Festival Film Tasik kedua diisi workshop tentang festival, film, dan Tasik serta sharing komunitas. Dilanjutkan screening film pendek nominasi dari berbagai daerah seperti Semarang, Bandung, Tasik, Jakarta, dan Sukabumi."
2. Awalnya ingin kupangkas,
semua rumput yang aku tanam di langit dengan bulan sabit.
Lalu membawa pulang kumpulan batu dari bulan untuk akulempar pada pohon.
Setiap buah yang jatuh, siapapun boleh menikmati.
Seperti itulah Kofitazine dikehendaki.
Mengumpulkan lagi batu karya, mencari pohon, melemparnya,
lalu membiarkan orang lain menikmati buahnya.
Begitu dan begitu seterusnya.
Ucapan terima kasih dari Kofita
kepada setiap komunitas kreatif yang ada di Tasikmalaya:
Tasikmalaya Skatcher, Getsnep Photography Studio, Q-Smart,
Pondok Media,Teater Dongkrak, Gurat Estetika, Kanaba, Abuproduction,
Skata, Percisa, Saung Langit, Sif, Lingkar Lensa, Galeri Picture, SKCF, KMG,
Baju Kopral, Ngejah Garut, Sabalad Pangandaran, Ijigimbrang
dan semua pihak yang telah mengejawantahkan perannya
untuk kemajuan Tasikmalaya yang tercinta ini.
Akhirnya bacalah kofitazine ini dekat jendela
dan biarkan pemilik cahaya menghadiahimu batu hitam yang berasal dari bulan.
Butuhspasi_
5. “
.”
:
Ini untukmu, tentang komitmen seumur hidupmu dalam
menantang dunia. Menyadari kau bukan siapa-siapa dan
bukan apa-apa, bukan Lucius Nero yang membakar pusat dunia
demi kota impiannya, bukan Newton yang melakukannya
dengan apel jatuh atau Archimides yang merubah dunia dari bak mandinya.
Lalu bagaimana kau melakukan revolusimu sendiri? Kamera adalah mulanya, ledakan idemu,
pemberontakanmu, gairahmu dalam mempersoalkan realitas: menunjuk, menuduh, mencela atau
mendukung badai dikepalamu. Biarkan karyamu menghantui siapapun dalam tidur, menjadi mimpi
buruk, bukan menjadi selimut yang membuat orang hangat. Ini saatnya kau membuat gambar yang
mendorong orang keluar dari kursi nyamannya, ketidakpeduliannya, membuat orang merebut
kembali segala sesuatu yang pernah diambil, tak perlu mengemis kesempurnaan, tunjukkan setiap
detail kecil dari ketidakadilan, kerusakan penyalahgunaan, ketegangan mesra, menformat dan
diformat, beri mereka konflik, silang pendapat, perjuangan terhadap kepuasan, konfrontasi, jangan
biarkan seseorang membuat kameramu jinak untuk alasan apapun meski film sialan yang beredar
masih seragam. Apakah aku meminta terlalu banyak darimu?
7. Visualisasi TUBUH DONGKRAK DALAM TUBUH TONY BROER,
meng-explore kursi tua di sebuah gudang. Disanalah gambar tubuh
melawan beban hidup di mulai. BUTOH gambaran hakekat kehidupan, lahir,
dewasa, tua dan akhirnya mati. Diawali workshop konsep yang menelanjangi
diri manusia, untuk bisa memahami dirinya sendiri dan dunia yang melingkupinya,
dengan jalan membongkar segala keburukan dan kejelekan dari diri manusia,
dari proses pembongkaran ini maka manusia akan dibawa kedunia
transendental, yang akhirnya akan melahirkan jawaban atas pertanyaan
mengenai esensi dan eksistensi kehidupan. Dalam Butoh terjadi proses
pengalian berbagai kemungkinan bahasa tubuhdengan mengeksplorasi
kedalaman tubuh sampai pada tingkat trasendental, bahkan sampai pada
batas gerak yang mustahil yang bisa dilakukan oleh manusia yang dipaktekan
dalam latihan bareng di rest area Urug dan di pementaskan dalam acara
Carfreeday dengan konsep “INKUBASI” tubuh bukan sebagai alat
penyampai gagasan, tapi tubuh sebagai tujuan bertanya, memikirkan
dan menciptakan kembali.
