ru
Gbt.2.7 Pengenrh Polaritas pada Pengelesrn TIG.
Bila dipergunakan listrik AC maka proses yang terjadi akan sama dengan
menggunakan arus searah dengan polaritas lurus dan polaritas balik yang digunakan
secara bergantian. Karena hal ini maka dengan penggunaan arus bolak balik, hasil
pengelasan akan terletak antara hasil pengelasan dengan arus searah dengan polaritas
lurus dan polaritas balik. Pada umumnya busur yang dihasilkan dengan fis1rik DC
kurang begitu mantap dan untuk memantapkannya perlu ditambahkan listrik AC
dengan frekwensi tinggi.
Berdasarkan keterangan di atas, maka biasanya arus searah dengan polaritas lurus
dipakai untuk pengelasan baja, sedangkan untuk aluminium karena permukaannya
selalu dilapisi dengan oksida yang mempunyai titik cair yang tinggi, maka sebaiknya
memakai arus bolak balik biasa yangditambah dengan arus bolak balik frekwensi tinggi.
Pemakaian jenis polaritas dalam pengelasan beberapa macam logam ditunjukkan dal'am
Tabel 2.8.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa dengan las TIG dapat dilakukan
pengelasan dengan tangan dan pengelasan otomatis. Skema dari kedua macam
pelaksanaap ini ditunjukkan dalam Gbr. 2.8 dan Gbr. 2.9. pada umumnya dalam
pengelasari TIG sumber listrik yang dipergunakan mempunyai karakteristik yang
lSrnban, sehingga dalam hal menggunakan listrik DC untuk memulai menimbulkan
busur perlu ditambah dengan listrik AC frekwensi tinggi.
Elektroda yang digunakan dalam las TIG biasanya dibuat dari wolfram murni atau
paduan antara wolfram-torium yang berbentuk batang dengan garis tengah antara 1,0
sampai 4,8 mm. Dalam banyak hal elektroda dari wolfram-torium lebih baik dari pada
elektroda dari wolfram murni terutama dalam ketahanan ausnya. Gas yang dipakai
untuk pelindung adalah gas Argon murni, karena pencampuran dengan d, atauco,
yang bersifat oksidator akan mempercepat keausan ujung eliktroda. Penggunaan logari
Elektroda
30. 20 Bab 2. Cata-cata Mengelas Dan Memotong
(3) Las LogamGas Mulia (Las MIG)
Dalam las logam gas mulia, kawat las pengisi yang juga berfungsi sebagai elektroda
diumpankan secara terus menerus. Busur listrik terjadi antara kawat pengisi dan logam
induk. Skema dari alat las ini ditunjukkan dalam Gbr. 2.14. Gas pelindung yang
digunakan adalah gas Argon, helium atau campuran dari keduanya. Untuk memantap-
kan busur kadang-kadang ditambahkan gas O2 anlara 2 sampai 5/, atau CO, antata 5
sampai 20/,.Dalam banyak hal penggunaan las MIG sangat menguntungkan. Hal ini
disebabkan karena sifat-sifatnya yang baik, misalnya:
1) Karena konsentrasi busur yang tinggi, maka busurnya sangat mantap dan
percikannya sedikit sehingga memudahkan operasi pengelasan.
2) Karena dapat menggunakan arus yang tinggi maka kecepatannya juga sangat
tinggi, sehingga efisiensinya sangat baik.
3) Terak yang terbentuk cukup banyak.
4) Ketangguhan dan elastisitas, kekedapan udara, ketidak pekaan terhadap retak
dan sifat-sifat lainnya lebih baik dari pada yang dihasilkan dengan cara
pengelasan yang lain.
Karena hal-hal tersebut di atas, maka las MIG banyak sekali digunakan dalam
praktek terutama untuk pengelasan baja-baja kwalitas tinggi seperti baja tahan karat,
baja kuat dan logam.logam bukan baja yang tidak dapat dilas dengan cara yang lain.
Sifat-sifat seperti diterangkan di atas sebagian besar disebabkan oleh sifat dari busur
yang dihasilkan. Dalam Gbr.2.10 ditunjukkan keadaan busur dalam las MIG di mana
terlihat ujung elektroda yang selalu runcing. Hal inilah yang menyebabkan butir-butir
logam cair menjadi halus dan pemindahannya berlangsung dengan cepat seakan-akan
seperti disemburkan.
