Dokumen tersebut membahas peran penting pertanian keluarga dalam menjamin kedaulatan pangan dan mengentaskan kemiskinan. Pertanian keluarga mampu memberikan 70% pangan dunia dan menghasilkan lebih banyak dibandingkan pertanian skala besar. Namun, pertanian keluarga di Indonesia semakin terpinggirkan dan jumlah petani kecil terus berkurang akibat berbagai faktor seperti konversi lahan dan ketidakmampuan bersaing."
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
PERTANIAN KELUARGA
1. Peran Pertanian Keluarga dalam
Menjamin Kedaulatan Pangan
dan Mengentaskan Kemiskinan
Oleh: SYAHYUTI
Jakarta - 4 Juli 2014
Peran Pertanian Keluarga dalam
Menjamin Kedaulatan Pangan
dan Mengentaskan Kemiskinan
Oleh: SYAHYUTI
Jakarta - 4 Juli 2014
1
2. • Tahun 2014 adalah International Year of Family Farming” (IYFF)
• Tujuannya adalah = to reposition family farming at the centre of
agricultural, environmental and social policies in the national agendas by
identifying gaps and opportunities to promote a shift towards a more
equal and balanced development.
• to defend and strengthen Family Farming as a viable alternative to
eradicate the hunger, malnutrition and poverty suffered by 1000 million
people worldwide.
• Kegiatan 2014 IYFF 2014 = Promosi, diskusi, dan kerjasama di level
nasional, regional, dan global; untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang tantangan yang dihadapi oleh smallholders dan
mencari cara EFEKTIF untuk MENDUKUNG family farmers.
• IYFF didukung oleh World Rural Forum dan 360 NGO sedunia
• Bagaimana di Indonesia?
2
3. Berbagai istilah yang “selaras” dengan
Family Farming:
1. peasant (vs farmer)
2. Petani kecil (vs petani besar)
3. Bertani sebagai way of life (vs bertani sebagai
bisnis
4. Petani gurem (vs petani luas)
5. Pertanian agroekologi (vs agribisnis)
6. Pertanian rakyat (vs pertanian kapitalis)
7. Dll
3
4. Apa sih Family farming (“Pertanian Keluarga”) ?
• a farm owned and operated by family
• Menurut USDA: family farm = memproduksi untuk
dijual, memproduksi cukup untuk kebutuhan keluarga
dan usahatani, TK dari dalam keluarga dan dari luar
(hired labor).
• Di AS : 98 persen adalah family farms
• FAO: family farming = “form of organizing crop and
forest production as well as fishery, livestock raising,
and aquaculture, which is managed and directed by a
family, which mainly depends on family labor of both
women and men. The family and the holding are
linked, co-evolve, and combine economic,
environmental, reproductive, social, and cultural
functions.” 4
6. Posisi konsep “Family Farming” dan
“Small Farmer”
6
Seluruh USAHA PERTANIAN
Perusahaan
Pertanian Pertanian KELUARGA
Pert keluarga skala
sedang/besar
Pert keluarga
SMALL FARMER
7. Sisi-Sisi Positif Pertanian Keluarga
(Alejandro Asin http://www.astc.org/...)
1. Family farming feeds the world. 70 persen pangan dunia
diproduksi oleh family farmers. Small farms more productive (in
terms of output per unit of land and energy use).
2. Family farming generates well being. 40 persen rumah tangga
dunia bergantung kepada family farming. Dari 3 milyar penduduk
desa di negara berkembang, sebanyak 2,5 milyar bekerja di
pertanian.
3. Combats poverty. Pertumbuhan GDP dari pertanian mampu
mengurangi kemiskinan dua kali lebih banyak dibanding sektor
lain (World Bank).
4. Family farming protects biodiversity and the
environment. (source of genetic diversity, uses seed varieties and
livestock breeds well adapted to various environments, use of
agroecological and traditional techniques, supporting the healthy
functioning of ecosystems, more resilient to the impacts of
climate change, contributes to maintaining the population in rural
areas and preserving historic cultural values).
7
8. Petani Kecil penting:
• Pidato Dirjen FAO pada The World Food Day -
16 Oktober 2012 = “Small-Scale Farmers As A
Key To Feeding The World”.
• Laporan PBB = “Small Farmer Feed The
World”.
• Kelahiran UU No19 - 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani =
bahwa selama ini petani belum memperoleh
perlindungan yang semestinya.