9. etika masih kental. Adanya keterlibatan para ulama melakukan pengawasan ketat tentang film apa saja yang
boleh diputar, dipisahkannya tempat duduk antara pria dan wanita, pemutaran film diluar jam sholat,
setidaknya mencerminkan kota Tasikmalaya sebagai kota yang toleran. Selain itu, bioskop yang berganti
nama menjadi Megaria telah menempatkan bangunan serupa di masa kejayaannya. Sebut saja, bioskop
Mustika (Parahiyangan), bioskop Capitol (Kujang), bioskop Merdeka ( Hergamanah), bioskop Sentosa
(Nusantara), bioskop Garuda, Tasik theatre, Ciawi theatre, Empire group 21 Matahari, dan terakhir bioskop
Parahiyangan yang ditutup oleh pengelolanya untuk dijadikan hotel, telah menambah daftar panjang gedung
pertunjukan film yang tunduk pada sesuatu yang berada diluar kendalinya, sketsa samar seorang anak yang
disuruh melingkarkan tanggannya diatas kepala, meraih telinga sebagai prasyarat yang menunjukan usia
untuk diperkenankan menonton film, tersimpan rapi dalam setiap bingkai kesadaranku, tanpa perlu
mempersoalkan lagi apakah sebuah bioskop masih menjadi „gerak maju‟ peradaban modern atau
menandakan kemapanan sebuah kota, tanpa perlu meromantisir kehilangan bioskopnya, memprovokasi
untuk menjaga monument lama sebelum tercipta monument baru. Biarlah proses menemukan terindra, meski
kadang membuatku sedikit gagap menceritakan mengapa kawasan Jl. Dr. Sukarjo menjadi kawasan ghetto
bahkan sampai sekarang masih menjadi transit para bule yang singgah? mungkin tulisan ini hanya ingin
menepuk bahu saling mengingatkan bahwasannya seni pertunjukan masih menjadi bagian yang tak
terpisahkan dariku. Bukankah meminjam istilah MC Maccay “pale ink is morer important then retentive, tinta
yang pudar lebih baik dari sebuah ingatan?” Akhirnya setelah kuhabiskan popcornku, dan beranjak pergi dari
bioskop 21 meninggalkan semua „daya pikat seni pertunjukan film yang begitu mempesona‟ jauh
dibelakangku.
Butuhspasi_
10. Ini tubuhku, ini negeraku,
aku membuat duniaku dengan tubuhku sendiri.
Begitulah prosesnya selama ini...
- Afrilia Utami
11. IBUKU AJARI CINTA TUHAN
Afrilia Utami
Pada siapa dia tersenyum?
pancarkan senyuman yang tak pernah teredupkan
pada siapa dia menangis haru
tersikut kenangan dan harapan
Pada siapa lagi aku dapati hidup
jika bukan pada dua Engkau
ibu dan Tuhanku....
kau mampu menulisi ayat-ayat tentang usia
di dalam pijar kedua mata
yang suka mengharap engkau selalu berada di sana
dengan senyum dan bahagia yang engkau jaga
Ibu..
Siapa Tuhan?
Tuhan yang seperti cahaya di gulita
cinta yang diluapkan ke bumi
dan semua tumbuh menjadi-jadi
sejak rahimmu menjagaku.
Aku mencintamu, Ibu
Kisah-kisah tentang pernyataan
juga kehidupan yang diciptakan Tuhan.
Ibu..
Engkau sudah sangat lama
tegar dalam perjuangan ini
menjaga anak-anakmu
yang mencintaimu
yang mengalahkan deras hujan
topan, halilintar, badai, dan guntur
di halaman doa yang engkau jaga.
Kaulah yang menjadi sumber segala hidup
Ibu..
semoga Tuhan menjaga negeri Ibu...
Indonesia yang sedamai
aku mengintip hatimu ketika berwudu.
2 Juni 20
12. jika hujan
Afrilia Utami
Jika hujan begini
Aku jadi ingat air
Yang pernah mengukir
Cerita tentang dua sejoli
; Sehujan berdua.
Dengan air yang menjadikan basah
Empat kepingan mata yang saling menulisi
Hujan di dada dengan hati-hati.
15 Oktober 2012
13.
14.
15.
16. Saya tak hendak menceritakan acara Fest Film Tasik penuh-seluruh. Kami bekerja dengan ide
bukan budget, memundurkan acara tapi penundaan hanya karena masalah anggaran yang
terbatas adalah DUSTA, kami tertantang mewujudkannya. Piala hasil sumbangan dari
Tasikmalaya sketcher, performance kreasi komunitas Ijigimbrang, property dari sisa yang ada
digudang, karena kami yakin fest ini adalah kerja gotong royong bersama komunitas lain bukan
sesama komunitas film. Mudah2an apa yang kami berdua kerjakan tidaklah sia-sia mencerahi
anak muda di setiap penjuru Tasik dan sekitarnya.