Elektroda
elektroda cair
Gbr.2.10 Pemindahan Sembur pada Las
MIG.
Terjadinya penyemburan logam cair seperti diterangkan di atas disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain polaritas listrik dan arus listrik. Dalam las MIG biasanya
digunakan listrik arus searah dengan tegangan tetap sebagai sumber tenaga. Dengan
r,r-b"r tenaga ini biasanya penyemburan terjadi bila polaritasnya adalah polaritas balik.
Di samping polaritas ternyata bahwa besar arus juga memegang peranan penting, bila
besar aius melebihi suatu harga tertentu yang disebut harga kritik barulah terjadi
pemindahan sembur. Diagram dalam Gbr. 2.ll menunjukkan hubungan antara arus
Lritik dan terjadinya penyemburan. Besarnya arus kritik tergantung dari pada bahan
kawat las, garis tengah kawat dan jenis gas pelindungnya. Bila diameternya mengecil,
besarnya arus kritik yang diperlukan juga menurun. Penambahan gas CO, ke dalam gas
Argon akan menaikkan besarnya arus listrik' Dalam Gbr ' 2'12 ditunjukkan hubungan
arrtara besarnya arus kritik dan uktUan kawat untuk beberapa bahan kawat las.
Karena busur dalam las MIG konsentrasinya tinggi maka jelas bahwa penetrasinya
32. 22 Bab.2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
Kawat pengisi dalam las MIG biasanya diumpankan secara otomatis, sedangkan
alat pembakarnya digerakkan dengan tangan. Dengan ini tercipta suatu alat las semi
otomatik di mana konstruksinya dapat dilihat dalam Gbr. 2.L4.Kadang-kadang las MIG
juga dilaksanakan secara otomatik penuh, di mana alat pembakarnya ditempatkan pada
suatu dudukan yang berjalan. Kawat las yang digunakan biasanya berdiameter antara
1,2 sampai l,6mm. Standarisasi kawat las MIG menurut JIS untuk pengelasan baja
tahan karat ditunjukkan dalam Tabel 2.9. Standarisasi inijuga berlaku untuk pengelasan
TIG.
pengatur kawat
Mesin las DC
Pembakar
Logam induk
Gbr.2.l4 Mesin Las MIG Semi-Otomatik.
Tabel 2.9 Spesifikasi Kawat dan Batang Las untuk Baja Tahan Karat. (JIS Z 3321-1974)
Klasifi-
kasi
Komposisi kimia Kawat dan Batug L6 (%)
c si Mn P s Ni Cr Mo Lainnya
Y 308
Y3O8L
Y 309
Y3t0s
Y 310
Y 316
Y316L
Y 316 JIL
Y 317
Y 321
Y 34'7
Y 4t0
Y 430
<0,08
<0,030
<0,12
<0,08
<0,15
<0,08
I=0,0,
I
l
| <0,08
I
<0,12
<0,10
r*
|=0,'o
1,0-2,5
<0,6
<0,03 <0,03
I
r,o ,
'.0
t2,0-14,o
lro,o-rr.o
),,,0-,0,0
13,0 15,0
9,0- 10,5
9,0- I 1,0
I =o.u
'n,'-",0
23,0 25,0
)rr,o-r',0
I
1r8.0
20.0
f,,,, ,0,,
19,0-21,5
ll,5 13,5
15,5 17,0
I
12,0-3,0
I
3,0 4,0
<0,60
Cu 1,0 2,5
Ti 9 x -1,0
Nb+Ta l0x-1,0
Catatatr: Dimeter kawat 0,8; 1,0; 1,2; 1,6;2,0,2,4mm
Diameter batang 1,0; 1,2; 1,6;2,O;2,4;2,6:3,2; 4,0; 5,0 lm
Pada umumnya las MIG dapat digunakan secara memuaskan, kecuali satu hal yaitu
cara ini agak sukar untuk pengelasan posisi tegak dan untuk pelat-pelat tipis. Hal ini
dapat diperbaiki dengan menggunakan arus rendah yang mengakibatkan proses
pemindahan sembur tidak terjadi. Untuk menimbulkan semburan ini maka terhadap
arus dasar (1o) rendah tadi ditambahkan arus pulsa (1r) dengan frekwensi antara 50
sampai 100 Hz. Karena penambahan arus pulsa ini maka cara ini disebut juga pengelasan
busur pulsa. Skema pemindahan cairan dan hubungannya dengan arus pulsa dapat
Gas Argon
34. Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
jatuh sendiri. Karena busur yang kurang mantap maka pada pengelasan ini terjadi lebih
banyak percikan-percikan bila dibanding dengan las TIG. Terjadinya percikan ini dapat
dilihat dalam Gbr. 2.16,yaitu karena butir cairan didorong kembali oleh gaya busur yang
bekerjanya berlawanan dengan arah busur. Pbrcikan yang terjadi ini dapat dikurangi
dengan memperpendek panjang busur sehingga ujung elektroda seperti terendam dalam
logam yang mencair.