8
9. Siapa kah “petani kecil” ?
• petani gurem (peasant), petani kecil (small farmer), buruh tani
tanpa tanah (landless laborers), pertanian keluarga (family
farming), dll
• nelayan (fisherfolk), kelompok berburu-meramu (hunter and
gatherer), kelompok penggembala (pastoralists)
• Magna Carta of Small Farmers (Filipina), smallholder = “as natural
persons dependent on small-scale subsistence farming as their
primary source of income”.
• Pasal 4 = “…natural persons dependent on small-scale subsistence
farming as their primary source of income and whose sale, barter
or exchange of agricultural products do not exceed a gross value of
One hundred eighty thousand pesos (P180,000) per annum based
on 1992 constant prices”.
9
10. Batasan petani kecil:
• Land Bank of the Philippines, petani kecil = petani
yg menguasai lahan < 5 ha.
• Dalam laporan “Empowering Smallholder
Farmers In Markets (ESFIM) Philippines Country
Paper”, petani kecil = penguasaan < 2 ha
• Thapa (2009) dan World Bank (2003) =
menguasai lahan di bawah 2 ha.
• Asian Farmers Association (AFA) = maksimal 3 ha
untuk lowland dan 10 ha untuk upland
10
11. Di Indonesia:
• Tidak dikenal istilah “petani kecil” secara
resmi
• Dalam literatur ilmiah = ada istilah petani
gurem, petani tuna kisma, dan buruh tani
• Pendekatan teknis-finansial telah
meminggirkan aspek humanity pertanian
• Petani adalah SDM = alat produksi
• Era Revolusi Hijau, petani dipinggirkan dengan
pendekatan “dipaksa, terpaksa, biasa”
11
12. Batasan “petani” di Indonesia:
• Dalam KBBI, petani = orang yang mata pencahariannya
bercocok tanam (terutama buruh tani dan petani
penggarap) (= luas).
• SP 1963, petani di bawah 1000 m2 = bukan petani
(=sempit).
• SP 2003, RT pertanian = rumah tangga yang mengusahakan
lahan untuk berbagai kegiatan budidaya atau bukan
pengguna lahan namun memanfaatkan produk pertanian
dalam usahanya (penangkaran, memungut hasil hutan),
serta berusaha di bidang jasa pertanian (=luas)
• SP 2013, RT petanian = rumah tangga yang salah satu atau
lebih anggota rumah tangganya memelihara
tanaman/ternak/ikan baik untuk tujuan usaha maupun
tidak (=sempit).
12
13. • UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, petani =
warga negara Indonesia perseorangan dan/atau
beserta keluarganya yang melakukan usaha tani di
bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
dan/atau peternakan (=sempit)
• Permentan No. 273/ 2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani. dan UU No. 16/2006
tentang penyuluhan, petani = perorangan warga
negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi
yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani,
minatani, agropasture, penangkaran satwa dan
tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang
meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri,
pemasaran, dan jasa penunjang.
• UU No. 12/ 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman =
tidak ada batasan tentang petani.
13
14. Persepsi terhadap petani di Indonesia:
• Petani berada dalam format relasi “negara-
rakyat”
• Basis petani adalah komoditas (petani pangan,
petani hortikultura, pekebun, peternak, dst)
• Petani lemah, di bawah, kurang berpengetahuan,
sehingga perlu diberdayakan
• Kedaulatan petani atas pengetahuan rendah
• Semua pengetahuan berasal dari luar dan atas
petani
• Perlindungan bagi pengetahuan yang dimiliki
petani belum ada.
14
16. Jumlah RT pertanian berdasarkan luas penguasaan
lahan (juta RT):
Luas
pengusaan
lahan (ha/RT)
1983 1993 2003
<0,5 6.4 10.6 14.0
0,5-0,9 3.7 4.3 4.6
1-1,9 2.9 3.1 3.5
>2,0 2.2 1.6 2.8
Jumlah 17.1 21.1 24.9
16
17. Gejala guremisasi:
Tahun Jumlah RT
pertanian
(juta)
Total lahan
yg dikuasai
(000 ha)
Rata-rata
penguasaan
(ha/RT)
1983 1.2 63.7 0.05
1993 1.6 83.0 0.05
2003 4.3 96.3 0.02
17
18. Hasil Sensus Pertanian 2013:
2003 2013 Perubahan (%)
RT petani gurem 19.015.051 14.248.870 Turun 25,0 %
RT usaha pertanian
pengguna lahan
30.419.582 25.751.266 Turun 15,4 &
RT usaha pertanian 31.232.184 26.135.469 Turun 16,3 %
Perusahaan
pertanian
4.011 5.486 Naik 36,8 %
18
19. Batasan dalam ST 2013:
• RT Petani Gurem = RT pertanian pengguna lahan dengan penguasaan < 0,5 ha
(mencakup lahan pertanian dan lahan bukan pertanian), RT budidaya ikan,
penangkapan ikan, pemungutan hasil hutan, penangkapan satwa liar, dan jasa
pertanian bukan pengguna lahan.