Dibuka dengan slide show acara dan penampilan Rhoma dan Soneta.
17. Festival Film Tasik yang kedua ini diisi dengan workshop apa itu festival, film dan Tasik, sharing komunitas,
dilanjutkan screening film pendek. Adapun nominasi film pendek yang masuk diantaranya :"LENTERA
TEHKNOLOGI" (Documenter). Semarang, "LONGING". Bandung, “RINDU”. Tasik, “KARNA SUKANTI”.
Jakarta, "TASIK IN MOTIONS" Tasik, “MERAJUT KEBAHAGIAAN” Sukabumi, “JAKA PETIR”,Tasik,
“KERTAS”. Sukabumi, “EL CLASICO”. Jakarta, “SEKOLAH ATAU PACARAN”. Tasikmalaya, “PESAN
KEBERANIAN”.Surabaya, “CERITA CINTA SMA”. Kab. Tasik, “NYEBRANG”. Jakarta, “MENDONG” Tasik,
"POTEH" (Dokumenter) Semarang, “PLAY BOY TULALIT”. Kab. Tasik, “BISA KARENA TERBIASA”. Kab.
Tasik, “CERITA IVY”. Jatinangor, Sumedang , “RADIO UNTUK ALAM”. Jatinangor. Sumedang. “RAPUH”
Tasik, “SAKOLA RAKJAT” Tasik, “ENERGI SEHAT, ENERGI HEMAT” Tasik, “SAKOLA ALAM JAGAT”.
Ciamis, “CONDIVIDI”. Jakarta, “SUKSES”. Pangandaran, “ABU-ABU”. Jakarta, “MODUS E”. Tasik. Setelah
melawati seleksi dipilih 5 pemenang yaitu Movie-TASIK IN MOTIONS". Tasikmalaya. Fav Movie -CERITA IVY”.
Jatinangor, Sumedang, Best Documentary -SAKOLA ALAM JAGAT”. Ciamis, Scholar Movie -MERAJUT
KEBAHAGIAAN, . Sukabumi, Progresif komunitas - SMK DCI. Tasikmalaya. dan Best Costum - J-Fantastik.
Akhirnya, Festival Film Tasikmalaya yang kedua yang diselengarakan oleh Kofita 25 Desember 2013 di
laksanakan di Gedung Kesenian Tasikmalaya ini menjadi apresiasi tahunan anak muda di Priangan Timur yang
aktif berkegiatan lewat medium audiovisual pemutaran, diskusi, kajian, pemberdayaan komunitas, serta
produksi film pendek. Didalamnya ada pemahaman tentang apa festival itu? Apa film dan mengapa
Tasikmalaya? Inilah bentuk respons anak muda terhadap masalah ruang untuk berkumpul bersama dalam satu
ruang-waktu. Berbagi masalah dan ide, meningkatkan kepeduliannya. Ini bisa menjadi awal perjalanan gerakan
anak muda untuk mulai dibentuk bersama.
Salam gambar bergerak_
18. KOFITA, Nominator Screen Below The Wind Festival
se-Asia Tenggara
Oleh: D. Dudu AR
Komunitas Film Kita (Kofita) sebuah bengkel kreatifitas audiovisual ini berdiri dengan fondasi sporadical of
spiritism. Media dan fasilitas minim bukan alasan untuk tidak berkreatifitas, prinsip ini ditanamkan kawan-kawan
Kofita sebagai landasan kokoh untuk menunjukkan kepada dunia bahwa apa pun dapat terwujud. Tiga orang
yang tidak sungkan blangsak berjuang mengaudiovisualkan kearifan lokal di Tasikmalaya kemudian
mengampanyekan di berbagai media dengan cara yang tidak sederhana. Artinya, Kofita mempresentasikan
karya-karyanya melalui audiovisual di acara-acara level nasional dan internasional yang dijadikan altar untuk
mengantarkan Tasikmalaya ke dunia. Kofita pun aktif memproduksi film-film layanan masyarakat, dokumenter,
bahkan menggunakan beberapa istilah baru pembuatan video, seperti: Video Diary, Video Komunitas, Citizen
Journalism, Video Puisi, sebagai upaya konvergensi media atau ramatloka. Artinya, Kofita sebagai ruang
silaturahmi, berbagi, dan peduli melalui literasi media-audiovisual menuju masyarakat Tasikmalaya yang melek
teknologi, informasi, dan media. Kofita berbagi informasi dan pengalaman serta mengajak aktif berkontribusi
dalam menciptakan citra positif tentang diri dan rutinitas masyarakat, terutama pelajar. Membangun media
audiovisual sebagai alternatif selain media mainstream. Selain itu, mengajak remaja melek media agar memiliki
kemampuan dalam memanfaatkan media demi kepentingan positif sehingga dapat memengaruhi cara pandang
publik kepada remaja sebagai individu yang kuat dan bermakna. Pergerakkan Kofita tidak bisa dipandang
sebelah mata, selain diakui beberapa jaringan audiovisual luar negri, karya-karyanya telah go international.