Gbr. 2.16 Skema Terjadinya perciken dalam
Las Buur Gas CO2.
Kadang-kadang gas CO, yang digunakan dicampur dengan gas Ar atau Or.
Pengaruh tambahan gas Ar terhadap busur ditunjukkan dalam Gbr.2.l7,di mana dapat
dilihat bahwa dengan naiknya konsentrasi gas Ar pemindahan butir-butir cairan logam
menjadi lebih sering dan hubungan singkat antara butir cairan dan logam cair menjadi
berkurang. Perubahan ini menyebabkan busur lebih mantap, sehingga dapat dikatakan
bahwa gas Ar dapat berfungsi sebagai pemantap busur. Di samping itu percikan juga
menjadi berkurang. Bila konsentrasi Argon melebihi 8imakahubungan singkat hilang
dan pemindahan bentuk butir berubah menjadi pemindahan semburan. Dengan kejadian
ini dapat dianggap bahwa 85f Ar merupakan batas perubahan dari las busur gas CO, ke
las busur gas Ar.
rl4
vrtzn*rn z
I
o
t
d
g6
otr (t
xP
d=
,ra =utrr'dd
-!dc
ol)d
ard
3 r-t
ae
dX
EEd,r
o
'Jio
Ir
0-
%
tr(d
(E
!
E
E
'al
8/i/J"
EIk
/
/
<N
At (%)
80 100
Frekwensi hubungan
singkat.
GbJ.z.l1 Hubungan antara Frekwensi Pemindahrn, Frekwensi Hubrmgen Singkrt,
Lama Eubungan Singket dan Kandungan Argon datam Campuran Ar-CO2.
36. Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
Berdasarkan pengamatan ternyata bahwa penggunaan las busur CO, hampir sama
banyak dengan penggunaan las elektroda terbungkus. Hal ini rupanya disebabkan
karena cara operasinya yang sederhana dan efisiensinya yang tinggi. Perbandingan
kecepatan pengelasan dari las busur CO2 dan las elektroda terbungkus dapat dilihat
dalam Gbr.2.l8. Dari gambar dapat dilihat bahwa las busur CO, mempunyai efisiensi
yang lebih tinggi dan daerah pemakaian arus yang lebih luas. Alat las MIG dapat
langsung digunakan untuk pengelasan busur CO, tanpa mengadakan perubahan.
Polaritas yang digunakanpun sama yaitu polaritas balik.
Gbr. 2.lt Hubmgrn entera Laju
Pemindahan den Arus
Pengelasan.
100 200 300 400 500
Arus pengelasan (AmP)
(5) Las Busur Hubungan Singkat
Bila pengelasan busur CO, dilaksanakan dengan menggunakan arus pengelasan
yang sangat rendah, maka pemindahan butiran cairan logam dari ujung elektroda terjadi
dengan melalui terjadinya hubungan singkat dengan logam induk. Pemindahan dengan
cara ini disebut juga pemindahan hubungan singkat, dan cara pengelasannya disebut las
busur hubungan singkat. Hubungan singkat yang terjadi biasanya tidak teratur, sehingga
busur yang terbentuk kurang mantap. Hubungan singkat ini terjadi pada saat logam cair
di ujung elektroda membesar dan menyentuh logam induk. Bila arus hubungan singkat
terlalu besar sehingga mengganggu sumber tenaga maka terjadilah busur yang tidak
mantap seperti diterangkan di atas. Untuk memperbaiki hal ini maka pada pengelasan ini
ditambah pengatur arus agar arus hubungan singkat yang terjadi tidak melampaui
kemampuan sumber tenaga. Dengan perbaikan ini las busur hubungan singkat makin
banyak dipergunakan. Hubungan antara pola gelombang arus, tegangan dan pemin-
dahan butir cairan ditunjukkan dalam Gbr.2.l9.