• RT Usaha Pertanian = adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota
rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau
seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi
hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa
pertanian.
• RT Usaha Pertanian Pengguna Lahan = RT usaha pertanian yang melakukan
satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura,
perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air
tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar.
• Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum = adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus
yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan
dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat
kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh: PT, CV,
Koperasi, Yayasan, SIP Pemda
19
20. Guremisasi dan ketimpangan berlanjut:
Luas penguasaan
(ha/RT)
2003 2013 Perubahan (%)
<0,1 9.4 4.3 -53.8
1-1,9 3.6 3.6 -1.5
2-4,9 6.8 6.7 -1.2
5-9,9 4.8 4.6 -4.8
10,19,9 3.7 3.7 1.0
20-19,9 1.7 1.6 -3.3
>30 1.3 1.6 22.8
Jumlah 31.2 26.1 -16.3
Jumlah RT usaha pertanian berdasarkan luas penguasaan lahan (juta RT)
20
21. Mengapa petani berkurang?
1. Perbedaan batasan antar sensus pertanian
2. Petani lari ke luar sektor pertanian, karena tidak
ekonomis dan tidak mencukupi untuk
kesejahteraan keluarga
3. Menjadi buruh tani belaka (tidak mengelola
lahan sendiri, tidak menyewa dan tidak
menyakap lahan orang lain)
4. Konversi lahan pertanian
21
22. Perbedaan ST 2003 vs 2013:
2003 2013
Unit Pencacahan Seluruh RT yang ada kegiatan
pertanian
Hanya RT biasa, yakni RT
yang melakukan kegiatan
pertanian dengan tujuan untuk
usaha (dijual/ditukar).
Konsep Rumah
Tangga Pertanian
RT yang melakukan kegiatan
pertanian dengan tujuan untuk dijual
dan memenuhi Batas Minimal
Usaha yang ditetapkan
RT pertanian tidak
menggunakan Batas Minimal
Usaha
Populasi Komoditi
Pertanian
Seluruh populasi dari RT pertanian
baik yg diusahakan maupun tidak
Hanya mencakup populasi RT
usaha pertanian (sebagian atau
seluruh hasilnya untuk
dijual/ditukar)
22
23. Karakter pertanian kecil:
• penguasaan lahan sempit
• penggunaan input rendah dan lokal (mandiri)
• ramah lingkungan
• indeks pertanaman tinggi (multicropping dan
intercropping)
• lebih intensif dan diverisifikatif
• Produksi terbatas
• lebih adaptif dan pejal, berkelanjutan
• menjamin keragaman hayati
23
24. Peran pertanian kecil:
• Untuk mengikis kemiskinan, kelaparan, dan
degradasi lingkungan
• Mampu memberi pangan dunia
• Dengan menerima dan menyadari kehadiran
mereka dengan karakter sosiokultural yang
khas, akan menjamin pemenuhan pangan
bagi mereka yang sekaligus akan membantu
MEA mencapai ketahanan pangan.
24
25. Kebijakan terhadap petani kecil selama ini:
• “petani kecil” (small farmer) agak tersingkirkan
dari kebijakan pembangunan pemerintah selama
ini.
• Kalangan yang pro kepada usaha besar komersial
= ingin petani kecil “hilang”
• Penerapan teknologi yang rendah = aib kultural
• Belum memadainya pemahaman, rendahnya
pemihakan, dan perlakuan yang kurang adil
kepada petani kecil (“anti-small farm policies”).
• Ini akan melemahkan ketahanan pangan di Asean
25
26. Kondisi agraria petani kecil :
• Di Indonesia, swasembada tidak otomatis
menjamin kesejahteraan petani. Mata rantai
yang putus adalah penguasaan lahan.
• Laporan “Landless ASEAN Peasants
Threatened by Starvation” oleh Asian Forum
For Human Rights And Development = petani
Asean terancam kelaparan, karena
memproduksi tanaman untuk ekspor.