Misal, presentasi Workshop Media ACHR yang diwakili sang ketua di Thailand mewakili Tasikmalaya dan
menjadi salah satu dari tiga orang terpilih dari Indonesia untuk mempresentasikan karya-karyanya. Minggu ini
Kofita membuktikan dua karyanya sebagai nominasi di Screen Below The Wind Festival se-Asia Tenggara di
Ubud-Bali yang diselenggarakan tanggal 16-18 November 2012. Festival ini memang terbuka untuk semua
kalangan yang memiliki kepentingan terhadap dokumenter sebagai media pendidikan maupun produk kreatifekonomi. Seperti pendidik, sekolah, peneliti, social activist, penggemar dokumenter, wakil stasiun TV, photo
agency, distributor film, hingga para sponsor dan investor saling berbagi karya dan bersinergi di acara ini.
Pembicara yang hadir di antaranya: Dr. Mari Elka Pangestu (Menteri Ekonomi Kreatif dan Pariwisata), South
East Asia Identity (Media), Panelis: Dr. Ariel Heryanto (Associate Professor, Australia National University), Dr.
Katinka Van Heeren (Research Fellow, Universitas Leiden), Dr. Yanuar Nugroho (Research Fellow, Manchester
Business School). Dokumenter Asia Tenggara: Panelis; Hassan Muthalib (Animator, Sutradara, Desainer dan
Penulis), Riri Riza (sutradara film), Rio Helmi (Fotografer Dokumenter), Sandiaga S. Uno (investor / Saratoga
Capital), Tjandra Wibowo (produser / pemilik Samuan Studio), Dr. Mari E. Pangestu dan Ariel Heryanto-t.b.c,
Moderator: Chrisma Albandjar (Komentari Direktur Microsoft Indonesia)
Dua video dokumenter produksi Kofita yang berjudul Merapi Duwe Gawe bekerja sama dengan Arsitek
Komunitas Jogja yang bertemakan cara pandang warga Kali Tengahlor, Kali Tengah Kidul, dan Serunen tentang
letusan merapi merupakan sebuah proses alami dalam pencapaian keseimbangan alam. Mereka meyakininya
sebuah „PESTA‟ bukan bencana, sehingga warga memegang teguh prinsip sedumuk batok senyari bumi, yakni
tanah menjadi harga diri. Sementara, video Nu Urang Keur Urang karya masyarakat Mekarwangi-Cikatomas
Kabupaten Tasikmalaya yang difasilitasi Kofita merupakan pendokumentasian aktifitas yang dilakukan
masyarakat dalam mempertahankan potensi sumber daya alam berbasis masyarakat lokal (community-based
natural resource management). Inilah proses-proses tradisi yang dapat mendidik masyarakat agar tidak Meski
video dokumenter yang diikutkan Kofita menggunakan kamera digital, tidak mengurangi esensi tinggi tentang
cerita-cerita nyata yang diaudiovisualkan. Padahal, peserta yang datang dari negara-negara Asia Tenggara
adalah profesional yang menggunakan alat canggih. Mengutip perkataan Hatta setengah abad yang lalu bahwa
di desa-desa sistem demokratis masih kuat dan hidup sehat sebagai bagian adat-istiadat hakiki, dasarnya
adalah pemilikkan tanah yang komunal yaitu setiap orang merasa bahwa ia harus bertindak berdasarkan
persetujuan bersama sewaktu menyelenggarakan kegiatan ekonomi. “Mungkin itulah alasan video kami terpilih,”
lagi-lagi kata Wandi si Profesor Begundal Kofita. Dari segala gulita komunitas bawah tanah, celah-celah pijar
menembus ruang dada mereka kemudian menerangi layar Tasikmalaya tentang dua sayap yang mengepakkan
badai selama „Di Bawah Angin Asia Tenggara‟ yang menobatkan film Kofita sebagai juara favorit!
19. /
Alat Pembuat Photo Cerita ?
• Camera HP
• Camera Pocket
• Camera Seleloide
• Camera DSLR
Panduan Dasar Membuat Komposisi Foto Cerita
1. Hook
Hook/Opener/Teaser Penarik perhatian.
Menimbulkan penasaran. Terkadang foto pembuka.