Cara pengelasan ini sangat banyak digunakan untuk pengelasan posisi tegak, posisi
atas kepala dan untuk mengelas pelat tipis. Kawat elektroda yang digunakan berdiameter
antara 0,8 sampai 1,2 mm dan gas pelindungnya menggunakan campuran COr-Ar atau
gas CO2 murni.
Tingkat kesukaran penggunaan las busur berubah-rubah tergantung dari keadaan
hubungan singkat yang terjadi, yaitu makin tinggi frekwensi hubungan singkat yang
terjadi makin mudah operasinya. Sedangkan frekwensi ini tergantung dari bahan kawat,
diameter kawat, arus las, tegangan pengelasan, gas pelindung dan lain-lainnya.
A: Kawat pejal (COr)
B: Kawat berisi fluks (COr)
C: Elektroda terbungkus
38. 28 Bab 2. Cata-cara Mengelas Dan Menotong
yang baik. Dalam pengelasan ini biasanya fluks dibungkus dan digulung dengan pelat
tipis yang terbuat dari baja lunak. Beberapa cara pembungkusan ini ditunjukkan dalam
Gbr,2.22. Biasanya berat fluks yang digunakan antara 10 sampai 30 dari berat kawat
las secara keseluruhan.
(e)
@@@ @@(a) O) (c) (d)
Gbt.2.22 Penampang Kawat Berisi Fluks.
Kawat berisi fluks untuk las busur CO2 secara kasar dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok garis tengah besar dengan ukuran antara 2,4 sampai 3,2 mm
seperti terlihat dalam Gbr.2.22(a), (b) dan (c) dan kelompok diameter kecil antara 1,2
sampai 2,4 mm dengan gulungan sederhana seperti ditunjukkan dalam Gbr. 2.22(d) dan
(e). Kawat diameter besar berisi lebih banyak zal pemantap busur, karena itu dapat
digunakan dengan menggunakan arus listrik AC. Hal ini memberikan keuntungan
karena akhirnya las busur CO, dapat memakai alat las busur listrik bolak balik. Tetapi
sebaliknya kawat las besar ini mempunyai kecepatan pengelasan yang lebih rendah dan
terbatas hanya untuk pengelasan posisi datar saja.
Kawat las berisi fluks dengan diameter kecil mempunyai sifat-sifat yang terletak
antara kawat las berisi fluks diameter besar dan kawat las pejal. Karena adanya fluks
maka busur lebih mantap dan percikan berkurang. Sedangkan effisiensi dan posisi
pengelasannya sama halnya dengan las busur kawat pejal. Kekurangannya dengan kawat
berisi fluks diameter kecil ini adalah bahwa kawat ini hanya dapat dipergunakan dengan
sumber tenaga listrik DC dengan tegangan tetap saja. Dalam Gbr. 2.18 ditunjukkan
effisiensi dari las busur CO, dengan menggunakan kawat berisi fluks.
2.2.3 Las Busur Tanpa Gas
Operasi pengelasan ini sama dengan operasi dalam las busur gas. Dalam hal
semiotomatik, kawat las digerakkan secara otomatik sedang alat pembakar digerakkan
dengan tangau, sedangkan dalam hal otomatik penuh kedua-duanya digerakkan secara
otomatik. Sesuai dengan namanya, pengelasan ini tidak menggunakan selubung gas
apapun juga. Karena itu proses pengelasan menjadi lebih sederhana. Berikut ini adalah
beberapa hal yang penting dalam las busur tanpa gas.
1) Tidak menggunakan gas pelindung sehingga pengelasan dapat dilakukan di
lapangan yang berangin.
2) Effisiensi pengelasan lebih tinggi dari pada pengelasan dengan busur terlindung.
3) Dapat menggunakan sumber listrik AC.
4) Dihasilkan gas yang banyak sekali.
5) Kwalitas pengelasan lebih rendah dari pada pengelasan yang lain.