26
27. Akses pasar sulit:
• Akses terhadap pasar sangat terbatas.
• perubahan pada pasar dan produk pertanian,
kompetisi juga semakin ketat
• Laporan “Empowering Smallholder Farmers In
Markets (Esfim) Philippines Country Paper” =
petani kecil dikuasai pedagang, kekurangan
informasi pasar, lemahnya modal dan
dukungan pasca panen, distorsi, pasar tidak
efisien
27
28. Organisasi petani:
Lingkungan kelembagaan yang dihadapi:
• Indonesia = pendekatan organisasi yang
dijalankan merupakan bentuk alat kekuasaan
pemerintah kepada rakyatnya.
• Bourgeois (2003) =“During the Soeharto Era,
there was no room for the development of
organizations that were not under the control of
the government. The government considered all
organizations at the village level (in particular
kelompok Tani, and KUD cooperatives) as
instruments in policy implementation”
• Setiap organisasi di desa tunduk pada kekuasaan
atas-desa (power compliance) 28
29. Kondisi organisasi:
Studi ASIADHRRA dan AGRITERRA (2002) di Indonesia, Jepang, Korea
Selatan, Malaysia, Thailand, Vietnam and Filipina (19 organisasi petani):
• Organisasi lemah dalam pengetahuan dan keterampilan pengurus dan
anggotanya
• lemah secara politik di level nasional dan lokal.
• Masing-masing organisasi telah mampu mengembangkan
kemampuannya yang khas disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi di
tiap negara.
• Meskipun berskala nasional, namun masih lemah dalam manajemen
dan sistem.
• Di Malaysia ada organisasi NASH yang beranggotakan petani mencakup
petani karet, sawit dan kakao.
• AFA (Asian Farmers’ Association) berdiri tahun 2002.
• Visi AFA: (1) kemandirian, pendidikan, kesehatan dan membebaskan
dari kelaparan dan kemiskinan, (2) akses lahan, sumberdaya lain , (3)
akses kepada pasar yang adil, (4) teknologi ramah lingkungan, dan (5)
membantu petani berpartisipasi dalam proses politik dll 29
30. Tahap dan pokok perhatian Justifikasi Bentuk kebijakan
1. Productivity and Equity (1950-an)
Kesetaraan dan produktivitas Agenda kebangsaan, dekolonialisasi, kemakmuran rakyat),
menghadang komunisme. Inverse Relationship (IR) theory ,
produktivitas = out put per area of land
Land to the tiller, land
reform “from below” and
“from above”
2. Productivity without Equity (1960-an)
peningkatan produktivitas dan
modernisasi pertanian
dicapai melalui technological change tanpa structural change
State-led developmentalism (negara dalam rekayasa sosial,
penyediaan subsidi dan kredit, serta pengaturan harga dan
pasar)
Liberalisasi pasar finansial dan perdagangan
Revolusi Hijau
3. Liberalisation and efficiency (1980-qn)
efisiensi pasar dan deregulasi Pasar akan mengefisienkan seluruh mekanisme Market-based land reform
Land administration
Land titling (sertifikasi lahan)
4. Commercial Smallholders (abad 21)
inkorporasi smallholders ke
dalam mata rantai nilai global
-Kosep scale and linkages
-kontrak antara smallholders dan perusahaan agribisnis
-Contract farming
-inti-plasma
-kemitraan bisnis
-Visi neoliberal “transisi
agraria” (World Development
Report 2008)
Historik tahapan kebijakan mengenai Smallholders
30
32. • Studi Susilowati et al. (2008):
– Partisipasi kerja RTP bergeser dari kegiatan usahatani
ke nonpertanian.
– Pekerja muda berpendidikan tinggi dan petani berlahan
sempit bekerja campuran (pertanian + nonpertanian)
– Petani berpendidikan rendah banyak menjadi buruh
tani
– fenomena “aging farmer”
• Studi Kustiari et al. (2008):
– Pendapatan sektor pertanian dan sektor nonpertanian
berkorelasi rendah, kecuali bagi petani yang berlahan
luas (>1 ha), karena hasil dari pertanian diinvestasikan
ke sektor nonpertanian.
– Pendapatan usaha tani adalah sumber pendapatan
dominan petani sayur
– Buruh tani rata-rata bekerja hanya 100 hari/tahun.
32
33. • Studi Susilowati et al., 2009) untuk petani pekebun:
– tingkat partisipasi kerja keluarga = 66,9 %, tertinggi pada
petani tebu dan terendah pada petani kakao.