Berhubung tidak ada gas dari luar yang melindungi maka dalam pengelasan ini
digunakan kawat las berisi fluks yang bersifat (a) dapat menghasilkan gas yang banyak
dan dapat membentuk terak (b) mempunyai sifat deoksidator dan denitrator dan (c)
dapat memantapkan busur.
Gas dan terak yang terbentuk diperlukan untuk melindungi logam cair terhadap
oksidasi. Deoksidator dan denitrator diperlukan untuk menghilangkan O, dan N, yang
mungkin menerobos pelindung dan untuk ini di samping Mn dan Si dipergunakan juga
40. 30 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
yang tinggi dan perubahan-perubahan teknik pengelasan yang dilakukan oleh
juru las tidak banyak pengaruhnya terhadap kwalitas las.
5) Karena busur yang tidak kelihatan, maka penentuan pengelasan yang salah
dapat menggagalkan seluruh hasil pengelasan.
6) Posisi pengelasan terbatas hanya pada posisi horizontal.
7) Karena prosesnya otomatik, maka penggunaannya lebih terbatas bila dibanding
dengan las dengan tangan atau semi otomatik.
Dari hal-hal seperti disebutkan di atas keadaan yang paling menguntungkan dalam
pengelasan ini adalah besarnya arus yang dapat digunakan. Bila menggunakan beberapa
elektroda dalam waktu yang bersamaan arus las dapat dinaikkan sampai kira-kira 3000
Amper. Hubungan arltara efisiensi dan'arus dalam pengelasan busur rendam ditunjuk-
kan dalam Gbr.2.24.
7,3
6,8
6,4
5
5,4
5,0
4,5
4,r
3,6
1)
)7
2,3
1,8
t,4
0,9
0,5
o 2 4 6 8 lo 12 14 16 1820
Arus (x 10'zAmP)
Gbr . 2,24 Hubungan Kecepatan Pemindahan Logam dengan Arus Pengelasan dalam Las
Busur Rendam.
Karena dalam pengelasan ini busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat sukar
untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Di samping itu karena mempergunakan kawat
elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang alat pembakar dengan tangan
tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut maka pengelasan selalu dilaksanakan
secara otomatis penuh. Mesin las otomatik pelaksanaannya bermacam-macam, salah
satu di antaranya ditunjukkan dalam Gbr.2.25. Pada jenis ini kepala las dibawa oleh
kereta yang berjalan melalui rel penuntun sepanjang garis las. Fluks yang diperlukan
diumpankan melalui pipa penyalur dari penampung fluks yang juga terletak di atas
kereta. Biasanya mesin las ini melayani satu elektroda saja, tetapi untuk memperbaiki
efisiensi pengelasan kadang-kadang satu mesin melayani dua atau tiga elektroda.
Mesin las ini dapat menggunakan sumber listrik arus bolak-balik yang lamban dan
arus searah dengan tegangan tetap. Bila menggunakan listrik AC perlu adanya
pengaturan kecepatan pengumpanan kawat las yang dapat diubah-ubah untuk menda-
patkan panjang busur yang diperlukan. Hal ini dapat diatur dengan mengukur tegangan
busur yang kemudian dipakai dasar untuk menentukan kecepatan pengumpanan kawat
o
bo
(B
o
o
.F
J +-#-^1'l -
++- r=
+."eH
*d dlllP
I.
42. 32 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
(2) lenis Kawat Las
Kawat-kawat las yang digunakan untuk las busur rendam mempunyai komposisi
kimia yang berbeda-beda tergantung pada penggunaannya. Komposisi kimia dari
beberapa kawat las yang distandarkan menurut JIS ditabelkan dalam Tabel 2.13 dan
yang berdasarkan pada AWS dalam Tabel 2.14. Secara kasar kawat-kawat tersebut
dapat dibedakan berdasarkan kandungan mangan (Mn) sebagai berikut:
I ) Kelompok Mn rendah : Kelompok ini mengandung Mn antara 0 ,2 sampai 0,8/o
dan biasanya digunakan bersama-sama dengan fluks jenis ikatan.
2) Kelompok Mn sedang: Kandungan Mn dalam kawat las ini berkisar antara 0,8
sampai 1,8/odan biasanya digabungkan dengan fluks jenis leburan.
3) Kelompok Mn tinggi: Kawat las ini berisi Mn antara 1,8 sampai 2,2/odan
penggunaannya digabung dengan fluks jenis leburan. Kelompok ini dapat
dipakai untuk berbagai penggunaan misalnya las lapis tunggal,las lapis banyak,
las tumpul dan las sudut.
Komposisi kimia dari kawat kelompok Mn rendah dan Mn tinggi yang terdapat di
pasaran dapat dilihat dalam Tabel 2.15. Kawat tersebut biasanya dibuat dengan garis
tengah 2,4;3,2;4,0;4,8;5,6;6,4 dan 8,0 mm. Berdasarkan effisiensi pengelasan, kawat
yang banyak digunakan adalah kawat dengan diameter antara 4,0 sampai 6,4 mm.
Hubungan antara besarnya arus yang diizinkan dan ukuran kawat ditunjukkan dalam
Tabel2.16.
Tabel 2.15 Komposisi Kimia yang Umum
Dari Kawat Las Busur Rendam
untuk Baja Lunak dan Baja Kuat
(Ti.
u,.,,.
Merek C si Mn
us 43
YA
US 36
YD
0,06
0,07
0,12
0,13
0,01
0,01
0,03
0,02
0,37
0,57
1,95
1,94
Tebel 2.16 Diameter Kawat dan Besar Arus.
Diameter kawat (mm) 2,4 3,2 8,06,44,84,0
Besar arus (Amp) <400 300-500 350-800 500-1 100 700-1600 > 1000
(3) lenis Fluks Dalam Las Busur Rendum
Dalam las busur rendam digunakan dua macam fluks yaitu jenis leburan dan jenis
ikatan. Jenis leburan dibuat dari bijih yang dicairkan lebih dahulu dan kemudian
ditumbuk. Dengan menggunakan fluks jenis ini tidak ada unsur-unsur paduan dalam
fluks yang dapat masuk ke dalam logam cair, karena itu kawat las yang digunakan harus
sudah mengandung unsur paduan yang diperlukan. Besar butir serbuk fluks juga
mempengaruhi hasil pengelasan. Dengan arus yang sama besarnya, fluks dengan butir
yang lebih halus akan menghasilkan penetrasi yang lebih dangkal dan menghasilkan
permukaan manik las yang lebih rata.
Jenis fluks ikatan dibuat dari serbuk bijih dan serbuk paduan yang dicampur dengan
natrium silikat dan dijadikan adonan yang kemudian dibakar padasuhu rendah sehingga
tidak terjadi peleburan. Selama proses pembuatan ini unsur-unsur untuk deoksidasi
ditambahkan bersama-sama dengan unsur-unsur paduan yang diperlukan untuk men-
t
44. 34 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
Tabel 2.17 Perbandingan Penggunaan Las Oksi-Asetilen dan Las Busur Elektroda
Terbrmgkus.
Las Busur Elektroda
terbungkus
Efisiensi
Sifat mampu las
Harga peralatan
Harga bahan las
Ketrampilan juru las
Penggunaan
Tinggi (suhu 6000'C)
Baik
Mahal
Sama
Sama
Luas
(r) Nyelr rsetilen
lebih (Nyala
karburisasi)
Kerucut dalam (pendek dan ungu)
(c) Nyrla olsigcr
tebih.
(Nydr olsidrsi)
Gbr. 2.26 Nyala oksi-asetilen.
sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan
kerucut luar yang berwarna biru bening.
2) Nyala asetilen lebih: Bila asetilen yang digunakan melebihi dari pada jumlah
untuk mendapatkan nyala netral maka di antara kerucut dalam dan luar akan
timbul kerucut nyala baru yang berwarna biru. Di dalam bagian nyala nyala ini
terdapat kelebihan gas asetilen yang menyebabkan terjadinya karburisasi pada
logam cair.
3) Nyala oksigen lebih: Bila gas oksigen lebih dari pada jumlah yang diperlukan
untuk menghasilkan nyala netral maka nyala menjadi pendek dan warna
kerucut dalam berubah dari putih bersinar menjadi ungu. Bila nyala ini
digunakan untuk mengelas maka akan terjadi proses oksidasi atau dekarburisasi
pada logam cair.