– Pertanian merupakan sumber pekerjaan utama = menyerap
77,4 persen kesempatan kerja di perdesaan
– Pangsa pendapatan pertanian = 43-80 % terhadap pendapatan
RT.
• Rusastra et al. (2004):
– Tidak dijumpai konvergensi upah antarsektor (pertanian,
manufktur, dan jasa) dan wilayah.
– Pasar tenaga kerja ditentukan oleh akses ekonomi wilayah,
jenis komoditas yang diusahakan, dan dinamika kelembagaan
lokal.
– Dinamika kelembagaan sistem pengupahan menunjukkan
kecenderungan pergeseran ke sistem borongan dan harian.
– Sistem pengupahan semakin formal
– Masuk pasar tenaga kerja pertanian tetap bersifat terbuka.
33
34. • Studi Malian et al. (2004):
- Selama 1975-2000 = telah terjadi kesenjangan upah
antara RT pertanian dan nonpertanian.
-Luasan kepemilikan lahan semakin menurun
-Petani penyakap semakin bertambah
-Selama periode 1985-2003 = perubahan pangsa
pekerja sektor pertanian relatif kecil (berkisar antara
40-55 %).
• Penelitian Saliem et al. (2005):
-peningkatan kompensasi tenaga kerja di sektor
pertanian sangat kecil dan lebih rendah dari sektor
lain (total gaji dan upah dibagi dengan jumlah
tenaga kerja yang diserap) 34
35. • Penelitian Irawan et al. (2007):
– Alokasi tenaga kerja kegiatan usahatani = 30-40 %,
sisanya untuk usaha nonpertanian.
– Upah borongan (60 persen) lebih mendominasi
dibanding upah harian dan sambatan.
– Sumbangan pendapatan RT dari pertanian = 59-98 %.
• Penelitian Lokollo et al. (2007):
- Sumbangan pendapatan dari pertanian = 60,49
persen.
- Jumlah petani menurun, tapi buruh tani dan
kegiatan nonpertanian meningkat.
- Tanaman pangan lebih banyak menyerap TK
- Kalangan usia muda kurang tertarik bekerja di
sektor pertanian
- pekerja usia lanjut cenderung meningkat.
35
37. Persepsi dan Harapan terhadap Pertanian
Keluarga:
• Family Farming = our alternative for the future
• Family Farming = feeding the world, caring for
the earth
• Family farming = be a key factor in the UN’s Zero
Hunger Challenge and the UN post-2015
Sustainable Development Goals
• Family Farming = combating poverty, achieving
food security, and attaining a vibrant rural
society, based on respect for the environment
and biodiversity.
37
38. Kondisi yang dihadapi
(http://www.ruralforum.net/...)
1. Keberadaan pertanian keluarga dipengaruhi oleh krisis
pangan, finansial, dan bahan bakar; serta perubahan iklim
2. Kebijakan yang dibuat belum sesuai kebutuhan pertanian
keluarga
3. Model ekonomi dan kebijakan pemerintah merugikan
pertanian keluarga
4. Ancaman land grabbing terhadap pertanian dan keluarga
dan produksi pangan berkelanjutan.
5. Lahan pertanian keluarga (smallholders, indigenous
communities, and shepherds) diakuisisi untuk tenaman
ekspor
6. Lemah akses dan kontrol pasar, serta posisi tawar
7. Peranan perempuan sangat vital pada pertanian yang 38
39. Kondisi PEREMPUAN dalam Pertanian Keluarga:
1. Women farmers play a vital role in producing as well as providing
food for their families and their communities.
2. They are custodians of the environment as well as of the more
traditional, less intensive farming and input-efficient techniques.
3. They are leaders in natural and genetic conservation efforts from
seed selection to planting, harvesting, storage, and processing.
4. Their contributions are undercounted and most agricultural
policies and programs are not sensitive to women farmers’ needs.
5. Women lack access to and control over land, access to markets,
education and a political voice in farmers’ organizations and in
government bodies.
6. They face gender-based discrimination in the household and
society at a daily level.
7. These factors reduce their ability to contribute and benefit from
agricultural development and also increase their vulnerabilities.
39
40. Kebutuhan ke DEPAN:
1. Strengthen family farmer organizations and movements to increase
their influence over policies, institutions and markets, to secure
access to the resources they need, and to ensure they are inclusive
and act positively in favour of the most marginalized (women, youth,
indigenous peoples, etc.).