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen
berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja. Dalam
nyala oksi-asetilen netral terjadi dua reaksi bertingkat yaitu:
crH, t 02 --+ 2co + H2 kerucut dalam
2CO + O, -' 2CO,)
2H2 + Or.- 2HrOj kerucut luar
Suhu pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000'C dan di tengah kerucut luar kira-
kira 2500'C. Suhu ini masih lebih rendah dari pada suhu yang terjadi pada busur listrik
(b) Nyehnetral
duar(birubening)
I f"rucut
luar (Pendek)
--------------
aF,-...--..-..-
Rendah (suhu 3000'C)
Kurang baik
Murah
Sama
Sama
Terbatas pada las tipis
Kerucut antara
Kerucut dalam (putih bersinar)
46. 36 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
Tebel 2.18 Pengelasan fogam dengan Las Oksi-Asetilen.
Logam induk Macam nyala api Fluks Logam pengisi
Baja karbon
Besi cor abu-abu
Besi cor maliabel
Nikel
Paduan Ni-Cu
Tembaga
Perunggu
Kuningan
Netral
INetral
[Oksidasi lemah
Oksidasi lemah
Karburisasi
Netral atau karburisasi lemah
Netral
Netral atau oksidasi lemah
Oksidasi
Tidak perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Tidak perlu
Tidak perlu
Tidak perlu
Perlu
Perlu
Baja karbon rendah
Besi cor abu-abu
Perunggu
Perunggu
Nikel
Monel
Tembaga
Perunggu
Kuningan
2.4 Pengelasan Lainnya
2.4.1 Las Listrik Terak
Las listrik terak menggunakan panas yang dihasilkan karena resistansi listrik dari
terak cair. Kawat elektroda diumpankan secara terus menerus ke dalam terak yang
mencair dan karena panas yang timbul maka logam dasar dan kawat las mencair
bersama. Untuk menjaga agar terak dan logam cair tidak mengalir keluar digunakan
sepatu tembaga yang didinginkan dengan air yang ditempatkan pada kedua sisi alur
secara tetap atau dapat digeser. Secara garis besar las listrik terak ini ditunjukkan dalam
Gbr.2.28.
tembaga
Logam induk
Terak cai
Logam Sepatu tembaga
Air pendingin
Logam lasan
Logam i Hasil lasan
Gbr. 2.2E Skema Las Listrik Terak.
Las ini sangat efisien untuk mengelas sambungan-sambungan tebal dengan posisi
tegak. Sebagai contoh misalnya pelat baja tebal 300 mm dapat dilas sekali jalan dengan
menggtnakan tiga elektroda secara serempak. Efisiensi pada las ini dengan posisi tegak
lebih baik dari pada efisiensi pada las busur rendam posisi datar. Karena itu las listrik
terak sangat sesuai untuk pembuatan alat-alat kimia dan mesin-mesin yang meng-
gunakan pelat-pelat baja yang tebal. Pada pengelasan ini tidak diperlukan alur yang
rumit, biasanya cukup dengan kampuh I dengan antara 20 sampai 35 mm.
Pengelasan listrik terak menyebabkan terjadinya pengasaran butir baik pada logam
las maupun pdda daerah pengaruh panas, yang menyebabkan ketangguhannya me-
nurun. Bila pengaruh ini harus dihilangkan maka pada hasil lasan harus diadakan
perlakuan panas.
t-
48. r 38 Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
Elektroda rodaTekanan
Elektroda--
Lasat/
I Arus listrik
I
1f,,"*".,,",..
,Transformator
Tekanan
Gbr. 2.30 Les Reistansi Titik.
Tekanan
Gbr, 2.31 Las Resistrnsi T[mpang.
elektroda dari paduan tembaga dan kemudian dialiri arus listrik yang besar dalam waktu
yang singkat. Karena aliran listrik antara kedua elektroda tersebut harus melalui logam
yang dijepit, maka pada tempat jepitan timbul panas yang menyebabkan logam di tempat
tersebut mencair dan tersambung. Pada tempat kontak antara elektroda dan pelat juga
terjadi panas karena tahanan listrik, tetapi tidak sampai mencairkan logam, karena
ujung-ujung elektroda didinginkan dengan air.
Pada las tumpang garis sepasang roda dari paduan tembaga menggantikan elektroda
pada las titik. Selama proses pengelasan roda elektroda ini ditekan dan digerakkan
melalui garis las. Dengan ini maka terjadilah sambungan las garis. Sambungan ini
dilakukan bila di samping kekuatan, sambungan juga harus kedap udara. Walaupun
dasarnya sama ternyata las garis memerlukan arus antara 1,5 sampai, 2,0kalilebih tinggi
dan tekanan antara 1,2 sampai 1,6 kali lebih besar dari pada sambungan las titik. Sebagai
contoh misalnya untuk sambungan las garis pada pelat 0,8 mm diperlukan gaya tekan
sebesar 300 kg dan arus listrik 1500 A.
Pada sambungan tumpul untuk batang atau pipa, ujung-ujung yang akan
disambungkan diadu, dialiri listrik dan ditekan. Sambungan tumpul ini dibagi dalam dua
macam yaitu las tumpul lantak dan las tumpul tekan. Pada las tumpul lantak batang yang
disambung diadukan den gafl gaya tekan rendah sehingga terjadi busur listrik di beberapa
tempat yang dapat menaikkan suhu logam setempat. Bila hal ini dilakukan berulan-
gulang maka akhirnya akan dicapai suhu tinggi yang merata dan kemudian kedua batang
tersebut ditekan dengan gaya tekan yang tinggi yang menyebabkan tersambungnya
batang tersebut. Skema dari proses pengelasan ini ditunjukkan dalam Gbr.2.32.
Tekanan
Elektroda
Benda kerja el"iioa"
Gbr.2.32 Las Tumpul Lantak.
Benda kerja
Gbr. 2.33 Las Lantak.
Pada las tumpul tekan, permukaan yang akan disambungkan perlu dibersihkan dari
kotoran dan karat. Kemudian kedua ujung ditekankan satu sama lain sehingga terjadi
pemanasan karena adanya aliran listrik. Bila suhu sudah cukup tinggi maka kedua
batang ditekan dengan gaya tekan yang tinggi sehingga tersambung seperti terlihat dalam
Arus listrik
L.
50. Bab 2. Cara-cara Mengelas Dan Memotong
hanya beberapa mikron saja. Karena energi yang terpusat tersebut maka pengelasan ini
mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga dapat mengelas pelat tebal dalam waktu
yang sangat singkat sekali dan mampu untuk mengelas logamJogam dengan titik cair
yang tinggi. Di samping itu karena pengelasan dilakukan dalam hampa maka cara ini
dapat digunakan untuk mengelas logamJogam aktif.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa karena diperlukan ruang hampa maka pelak-
sanaan dari cara pengelasan ini masih belum menguntungkan. Karena itu penggunaan-
nya masih terbatas pada logam-logam khusus dengan konstruksi yang kecil. Pada waktu
ini sedang diselidiki, bagaimana menggunakan cara pengelasan ini di luar ruangan
hampa. Skema dari alat las ini dapat dilihat dalam Gbr.2.34.
Sumber tenaga untuk
filamen dan celah
pengatur
Sumber tenaga
tegangan tinggi
Benda erja
A: Filamen
Gbr. 2.3{ Skeme Lrs Siner Elektron.
B: Celah Pengatur
C: Anoda
D: knsa elektro'magrit
E: KumParan Pengubah arah elektron
F: PomPa vakum
2.5 Cara-Cara Pemotongan
2.5.1 Pemotongan Dengan Gas
Cara-cara pemotongan baja yang banyak digunakan pada waktu ini dapat dilihat
dalam Tabel 2.2. Di antara cara-cara tersebut yang paling sering dipakai adalah
pemotongan dengan gas oksigen. Pemotongan ini terjadi karena adanya reaksi antara
oksigen dan baja. Pada permulaan pemotongan, baja dipanaskan lebih dulu dengan api
oksi-asetilen sampai mencapai suhu antara 800 sampai 900'C. Kemudian gas oksigen
tekanan tinggi atau gas pemotong lainnya disemburkan ke bagian yang dipanaskan
tersebut dan terjadilah proses pembakaran yang membentuk oksida besi. Karena titik
cair oksida besi lebih rendah dari baja, maka oksida tersebut mencair dan terhembus oleh
gas pemotong. Dengan ini terjadilah proses pemotongan.
Proses pembakaran yang terjadi selama pemotongan diperkirakan mengikuti reaksi
sebagai berikut:
Fe + rfrOr --+ FeO * 64,0 Kcal
2Fe * ltfror--FerO, * 190,7 Kcal
3Fe * 2o-, -- FesO+ -l 266,9 Kcal
Kereta