2. Ensure that public and private institutions, including international
financial institutions are accountable to family farmers and provide
targeted, quality services (i.e. financing, infrastructure, extension,
technology research and innovation, information, public distribution,
education, emergency response, etc.) that build on family farmers'
knowledge, capabilities, and interests.
3. Define investments and develop policies, in consultation with family
farming organizations, which are specifically dedicated to addressing
family farmer needs (inputs, local food availability/procurement,
storage, territorial approach, and adaptation to local systems, etc.),
and to redistributing wealth and opportunities to reduce inequalities
in gender, and in access to critical resources (land, water), and
services (finance, technologies, social protection).
40
41. Tugas untuk PEMERINTAH:
1. Ensure Family Farmers’ Access And Control Over
Natural Resources, Mainly Land, Water, Forests And
Seeds.
2. Promote Sustainable, Agro –Ecological Approaches By
And With Family Farmers.
3. Ensure Access And Increased Market Power Of Family
Farmers.
4. Promote Women Empowerment And Gender
Equality.
5. Strengthen Organizations Of Family Farmers.
6. Promote Agriculture Among The Youth.
41
42. Yang dibutuhkan
(Alejandro Asin http://www.astc.org/...)
1. Keterlibatan dan komitmen semua pihak
2. Pendidikan publik dan advokasi
3. Promosi kebijakan
4. Peningkatan infrastruktur dan pelayanan di pedesaan
5. Dukungan langsung untuk perempuan melalui
investasi, kredit, land titling, dll.
6. Peningkatan TK pedesaan terutama kalangan muda
7. Penelitian pertanian
8. Pelatihan untuk peningkatan kapasitas
9. Peningkatan kesadaran sosial tentang peran
pertanian keluarga
42
43. Dukungan yang dibutuhkan di Indonesia:
• investasi pertanian agroekologis
• memberi perhatian pada kearifan lokal
• memberi akses dan kontrol sumber daya (air, tanah, dan
modal) dari korporasi ke komunitas lokal
• memperkuat organisasi tani.
• Konsep “petani kecil” mesti masuk secara tegas dalam
kebijakan dan menjadi agenda penting setiap negara di
Asean.
• IFPRI and ODI (2005) Berjudul “The Future of Small Farms”
menyebutkan bahwa “….small farmers have a future but
will need a variety of technological and nontechnological
interventions to overcome the challenges they face”.
• Dibutuhkan kreativitas menciptakan teknologi yang sesuai
dengan mereka, serta kelembagaan
43
44. Karakter 3 strata pertanian Indonesia (optional):
Perusahaan pertanian Pertanian keluarga
ukuran “sedang”
Pertanian keluarga
gurem
Luas penguasaan
lahan
>2 ha 0,5-2 ha <0,5 ha
Sumber tenaga
kerja
Seluruhnya TK upahan
dari luar keluarga
TK keluarga + TK
upahan
Hanya menggunakan TK
dari dalam keluarga
Tipe manajemen
dan teknologi
Industrial , intensif, Semi intensif Aagroekologis, organik,
Tipe teknologi Mekanisasi penuh Semi mekanisasi Mekanisasi rendah,
utamakan tenaga
manusia
Orientasi usaha Bisnis Bisnis Kebutuhan pangan
keluarga
Komoditas yg
ditanam
komoditas pasar,
ekspor, dll
Komoditas pasar dan
pangan keluarga
Menanam komoditas
pangan pokok keluarga
Strata 3 2 1 44
45. Perbedaan kebutuhan tiga strata pertanian:
Strata 3 Strata 2 Strata 1
Kebutuhan lahan Membeli dan sewa
(HGU tanah negara)
Lahan pribadi Lahan terlalu sempit,
butuh perluasan,
kepastian hak, dll
Kebutuhan modal Bunga komersial ke
perbankan
Butuh subsidi Butuh subsidi
Kebutuhan benih Mampu memproduksi
sendiri
Butuh subsidi Butuh subsidi
Kebutuhan pupuk dan
obat-obatan
Mandiri, membeli
dgn harga komersial
Harga disubidi Subsidi lebih besar
Kebutuhan teknologi Memiliki unit riset
sendiri
Mengandalkan
pemerintah
Butuh riset dengan
pendekatan berbeda
Kebutuhan informasi Sudah mandiri Penyuluhan dan
media massa
Penyuluhan lebih
banyak dan
pemberdayaan
Organisasi Hanya butuh asosiasi Butuh organisasi (kel
tani, Gapoktan,
koperasi)
Butuh organisasi yang
berbeda
45